URAIAN PROSES
A. Bahan Baku
Tepung tapioka adalah pati yang diperoleh dari ekstraksi ubi kayu melalui
fraksi yang larut dalam air (soluble starch) serta memberikan warna violet
pada tes dengan iodine. Berat molekul amilopektin antara 50.000 sampai
Protein : 0,4%
Lemak : 0,3%
Air : 12%
Serat : 0,4%
Fase : padat
Kecerahan : 98,2 %
Kelembaban : 12,67 %
pH : 4,4
Abu : 0,17 %,
(Parlindungan, 2005)
B. Bahan Penunjang
1. Enzim liquifikasi
Jenis : -amylase
pH operasi :6
(sivaramakrishna et al.2006)
2. Enzim sakarifikasi
Jenis : glukoamylase
Suhu optimal : 60 oC
pH operasi : 4 - 4,5
(Fogarty 1983)
3. CaCl2 konsentrasi 10 %
Sifat Fisika :
Tidak berbau
Sifat Kimia :
Fungsi :
4. HCl 32 %
Sifat Fisika :
Titik didih : 53 0 C
Sifat Kimia :
Fungsi :
5. Karbon aktif
Internal surface area rata rata sebesar 10000 ft2 per gram
Fungsi :
(Dimas, 2011)
Glukosa merupakan unit terkecil dalam rantai pati yang merupakan hasil
proses fotosintesis. Glukosa adalah satuan terkecil dari polisakarida yang
termasuk dalam golongan monosakarida. Glukosa memiliki rumus molekul
C6H12O6 yang merupakan jenis monosakarida yang mengandung gugus
aldehid. Sering dijumpai dalam bentuk Dglukosa, karena memutar bidang
polarisasi cahaya kearah kanan. Glukosa biasa dijumpai sebagai monomer
bebas pada buah buahan dan darah, glukosa juga dapat diperoleh dari
hidrolisa pati (starch) dengan menggunakan asam ataupun biokatalisator
berupa enzim. (Dimas, 2011)
Adapun sifat fisik dari glukosa sebagai berikut :
Rumus Molekul : C6H12O6
Sifat Kimia:
Reduktor kuat
Produksi sirup glukosa dari tepung tapioka melalui tiga tahapan yaitu
produk. Adapun data kondisi operasi dan penggunaan bahan penunjang yang
digunakan dalam perancangan ini diambil dari beberapa jurnal dan buku-buku
Berikut penjelasan dari uraian proses perancangan pabrik sirup glukosa dari
tepung tapioka:
2.2.1. Tahap Pengolahan Awal (Pretratment)
tapioka, air proses, CaCl2 dan enzim -amilase. Bahan baku ini dicampur
dasar bahan kering) dalam air, setelah itu diatur pH-nya sebesar 6,5 dengan
perbandingan 0,1% berat pati. Setelah itu bubur tapioka yang terbentuk
penambahan saturated steam dengan kondisi tekanan 300 kPa. Ketika steam
berkontak dengan bahan dan terjadi gelatinasi, seluruh massa steam dianggap
Pada tahapan inti/utama terdapat dua tahapan yaitu tahap liquifikasi dan
sakarifikasi.
A. Proses Liquifikasi
digunakan ialah tipe reaktor batch. Larutan pati dialirkan ke reaktor liquifikasi
hidrolisa selama 2.5 jam dan didapatkan konversi pati menjadi dekstrin
sebesar 66% (azwar, 2010). Berikut adalah reaksi yang terjadi dalam proses
liquifikasi :
x(C6H10O5)n n(C6H10O5)x
-amylase
(Tjokroadikoesoemo, 1993)
60OC dengan peralatan Tangki Pendingin yang dilengkapi dengan coil sebagai
1,4 dan 1,6 pada sisa pati dari reaksi dengan hidrolisa enzim glukoamylase.
Reaktor sakarifikasi yang digunakan ialah tipe reaktor batch. Kondisi operasi
reaktor yaitu dilakukan pengaturan suhu 60oC pada tekanan 1 atm, kemudian
pH dijaga pada nilai 4,5 dengan cara melakukan penambahan HCl dengan
sebagai katalisator, dengan dosis 0,1% berat pati yang belum terkonversi.
(azwar, 2010) Hal ini merupakan kondisi optimum dari enzim glukoamylase.
dan konversi yang dihasilkan sekitar 98% pati menjadi gula. (Uhlig, 1998)
glukoamyla
se
n(C6H10O5)x + xnH2O x nC6H12O6
dekstrin glukosa
(Tjokroadikoesoemo, 1993)
steam pada tekanan 300 kPa) sebelum dipompakan ke Rotary Vacuum Filter.
Pemanasan dilakukan pengaturan sampai suhu menjadi 80OC. Pemanasan ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya reaksi balik yang terjadi setelah keluar
Proses pemurnian produk yang berupa larutan glukosa, dibagi menjadi empat
A. Filtrasi
kasar, serat, lemak dan protein yang terdapat dalam produk. Sirup glukosa
dicuci menggunakan air proses, dimana asumsi yang digunakan ialah solid
yang ikut cake sebesar 99% dari total solid yang terbentuk dan kebutuhan air
pencuci diasumsikan 10% berat dari cake kemudian filtrat yang terkandung
dalam cake 0,1% dari berat cake (Uhlig, 1998). Filtrat yang dihasilkan
karbonasi.
B. Pemucatan (pengkarbonan)
Filtrat diberi karbon aktif dengan ukuran 100 mesh untuk pemucatan
0,1% bahan kering gula dalam larutan dengan temperatur masuk pada suhu 30
O
C (Tjokroadikoesoemo, hal 35, 1991). Setelah didapatkan sirup glukosa yang
dengan tujuan untuk memisahkan inert yang terdapat dalam sirup glukosa,
dengan asumsi air yang terikut cake 10% berat padatan dalam cake dan
glukosa yang terikut cake 0,1% berat dalam cake. (Uhlig, 1998)
larutan glukosa, seperti Cl- dan Na+. Proses ini dilakukan pada penukaran ion,
dikenal sebagai ion exchanger, berupa vessel berisi resin yang telah diaktivasi
dan dapat menukarkan ion positif terlarut dengan ion H+ (pada kation
exchanger) dan ion negatif terlarut dengan OH- (pada anion exchanger).
Asumsi yang digunakan Cl- dalam sirup glukosa diikat oleh resin (efisiensi
100%). (Uhlig, 1998) Apabila resin yang digunakan telah jenuh, perlu
didapatkan produk sirup glukosa pada 75% bahan kering. Uap yang terbentuk
ejector dimana kondisi tekanan diatur pada 60 cmHg abs. (Uhlig, 1998)
konsumen.
(Terlampir)