A PENGERTIAN
Air susu ibu (ASI) adalah suatu cairan yang terbentuk dari campuran dua zat yaitu
lemak dan air yang terdapat dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
organik yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu dan bermanfaat sebagai
makanan bayi (Maryunani, 2012). Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik
bagi bayi baru lahir, baik bayi yang dilahirkan cukup bulan (matur) maupun
kurang bulan (premature) (Suradi dkk, 2010).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi mulai 0-6 bulan dalam rangka
mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan terbukti memberikan
manfaat bagi bayi dari segi aspek gizi (kolostrum uang mengandung Ig A, Whey-
Casein, DHA, dan AA dengan komposisi yang sesuai), aspek imunologik
(laktoferin dan lysosim; dan jenis leukosit yaitu BALT, GALT, MALT serta faktor
bifidus) (Firmansyah dan Mahmuda, 2012). ASI eksklusif diberikan sedini
mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak ada makanan
tambahan sampai dengan bayi berumur enam bulan kecuali obat-obatan yang
disarankan oleh dokter. Makanan tambahan yang diaksud yaitu susu formula, air
matang, jus buah, air gula, amdu dan lain sebagainya. (Dee, 2007; Pearl et all,
2004 dalam pertiwi 2012).
B MANFAAT
ASI mengandung semua nutrient yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang benar
dan tidak pernah basi. Manfaat paling penting dari menyusui adalah
perlindungan terhadap infeksi seperti diare, infeksi pernafasan, dan lain-lain.
Menyusui juga memiliki beberapa manfaat psikologis. Menyusui memberi
kesempatan yang lebih besar untuk berhubungan secara lebih dekat dengan bayi
dan mengembangkan relasi penuh kasih sayang dalam jangka panjang, bayi juga
akan berkembang menjadi anak yang aman secara emosi karena mulai mengenali
sentuhan. Kontak fisik yang teratur dan berlangsung terus dengan ibu akan
menolong bayi mengembangkan kemampuan untuk menghadapi masalah dan
konflik dalam kehidupannya dikemudian hari (Ramaiah, 2006).
Depkes (2006) menerangkan bahwa manfaat ASI adalah dapat diberikan setiap
saat, mengandung zat kekebalan terhadap penyakit, dan mempererat hubungan
kasih sayang antara ibu dan anak (Hayati, 2009).
b Aspek Imunologi
5) Sel darah putih pada ASI pada dua minggu pertama lebih dari 4000 sel
per mil. Terdiri dari tiga macam yaitu Brochus-Asociated Lympocite
Tissue (BALT) antibodi pernafasan, dan Mammary Asociated
Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara
c Aspek Fisik
Anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif akan lebih mudah terjangkit
penyakit kronis, dan kemungkinan anak menderita kekurangan gizi
(marasmus) dan mengalami obesitas (kegemukan) juga lebih besar.
a Aspek Ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk
membeli susu formula dapat digunakan keperluan lain. Penghematan juga
disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga
menguragi biaya berobat.
b Aspek Psikologi
Jenis ASI Berdasarkan Waktu Produksi Berdasarkan waktu di produksi, ASI dapat
dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, (Khasanah, 2010)
1. Kolostrum ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah
bayi lahir. Pada awal menyusui, kolostrum yang keluar mungkin hanya
sesendok teh saja. Kolostrum melapisi usus bayi dan melindunginya dari
bakteri. Produksinya berkurang perlahan saat air susu keluar pada hari ke 3
sampai 5. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuning
kuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI mature, bentuknya agak kasar
karena mengandung butiran lemak dan selsel epitel. Adapun manfaat
kolostrum sebagai berikut :
a. Kaya antibodi yang berguna untuk melindungi bayi terhadap infeksi dan
alergi
b. Banyak sel darah putih yang berguna untuk melindungi bayi terhadap
infeksi
c. Pencahar yang berguna untuk membersihkan air ketuban, dan membantu
mencegah bayi kuning (ikterus)
d. Faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi berkembang lebih matang,
mencegah alergi dan keadaan tidak tahan
e. Kaya vitamin A yang berguna untuk mengurangi keparah infeksi,
mencegah penyakit mata pada bayi
2. ASI masa transisi ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari
kesepuluh. Merupakan peralihan dari ASI kolostrum sampai menjadi ASI
mature. Pada masa ini, kadar protein berkurang, sedangkan karbohidrat dan
lemak serta volumenya semakin meningkat. ASI transisi mengandung kalori
yang lebih banyak dibandingkan dengan kolostrum.
3. ASI mature ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya. ASI
mature mengandung 90% air yang berguna untuk menjaga hidrasi bayi,
10%nya merupakan karbohidrat, protein, dan lemak yang berfungsi untuk
pertumbuhan dan energi bagi bayi. ASI mature merupakan nutrisi bayi yang
terus berubah di sesuaikan dengan perkembangan bayi sampai usia 6 bulan.
Setelah 6 bulan, ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi sehingga
mulai dikenalkan dengan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI).
a. Foremilk
Foremilk disimpan pada saluran penyimpanan yang keluar pada awal
menyusui atau 5 menit pertama pada awal menyusui. Foremilk dihasilkan
sangat banyak dan berfungsi untuk menghilangkan rasa haus bayi.
Foremilk mengandung air, vitamins dan protein.
b. Hindmilk
Penting untuk diingat bahwa, baik foremilk dan hindmilk sama pentingnya
bagi bayi. Oleh karena itu saat bayi menyusui, bayi wajib mendapatkan
foremilk dan hindmilk dalam satu siklus menyusui. Indikator seimbangnya
foremilk dan hindmilk bisa dilihat dari peningkatan berat badan yang baik.
Selain itu, bisa juga dilihat dari warna feses bayi. Bayi sudah mendapatkan
foremilk dan hindmilk seimbang apabila warna fesesnya menjadi keemasan.
Ajarkan ibu untuk melakukan sendiri. Dengan seijin ibu, sentuh payudaranya
hanya untuk menunjukkan apa yang harus dilakukan, dan lakukan dengan lembut.
Siapkan wadah bersih kering dengan mulut lebar untuk ASI perah.
14. Hindari memerah pada puting -hal itu dapat menghambat aliran ASI
15. Hindari mengurut jari-jari kita pada payudara- menggesek dapat membuat
payudara nyeri
3. ASI perah segar dapat disimpan dalam tempat/wadah tertutup selama 6-8
jam pada suhu ruangan (26C atau kurang). Jika lemari pendingin (4C
atau kurang) tersedia, ASI dapat disimpan di bagian yang paling dingin
selama 3-5 hari, di freezer satu pintu selama 2 minggu, di freezer dua pintu
selama 3 bulan dan di dalam deep freezer (-18C atau kurang) selama 6
sampai 12 bulan.
4. Bila ASI perah tidak akan diberikan dalam waktu 72 jam, maka ASI harus
dibekukan.
5. ASI beku dapat dicairkan di lemari pendingin, dapat bertahan 4 jam atau
kurang untuk minum berikutnya, selanjutnya ASI dapat disimpan di lemari
pendingin selama 24 jam tetapi tidak dapat dibekukan lagi.
6. ASI beku dapat dicairkan di luar lemari pendingin pada udara terbuka
yang cukup hangat atau di dalam wadah berisi air hangat, selanjutnya ASI
dapat bertahan 4 jam atau sampai waktu minum berikutnya tetapi tidak
dapat dibekukan lagi.
8. Sebelum ASI diberikan kepada bayi, kocoklah ASI dengan perlahan untuk
mencampur lemak yang telah mengapung.
9. ASI perah yang sudah diminum bayi sebaiknya diminum sampai selesai,
kemudian sisanya dibuang
Bobak , I.M. & Lowdermilk, D.L. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta : EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). (2006). Pedoman Umum
Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal 2006.
Jakarta: Depkes RI.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2013). Nilai Nutrisi Air Susu Ibu. Jakarta:
IDAI.
Kanchan Sharma, Vinod Sharma and Pradeep Kumar Sharma (2014). Face to
Face Counseling is Associated with Higher Exclusive Breast Feeding Rates
at Six Weeks Compared to Audio-Visual Aids: A Randomized Controlled
Trial. J Neonatal Biol. Vol (3) 137. doi:10.4172/2167-0897.1000137.
Maryunani, Anik. (2012). Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif Dan Manajemen
Laktasi. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Murkoff, Heidi.,dkk. (2006). Kehamilan Apa yang Anda Hadapi Bulan Per
Bulan. Edisi 3. Jakarta : Arcan.
Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka
Bunda
Suradi R., Hegar B., Partiwi A. N., Marzuki N. S., & Ananta Y. (2010). Indonesia
Menyusui. Jakarta: IDAI.
Sylvia, Verralls. (1997). Anatomi dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan Edisi
3. Jakarta: EGC.