PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
nomor 4 terbayak di Asia (WHO,2012) dan juga merupakan salah satu penyakit
penyakit dari 7 penyakit terbesar di Indonesia setelah TB, Stroke, Penyakit hati,
metabolik yan berlangsung kronik dan baru dirasakan setelah komplikasi pada
organ tubuh terjadi agak lebih lanjut. Penyakit ini merupakan penyakit yang
Pada pasien DM, kemampuan tubuh untuk bereaksi dengan insulin dapat
menurun, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi baik akut maupun kronik.
Komplikasi akut termasuk hipoglikemia, diabetes ketoasidosis, dan hiperglikemia,
hiperosmolar koma nonketotik (Smeltzer dan Bare, 2010). Komplikasi DM kronik
bisa mengenai makrovaskular (rusaknya pembuluh darah besar) dan
mikrovaskular (rusaknya pembuluh darah kecil). Komplikasi makrovaskular
meliputi penyakit seperti serangan jantung, stroke dan insufisiensi aliran darah ke
tungkai. Sedangkan komplikasi mikrovaskular meliputi kerusakan pada mata
(retinopati) yang menyebabkan kebutaan, kerusakan pada ginjal (nefropati) yang
berakhir pada gagal ginjal, dan juga kerusakan pada syaraf (neuropati) yang
berakibat pada gangguan kaki diabetes sampai kemungkinan terjadinya amputasi
pada tungkai (WHO, 2015).
Estimasi terakhir Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2014) tingkat
prevalensi global penderita DM pada tahun 2013 sebesar 8,3% dari keseluruhan
penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 387 juta
kasus. Data tahun 2015 yang ditunjukkan oleh Perhimpunan Endokrinologi
Indonesia (PERKENI), di Indonesia penderita DM telah mencapai jumlah 9,1 juta
orang. Penderita DM di Sumatera Utara juga meningkat setiap tahunnya. Pada
tahun 2013, Sumatera Utara memiliki prevalensi DM sebesar 5,3% atau hanya
0,4% di bawah rata - rata nasional. Meskipun demikian, prevalensi ini harus
diwaspadai karena penderita yang telah mengetahui memiliki DM sebelumnya
hanya sebesar 26%, sedangkan sekitar 74% yang tidak mengetahui bahwa mereka
telah menderita DM (Lindarto, 2013).
Jumlah pasien DM terus meningkat dan besarnya biaya perawatan pasien
DM yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang
paling baik adalah melakukan penatalaksanaan. Menurut Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PERKENI), ada empat pilar penatalaksanaan pada
penderita DM tipe 2 yaitu edukasi, terapi nutrisi medis, latihan jasmani, dan
intervensi farmakologis (PERKENI, 2011). Salah satu penatalaksanaan yang perlu
diperhatikan adalah edukasi. Melalui edukasi, pasien bukan hanya harus belajar
keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari guna menghindari penurunan
atau kenaikan kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki
perilaku pencegahan dalam gaya hidup dan perawatan untuk menghindari
komplikasi DM jangka panjang. Risiko sepanjang waktu pasien DM yang
mengalami ulkus atau ulserasi pada kaki adalah sekitar 25%. Studi terkini
merekomendasikan bahwa insidensi ulkus kaki pada penderita DM berbasis
populasi adalah 1 - 4% dengan prevalensi 4 - 10%. Risiko amputasi adalah 10 - 30
kali lebih tinggi ada pasien DM dibandingkan dengan populasi umum, dan secara
global, diperkirakan setiap tahunnya, satu juta pasien DM menjalani beberapa
amputasi ekstremitas bawah. Sebagian besar amputasi ekstremitas (85%)
dilakukan pada kaki yang mengalami ulkus, dan angka kematian akibat amputasi
dilaporkan terjadi di wilayah tertentu adalah 15 - 40% setiap tahunnya dan 39 -
80% setiap 5 tahunnya (Bilous dan Donelly, 2015).
Diabetes Melitus adalah suatu keadaan dimana terdapat kadar gula yang
berlebihan dalam peredaran darah, dan ini terjadi karena badan kekuranan suatu
hormon yang disebut degan insulin, dan hormon itu yang diperlukan untuk
menukar gula kedalam tenaga pada badan kita. Akibatnya ialah glukosa
pasien harus sering kencing (poliuria), merasa amat haus (polidipsia), berat badan
menurun dan berasa lelah. Penyakit diabetes juga sebagai penyakit keturunan atau
multifaktorial, anatara lain keturunan, virus yang menimbulkan kerusakan sel beta
pancreas, pola makan, kegemukan, pola aktivitas dan lingkungan. Gaya hidup
diperkotaan dengan pola makan yang tinggi lemak, garam, dan gula, keseringan
makanan yang berlebihan. Selain itu pola makan yang serba instan saat ini
memang sangat digemari oleh sebagian masyarakat, seerti gorngan jenis makanan
mudah meriah dan mudah di dapat karena banyak dijual dipinggir jalan, ini
diderita oleh 246 juta penduduk dunia, dan diperkirakan akan meningkat menjadi
380 juta penduduk pada tahun2025. Jumlah tersebut setara dengan 7,1% dari total
menderita diabetes. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 439 juta
penduduk pada tahun 2030 (internatinal diabetic federation daam van son, 2011
diabetes melitus dan diperkirakanakan naik menjadi 250 juta pada tahun 2025.
Kenaikan ini antara lain karena faktor usia harapan hidup smakin meningkat, diet
kurang sehat, kegemukan serta gaya hidup modern. Di Indonesia menurut survey
1993nprevalensi penyakit diabetes dikota-kota besar 6-20 tahun yaitu 0,26%, usia
diatas 20 tahun 1,43%, dan usia diatas 40 tahun 4,16%, sedangkan dipedesaan
Data dari riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 Prevalensi DM dan
DM, Hipertiroid, dan Hipertensi pada perempuan cenderug lebih tinggi dari pada
Utara (masing-masing 11,1%) diikuti Riau (10,4%) dan NAD (8,5%). Prevalensi
terganggu tertinggi ada di Provinsi Papua Barat (21,8%), diikuti Sulbar (17,6%),
bahwa semakin tahun penyandang diabetes semakin meningkat, maka oleh karena
selama bulan januari sampai bulan juni tahun 2017 sebanyak 30 orang. Jumlah
penderita DM yang dirawat di ruang Anggrek periode bulan juli sebanyak 15
orang.
Serdang Bedagai.
Bedagai.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Bedagai.
Serdang Bedagai.
Serdang Bedagai.
keperawatan.
1.4.2. Bagi Pasien
penyakit yang di deritanya, sehingga pasien mampu menjaga gaya hidunya agar
Serdang Bedagai.