Anda di halaman 1dari 40

PENGARUH TEMPERATUR PRE HEAT SUBSTRAT

SS 316 PADA PROSES PELAPISAN Ni-20Cr


DENGAN METODE WIRE ARC SPRAY TERHADAP
KETAHAHAN THERMAL

Disusun oleh:
Arin Merliana 2710100041
Dosen Pembimbing:
Yuli Setiyorini, S.T., M.Phil

Jurusan Teknik Material dan Metakurgi


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Latar Belakang
Crown EHTF
Stainless Steel 316

Korosi Temperatur
Tinggi

Surface modification
untuk memperbaiki
sifat ketahanan korosi
pada temperatur tinggi
Perumusan Masalah
Bagaimana pengaruh temperatur pre-heat
substrat SS316 untuk pelapisan Ni-20Cr
dengan metode arc spray bagi aplikasi
ketahanan korosi temperatur tinggi?
Batasan Masalah
Kecepatan pelapisan dianggap sama
Tebal lapisan dianggap homogen
Daya dan arus alat dianggap stabil
Sudut penyemprotan dianggap sama
Jarak penyemprotan dianggap sama
Temperatur pemanasan substrat pada semua
titik dianggap sama
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahaui variasi temperatur
pre-heat substrat SS316 pada pelapisan
Ni-20Cr dengan menggunakan metode
arc spray terhadap ketahanan korosi
temperatur tinggi
Flare
Metode yang efisien untuk penanganan produk
sampingan yaitu dengan pembakaran pada temperatur
yang tinggi (1000OC) atau yang dikenal dengan enclosed
ground flare. (Madhy, 2009).
Temperatur lingkungan didalam EHTF
mencapai 954oC. Material crown yang terbuat
dari bahan sttainless steel 316 ini memiliki
desain umur pakai hingga 20 tahun (data
JOBPPEJ, 2013). Dalam kondisi riil pemakaian
material SS316 yang digunakan pada
komponen crown ini mengalami kegagalan
setelah digunakan selama 2 tahun.
Crown yang mengalami kegagalan

Crown seebelum
digunakan
Dimensi awal:
p: 450 mm, 280
mm, t: 2,5 mm

Crown setelah
digunakan 2 tahun

Ketebalan 1,5 mm
Hot Corrosion

Korosi Intergranular

Ketika material austenitik stainless steel berada pada


range temperatur 800oK (527oC) hingga 1650oF
(1377 oC) maka dapat terjadi intergranular corrosion.
Pada range temperatur tersebut terjadi presipitasi
karbida pada batas butir. Hal tersebut menyebabkan
komposisi chrom menurun sehingga ketahanan
korosi akan menurun juga (Warren, 1959).
Pembentukan senyawa chrom karbida (Cr23C6)
dibatas butir yang mengakibatkan serangan korosi
pada batas butir (Priyotomo, 2011).
Penggetasan (Embrittlement)
Banyaknya molekul hydrogen atau methane
yang terjebak, dapat menyebabkan
penggetasan (embrittlement). Penggetasan
ini umumnya terjadi pada temperatur diatas
427oC (High temperature characteristics of
stainless steel hanbook).
Hasil Uji XRD
ounts
korosi ss 316
1000 Chromium Carbide : Cr23 C6
Hematite : Fe2 O3
Hematite : Fe1.67 H0.99 O3
Nickel Iron Oxide : Ni0.4 Fe2.6 O4
Magnetite, syn : Fe3 O4

500

0
20 30 40 50 60 70 80
Position [2Theta] (Copper (Cu))
Analisa dari Hasil Uji XRD
Pembentukan senyawa chrom karbida
Cr23C6 (Cr23C6) dibatas butir diakibatkan dari
pemanasan pada range temperatur
527oC hingga 1377 oC

Pembakaran yang terjadi pada EHTF


membuat Fe bereaksi dengan oxygen
Fe2O3
sehingga Fe terdeposit membentuk
produk berupa Fe2O3.

Senyawa Fe1.67 H0.99 O3 terbentuk


karena hydrogen attack yang terjadi
Fe1.67 H0.99 O3
pada temperature diatas 427oC.
Coating Electric Arc Spray
Dalam proses electric arc spray (juga dikenal dengan
wire arc process), dua elektroda consumable wire
dihubungkan ke sumber energi dengan arus tinggi
Direct Current (DC) kemudian dipertemukan dengan
dimasukkan ke dalam pistol sehingga membentuk busur
diantara kedua elektroda tersebut yang akan digunakan
untuk mencairkan bahan pelapis. Kemudian logam cair
dikabutkan dan didorong ke arah substrat oleh aliran
udara. (R.C. Tucker, 1994).
Penelitian Terdahulu

Pengaruh Temperatur Pre-Heat Substrat


(8,1%)
(7,2%) (6,9%)
(6,4%)
(5,8%)

Level porosity dari substrat stainless steel dengan


variasi beberapa temperatur. (Sarikaya, 2004)
(a) (b)
Gambar Cross section dari produk coting dengan metode arc spray
dengan keadaan temperatur substrat (a) lebih kecil dari temperatur
substrat (b)
Rochan dkk, 2004 menyebutkan porosity berkurang dari
7,5% menjadi 4,4% ketika substrat temperatur dinaikkan
dari 200oC ke 450oC (Rochan dkk, 2004).
Pada variasi substrat: temperatur kamar, 250oC,
450oC, dan 650cC. Porosity hasil coating
menurun seiring dengan naiknya temperatur
substrat. Pada temperatur kamar, porosity
coating sebesar 16,4% dan pada 650 oC, porosity
coating hanya sebesar 13,6% (Lufitha, 2001).

Tingginya tingkat porositas akan menurunkan


sifat ketahanan korosi. (Sidhu, 2006).
METODOLOGI
Alat dan Bahan
1. Mesin Arc Spray
2. Wire cut
Alat 3. Penggaris
4. Heating Torch

Unsur Presentasi Massa (%)


Karbon 0,08
Bahan Mangan 2,00
Fosfor 0,04
Stainless Steel (SS) 316 Kromium 16,00 18,00
Nikel 10,00 14,00
Molibdenum 2,00 3,00
Silikon 1,0
Belerang 0,030
Besi 69,88
Wire Ni-20Cr
Komposisi:
Ni 79,99 %
Cr 20,01 %
Fe 7-15 %
Mn 1-5 %
Wire Size 1,6 mm in diameter
Melting Point 14000C
Elongation % 240 MPa

Wire 75 B (NiAl)

Komposisi:
Nikel 95%
Al 5%
Manufaktur TAFA
Wire Size 1,6 mm
Melting Point 14500C
Bond Strength 62,8 Mpa
Start

Diagram Alir
Penelitian Studi Literatur

Preparasi
Spesimen SS 316

Proses pre-heat substrat SS 316

200oC 300 oC 400 oC

Pelapisan SS 316 dengan Ni-20Cr wire Arc Spary


Variasi temperature substrate

Pengaruh Komposisi Kekasaran Kekuatan


Morfologi
Thermal Permukaan Adhesive

SEM XRD Roughness


TGA Pull Off Test
Surface Test

A
A

Pengumpulan
Data

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan

End
Pemilihan Temperatur Substrat
Menggunakan temperatur substrat: 200oC,
300oC, 400oC karena
Berada dibawah temperatur 527oC
Berdasarkan penelitihan terdahulu
Proses Pelapisan

1. Sand blasting agar permukaan spesimen menjadi


kasar. Ketika permukaan spesimen menjadi kasar
akan memungkinkan terjadinya ikatan mekanik
antara substrat dengan material coating.
2. Pre-Heat Substrat
3. Melakukan spraying wire 75B (NiAl) untuk membentuk
lapisan bond coat. Pelapisan komposit NiAl ini bertujuan
sebagai lapisan perekat atau bond coat antara top coat yaitu
Ni-20Cr dengan substrat yaitu SS 316. NiAl yang digunakan
dalam penelitian ini berupa wire dengan diameter 1,6 mm.

4. Melakukan spraying Ni-20Cr wire untuk membentuk lapisan


top coat
Hasil Pengujian

Analisa Morfologi
Pengamatan ketebalan
Pengamatan struktur mikro
Analisa porositas pada surface coating
Pengamatan kekasaran pada surface
coating
Pengamatan ketebalan coating

A B Hasil perhitungan dengan


pengambilan data pada 7 titik,
didapatkan rata-rata ketebalaan
lapisan coating yaitu sebesar
175, 1381 m.
C Pada metode arc spray range
Top
coat dari ketabalan lapisan coating
yaitu berkisar 100 m hingga
Bond
coat
2000 m (Lech Pawlosky, 2009).
Dengan demikian ketebalan
Substrat
lapisan coating dipenelitian ini
masih berada pada range
SEM cross section toleransi ketebalan metode arc
perbesaran 1000x spray
Pengamatan struktur mikro
Substrat stainless steel
316 sebelum pre-heat:
single phase austenit
face centered cubic FCC.
Setelah proses coating
dengan pre-heat substrat
pada temperatur 200oC,
300oC, dan 400oC tidak
mengalami perubahan
fasa yakni fasanya tetap
austenit. Hal ini
membuktikan hasil
coating tidak merubah
fasa dari substrat.
Substrat Stainless Steel 316 (a) sebelum
pre-heat, setelah coating dengan (b)pre-
heat 200oC, (c)pre-heat 300oC, (d)pre-heat
400oC
Analisa porositas pada surface coating

A B

4.5924 4.5036 4.4960


3.7728

m
C D

Penurunan ukuran porositas


disini dikarenakan adanya
pengaruh dari pre-heat. Dengan
temeparatur pre-heat yang lebih
tinggi, maka udara yang terjebak
Hasil SEM perbesaran 1000x juga akan berkurang. Hal
surface hasil coating (a) tanpa tersebut dikarenakan kondisi
pre-heat, (b) pre-heat 200oC, (c)
substrat masih dalam keadaan
pre-heat 300oC, (d) pre-heat
400oC panas sehingga solidifikasi
droplet atau percikan akan
berjalan lambat (Shin dkk,
2011).
Pengamatan kekasaran pada surface coating
Hasil uji surface roughness SJ-
301 users manual Mitutoyo

Hasil Coating: Hasil coating tanpa preheat: Lamellae


(a) tanpa pre-heat substrat berbentuk tidak beraturan yang terdiri
(b) pre-heat 200oC dari partikel-partikel kecil. Pecahan
(c) pre-heat 300oC partikel yang terbentuk pada substrat
(d) pre-heat 400oC temperatur rendah akan menghasilkan
lebih banyak porosity daripada pada
substrat temperatur tinggi (Sarikaya,
2005).
Analisa XRD
(a) tanpa pre-heat,
(b) pre-heat 200oC,
(c) pre-heat 300oC,
(d) pre-heat 400oC

Fasa yang terdapat pada SS 316 setelah pre-heat 400oC


menunjukkan ukuran kristal yang semakin membesar, hal itu
menandakan material tesebut lebih bersifat ulet sehingga
mampu menahan thermal shock yang akan diderita pada saat
proses pelapisan.
Analisa TGA

E
D

SS 316 tidak stabil pada temperatur 400oC hingga 550oC. Karena


terbentuk chromium carbide yang dapat mengurangi kandungan
chromium sehingga materal rentan terhadap serangan korosi.
Sedangkan pada hasil coating dengan pre-heat 400 oC
menunjukkan stability thermal, hal ini disebabkan porositas pada
hasil coating dengan pre-heat 400 oC hanya memiliki porositas
yang berukuran sangat kecil sehingga thermal tidak mudah
berdifusi hingga lapisan substrat.
Analisa Kekuatan Lekat Coating
15 14

12
Material yang dilakukan pre-
heat substat memiliki
adhesive strengh yang lebih
baik daripada material tanpa
dilakukan pre-heat, hal ini
disebabkan ketika substrat
dalam kondisi panas maka
akan memiliki sifat lebih reaktif
sehingga ketika bond coat
disemprotkan akan terjadi
ikatan atau adhesive strengh
yang kuat.
Crown

Crown yang telah failure


Hasil EDX SS 316 Contrrol
Top Coat 400 C

Cr0.8Ni0.2
Pin Lem Epoxy Adhesive Spesimen yang telah
diuji pull of

Anda mungkin juga menyukai