My Referat
My Referat
PENDAHULUAN
Usaha pemberian nafas buatan dapat dilakukan tanpa alat atau dengan alat bantu
nafas, mempergunakan udara ekspirasi penolong atau dengan udara atsmofir disertai
dengan campuran oksigen murni yang telah disiapkan didalam tabung.(6)
1. Dari mulut penolong kemulut pasien
Cara ini mempergunakan udara ekspirasi penolong. Udara ekspirasi ditiup
kemulut atau kehidung penderita sebanyak kira-kira dua kali volume tidal
penderita dengan frekuensi nafas disesuaikan dengan kebutuhan penderita.
Proses ekspirasi penderita dilakukan secara pasif dengan cara melepaskan
mulut penolong dari mulut penderita setelah selesai meniup.
2. Dari mulut penolong lewat sungkup muka
prosesnya sama dengan yang diatas tetapi mempergunakan sungkup muka.
Sungkup muka dipasang sedemikian rupa sehingga menutupi mulut dan
hidung pasien serta diusahakan tidak ada kebocoran pada celah antara sungkup
dengan muka pasien. Penolong meniupkan udara ekspirasinya melalui lubang
sungkup muka.
3. Mempergunakan balon ke pipa endotrakea
Cara ini harus terlebih dahulu memasang pipa endotrakea melalui mulut.
Selanjutnya bantuan nafas dilakukan dengan balon yang dihubungkan ke pipa
endotrakea.
2.3.1 Circulation
Pada ALS tindakan yang dilakukan untuk tetap menjaga sirkulasi agar
sirkulasi tidak terhenti, maka dari itu tindakan yang dilakukan adalah evaluasi
keadaan umum dan tanda vital pasien, memasang monitor EKG dan menilai irama
pasien. Serta menentukan irama jantung pasien. Tindakan selanjutnya menyiapkan
alat untuk defibrilasi yaitu defibrilator.(3)
Cara defibrilasi yang aman :
- Nyalakan tombol power
- Tempatkan bantalan yang langsung melekat atau gel pads dan pedal pada
dada pasien dan berikan tekanan agar melekat pada posisinya
- Pilih tingkat energi yang tepat. Tingkat energi pada defibrilator terdapat
dua macam yaitu bifasik (150-360 J) dan monofasik ( 360 J)
- Isi energi defibrilator, setelah itu beri peringatan kepada orang lain agar
tidak menyentuh pasien.
- Lakukan kejut istrik. Ulangi CPR selama 2 menit dan cek irama jntung
kembali.
ELECTROKARDIOGRAFHY
Alat pantau EKG adalah alat pantau standar yang harus tersedia di unit-unit
gawat darurat. Diagnostik henti jantung mutlak harus ditegakkan melalui pemeriksaa
EKG, sehingga dengan demikian bantuan hidup lanjut dapat dilakukan secar tepat
sesuai dengan gambaran EKG. Gambaran EKG sangat menentukan langkah-langkah
terapi pemulihan yang akan dilakukan.(6)
POLA EKG
1. Henti jantung(2)
Henti jantung adalah ketidak sanggupan curah jantung untuk ememnuhi
kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara mendadak dan dapat
kembali normal jika dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan
kematian atau kerusakan otak menetap jika tindakannya tidakkannya tidak ade
kuat.
Gambaran EKG henti jantung :
- Ventrikel Asistol
Adalah garis lurus tanpa defleksi yang dapat terganggu oleh aliran listrik,
nafas buatan atau tindakan resusitasi.
- Disosiasi Elektro Mekanik
Adalah gambaran EKG yang menyerupai gambaran EKG normal yang
seakan-akan tidak aa kelainan, tetapi secara klinis tidak ada denyut nadi
atau curah jantung.
2. VT/VF
Onset fibrilasi ventrikel (VF) mungkin didahului oleh suatu periode takikardi
ventrikel tanpa denyut (VT). Penanganan paling efektif bagi kondisi tersebut sama
persis defibrilasi listrik ( kejut listrik arus searah ) waktu untuk memberikan kejutan
pertama sangat penting dalam menentukan hasil akhir dan bagitu diagnosis dibuat,
defibrilasi merupakan manuver pertama yang harus dilakukan dalam ALS.(3)
Alat-alat dan obat-obatan yang diperlukan pada tahap Advance Life Support
Dalam rumah sakit, perlengkapan alat-alat dan obat-obatan diletakkan
didaerah yang strategis. Perlengkapan ini beserta isinya harus ada diruang gawat
darurat, ruang terapi intensif, dikamar operasi dan diruang pulih.
Perlengkapan ini hendaknya mencakup tabung oksigen, alat jalan nafas (pipa
orofarings, nasofaring dan pipa endotrakea, sungkup muka, alat isap, laringoskop, dan
perlengkapan memasang infus, EKG monitor dengan defibrilatornya.
Pada saat memulai usaha pemberian obat, kanulisasi vena baik melalui vena
perifer maupun vena central segera harus dilakukan dengan tujuan untuk
menyediakan jalur vena terbuka untuk memasukkan obat-obatan dan menambah
volume sirkulasi darah terutama pada penderita syok akibat perdarahan akut atau
dehidrasi. Pilihan vena yang akan dikanulisasi adalah vena yang mudah diraba pada
vena ekstremitas atau melalui vena cubiti. Jarum yag digunakan untuk kanulisasi
adalah jenis kateter atau kanul intravena dengan ukuran yang paling besaryang bisa
masuk kedalam vena yang dipilh. Jenis cairan yang dipilih bisa cairan kristaloid atau
koloid, yang dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi.(6)