Anda di halaman 1dari 17

REFERAT

HALAMAN JUDUL

ULKUS DEKUBITUS

Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Umum Bagian Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh:

I MADE MIARTA YASA


22010116220376

Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Semarang
2017
1. Pendahuluan
Ulkus dekubitus atau luka baring adalah tipe luka tekan. Ulkus dekubitus
dapat terbentuk pada orang sulit atau tidak bisa merubah posisi tubuhnya terhadap
tekanan, seperti pada pasien dengan paralisis atau kelainan neurologi, pasien yang
selalu berbaring, pasien tua, pasien dengan penyakit akut dan pasien yang
menggunakan kursi roda. Walaupun demikian tidak semua pasien-pasien tersebut
akan mendapatkan ulkus dekubitus. Ulkus dekubitus tidak akan terbentuk pada orang
dengan sensivitas, mobilitas dan mental yang normal, karena baik disadari atau tak
disadari penekanan yang terlalu lama pada bagian tubuh akan memaksa orang
tersebut untuk merubah posisinya, sehingga akan mencegah daerah yang tertekan
tersebut mengalami kerusakan yang irreversible. Ulkus dekubitus terjadi jika tekanan
yang terjadi pada bagian tubuh melebihi kapasitas tekanan pengisian kapiler.1,2,3,4

Ulkus dekubitus dapat menjadi sangat progresif dan sulit untuk disembuhkan.
Komplikasi ulkus dekubitus sangat sering dan mengancam kehidupan. Komplikasi
ulkus dekubitus serius dan tersering adalah infeksi. Prevalensi ulkus dekubitus pada
rumah sakit sekitar 17-25% dan dua dari tiga pasien yang berusia 70 tahun atau lebih
akan mengalami ulkus dekubitus. Di antara pasien dengan kelainan neurologi, angka
kejadian ulkus dekubitus setiap tahun sekitar 5-8% dan ulkus dekubitus dinyatakan
sebagai 7-8% penyebab kematian pada paraplegia.5,6

2. Definisi

Ulkus dekubitus adalah kerusakan kulit yang terjadi akibat kekurangan aliran darah
dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut
mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau benda keras
lainnya dalam jangka panjang.1,2,4,7
Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian dimana
terdapat penonjolan tulang, yaitu sikut, tumit, pinggul, pergelangan kaki, bahu,
punggung dan kepala bagian belakang. Ulkus dekubitus terjadi jika tekanan yang
terjadi pada bagian tubuh melebihi kapasitas tekanan pengisian kapiler dan tidak ada
usaha untuk mengurangi atau memperbaikinya sehingga terjadi kerusakan jaringan
yang menetap. Bila tekanan yang terjadi kurang dari 32 mmHg atau ada usaha untuk
memperbaiki aliran darah ke daerah tersebut maka ulkus dekubitus dapat dicegah.3,5,8

3. Faktor Risiko

Faktor risiko terjadinya dekubitus antara lain, yaitu :

A. Mobilitas dan aktivitas


Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi tubuh,
sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien yang
berbaring terus menerus di tempat tidur tanpa mampu untuk merubah posisi
berisiko tinggi untuk terkena luka tekan. Imobilitas adalah faktor yang paling
signifikan dalam kejadian luka tekan.
B. Penurunan sensori persepsi
Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami penurunan untuk
merasakan sensari nyeri akibat tekanan di atas tulang yang menonjol. Bila ini
terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan mudah terkena luka tekan.
C. Kelembaban
Kelembaban yang disebabkan karena inkontinensia dapat mengakibatkan
terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang mengalami maserasi
akan mudah mengalami erosi.
Selain itu kelembaban juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan
(friction) dan perobekan jaringan (shear).
D. Tenaga yang merobek ( shear )
Merupakan kekuatan mekanis yang meregangkan dan merobek jaringan,
pembuluh darah serta struktur jaringan yang lebih dalam yang berdekatan
dengan tulang yang menonjol.
Contoh yang paling sering dari tenaga yang merobek ini adalah ketika pasien
diposisikan dalam posisi semi fowler yang melebihi 30 derajat. Pada posisi ini
pasien bisa merosot ke bawah, sehingga mengakibatkan tulangnya bergerak
ke bawah namun kulitnya masih tertinggal. Ini dapat mengakibatkan oklusi
dari pembuluh darah, serta kerusakan pada jaringan bagian dalam seperti otot,
namun hanya menimbulkan sedikit kerusakan pada permukaan kulit.
E. Pergesekan ( friction)
Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang
berlawanan. Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan
epidermis kulit. Pergesekan bisa terjadi pada saat penggantian sprei pasien
yang tidak berhati-hati.
F. Nutrisi
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya
diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan. Stadium
tiga dan empat dari luka tekan pada orangtua berhubungan dengan penurunan
berat badan, rendahnya kadar albumin, dan intake makanan yang tidak
mencukupi.
G. Usia
Pasien yang sudah tua memiliki risiko yang tinggi untuk terkena luka tekan
karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Penuaan
mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin, penurunan
respon inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta penurunan kohesi antara
epidermis dan dermis. Perubahan ini berkombinasi dengan faktor penuaan lain
akan membuat kulit menjadi berkurang toleransinya terhadap tekanan,
pergesekan, dan tenaga yang merobek.
H. Tekanan arteriolar yang rendah
Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit terhadap
tekanan sehingga dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah mampu
mengakibatkan jaringan menjadi iskemia.
I. Stress emosional
Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik juga
merupakan faktor risiko untuk perkembangan dari luka tekan.
J. Merokok
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan
memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah.
K. Temperatur kulit
Peningkatan temperatur merupakan faktor yang signifikan dengan risiko
terjadinya luka tekan.1,2,4

4. Patofisiologi

Luka dekubitus merupakan dampak dari tekanan yang terlalu lama pada area
permukaan tulang yang menonjol dan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah
pada area yang tertekan dan lama kelamaan jaringan setempat mengalami iskemik,
hipoksia dan berkembang menjadi nekrosis. Tekanan yang normal pada kapiler
adalah 32 mmHg. Apabila tekanan kapiler melebihi dari tekanan darah dan struktur
pembuluh darah pada kulit, maka akan terjadi kolaps. Dengan terjadi kolaps akan
menghalangi oksigenasi dan nutrisi ke jaringan, selain itu area yang tertekan
menyebabkan terhambatnya aliran darah. Dengan adanya peningkatan tekanan arteri
kapiler terjadi perpindahan cairan ke kapiler, ini akan menyokong untuk terjadi
edema dan konsekuensinya terjadi autolisis. Hal lain juga bahwa aliran limpatik
menurun, ini juga menyokong terjadi edema dan mengkontribusi untuk terjadi
nekrosis pada jaringan.1,9,10
5. Stadium Luka Dekubitus

NPUAP (National Pressure Ulcer Advisory Panel) mengklasifikasikan ulkus


dekubitus menjadi empat stadium, yakni

1. Stadium 1
Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema pada kulit. Penderita
dengan sensibilitas baik akan mengeluh nyeri. Stadium ini umumnya reversibel
dan dapat sembuh dalam 5 - 10 hari.

2. Stadium 2
Ulserasi mengenai epidermis, dermis dan meluas sampai ke jaringan
adiposa.Terlihat eritema dan indurasi. Stadium ini dapat sembuh dalam 10 - 15
hari.
3. Stadium 3
Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkutis, dan otot sudah mulai
terganggu dengan adanya edema, inflamasi, infeksi dan hilangnya struktur fibril.
Tepi ulkus tidak teratur dan terlihat hiper atau hipopigmentasi dengan fibrosis.
Kadang-kadang terdapat anemia dan infeksi sistemik. Biasanya sembuh dalam 3-
8 minggu.

4. Stadium 4
Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia, otot, tulang serta sendi. Dapat
terjadi artritis septik atau osteomielitis dan sering disertai anemia. Dapat sembuh
dalam 3 - 6 bulan. 8,10,11
Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus
dekubitus dan perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus
dapat dibagi menjadi tiga:

1. Tipe normal

Mempunyai beda temperatur sampai dibawah lebih kurang 2,5oC dibandingkan


kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini
terjadi karena iskemia jaringan setempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan
pembuluh-pembuluh darah sebenarnya baik.

2. Tipe arterioskelerosis

Mempunyai beda temperatur kurang dari 1oC antara daerah ulkus dengan kulit
sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit
pada pembuluh darah (arterisklerotik) ikut perperan untuk terjadinya dekubitus
disamping faktor tekanan. Dengan perawatan, ulkus ini diharapkan sembuh
dalam 16 minggu.

3. Tipe terminal

Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh. 5,10,11

6. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ulkus dekubitus biasanya tidak sulit. Diagnosisnya dapat ditegakkan


dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. Tetapi untuk menegakkan diagnosis ulkus
dekubitus diperlukan beberapa pemeriksaan laboratorium dan penujang lainnya. Beberapa
pemeriksaan yang penting untuk membantu menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan
ulkus dekubitus adalah,
A. Biopsi
Biopsi penting pada keadaan luka yang tidak mengalami perbaikan dengan pengobatan
yang intensif atau pada ulkus dekubitus kronik untuk melihat apakah terjadi proses yang
mengarah pada keganasan. Selain itu, biopsi bertujuan untuk melihat jenis bakteri yang
menginfeksi ulkus dekubitus. Biopsi tulang perlu dilakukan bila terjadi osteomyelitis.

B. Pemeriksaan Darah
Untuk melihat reaksi inflamasi yang terjadi perlu diperiksa sel darah putih dan laju
endap darah. Kultur darah dibutuhkan jika terjadi bakteremia dan sepsis.

C. Keadaan Nutrisi
Pemeriksaan keadaan nutrisi pada penderita penting untuk proses penyembuhan ulkus
dekubitus. Hal yang perlu diperiksa adalah albumin level, prealbumin level, transferrin
level, dan serum protein level,

D. Radiologis
Pemeriksaan radiologi untuk melihat adanya kerusakan tulang akibat osteomyelitis.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan sinar-X, scan tulang atau MRI.1,4,9,12

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ulkus dekubitus harus dilakukan dengan baik dan terpadu,


karena proses penyembuhannya yang membutuhkan waktu yang lama. Agency for
Health Care Policy and Research (AHCPR) telah membuat standar baku dalam
penatalaksanaan ulkus dekubitus (Bergstrom, 1994). Ketika ulkus dekubitus telah
terbentuk, maka pengobatan harus diberikan dengan segera. Pengobatan yang
diberikan dapat berupa tempat tidur yang termodifikasi baik untuk penderita ulkus
dekubitus, pemberian salap, krim, ointment, solution, kasa, gelombang ultrasonik,
atau lampu panas ultraviolet, gula, dan tindakan bedah. 6,9,10
Pemilihan terapi, tergantung pada stadium ulkus dekubitus dan tujuan
pengobatan.seperti proteksi, pelembaban dan membuang jaringan nekrosis. Hal yang
harus diperhatikan dalam penatalaksanaan ulkus dekubitus adalah,

1. Perawatan luka harus dibedakan ke dalam metode operatif dan nonoperatif.


2. Perawatan luka dengan metode nonoperatif dilakukan untuk ulkus dekubitus
stadium 1 dan 2, sedangkan untuk stadium 3 dan 4 harus menggunakan metode
operatif.
3. Sekitar 70-90% ulkus dekubitus adalah superfisial dan sembuh dengan
penyembuhan sekunder.
4. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus. 4,6,12

Secara umum penatalaksanaan ulkus dekubitus dibagi menjadi


nonmedikamentosa dan medikamentosa.

A. Nonmedikamentosa
Penatalaksanaan ulkus dekubitus dengan nonmedikamentosa adalah meliputi
pengaturan diet dan rehabilitasi medik. Seperti telah disebutkan di atas, nutrisi adalah
faktor risiko untuk terjadinya ulkus dekubitus.

Pemberian diet yang tinggi kalori, protein, vitamin dan mineral akan
meningkatkan status gizi penderita ulkus dekubitus. Meningkatnya status gizi
penderita ini akan memperbaik sistem imun penderita sehingga mempercepat
penyembuha ulkus dekubitus.

Terapi rehabilitasi medik yang diberikan untuk penyembuhan ulkus dekubitus


adalah dengan radiasi infra merah, short wave diathermy, dan pengurutan. Tujuan
terapi ini adalah untuk memberikan efek peningkatan vaskularisasi sehibgga dapat
membantu penyembuhan ulkus. Sedangkan penggunaan terapi ultrasonik, sampai
saat ini masih terus diselidiki manfaatnya terhadap terapi ulkus dekubitus. 1,4,9,12
B. Medikamentosa
Penatalaksanaan ulkus dekubitus dengan metode medikamentosa meliputi:
1. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya
Keadaan tersebut akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan
baik. Untuk hal tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian, pembilasan,
pengeringan dan pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan NaC1 0,9%,
larutan H202 3%,larutan plasma dan larutan Burowi serta larutan antiseptik
lainnya.
Kompres yang diberikan pada ulkus dekubitus adalah semipermiabel dan
tertutup, yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas dan transfer penguapan
air dari kulit dan mencegah maserasi kulit. Selain itu, kompres dapat mencegah
terjadinya infeksi sekunder dan mencegah faktor trauma. Tetapi, kompres ini
tidak berfungsi baik pada pasien dengan diaforesis dan eksudat yang banyak.

Beberapa kategori untuk kompres dan topikal yang dapat digunakan adalah
antimikrobial, moisturizer, emollient, topical circulatory stimulant, kompres
semipermiabel, kompres kalsium alginate, kompres hidrokoloid dan hidrogel,
penyerap eksudat, kompres dari basah/lembab ke kering.. 3,4,6

2. Mengangkat jaringan nekrotik.


Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran bebas dari
bahan yang terinfeksi dan karenanya juga menghambat pembentukan jaringan
granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu pengangkatan jaringan nekrotik akan
mempercepat proses penyembuhan ulkus. Terdapat 7 metode yang dapat
dilakukan antara lain,

Autolytic debridement. Metode ini menggunakan balutan yang lembab untuk


memicu autolisis oleh enzim tubuh. Prosesnya lambat tetapi tidak
menimbulkan nyeri.
Biological debridement, or maggot debridement therapy. Metode ini
menggunakan maggot (belatung) untuk memakan jaringan nekrosis. Oleh
karena itu dapat membersihkan ulkus dari bakteri. Pada Januari 2004, FDA
menyetujui maggot sebagai live medical devic untuk ulkus dekubitus.
Chemical debridement, or enzymatic debridement. Metode ini menggunakan
enzim untuk membuang jaringan nekrosis.
Mechanical debridement. Teknik ini menggunakan gaya untuk membuang
jaringan nekrosis. Caranya dengan menggunakan kasa basah lalu
membiarkannya kering di atas luka kemudian mengangkatnya. Teknik ini
kurang baik karena kemungkinan jaringan yang sehat akan ikut terbuang.
Pada ulkus stadium 4, pengeringan yang berlebihan dapat memicu terjadinya
patah tulang atau pengerasan ligamen.
Sharp debridement. Teknik ini menggunakan skalpel atau intrumen serupa
untuk membuang jaringan yang sudah mati.
Surgical debridement. Ini adalah metode yang paling dikenal. Ahli bedah
dapat membuang jaringan nekrosis dengan cepat tanpa menimbulkan nyeri.
Ultrasound-assisted wound therap. Metode ini memisahkan jaringan nekrosis
dari jaringan yang sehat dengan gelombang ultrasonik. 3,4,6
3. Menurunkan dan mengatasi infeksi.
Perlu pemeriksaan kultur dan tes resistensi. Antibiotika sistemik dapat
diberikan bila penderita mengalami sepsis dan selulitis. Ulkus yang terinfeksi
harus dibersihkan beberapa kali sehari dengan larutan antiseptik seperti larutan
H202 3%, povidon iodin 1%, seng sulfat 0,5%. Radiasi ultraviolet (terutama
UVB) mempunyai efek bakterisidal.

Antibiotik sistemik kurang dianjurkan untuk pengobatan ulkus dekubitus


karena akan menimbulkan resistensi. Antibiotik sistemik yang dapat diberikan
meliputi gologan penicillins, cephalosporins, aminoglycosides, fluoroquinolones,
dan sulfonamides. Antibiotik lainnya yang dpat digunakan adalah clindamycin,
metronidazole dan trimethoprim. 3,4,6

4. Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi.


Untuk mempercepat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi pada
ulkus dekubitus sehingga mempercepat penyembuhan dapat diberikan:

Bahan-bahan topikal misalnya: salep asam salisilat 2%, preparat seng (ZnO,
ZnSO4).
Oksigen hiperbarik; selain mempunyai efek bakteriostatik terhadap sejumlah
bakteri, juga mempunyai efek proliferatif epitel, menambah jaringan granulasi
dan memperbaiki keadaan vaskular. 3,4,6
5. Tindakan bedah
Ulkus Stadium III dan IV menyembuh lebih cepat dan membentuk lebih
sedikit jaringan parut apabila ditangani secara bedah. Pembedahan untuk ulkus
dekubitus meliputi eksisi ulkus, jaringan parut, dan biasanya tonjolan tulang,
diikuti dengan penutupan defek melalui salah satu dari prosedur-prosedur yang
dibahas di bawah ini.
Prosedur primernya adalah teknik-teknik yang standar, aman, teruji waktu,
yang dipergunakan saat ulkus dekubitus timbul pertama kali dan sementara
masih terdapat cukup kulit, jaringan subkutan, dan otot pada daerah yang
berdekatan. Prosedur tersebut meliputi penutupan primer, tandur kulit, flap kulit,
dan flap kulit ditambah interposisi otot.
Penutupan Primer
Penutupan primer terdiri atas eksisi tepi ulkus dan konversi luka
menjadi suatu bentuk elips. Luka tersebut kemudian ditutup lapis demi
lapis untuk mengobliterasi ruang mati. Tepi kulit dipertemukan dan
dijahit. Kadang-kadang, diperlukan drain. Penutupan primer biasanya
dapat dilakukan sebagai suatu prosedur rawat jalan pada unit bedah satu
hari. Lindungi daerah tersebut dari tekanan selama 2 minggu setelah
penutupan; mulai duduk setelah minggu kedua, tergantung pada kasus.
Angkat jahitan pada minggu ketiga. Dengan bentuk penanganan seperti
ini, pasien tersebut hanya kehilangan sedikit waktu dan tetap lebih dapat
aktif.
Tandur Kulit
Tandur kulit merupakan segmen dermis dan epidermis yang
dipisahkan seluruhnya dari pasokan darahnya pada daerah donor dan
dipisahkan ke permukaan luka. Terdapat dua jenis tandur kulit: tandur
kulit ketebalan penuh (full-thickness skin graft / FTSG) yang berisi
epidermis dan seluruh dermis, serta tandur kulit ketebalan sebagian (split-
thickness skin graft / STSG) yang terdiri atas epidermis dan hanya
sebagian dari dermis di bawahnya. Di antara dua jenis tandur kulit ini,
STSG lebih memungkinkan untuk bertahan pada daerah resipien karena
menerima fase penyerapan plasmatik yang lebih lamam dan karenanya
dapat bertahan lebih lama sebelum terjadi vaskularisasi. STSG tidak
mengandung apendises dermis (kelenjar keringat dan folikel rambut), dan
oleh karena itu perlu lubrikasi yang terus-menerus.
Flap Kulit
Flap kulit, arus utama pada pembedahan ulkus dekubitus, dipergunkan
apabila luka terlalu luas untuk dilakukan penutupan primer dan
kehilangan massa jaringan mengahalangi penanduran. Suatu flap kulit
merupakan lidah jaringan yang dilepaskan dari jaringan sekitarnya
kecuali suatu pedikel atau basis, yang mempertahankan paokan darah.
Flap kulit terdiri dari kulit dengan ketebalan penuh dan jaringan subkutan
di bawahnya, dan dapat diangkat dan dipindahkan ke daerah tubuh yang
lain dalam batas-batas pedikel vaskularnya. Jikas suatu defek
memerlukan flap, pasien tersebut harus dipersiapkan untuk prosedur
operasi besar dan diantisipasi dengan 4 hingga 6 minggu perawatan di
rumah sakit. Biasanya, hanya ulkus ischial, trochanteric, atau sacral yang
memerlukan flap. Flap musculocutaneus adalag flap yang paling sering
dipakai. Dengan komposisi dari kulit, jaringan subkutan, dan otot di
bawahnya, pasokan darahnya berasal dari rantai vaskular mayor (arteri
dan vena), yang masuk ke bawah permukaan proksimal dari otot dan
terangkat bersama-sama dengan otot tersebut. Untuk memobilisasi flap
tersebut, jaringan fascia dan subkutan dijahit menjadi satu untuk
menghindari kerusakan pembuluh darah yang mengalami perforasi pada
jaringan aerolar yang saling berhadapan dari kedua lapisan tersebut.
Pemindahan flap musculocutaneus meninggalkan suatu daerah donor
yang dalam yang pada kebanyakan kasus harus ditutup dengan tandur
kulit. Kadang-kadang, daerah ini dapat ditutup secara primer.
Prosedur Lainnya
Prosedur sekunder dipergunakan jika terjadi kerusakan multipel. Jika
begitu, jaringan yang adekuat tidak segera tersedia di dekat ulkus
dekubitus yang baru, baik karena pembentukan parut dari ulkus dekubitus
sebelumnya atau akibat prosedur pembedahan, atau karena jaringan
subkutan sekitarnya telah mengalami atrofi dan mengecil.
Prosedur tersier dicadangkan sampai prosedur primer dan sekunder telah
dicoba. Metode tersier yang paling umum adalah amputasi unilateral atau
bilaeral dan fillet (pengangkatan tulang) ekstremitas bagian bawah. 3,4,6
8. Komplikasi
Osteomielitis
Terdapat 10 % insidens osteomielitis yang berhubungan dengan
ulkus dekubitus. Selain itu, sepsis yang terjadi akibat ulkus dapat menjadi
komplikasi yang serius dan fatal. Mungkin terdapat kesulitan membedakan
osteomielitis yang mendasari ulkus dekubitus dengan infeksi jaringan
lunak. Debridement ulkus secara bedah yang digabung dengan antibiotik-
spektrum luas diperlukan pada infeksi jaringan lunak. Adanya osteomielitis
akan menunjukkan luasnya ostektomi dan dapat memodifikasi lamanya
pengobatan antibiotik.
Amputasi
Amputasi dan prosedur pemotongan dipersiapkan untuk pasien
yang memiliki ulserasi luas, dengan/atau tanpa osteomielitis yang
mendasarinya, dan tidak dapat diobati dengan baik melalui prosedur primer
atau sekunder apapun seperti yang telah digambarkan sebelumnya.
Prosedur tersebut dapat terdiri dari suatu amputasi di atas lutut,
pemotongan (pengangkatan femur) dari penggunaan keseluruhan paha
untuk penutupan flap. Prosedur teknis yang lebih hebat dan ekstensif terdiri
dari amputasi pada tingkat pergelangan kaki dan potongan pada
keseluruhan tungkai. Hal ini memungkinkan lebih banyak otot dan jaringan
subkutan menutupi defek tersebut. Teknik ini harus digolongkan sebagai
prosedur tersier dan hanya dilakukan apabila seluruh prosedur lain terbukti
tidak berhasil.
Aspek psikologis dari bedah amputasi menghasilkan beberapa
area masalah yang besar. Kehidupan bagi orang yang diamputasi telah
dirusak dalam kebiasaan yang menonjol. Konsekuensi psikologis akibat
kecacatan yang jelas juga dapat bermakna.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pendland, Susan L., dkk. Skin and Soft Tissue Infections. Dalam Joseph T. DiPiro, dkk,
editor. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. Edisi 6. Chicago: McGrawHill
Company; 2005. p1998-90
2. Staf Mayoklinik. 2007. Bedsores (pressure sores). Availaible from URL: www.mayoclinic.com
diakses tanggal 1 Mei 2017
3. Jr, Don R Revis. 2008. Decubitus Ulcer. Availaible from URL: www.emedicine.com diakses
tanggal 1 Mei 2017
4. Hidayat, Djunaedi, Sjaiful Fahmi Daili, dan Mochtar Hamzah. Ulkus Dekubitus . Dalam
Cermin Dunia Kedokteran No. 64, Tahun 1990. Availaible from URL: www.kalbe.co.id
diakses tanggal 1 Mei 2017
5. Anonim. 2008. Bedsore. Availaible from URL: www.wikipedia.org diakses tanggal 20 Juli 2008
6. Wilhelmi, Bradon J. 2008. Pressure Ulcers, Surgical Treatment and Principles. Availaible
from URL: www.emedicine.com diakses tanggal 1 Mei 2017
7. Anonim. 2008. Bedsores. Availaible from URL: www.dermnetnz.org diakses tanggal 1 Mei
2017
8. Salcido, Richard. 2006. Pressure Ulcers and Wound Care. Availaible from URL:
www.emedicine.com diakses tanggal 1 Mei 2017
9. Pershall, Linda D.2008. Decubitus Ulcer Information and Stages of Wounds. from URL:
http://expertpages.com diakses tanggal 1 Mei 2017
10. Susanto, Heri. 2008. Integumen Disorder. Availaible from URL: http://els.fk.umy.ac.id diakses
tanggal 1 Mei 2017
11. Anonim 2008. Pressure Sores, Pressure Ulcers or Decubitus Ulcers. Availaible from URL:
www.apparelyzed.com diakses tanggal 1 Mei 2017
12. Kirman,Christian N. 2008. Pressure Ulcers, Nonsurgical Treatment and Principles.
Availaible from URL: www.emedicine.com diakses tanggal 1 Mei 2017

Anda mungkin juga menyukai