Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi pada kehamilan adalah penyakit yang sudah umum dan merupakan salah
satu dari tiga rangkaian penyakit yang mematikan, selain perdarahan dan infeksi, dan
juga banyak memberikan kontribusi pada morbiditas dan mortalitas ibu hamil. Pada
tahun 2001, menurut National Center for Health Statistics, hipertensi gestasional telah
diidentifikasi pada 150.000 wanita, atau 3,7% kehamilan. Selain itu, Berg dan kawan-
kawan (2003) melaporkan bahwa hampir 16% dari 3.201 kematian yang berhubungan
dengan kehamilan di Amerika Serikat dari tahun 1991 - 1997 adalah akibat dari
komplikasi-komplikasi hipertensi yang berhubungan dengan kehamila.
Meskipun telah dilakukan penelitian yang intensif selama beberapa dekade,
hipertensi yang dapat menyebabkan atau memperburuk kehamilan tetap menjadi masalah
yang belum terpecahkan. Secara umum, preeklamsi merupakan suatu hipertensi yang
disertai dengan proteinuria yang terjadi pada kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul
setelah minggu ke-20 usia kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida. Jika
timbul pada multigravida biasanya ada faktor predisposisi seperti kehamilan ganda,
diabetes mellitus, obesitas, umur lebih dari 35 tahun dan sebab lainnya.
Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam kehamilan
berhubungan secara langsung terhadap penurunan aliran darah efektif pada sirkulasi
uteroplasental, juga karena terjadi persalinan kurang bulan pada kasus-kasus berat.
Kematian janin diakibatkan hipoksia akut, karena sebab sekunder terhadap solusio
plasenta atau vasospasme dan diawali dengan pertumbuhan janin terhambat (IUGR). Di
negara berkembang, sekitar 25% mortalitas perinatal diakibatkan kelainan hipertensi
dalam kehamilan. Mortalitas maternal diakibatkan adanya hipertensi berat, kejang grand
mal, dan kerusakan end organ lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit pada pasien dengan pre eklampsi ?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan pre eklampsi ?

1|ASUHAN KEPERAWAN PRE EKLAMPSI


C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar penyakit pada pasien dengan pre
eklampsi ?
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan
pre eklampsi ?

2|ASUHAN KEPERAWAN PRE EKLAMPSI


BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Pre eklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada
molahidatidosa (Hanifa, 2006).
Pre eklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria,
edema atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau
kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas
pada vili dan korialis (Mitayani, 2009).
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria, dan
edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan
ke tiga pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola
hidatidosa. (Rukiyah, 2010).
Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinnuria dan atau edema
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat
timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. (Sujiyatini,
2009)
Pre eklamsia dapat dideskripsikan sebagai kondisi yang tidak dapat diprediksi dan
progresif serta berpotensi mengakibatkan disfungsi dan gagal multi organ yang dapat
mengganggu kesehatan ibu dan berdampak negative pada lingkungan janin. (Boyle
M, 2007)
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pre eklamsi adalah
suatu keadaan pada masa kehamilan yang ditandai dengan adanya peningkatan
tekanan darah, protein uria dan adanya edema.

2. Epidemiologi
Di Indonesia frekuensi kejadian Preeklampsia sekitar 3-10% (menurut Triadmojo,
2003) sedangkan di Amerika serikat dilaporkan bahwa kejadian Preeklampsia
sebanyak 5% dari semua kehamilan (23,6 kasus per 1.000 kelahiran). (menurut Dawn
C Jung, 2007).

3|ASUHAN KEPERAWAN PRE EKLAMPSI


Pada primigravida frekuensi Preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan
multigravida, terutama primigravida muda, pada (tahun 2000) mendapatkan angka
kejadian Preeklampsia dan eklamsia di RSU Tarakan Kalimantan Timur sebesar 74
kasus (5,1%) dari 1413 persalinan selama periode 1 Januari 2000 sampai 31
Desember 2000, dengan Preeklampsia sebesar 61 kasus (4,2%) dan eklamsia 13 kasus
eklamsia 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20-24 tahun
dengan primigravida (17,5%).

3. Etiologi
Penyabab preeklampsi dan eklampsi sampai sekarang belum diketahui, tetapi
dewasa ini banyak ditemukan sebab pre eklampsi adalah iskemia plasenta dan
kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus, arteriola, retensi natrium dan
juga koagulasi intravaskuler (wiknjosastro, 1999).
Telah terdapat teori yang mencoba menerangkan sebab mustajab penyakit pre
eklamsi, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori
yang dapat diterima antara lain: Sebab bertambahnya frekuensi pada primigradivitas,
kehamilan ganda, hidromnion dan molahidatidosa, Sebab bertambahnya frekuensi dan
makin tuanya kehamilan, Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan
kematian janin dalam uterus, Sebab timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang
dan koma.
Faktor predisposisi pre eklamsia yang harus diwaspadai antara lain : Nuliparitas,
riwayat keluarga dengan eklamsia dan pre eklamsia, kehamilan ganda, diabetes,
hipertensi kronis dan molahidatidosa. (Hanifa, 1999)

4. Patofisiologi
Perubahan patofisiologi terjadi dalam sel endotel pada glomerulus tapi hanya satu
sentuh luka ini pada ginjal merupakan atau mempunyai karakteristik yang unik untuk
pre eklampsi terutama pada wanita nulipara (85 % ), faktor ginetik utama adalah tidak
adanya peningkatan darah tapi bekunya perfusi sekunder disebut sebagai vasospasme,
vasospasme arteri mengurangi diameter pembuluh darah yang mengganggu aliran
darah keseluruhan organ dan peningkatan tekanan darah fungsi tiap-tiap organ seperti
plasenta, ginjal, hati dan otak tertekan sekitar 40% - 60%.
Rusaknya perfusi plasenta diawali dengan cepatnya umur degeneratif dari
plasenta dan kemungkinan IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) pada janin. Hal

4|ASUHAN KEPERAWAN PRE EKLAMPSI


tersebut penting mengingat rusaknya sintesis prostaglandin mungkin salah satu faktor
dalam PIH (Pregnancy Induced Hypertension ). Aktivitas uterus dan sensitivitas
oksitoksin harus dimasukkan dalam laporan ketika memberikan obat. Hal ini
digunakan untuk induksi atau tambahan tenaga.
Berkurangnya perfusi ginjal menurunkan kecepatan filtrasi glomerulus dan
mengakibatkan perubahan degeneratif pada glomerulus, protein, albumin primer
keluar bersama urine. Asam urat murni berkurang sodium dan air tertahan.
Menurunnya tekanan osmotik cairan plasma disebabkan oleh menurunnya tingkat
serum albumin. Volume intravaskuler berkurang sebab cairan berpindah keluar dari
bagian intravaskuler yang mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi, meningkatnya
kekebalan darah dan edema jaringan. Nilai hematokrit meningkat yang disebabkan
oleh hilangnya cairan dari bagian intravaskuler.
Penurunan perfusi hati menyebabkan rusaknya fungsi hati. Edema hati dan
peredaran pembuluh darah dapat dialami oleh wanita hamil yang menyebabkan
terjadinya nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas salah satu sebagian
dari tanda eklampsia yang berat. Vasospasme arteri dan penurunan aliran darah
keretina menyebabkan gejala-gejala pada penglihatan seperti skotoma (buta) dan
kabur. Kondisi pada patologi yang sama menyebabkan edema serebral dan perdarahan
yang tidak teratur. Ketidakteraturan menyebabkan sakit kepala, hiperrefleksi, adanya
klonus pada mata kaki dan kadang-kadang perubahan tersebut dapat berefek
(perubahan-perubahan emosi, perasaan dan perubahan kesadaran adalah gejala yang
ganjil dari edema serebral).
Edema paru disebabkan oleh preeklampsi adalah kategorikan dengan edema
general yang menyeluruh. Pemberian curah infus lewat intravena yang atrogenik
menyebabkan terjadinya kelebihan cairan. Lemah nadi cepat, peningkatan laju
respirasi, penurunan tekanan darah dan rales pada paru menunjukkan kerusakan
pembuluh darah dan rales pada paru menunjukkan kerusakan pada sirkulasi darah.
Cepatnya digitalisasi dan pemberian deuresis dengan furosemide mungkin dianjurkan.
Edema paru dan gagal jantung kongestive pada hakekatnya hanya diterima sebagai
indikasi untuk pemberian terapi diuretik meningkatkan reduksi aliran darah
intervillous yang akan menyebabkan kesakitan pada janin dan kematian pada janin
yang diakibatkan oleh hipertensi. Resiko paling besar diedema paru terjadi 15 jam
setelah janin lahir. (Bobak, 2004)

5|ASUHAN KEPERAWAN PRE EKLAMPSI


5. Pathways (Terlampir)

6. Manifestasi Klinis
Genetik dapat merupakan faktor imunologi lain. Sibai menemukan adanya frekuensi
preeklampsi dan eklampsi pada anak dan cucu wanita yang memiliki riwayat
eklampsi, yang menunjukkan suatu gen resesif autosom yang mengatur respons imun
maternal. Faktor parental juga sedang diteliti.
a. Pre Eklampsi Ringan
1) Bila tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg diatas tekanan biasa, tekanan
diastolik 90 mmHg kenaikan 15 mmHg diatas tekanan biasa, tekanan yang
meninggi ini sekurangnya diukur dua kali dengan jarak 6 jam.
2) Protein urin sebesar 300 mm/dl dalam 24 jam atau > 1 gr/1 secara rantom
dengan memakai contoh urin siang hari yang dikumpulkan pada 2 waktu
dengan jarak 6 jam karena kehilangan protein adalah bervariasi.
3) Edema dependent, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak
terdengar. Edema timbul dengan diketahui penambahan berat badan yang
sebanyak ini disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian baru edema
nampak, edema ini tidak hilang dengan istirahat.
b. Pre Eklampsi Berat
1) Tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau diastolik lebih dari 110
mmHg pada dua kali pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam dengan ibu
posisi tirah baring.
2) Proteinuria lebih dari 5gr dalam urine 24 jam atau kurang lebih 3 pada
pemeriksaan dipstik setidaknya pada 2 kali pemeriksaan acak menggunakan
conroh urine yang diperoleh cara bersih dan berjarak setidaknya 4 jam.
3) Oliguria 400 ml dalam 24 jam.
4) Gangguan otak atau gangguan penglihatan.
5) Nyeri ulu hati.
6) Edema paru/ sianosis.
c. Eklampsia
1) Kehamilan lebih dari 20 minggu atau persalinan atau nifas.
2) Tanda- tanda pre eklampsia (hipertensi, edema, protein uria).
3) Kejang dan koma.
4) Terkadang disertai gangguan fungsi organ.

6|ASUHAN KEPERAWAN PRE EKLAMPSI


7. Komplikasi
Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi dibawah ini yang bisa
terjadi pada pre eklamsia dan eklamsia (Rukiyah, 2010) :
a. Solusio Plasenta : Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut
dan lebih sering terjadi pada pre eklamsia
b. Hipofibrinogenemia : Biasanya terjadi pada pre eklamsia berat. Oleh karena itu
dianjurkan untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
c. Hemolisis : Penderita dengan PEB kadang kadang menunjukkan gejala klinik
hemolisis yang dikenel dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini
merupakan kerusakan sel hati atau destruksi sel darh merah. Nekrosis periportal
hati yang sering ditemukan pada autopsy penderita eklamsia dapat menerangkan
ikterus tersebut.
d. Perdarahan Otak : Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklamsia.
e. Kelainan Mata : Kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung
sampai seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang kadang terjadi pada retina.
Hal ini merupakan tanda gawat akan terjadi apopleksia serebri.
f. Edema Paru Paru : Paru paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan
perubahan karena bronkopnemonia sebagai akibat aspirasi. Kadang kadang
ditemukan abses paru paru.
g. Nekrosis Hati : Nekrosis periportal hati pada pre eklamsia/eklamsia merupakan
akibat vasopasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklamsia, tetapi
juga dapat terjadi pada penyakit lain. Kerusakan sel sel hati dapat diketahui
dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzimenzimnya.
h. Sindroma HELLP (Haemolisys elevated liver enzymes dan low palatelet) :
Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati,
hepatoselular (peningkatan enzim hati [SGOT,SGPT], gejala subyektif [cepat
lelah, mual, muntah, nyeri epigastrium]). Hemolisis akibat kerusakan membrane
eritrosit oleh radiakl bebas asam lemak jenuh dan tak jenuh. Trombositopenia
(,150.000/cc), agregasi (adhesi trombosit did inding vaskuler), kerusakan
tromboksan (vasokonstriktor kuat), lisosom.

7|ASUHAN KEPERAWAN PRE EKLAMPSI


i. Kelainan Ginjal : Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu
pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur
yang lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria samapi gagal ginjal.
j. Komplikasi Lain : Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang
kejang pneumoni aspirasi dan DIC (disseminated intravascular coagulation)
k. Pada Janin Menurut Rukiyah (2010), komplikasi pre eklamsia pada janin adalah :
Janin yang dikandung ibu hamil pre eklamsia akan hidup dalam rahim dengan
nutrisi dan oksigen dibawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena pembuluh
darh yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit, karena buruknya nutrisi
pertumbuhan janin akan terhambat sehingga akan terjadi bayi dengan berat lahir
rendah. Bisa juga janin dilahirkan kurang bulan (prematuritas), komplikasi lanjut
dari prematuritas adalh keterlambatan belajar, epilepsy, serebral palsy, dan
masalah pada pendengaran dan penglihatan, bayi saat dilahirkan asfiksia, dsb.

8. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-
tanda sedini mungkin ( pre-eklampsia ringan ) lalu diberikan pengobatan yang
cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat
2) Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pere-eklampsia kalau
ada faktor faktor peredisposisi
3) Berikan penerangan tentang mamfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi
protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
b. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :
1) Untuk mencegah terjadinya pre-eklampsia dan eklampsia
2) Hendaknya janin lahir hidup
3) Trauma pada janin semaksimal mungkin
Penanganan Pada Pre-Eklampsia Berat
1) Pre-eklampsia berat pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji
kocok dan rasio L/S, maka penanganan adalah sebagai berikut :

8|ASUHAN KEPERAWAN PRE EKLAMPSI


a) Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr IM kemudian
disusul dengan injeksi tambahan 4 gr IM setiap 4 jam (selama tidak ada
kontraindikasi)
b) Jika ada perbaikan jalannya penyaki, pemberian sulfas magnesikus dapat
diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-eklampsia
ringan (kecuali ada kontraindikasi)
c) Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta BB
ditimbang seperti pada pre-eklampsia ringan, sambil mengawasi timbunya
lagi gejala.
d) Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi
kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan.
2) Pre-eklampsia berat pada usia kehamilan diatas 37 minggu.
a) Penderita rawat inap.
(1) Istirahat mutlak dan ditempatkan pada kamar isolasi Berikan diit
rendah garam dan tinggi protein
(2) Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr IM, 4 gr dibokong kanan dan
4 gr d bokong kiri
(3) Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
(4) Syarat pemberian MgSO4 adalah refleks patella positif, diuresis 100 cc
dalam 4 jam terakhir, respirasi 16 kali permenit, dan harus tersedia
antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10 % dalam amp 10 cc.
(5) Infus dextrosa 5 % dan ringer laktat
(6) Berikan obat anti hipertensi : injeksi katapres 1 amp IM dan
selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 kali tablet atau 2 kali
tablet sehari
(7) Diuretika tidak diberikan kecuali bila terdapat oedema paru dan
kegagalan jantung kongestif. Untuk ini dapat disuntikan 1 amp IV lasix
(8) Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi
partus dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin
( pitosin atau sintosinon ) 10 satuan dalam infus tetes
(9) Kala II harus dipersingkat dengan VE atau FE, jadi ibu dilarang
mengedan
(10) Jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi pendarahan
yang disebabkan atonia uteri

9|ASUHAN KEPERAWAN PRE EKLAMPSI


(11) Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi,
kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam selama 24 jam
postpartum
(12) Bila ada indikasi obstetrik dilakukan SC.

10 | A S U H A N K E P E R A W A N P R E E K L A M P S I
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data fokus pengkajian :
a. Sirkulasi
1) Peningkatan tekanan darah menetap melebihi nilai dasar setelah 20 minggu
kehamilan.
2) Riwayat hipertensi kronis.
3) Nadi mungkin menurun.
4) Dapat mengalami memar spontan, perdarahan lama, atau epistaksis
(trombositopenia)
b. Eliminasi
1) Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400 ml/ 24 jam atau tidak ada).
c. Makanan dan cairan
1) Mual/ muntah.
2) Malnutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20% atau lebih besar),
masukan protein / kalori kurang.
3) Edema mungkin ada, dari ringan sampai berat atau umum dan dapat meliputi
wajah, ekstremitas dan sistem organ (misal : hepar, otak).
d. Neurosensory
1) Pusing, sakit kepala frontal.
2) Diplopia, penglihatan kabur.
3) Hiperrefleksia.
4) Kacau mental tonik, kemudian fase tonik klonik, diikuti dengan periode
kehilangan kesadaran.
5) Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukkan edema atau spasme vaskuler.
e. Nyeri dan Ketidaknyamanan
1) Nyeri epigastrik (kuadran kanan atas).
f. Pernafasan
1) Pernafasan mungkin kurang dari 14 kali / menit.
2) Krekles mungkin ada.
g. Seksualitas
1) Primigravida, gestasi, multipel, hidramnion, mola hidatosa, hidrops fitalis
(antigen antibodi).
2) Gerakan bayi mungkin berkurang.

11 | A S U H A N K E P E R A W A N P R E E K L A M P S I
3) Tanda tanda abrupsi plasenta mungkin ada.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru.
b. Kekurangan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan kehilangan
protein plasma dan kenaikan hematokrit.
c. Perubahan perfusi jaringan utero plasenta berhubungan dengan menurunnya
aliran darah ke plasenta.
d. Resiko cidera pada ibu berhubungan dengn edema/hipoksia jaringan, kejang.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi prognosis dan kebutuhan tindakan
berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan interpretasi.

3. Intervensi
NO D TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
X
1 1 Seteleh dilakukan a. Kaji frekuensi kedalaman a. Untuk mengetahui derajat
tindakan keperawatan pernapasan disterss pernapasan dan
selama ... x 24 jam atau kronisnya proses
diharapkan perbaikan penyakit
b. Tingkatkan kepala tempat b. Gelisah dan ansietas
O2 jaringan adekuat
tidur, bantu klien untuk adalah manifestasi umum
dalam batas normal dan
memilih posisi yang pada hipoksia.
bebas gejala distress
mudah untuk bernapas
pernapasan dengan c. Monitor tanda-tanda vital c. Perubahan tekanan darah
KH : dapat menunjukkan efek
a. Klien merasa hipoksemia sistemik pada
nyaman dan bebas fungsi jantung
distress pernafasan d. Jelaskan kepada pasien d. Untuk menurunkan
b. Bunyi nafas bersih sebelum memulai ansietas dan meningkat
c. Ventilasi adekuat
pelaksanaan prosedur kan rasa kendali
e. Kolaborasi pemberian e. Agar jalan nafas pasien
oksigen sesuai dengan adekuat
keperluan
2 2 Seteleh dilakukan a. Timbang berat badan a. penambahan berat badan
tindakan keperawatan secara rutin, anjurkan bermakna dan tiba-tiba

12 | A S U H A N K E P E R A W A N P R E E K L A M P S I
selama ... x 24 jam klien untuk memantau menunjukkan retensi
diharapkan setelah berat badan di rumah atau cairan yang mengakibat
dilakukan tindakan waktu kunjungan kan edema
b. Bedakan edema b. Adanya edema pitting
keperawatan
kehamilan yang patologis pada wajah, tangan, kaki,
diharapkan hematokrit
dan fisiologis, pantau ateal sakral atau dinding
dalam batas normal,
lokasi dan derajat pitting abdomen/ edema yang
bebas dari tanda-tanda
tidak hilang setelah 12
edema dengan KH :
jam tirah baring, adalah
a. Volume cairan stabil
bermakna
dengan
c. Perhatikan perubahan c. Mengidentifikasi derajat
keseimbangan
pada kadar hemotokrit/ hemokosentrasi yang
antara intake dan
Hemoglobin disebabkan oleh
output cairan
b. Tanda-tanda vital keparahan cairan. Bila

dalam batas normal Hemotokrit kurang dari 3

dan tidak ada edema kali kadar Hemoglobin,


terjadi Hemokonsentras
d. Pantau asam urat serum d. Peningkatan kadar
dan kadar Kenoatinin khususnya asam urat,
serta Netrogen Urea menandakan kerusakan
Darah (BUN). fungsi ginjal,
memburuknya kondisi ibu
dan hasil janin buruk
3 3 Seteleh dilakukan a. Identifikasi faktor-faktor a. Merokok, penggumnaan
tindakan keperawatan yang mempengaruhi obat, kadar glukosa
selama ... x 24 jam aktivitas janin serum,bunyi lingkungan,
diharapkan aktifitas waktu dalam sehari dan
janin atau frekuensi siklus tidur bangun dari
jantung janin dalam janin dapat
batas normal dengan meningkatkan /
mencegah kehamilan menurunkan gerakan
prematur dan kematian janin
b. Tinjau ulang tanda-tanda b. Pengelolaan dan
janin dengan KH :
abrupsi plasenta (misal ; intervensi dini
a. Reaktifitas sistem
perdarahan vagina, nyeri meningkatkan

13 | A S U H A N K E P E R A W A N P R E E K L A M P S I
saraf pusat normal tekan uterus, nyeri kemungkinan hasil yang
b. Tidak ada
abdomen, dan penurunan positif
penurunan frekuensi
aktifitas janin)
jantung janin c. Berikan informasi c. Penurunan darah pada
mengenai pemgkajian plasenta mengakibatkan
atau percetakan gerakan penurunan pada
janin di rumah setiap hari pertukaran gas dan
kerusakan fungsi nutrisi
plasenta.Penurunan
aktifitas janin
menandakan kondisi yang
membahayakan janin dan
terjadi lebih dulu supaya
perubahan denyut janin
dapat dideteksi.
d. Pantau denyut jantung d. Mengevaluasi
janin secara manual atau kesejahteraan janin.
elektronik sesuai indikasi Peningkatan denyut
jantung janin dapat
menandakan respon
kompensasi pada
hipoksia, abrupsi plasenta
4 4 Seteleh dilakukan a. Kaji adanya masalah a. edema serebral dan
tindakan keperawatan sistem saraf pusat (misal : vasokonstriksi dapat
selama ... x 24 jam sakit kepala, gangguan dievaluasi dari masa
diharapkan melindungi penglihatan, perubahan perubahan gejala,
dan meningkatkan pada pemeriksaan perilaku, retina
keamanan untuk funduskopi)
b. Implementasikan tindakan b. meurunkan resiko cidera
mencegah terjadinya
pencegahan kejang bila kejang terjadi
cidera dengan KH :
c. Perhatikan perubahan c. vasokonnstriksi dan
a. Bebas dari tanda-
pada tingkat kesadaran vasospasme pembuluh
tanda iskemia
darah serebral
serebral (gangguan
menurunkan konsumsi
penglihatan, sakit
oksigen 20 % dan

14 | A S U H A N K E P E R A W A N P R E E K L A M P S I
kepala, perubahan mengakibatkan iskemia
pada mental) serebral
b. Menunjukkan kadar d. Kolaborasi pemberian d. Menekan aktivitas
faktor pembekuan fenobarbital atau serebral, mempunyai efek
dan enzime hepar diasepam sesuai indikasi sedatif bila kejang tidak
normal.
terkontrol oleh MgSO4
5 5 Seteleh dilakukan a. Kaji pengetahuan klien a. penerimaan informasi
tindakan keperawatan tentang proses penyakit dapat meningkatkan
selama ... x 24 jam pemahaman dan
diharapkan menurunkan rasa takut
pemahamam tentang membantu memudahkan
proses penyakit dan rencana tindakan klien
rencana tindakan yang
tepat dengan KH :
a. Klien mampu
mengidentifikasi
tanda dan gejala
yang memerlukan
evaluasi medis
b. Melakukan prosedur
yang ditentukan
dengan benar
c. Perubahan gaya
hidup atau perilaku
sesuai indikasi
b. Berikan informasi tentang b. Membantu menjamin
tanda dan gejala yang bahwa klien mencari
mengidentifikasi kondisi tindakan pada waktu yang
yang semakin buruk tepat dan mencegah
komplikasi tambahan
c. Bantu anggota keluarga c. Peningkatan darah terjadi
dalam mempelajari, untuk karena peningkatan curah
memonitor tekanan darah jantung dan tinjau ulang
sesuai indikasi. Tinjau pentingnya penguatan
ulang penatalaksanaan tanggung jawab klien

15 | A S U H A N K E P E R A W A N P R E E K L A M P S I
stres dan pembatasa diet dalam tindakan
d. Berikan informasi tentang d. Protein penting untuk
jaminan protein adekuat regulasi cairan
dalam diet klien dengan intravaskuler dan
kemungkinan atau ekstravaskuler
preeklampsi

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

5. Evaluasi
Hari /
No. DX Evaluasi Paraf
Tanggal
Perbaikan O2 jaringan adekuat dalam batas normal dan pasien
1
bebas gejala distress pernapasan.
Hematokrit pasien dalam batas normal dan bebas dari tanda-
2
tanda edema.
Aktifitas janin atau frekuensi jantung janin dalam batas
3 normal sehingga tidak terjadi kehamilan prematur dan
kematian janin.
Pasien dapat melindungi dan meningkatkan keamanan untuk
4
mencegah terjadinya cidera dan cidera tidak terjadi.
Pasien memahami tentang proses penyakit dan rencana
5
tindakan yang tepat.

16 | A S U H A N K E P E R A W A N P R E E K L A M P S I
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Pre eklamsi adalah suatu keadaan pada masa kehamilan yang ditandai dengan
adanya peningkatan tekanan darah, protein uria dan adanya edema. Pre eklampsi
dibagi menjadi pre eklampsi ringan dan pre eklampsi berat. Komplikasi terberat
yang dapat terjadi adalah kematian ibu dan janin.
2. Data fokus pengkajian pada pasien dengan pre eklampsi adalah pada sirkulasi,
eliminasi, makanan dan cairan, neurology, nyeri dan ketidaknyamanan, pernafasan
dan seksualitas.

B. Saran
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan yaitu :
1. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda
sedini mungkin ( pre-eklampsia ringan ) lalu diberikan pengobatan yang cukup
supaya penyakit tidak menjadi lebih berat
2. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pere-eklampsia kalau ada
faktor faktor peredisposisi
3. Berikan penerangan tentang mamfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein,
juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan

17 | A S U H A N K E P E R A W A N P R E E K L A M P S I
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermik, jansen. 2004. Buku Ajar keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Boyle, Maureen. 2007. Buku Saku Bidan Kedaruratan Dalam Persalinan. Jakarta: EGC

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika

Winkjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Yeyeh, Rukiyah. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta: CV Trans Info Media

18 | A S U H A N K E P E R A W A N P R E E K L A M P S I

Anda mungkin juga menyukai