Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN

Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ
genitalia eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan,
salah satunya adalah infeksi,infeksi dapat mengenai organ genitalia interna
maupun eksterna dengan berbagai macammanifestasi dan akibatnya. Tidak
terkecuali pada glandula vestibularis major atau dikenaldengan kelenjar bartolini.
Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus
vagina. Jika kelenjar ini mengalami infeksi yang berlangsung lama
dapatmenyebabkan terjadinya kista bartholini, kista bartholini adalah salah satu
bentuk tumor jinak pada vulva (Wiknjosastro, 2008).
Kista bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan
pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik.
Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus
atau bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses. Kista
bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus
terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan
mengalami kista bartolini atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini
merupakan masalah yang perluuntuk dicermati. Kista bartolini bisa tumbuh dari
ukuran seperti kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur. Kista
bartolini tidak menular secara seksual, meskipun penyakit menular seksual seperti
Gonore adalah penyebab paling umum terjadinya infeksi padakelenjar bartolini
yang berujung pada terbentuknya kista dan abses, sifilis ataupun infeksi bakteri
lainnya juga dianggap menjadi penyebab terjadinya infeksi pada kelenjar ini
(Wiknjosastro, 2008).

II. ISI

1
A. Definisi
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang
terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista
kelenjar Bartholin terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar
Bartolini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi,
peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini
mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain
dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh
kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak
dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi
terinfeksi (Sarwono,2006).

B. Etiologi
Obstruksi duktus ekskretorik kelenjar Bartholin disebabkan jaringan parut
oleh karena radang (bisa dapat berupa infeksi), metaplasia epitel atau
mengental dan mengerasnya sekresi (DeCherney et al, 2012).

C. Epidemiologi
Dua persen wanita mengalami kista Bartolini atau abses kelenjar
pada suatu saat dalam kehidupannya. Abses umumnya hampir terjadi tiga
kali lebih banyak daripada kista. Salah satu penelitian kasus kontrol
menemukan bahwa wanita berkulit putih dan hitam yang lebih cenderung
untuk mengalami kista bartolini atau abses bartolini daripada wanita
hispanik, dan bahwa perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki
risiko terendah. Kista Bartolini, yang paling umum terjadi pada labia
majora. Involusi bertahap dari kelenjar Bartolini dapat terjadi pada saat
seorang wanita mencapai usia 30 tahun. Hal ini mungkin menjelaskan
lebih seringnya terjadi kista Bartolini dan abses selama usia reproduksi
(Sarwono,2006).
Biopsi eksisional mungkin diperlukan lebih dini karena massa pada
wanita pascamenopause dapat berkembang menjadi kanker. Beberapa
penelitiantelah menyarankan bahwa eksisi pembedahan tidak diperlukan
karena rendahnya risiko kanker kelenjar Bartholin (0,114 kanker per
100.000 wanita-tahun).Namun, jika diagnosis kanker tertunda, prognosis
dapat menjadi lebih buruk. Sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami

2
kista Bartolini atau abses di dalam hidup mereka. Jadi, hal ini adalah
masalah yang perlu dicermati.Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia
antara 20 sampai 30 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat
terjadi pada wanita yang lebih tua atau lebih muda (Sarwono,2006).

D. Faktor Resiko
1. Frekuensi kontak seksual ibu yang jarang, mengingat suami sering
di luar kota. Hal semacam ini seringkali menimbulkan kontak
seksual yang amat excited, apalagi bagi pengantin baru. seringkali
kemudian foreplay agak dilupakan, akibatnya ketika terjadi
penetrasi, lubrikasi belum memadai, sehingga terjadilah iritasi.
Iritasi inilah yang kemudian berpotensi untuk berkembang
menjadi Bartholinitis. Dan Kista Bartolini adalah dampak dari
Bartolonitis
2. Penyakit keputihan sebelumnya. Mereka yang menderita fluor
albus, cenderung memiliki daya tahan jaringan yang lemah,
disamping ada microorganism (bakteri, jamur, parasit) yang
memudahkan terjadinya acute exacerbation, yaitu munculnya
keluhan klinis yang akut seperti radang

E. Tanda dan Gejala


Gejala akut yang didapatkan dari infeksi adalah nyeri, dyspareunia
atau rasa tidak nyaman saat melakukan hubungan seksual, daerah sekitar
kelenjar Bartholini edema dan inflamasi, dan massa yang tidak menetap
apabila di palpasi (DeCherney et al, 2012).

F. Penegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
Kebanyakan kista kelenjar Bartholini kecil dan tanpa gejala
kecuali ketidaknyamanan saat sedang melakukan hubungan
seksual. Saat lesi menjadi besar dan infeksi, wanita mungkin
mengalami nyeri berat pada vulva yang dapat menghalangi saat
berjalan, duduk atau melakukan aktivitas seksual. Gejala akut
biasanya terjadi akibat dari infeksi, yang mengakibatkan rasa sakit,
nyeri, dan dispareunia. Jaringan sekitarnya menjadi membengkak
dan meradang. Penyakit ini cukup sering rekurens. Dapat terjadi

3
berulang, akhirnya menahun dalam bentuk kista Bartholin. Kista
tidak selalu menimbulkan keluhan, tapi dapat terasa berat dan
mengganggu coitus (Alan, 2006).
Akumulasi nanah pada kista yang menyebabkan
pembengkakan di salah satu kelenjar Bartholin yang menghasilkan
mucous. Abses kelenjar Bartolin ini telah terbentuk saat penutupan
saluran, menyebabkan pembengkakan yang terjadi adalah rasa
sakit, nyeri tekan dan hangat ketika dipalpasi. Meningkatkan
sekresi kelenjar dapat menyebabkan infeksi. Abses bartholin umum
terjadi pada perempuan diperiode reproduksi. Infeksi kelenjar
adalah tidak selalu disebabkan oleh infeksi ditularkan melalui
seksual (Cunningham, 2008).
2. Pemeriksaan fisik
Saat melakukan inspeksi akan tampak pembesaran pada
kelenjar Bartholin dapat menyerupai massa vulvovaginal.
Kebanyakan kista unilateral, bulat atau lonjong, keras. Disekeliling
abses secara khas ada eritem dan sakit pada palpasi. Massa
biasanya terlokalisasi di labia mayor posterior atau vestibula
bawah. Mengingat kebanyakan kista dan abses pasti asimetri dari
anatomi labial, beberapa kista kecil terdeteksi dengan palpasi.
Abses Bartholin yang pecah secara spontan akan memperlihatkan
suatu area yang lembut dimana akan lebih mudah terjadi ruptur
(Cunningham, 2008).

4
Gambar 1. Gambaran saat inspeksi kista bartholin (Cunningham, 2008)

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium dinilai setelah insisi dan
drainase, nanah disedot dan diperiksa. Pemeriksaan laboratorium
yang dapat dilakukan adalah pewarnaan gram, kultur, dan test
VDRL (Curtis, 2006).
Abses Bartolin dapat disebabkan oleh organisme pyococcal,
gonococcus and Chlamydia trachomatis. Dalam satu studi, hanya
sekitar 21 dari 109 kasus disebabkan oleh staphylococci,
sedangkan 50 kasus disebabkanoleh Escherichia coli dan 46 kasus
disebabkan oleh Streptococcus faecalis (Tanaka, 2005).

G. Patofisiologis
Kelenjar Bartholini dapat membentuk kista pada wanita usia
reproduktif. Kista Bartholini terbentuk ketika ostium duktus obstruksi,
yang menjadi awal dari distensi kelenjar yang nantinya akan terisi oleh
cairan. Obstruksi biasanya terjadi akibat inflamasi non spesifik atau
trauma. Biasanya ukuran kista berdiameter 1-3 cm dan sering
asimptomatis, tetapi kista yang besar dapat menyebabkan nyeri dan

5
dyspareunia. Sedangkan apabila terjadi abses pada kelenjar Bartholini,
maka dapat disebabkan oleh kista yang terinfeksi, pasien dapat
mengeluhkan nyeri pada vulva, hal ini biasanya disebabkan oleh
polimikrobial dan jarang disebabkan oleh pathogen melalui hubungan
seksual (Quinn, 2012).

H. Gambaran Histopatologi dan Penjelasannya


Gambaran histologi kelenjar bartholin yang normal dibentuk oleh
kelenjar racemose dibatasi oleh epitel kolumnair atau kuboid. Duktus dari
kelenjar bartholini merupakan epitel transisional yang secara embriologi
merupakan daerah transisi antara traktus urinarius dengan traktus genital
(Fortner, 2007).
Sedangkan gambaran histopatologiknya berupa Gambaran
mikroskopik dimana sel skuamosa dan urothelial epitel umum, tetapi dapat
dihancurkan oleh sel-sel inflamasi yang menginfiltrasi. Masih melihat
kelenjar mucinous residual dengan sialomucin nonsulfated. Mungkin
kalsifikasi menyerupai malakoplakia (Fortner, 2007).

Gambar 2. Histopathology of Bartholins Cyst (Sumber:


www.pathologyoutlines.com)

I. Terapi Lama
1. Insisi dan Drainase

6
Meskipun insisi dan drainase merupakan prosedur yang
cepat dan mudah dilakukan serta memberikan pengobatan
langsung pada pasien, namun prosedur iniharus diperhatikan
karena ada kecenderungan kekambuhan kista atau abses. Ada studi
yang melaporkan, bahwa terdapat 13% kegagalan pada prosedur
ini.

2. Word Catheter
Word catheter ditemukan pertama kali pada tahun 1960-an.
Merupakan sebuah kateter kecil dengan balon yang dapat
digembungkan dengan saline pada ujung distalnya, biasanya
digunakan untuk mengobati kista dan abses Bartholin. Panjang dari
kateter karet ini adalah sekitar 1 inch dengan diameter No.10
French Foley kateter. Balon kecil di ujung Word catheter dapat
menampung sekitar 3-4 mL larutan saline (Soenik, 2007).

Gambar 3. French Foley kateter (Soenik, 2007).

Setelah persiapan steril dan pemberian anestesi lokal,


dinding kista atau abses dijepit dengan forceps kecil dan blade
no.11 digunakan untuk membuat insisi sepanjang 5mm pada
permukaan kista atau abses. Penting untuk menjepit dinding kista
sebelum dilakukan insisi, atau bila tidak kista dapat collapse dan
dapat terjadi insisi pada tempat yang salah. Insisi harus dibuat
dalam introitus external hingga ke cincin hymenal pada area sekitar
orifice dari duktus. Apabila insisi dibuat terlalu besar, Word
catheter dapat lepas (Soenik, 2007).
Setelah insisi dibuat, Word catheter dimasukkan, dan ujung
balon dikembangkan dengan 2 ml hingga 3 ml larutan saline.

7
Balon yang mengembang ini membuat kateter tetap berada di
dalam rongga kista atau abses. Ujung bebas dari kateter dapat
dimasukkan ke dalam vagina.Agar terjadi epitelisasi pada daerah
bekaspembedahan, Word catheter dibiarkan di tempat selama
empat sampai enam minggu, meskipun epithelialisasi mungkin
terjadi lebih cepat,sekitar tiga sampai empat minggu.Jika Kista
Bartholin atau abses terlalu dalam, pemasangan Wordcatheter
tidak praktis, dan pilihan lain harus dipertimbangkan (Soenik,
2007).
Abses biasanya dikelilingi oleh selulitis yang signifikan,
dan pada kasus-kasus tersebut, antibiotik diperlukan. Antibiotik
yang digunakan harus merupakan antibiotic spektrum luas untuk
mengobati infeksi polymicrobial dengan aerob dan anaerob. Dapat
dilakukan kultur untuk mencari kuman penyebab. Selama
menunggu hasil kultur, diberikan terapi antibiotikempiris. Pasien
dianjurkan untuk merendam di bak mandi hangat dua kalisehari
(Sitzbath). Koitus harus dihindari untuk kenyamanan pasien dan
untuk mencegah lepasnya wordcatheter (Soenik, 2007).

Gambar 4. Pemasangan Word Catheter (Soenik, 2007).


Sitz bath (disebut juga hip bath, merupakan suatu jenis
mandi, dimana hanya bagian pinggul dan bokong yang direndam di
dalam air atau saline; berasal dariBahasa Jerman yaitu sitzen yang
berarti duduk.) dianjurkan dua sampai tiga kalisehari dapat
membantu kenyamanan dan penyembuhan pasien selama periode
pascaoperasi (Soenik, 2007).

8
Gambar 5. Alat yang digunakan untuk Sitz Bath (Soenik, 2007).

J. Terapi Baru
1. Marsupialisasi
Alternatif pengobatan selain penempatan Wordcatheter
adalah marsupialisasi dari kista Bartholin . Prosedur ini tidak
boleh dilakukan ketika terdapat tanda- tanda abses akut (Patil,
2007).

Gambar 8. Marsupialisasi Kista Bartholin (kiri) Suatu incisi


vertikal disebut pada bagian tengah kista, lalu pisahkan mukosa
sekiar (kanan) Dinding kista dieversi dan ditempelkan pada tepi
mukosa vestibular dengan jahitan interrupted (Patil, 2007).
Setelah dilakukan persiapan yang steril dan pemberian
anestesi lokal, dinding kista dijepit dengan dua hemostat kecil.
Lalu dibuat incisivertikal pada vestibular melewati bagian tengah
kista dan bagian luar dari hymenal ring.Incisi dapat dibuat
sepanjang 1.5 hingga 3cm, bergantung pada besarnya kista.Berikut
adalah peralatanyang diperlukan dalam melakukan tindakan
marsupialisasi (Patil, 2007).
Setelah kista diincisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini
dapat diirigasi dengan larutan saline, dan lokulasi dapat dirusak
dengan hemostat. Dinding kista ini lalu dieversikan dan
ditempelkan pada dindung vestibular mukosa dengan jahitan

9
interrupted menggunakan benang absorbable 2 -0.18 Sitz bath
dianjurkan pada hari pertama setelah prosedur dilakukan.
Kekambuhan kista Bartholin setelah prosedur marsupialisasi
adalah sekitar 5-10 % (Patil, 2007).

K. Komplikasi
Komplikasi yang paling umum dari abses Bartholin adalah
kekambuhan. Pada beberapa kasus dilaporkan necrotizing fasciitis setelah
dilakukan drainase abses. Perdarahan, terutama pada pasien dengan
koagulopati dan timbul jaringan parut (Fortner, 2007).

L. Prognosis
Jika abses dengan didrainase dengan baik dan kekambuhan
dicegah, prognosisnya baik. Tingkat kekambuhan umumnya dilaporkan
kurang dari 20% (Sarwono,2006).

10
III. KESIMPULAN
1. Kista kelenjar Bartholin terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat.
Kelenjar Bartolini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi,
peradangan atau iritasi jangka panjang.
2. Dua persen wanita mengalami kista Bartolini atau abses kelenjar pada suatu
saat dalam kehidupannya. seringnya terjadi kista Bartolini dan abses selama
usia reproduksi. wanita berkulit putih dan hitam yang lebih cenderung untuk
mengalami kista bartolini atau abses bartolini daripada wanita hispanik, dan
bahwa perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terendah.
3. Faktor risiko kista bartholins terjadi seiring meningkatnya frekuensi kontak
seksual dan terjadinya keputihan sebelumnya.
4. Penatalaksanaannya memiliki prinsip drainase cairan abses dan berusaha
seminimal mungkin untuk terjadinya rekurensi penyakit kista bartholin.
Terapi yang sering digunakan adalah dengan metode marsupialisasi.
5. Komplikasi yang paling umum dari abses Bartholin adalah kekambuhan.
Pada beberapa kasus dilaporkan necrotizing fasciitis setelah dilakukan
drainase abses. Perdarahan, terutama pada pasien dengan koagulopati dan
timbul jaringan parut

11
DAFTAR PUSTAKA

Alan H. DeCherney MD, Lauren Nathan MD, T. Murphy Goodwin MD, Neri
Laufer MD. 2006. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics &
Gynecology, Tenth Edition. Chapter 37. Benign Disorders of the Vulva &
Vagina. The McGraw-Hill Companies.

Cuningham FG, Halvorson, Hoffman, Shaffer, Schorge. 2008. Williams


Gynecology, Section 1 Benign General Gynecology, chapter 4. Benign
Disorders of the Lower Reproductive Tract. New York : McGraw-Hill.

Curtis, Michele G.; Overholt, Shelley; Hopkins, Michael P. 2006. Glass' Office
Gynecology, 6th Edition, Chapter 5. Benign Disorders of the Vulva and
Vagina. Lippincott Williams & Wilkins.

DeCherney, A.H &/ Pernoll, M.L. Obstetric & Gynecologic Diagnosis &
Treatment. USA: Lange Medical Book.

Fortner, Kimberly B.; Szymanski, Linda M.; Fox, Harold E.; Wallach, Edward E.
2007. Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics, The 3rd
Edition Gynecologic Oncology, chapter 40. Diseases of the Vulva.
Lippincott Williams & Wilkins.

Patil S, Sultan AH, Thakar R. 2007. Bartholins cyst and abscesses. J Obstetrics
and Gynecology Vol.27 No.3.

Quinn, Antonia. 2012. Bartholin Gland Diseases. Medscapes Article.

Soenik H, Haon A. 2007. The Pathomorphology of Bartholins Gland. Analysis of


Surgical data. Journal Pathol Vol. 99 No 1.

Tanaka K, Mikamo H, Ninomiya M, et al. 2005. Microbiology of Bartholins


gland abscess in Japan. J Clinical Microbiology Vol 43

Wiknjosastro Hanifa, Prof, dr. DSOG. 2008. Radang dan beberapa penyakit lain
pada alat-alat genital wanita. Ilmu Kandungan, Edisi kedua, Cetakan Ke VI.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

12

Anda mungkin juga menyukai