Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia.


Berdasarkan WHO tahun 2005, terdapat 17,5 juta kasus didunia yang meninggal
dikarenakan penyakit jantung dan pembuluh darah. Setiap tahunnya angka kejadian
terus meningkat. Salah satu penyebab kematian akibat penyakit jantung adalah henti
jantung atau cardiac arrest.(1) Henti jantung (cardiac arrest) adalah ketidaksanggupan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya
secara mendadak dan dapat balik normal, jika dilakukan tindakan yang tepat atau
akan menyebabkan kematian atau kerusakan otak menetap kalau tindakan tidak
adekuat. Oleh karena itu diperlukannya bantuan hidup.
Bantuan hidup merupakan usaha yang dilakukan untuk mempertahankan
kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa. Bantuan
hidup dibagi dua yaitu Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) dan Bantuan Hidup
Lanjut (Anvanced Life Support). Bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut
dilakukan sebelum berada di rumah sakit. Pada buku panduan Basic Trauma and
Cardiac Life Support, dikemukakan bahwa bantuan hidup dasar merupakan dasar
dalam menyelamatkan penderita dengan kondisi yang mengancam nyawa, meliputi
cepat mengenali tanda-tanda henti jantung, segera mengaktifkan sistem respon
kegawatdaruratan, serta melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP). Sedangkan
bantuan hidup lanjut adalah penanganan dengan menggunakan alat dan
penatalaksanaan setelah tindakan resusitasi.(3)
Bantuan hidup lanjut orang dewasa (ALS) mencakup intervensi lanjutan
setelah bantuan dasar kehidupan dimulai dan bila sesuai, ada defibrilator eksternal
otomatis (AED) yang telah digunakan. Transisi antara dukungan hidup dasar dan
lanjutan harus selaras karena BLS akan berlanjut selama dan tumpang tindih dengan
intervensi ALS. Bagian ALS ini mencakup pencegahan serangan jantung, aspek
spesifik ALS pra-rumah sakit, mulai resusitasi di rumah sakit, algoritma ALS,
defibrilasi manual, penanganan jalan nafas selama penggunaan CPR, obat-obatan
terlarang dan pengobatan Aritmia peri-arrest.(4)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resusitasi Jantung Paru


a. Henti Nafas
Henti nafas primer (respiratory arrest ) dapat disebabkan oleh banyak hal,
misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, obstruksi jalan oleh benda
asing, trauma dan lain-lain.(2)
b. Henti Jantung
Sebagian besar henti jantung disebabkan oleh fibrilasi ventrikel atau takikardi
tanpa denyut terutama kalau terjadinya diluar rumah sakit, kemudian disusul oleh
ventrikel asistol dan terakhir oleh disosiasi elektro-mekanik. Henti jantung ditandai
dengan denyut nadi besar tidak teraba, sianosis atau pucat sekali, pernafasan berhenti
atau satu-satu( gasping, apneu).(2)

Pengiriman O2 ke otak tergantung pada curah jantung, kadar hemoglobin (Hb),


saturasi Hb terhadap O2 dan fungsi pernafasan. Resusitasi jantung paru diperlukan
kalau O2 ke otak tidak cukup sehingga otak tidak dapat menjalankan fungsinya
dengan baik. Biasanya setiap negara membuat petunjuk untuk melakukan resusitasi
jantung paru dan sering merujuk pada resusitasi yang telah dibuat oleh negara maju
seperti Dewan Resusitasi Eropa, Inggris, Australia dan Amerika Serikat. Safar
membagi resusitasi menjadi beberapa tahap yaitu :(2)
1. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)
Resusitasi ABC (Airway control atau Assessment, Breathing support,
Circulation Support. Oksigenisasi darurat (Emergency Oxygenation)
2. Bantuan Hidup Lanjut ( Advance Life Support)
Resusitasi DEF ( Drug and Fluid, ECG diagnosis, Fibrillation Treatment)
Pengembalian sirkulasi spontan
3. Bantuan Hidup Perpanjangan ( Prolonged Life Support)
Resusitasi GHI ( Gauging, Human mentation, Intensive care,
Resusitasi otak, terapi otak pasca resusitasi)
2.2 Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)
Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada
organ vital seperi otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan
sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara
normal. Resusitasi mencegah agar supaya sel-sel tidak rusak akibat kekurangan
oksigen.(2)
Algoritma BLS Dewasa telah diubah untuk menunjukkan fakta bahwa penolong
dapat mengaktifkan sistem tanggapan darurat (misalnya, melalui penggunaan ponsel)
tanpa meninggalkan korban. Masyarakat yang anggotanya berisiko terkena serangan
jantung disarankan menerapkan program PAD. Rekomendasi telah diperkuat untuk
mendorong pengenalan langsung terhadap kondisi korban yang tidak menunjukkan
reaksi, pengaktifan sistem tanggapan darurat, dan inisiasi CPR jika penolong tidak
terlatih menemukan korban yang tidak menunjukkan reaksi juga tidak bernapas atau
tidak bernapas dengan normal (misalnya, tersengal). Penekanan perihal identifikasi
cepat terhadap kemungkinan serangan jantung oleh operator telah ditingkatkan
melalui penyediaan instruksi CPR secepatnya kepada pemanggil (misalnya, CPR
yang dipandu oleh operator).
Urutan yang disarankan untuk satu-satunya penolong telah dikonfirmasi:
penolong diminta untuk memulai kompresi dada sebelum memberikan napas buatan
(C-A-B, bukan A-B-C) agar dapat mengurangi penundaan kompresi pertama. Satu-
satunya penolong harus memulai CPR dengan 30 kompresi dada yang diikuti dengan
2 napas buatan.(5)

2.2.1 Circulation Support ( Bantuan Sirkulasi )


Kegagalan sirkulasi akut yang segera harus ditanggulangi adalah : syok dan
henti jantung. Otak merupakan organ vital yang mendapatkan aliran darah sekitar
15% dari curah jantung dan mengkonsumsi oksigen sekitar 20% dari konsumsi
oksigen seluruh tubuh. Otak sangat rentan terhadap iskemik, karena otak tidak
mempunyai cadangan energi dan laju metabolismenya sangat tinggi untuk memenuhi
kalorinya. Maka dari itu jika sirkulasi terhenti segera dilakukan kompresi jantung.
Kompresi jantung merupakan usaha pijatan atau tekanan pada dinding dada untuk
membuat jantung berkontraksi kembali.(6)
Kompresi jantung 30 kali dilakukan dengan cara : (6)
Pasien ditempatkan di atas alas yang datar dan keras
Posisi penolong berada disamping kanan atau kiri pasien
Salah satu telapak tangan diletakkan di half lower sternum ( setengah bagian
bawah sternum) tangan lainnya berada diatas telapak tangan tersebut lengan lurus
dan tegak lurus pada sternum/ badan pasien
Posisi tubuh penolong melintang diatas tubuh pasien dengan lengan tertumpu
pada sternum
Hentakkan badan penolong melalui berat badan bukan dengan kekuatan atau
tenaga dengan keceoatan 100-120 x /menit secara berirama dan konstan.
Sewaktu melakukan CPR secara manual, penolong harus melakukan kompresi
dada hingga kedalaman minimum 2 inci (5 cm) untuk dewasa rata-rata,
dengan tetap menghindari kedalaman kompresi dada yang berlebihan (lebih
dari 2,4 inci [6 cm]).

2.2.2 Airway Control ( menguasai Jalan Nafas )


Obstruksi jalan nafas merupakan salah satu penyebab dari gagal nafas akut.
Berdasarkan derajat sumbatan, obstruksi jalan nafas dapat terjadi secara parsial atau
total.(6)
a. Sumbatan Parsial Jalan Nafas
Usaha nafas masih ada, suara nafas masih terdengar dan desiran udara ekspirasi
dari mulut atau hidung pasien masih terasa.
Gejala dan tanda-tanda lain yang dapat dilihat pada sumbatan jalan nafas parsial
adalah :
1. Aktifitas otot-otot bantu pernafasan meningkat
2. Retraksi supra sternal dan interkostal
3. Terdengar stridor
4. Terdapat tanda-tanda hipoksia dan hiperkarbia
b. Sumbatan Total Jalan Nafas
Pada sumbatan jalan nafas total sama sekali tidak terdengar suara nafas, tidak
terasa desiran udara dari mulut atau hidung pasien.
Berdasarkan lokasi sumbatan, obstruksi jalan nafas dapat dibagi menjadi 3 lokasi:
3. Sumbatan diatas Laring
Disebabkan oleh :
- Lidah yang jatuh ke hipofaring
- Benda asing
- Penyakit infeksi atau tumor jalan nafas bagian atas
3. Sumbatan pada laring
Disebabkan oleh :
- Benda asing
- Penyakit infeksi
- Tumor laring
- Trauma laring
- Paralisis pita suara
- Spasme laring
3. Sumbatan dibawah laring :
- Trakea
- Broncus
Apabila terdapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas segera minta bantuan ahli dan
segera lakukan metode-metode pembukaan jalan nafas (triple airway manuver)
misalnya head lilt, chin lift, jaw-thrust.

2.2.3 Breathing support(6)


Setelah kompresi lakukan tindakan ventilasi 2x
- Penderita telentang dan penolong jongkok disamping kiri atau kanan
- Salah satu tangan mengekstensikan kepala sambil memijit hidung penderita
- Buka mulut dengan tangan lain, penolong memarik nafas kemudian meletakkan
mulut penolong menutupi mulut penderita
- Hembuskan udara nafas penolong melalui mulut penderita tidak boleh bocor dan
mata mengarah ke dada pasien untuk melihat gerak dinding dada.

Usaha pemberian nafas buatan dapat dilakukan tanpa alat atau dengan alat bantu
nafas, mempergunakan udara ekspirasi penolong atau dengan udara atsmofir disertai
dengan campuran oksigen murni yang telah disiapkan didalam tabung.(6)
1. Dari mulut penolong kemulut pasien
Cara ini mempergunakan udara ekspirasi penolong. Udara ekspirasi ditiup
kemulut atau kehidung penderita sebanyak kira-kira dua kali volume tidal
penderita dengan frekuensi nafas disesuaikan dengan kebutuhan penderita.
Proses ekspirasi penderita dilakukan secara pasif dengan cara melepaskan
mulut penolong dari mulut penderita setelah selesai meniup.
2. Dari mulut penolong lewat sungkup muka
prosesnya sama dengan yang diatas tetapi mempergunakan sungkup muka.
Sungkup muka dipasang sedemikian rupa sehingga menutupi mulut dan
hidung pasien serta diusahakan tidak ada kebocoran pada celah antara sungkup
dengan muka pasien. Penolong meniupkan udara ekspirasinya melalui lubang
sungkup muka.
3. Mempergunakan balon ke pipa endotrakea
Cara ini harus terlebih dahulu memasang pipa endotrakea melalui mulut.
Selanjutnya bantuan nafas dilakukan dengan balon yang dihubungkan ke pipa
endotrakea.

2.2.4 Penggunaan Automated External Defibrillators (AED)


Alat kejut jantung otomatis (AED) merupakan alat yang dapat memberikan
kejutan listrik pada korban. Pertama, pasang terlebih dahulu bantalan (pad) alat kejut
jantung otomatis pada dada korban sesuai instruksi yang ada pada alat. Setelah
dinyalakan, ikuti instruksi dari alat tersebut yaitu jangan menyentuh korban karena
alat kejut jantung otomatis akan menganalisis irama jantung korban. Jika alat
mengidentifikasi irama jantung yang abnormal dan membutuhkan kejut jantung
(untuk mengembalikan irama kelistrikan jantung menjadi normal), minta orang-orang
agar tidak ada yang menyentuh korban, lalu penolong menekan tombol kejut jantung
pada alat. Lanjutkan penekanan dada segera setelah alat memberikan kejutan listrik
pada korban. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan kelistrikan jantung seperti
semula.(7)

gambar 1. Memasang bantalan pad pada dada korban sesuai petunjuk

gambar 2. Meminta orang-orang disekitar agar tidak menyentuh korban jika


akan melakukan kejut jantung
Gambar 3. Melakukan RJP setelah dilakukan kejut jantung otomatis

2.2.5 Alogaritma BLS(5)


2.3 Bantuan hidup lanjut ( Advance Life Support)
Bantuan hidup lanjut ( Advance Life Support ) ditujukan untuk segera dapat
memulihkan dan mempertahankan fungsi sirkulasi spontan, sehingga perpusi dan
oksigenasi jaringan segera dapat dipulihkan dan dipertahankan.(6)
Bantuan hidup lanjut merupakan lanjutan dari bantuan hidup dasar dimana
pada BLS dilakukan penyelamatan dengan urutan C-A-B yang biasanya dilakukan
oleh orang awam, sedangkan pada bantuan hidup lanjut urutan penyelamatan tetap
dilakukan dengan C-A-B tetapi dengan cara yang berbeda.(6)

2.3.1 Circulation
Pada ALS tindakan yang dilakukan untuk tetap menjaga sirkulasi agar
sirkulasi tidak terhenti, maka dari itu tindakan yang dilakukan adalah evaluasi
keadaan umum dan tanda vital pasien, memasang monitor EKG dan menilai irama
pasien. Serta menentukan irama jantung pasien. Tindakan selanjutnya menyiapkan
alat untuk defibrilasi yaitu defibrilator.(3)
Cara defibrilasi yang aman :
- Nyalakan tombol power
- Tempatkan bantalan yang langsung melekat atau gel pads dan pedal pada
dada pasien dan berikan tekanan agar melekat pada posisinya
- Pilih tingkat energi yang tepat. Tingkat energi pada defibrilator terdapat
dua macam yaitu bifasik (150-360 J) dan monofasik ( 360 J)
- Isi energi defibrilator, setelah itu beri peringatan kepada orang lain agar
tidak menyentuh pasien.
- Lakukan kejut istrik. Ulangi CPR selama 2 menit dan cek irama jntung
kembali.

ELECTROKARDIOGRAFHY
Alat pantau EKG adalah alat pantau standar yang harus tersedia di unit-unit
gawat darurat. Diagnostik henti jantung mutlak harus ditegakkan melalui pemeriksaa
EKG, sehingga dengan demikian bantuan hidup lanjut dapat dilakukan secar tepat
sesuai dengan gambaran EKG. Gambaran EKG sangat menentukan langkah-langkah
terapi pemulihan yang akan dilakukan.(6)

POLA EKG
1. Henti jantung(2)
Henti jantung adalah ketidak sanggupan curah jantung untuk ememnuhi
kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara mendadak dan dapat
kembali normal jika dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan
kematian atau kerusakan otak menetap jika tindakannya tidakkannya tidak ade
kuat.
Gambaran EKG henti jantung :
- Ventrikel Asistol
Adalah garis lurus tanpa defleksi yang dapat terganggu oleh aliran listrik,
nafas buatan atau tindakan resusitasi.
- Disosiasi Elektro Mekanik
Adalah gambaran EKG yang menyerupai gambaran EKG normal yang
seakan-akan tidak aa kelainan, tetapi secara klinis tidak ada denyut nadi
atau curah jantung.
2. VT/VF
Onset fibrilasi ventrikel (VF) mungkin didahului oleh suatu periode takikardi
ventrikel tanpa denyut (VT). Penanganan paling efektif bagi kondisi tersebut sama
persis defibrilasi listrik ( kejut listrik arus searah ) waktu untuk memberikan kejutan
pertama sangat penting dalam menentukan hasil akhir dan bagitu diagnosis dibuat,
defibrilasi merupakan manuver pertama yang harus dilakukan dalam ALS.(3)

Alat-alat dan obat-obatan yang diperlukan pada tahap Advance Life Support
Dalam rumah sakit, perlengkapan alat-alat dan obat-obatan diletakkan
didaerah yang strategis. Perlengkapan ini beserta isinya harus ada diruang gawat
darurat, ruang terapi intensif, dikamar operasi dan diruang pulih.
Perlengkapan ini hendaknya mencakup tabung oksigen, alat jalan nafas (pipa
orofarings, nasofaring dan pipa endotrakea, sungkup muka, alat isap, laringoskop, dan
perlengkapan memasang infus, EKG monitor dengan defibrilatornya.

2.3.2 Airway control


Pada ALS kontrol jalan nafas dilakukan dengan alat. Alat yang digunakan untuk
kontrol airway adalah
1. Guedel ( oral airway dengan spatel tongue atau tanpa spatel tangue ).
Tindakan ini dilakukan pada penderita tidak sadar atau pada pasien dengan
persiapan intubasi.
2. Nasofaringeal Tube biasanya dlakukan pada pasien yang tidak bisa dipasang
oral airway. Bisa dilakukan pada pasien sadar, tidak sadar, post op orang
lanjut usia.
3. Laringeal Mask Airway
4. Endotrakeal Tube (intubasi) bertujuan untuk membersihkan saluran
trakeobronkea, mempertahankan jalan nafas agar tetap paten, mencegah
aspirasi, atau mempermudah pemberian ventilasi dan oksigenasi.

Obat yang diberikan pada setiap henti jantung adalah :


1. Adrenalin
Adrenalin adalah obat yang harus segera diberikan bila henti jantung yang terjadi
kurang dari 2 menit. Dosisnya 0,5-1,0 mg IV untuk dosis dewasa. Ini merupakan
ketokolamin yang terbentuk secara alami. Pemberian adrenalin akan
menimbulkan peningktan thanan vaskulah periferyang cenderung mengalirkan
darah ke organ-organ vital.(3)
2. Amiodarone
Indikasi utam obat ini pada henti jantung adalah untuk VF yang refrakter
terhadap kejut atau VT yang tanpa denyut, amiodarone harus diberikan segera
sebelum pemberian kejut keempat. Dosis dewasa untuk henti jantng adalah 300
mg.(3)
3. Atropin
Suatu obat antikolinergik yang bekerja pada reseptor muskarinik. Obat ini
menghambat nervus vagal baik dinodus sinoatrial (SA) maupun dinodus
atrioventikular (AV), menybabkan peningkatan frekuensi jantung. Pada henti
jantung akibat asistolik atau PEA yang frekuensinya kurang jantungnya kurang
dari 60 kali/menit. Dosis dewasanya adalah 3 mg.(3)

Pada saat memulai usaha pemberian obat, kanulisasi vena baik melalui vena
perifer maupun vena central segera harus dilakukan dengan tujuan untuk
menyediakan jalur vena terbuka untuk memasukkan obat-obatan dan menambah
volume sirkulasi darah terutama pada penderita syok akibat perdarahan akut atau
dehidrasi. Pilihan vena yang akan dikanulisasi adalah vena yang mudah diraba pada
vena ekstremitas atau melalui vena cubiti. Jarum yag digunakan untuk kanulisasi
adalah jenis kateter atau kanul intravena dengan ukuran yang paling besaryang bisa
masuk kedalam vena yang dipilh. Jenis cairan yang dipilih bisa cairan kristaloid atau
koloid, yang dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi.(6)

Anda mungkin juga menyukai