Anda di halaman 1dari 10

Ruang Lingkup dan Prinsip- prinsip Pengembangan

Masyarakat

Pengembangan Masyarakat memiliki sejarah panjang


dalam praktek pekerjaan sosial (Payne, 1995; Suharto, 1997). Sebagai sebuah metode
pekerjaan sosial, PM memungkinkan pemberi dan penerima pelayanan terlibat dalam proses
perencanaan, pengawasan dan evaluasi. PM meliputi berbagai pelayanan sosial yang berbasis
masyarakat mulai dari pelayanan preventif untuk anak-anak sampai pelayanan kuratif dan
pengembangan untuk keluarga yang berpendapatan rendah.
Pengembangan masyarakat disini bisa diartikan salah satu metode atau pendekatan inti
yang menunjukkan keunikan pekerja sosial dan membedakan profesi ini dengan profesi yang
lain. Banyak disiplin mengklaim memiliki keahlian dalam bekerja dengan individu, keluarga
dan kelompok. Namun hanya sedikit profesi yang memfokuskan pada keberfungsian klien
dalam konteks organisasi, masyarakat dan kebijakan, salah satunya adalah pekerja sosial.

Secara hakekat community development merupakan suatu proses adaptasi sosial


budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap kehidupan
komuniti-komuniti lokal, artinya bahwa industri adalah sebuah elemen dari serangkaian
elemen hidup yang berlaku di masyarakat. Sebagai salah satu elemen, berarti industri masuk
dalam struktur sosial msyarakat setempat dan berfungsi terhadap elemen lainya yang ada.
Dan dengan kesadaranya, industri harus dapat membawa komuniti-komuniti lokal bergerak
menuju kemandiriannya tanpa merusak tatanan sosial budaya yang sudah ada (Rudito,2003).
Dengan kata lain masyarakat terdiri dari komuniti lokal, komuniti pendatang dan komuniti
industri, yang kesemua komuniti tersebut saling mempengaruhi, berinteraksi dan beradaptasi
sebagai anggota masyarakat.
Secara umum community development adalah kegiatan pengembangan masyarakat
yang harus dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahakan untuk memperbesar akses
masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi, dan kualitas kehidupan yang lebih baik
apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya (Budimanta,2002).
Ada tiga dasar ruang lingkup program-program pengembangan masyarakat:
a. Community services pelayanan masyarakat)
Merupakan pelayanan korporat untuk memenuhi kepentingan masyarakat ataupun
kepentingan umum, seperti pembangunan fasilitas umum antara lain pembangunan ataupun
peningkatan sarana transportasi/jalan, sarana pendidikan dll.
b. Community Empowering (pemberdayaan masyarakat)
Program-program yang berkaitan dengan
memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandirianya.
Berkaitan dengan program ini adalah seperti pengembangan ataupun penguatan kelompok-
kelompok swadaya masyarakat,komuniti lokal, organisasi profesi serta peningkatan kapasitas
usaha masyarakat yang berbasiskan sumber daya setempat.
c. Community Relation (hubungan masyarakat)
Kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan
informasi kepada para pihak yang terkait, seperti konsultasi publik, penyuluhan dan
sebagainya.
Prinsip Pengembangan Masyarakat
Prinsip dasar pengembangan masyarakat (community development) yang bersumber
dari dunia usaha dan pemerintah pada dasarnya masih memandang komuniti lokal, sebagai
obyek yang harus diperhatikan dan dirubah agar dapat setara kehidupanya dengan komuniti
lainnya dan mandiri.
Prinsip-Prinsip pengembangan masyarakat adalah landasan dasar yang harus dimiliki oleh
seorang pekerja sosial masyarakat, dan ini harus terinternalisasi dalam diri pekerja sosial
masyarakat. Prinsip-prinsip pengembangan masyarakat yang dikemukakan di sini ialah keterpaduan,
berkelanjutan, keserasian, kemampuan sendiri (swadaya dan gotong royong), dan kaderisasi.
Penjelasan dari prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Prinsip keterpaduan memberi tekanan bahwa kegiatan pengembangan masyarakat didasarkan pada
program-program yang disusun oleh masyarakat dengan bimbingan dari lembaga-lembaga yang
mempunyai hubungan tugas dalam pembangunan masyarakat.
2. Prinsip berkelanjutan memberi arti bahwa kegiatan pembangunan masyarakat itu tidak dilakukan
sekali tuntas tetapi kegiatannya terus menerus menuju ke arah yang lebih sempurna.
3. Prinsip keserasian diterapkan pada program-program pembangunan masyarakat yang
memperhatikan kepentingan masyarakat dan kepentingan Pemerintah.
4. Prinsip kemampuan sendiri berarti dalam melaksanakan kegiatan dasar yang menjadi acuan adalah
kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat sendiri.
Prinsip-prinsip di atas memperjelas makna bahwa program-program pendidikan nonformal
berbasis masyarakat harus dapat mendorong dan menumbuhkan semangat pengembangan
masyarakat, termasuk keterampilan apa yang harus dijadikan substansi pembelajaran dalam
pendidikan nonformal. Oleh karena itu, upaya untuk menjadikan pendidikan nonformal sebagai
bagian dari kegiatan masyarakat memerlukan upaya-upaya yang serius agar hasil dari pendidikan
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas hidup mereka.
Dalam hal ini perlu disadari bahwa pengembangan masyarakat itu akan lancar apabila di
masyarakat itu telah berkembang motivasi untuk membangun serta telah tumbuh kesadaran dan
semangat mengembangkan diri ditambah kemampuan serta ketrampilan tertentu yang dapat
menopangnya, dan melalui kegiatan pendidikan, khususnya pendidikan nonformal diharapkan dapat
tumbuh suatu semangat yang tinggi untuk membangun masyarakat desanya sendiri sabagai suatu
kontribusi bagi pembangunan bangsa pada umumnya. Prinsip-Prinsip pengembangan masyarakat
adalah landasan dasar yang harus dimiliki oleh seorang pekerja sosial masyarakat, dan ini harus
terinternalisasi dalam diri pekerja sosial masyarakat. Menurut CSR prinsip-prinsip pengembangan
masyarakat diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kehendak menolong diri sendiri dan bertanggung jawab atas diri adalah prasayarat
pengembangan
masyarakat yang berhasil
2. Partisipasi dalam pengambilan keputusan publik haruslah bebas dan terbuka
3. Representasi dan perspektif yang luas adalah prasyarat bagi keefektifan pengembangan
masyarakat
4. Metode yang baik harus digunakan untuk menilai kondisi masyarakat dan isu yang penting
menurut
SWOT
5. Saling pengertian dan konsensus adalah dasar perubahan
6. Setiap orang punya hak didengar dalam diskusi terbuka, baik pendapatnya sama atau
berseberangan
dengan norma masyarakat
7. Setiap anggota masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi mengubah masyarakatnya
8. Hak untuk berpartisipasi menimbulkan kewajiban untuk saling menghormati
9. Ketidaksetujuan harus terfokus kepada isu dan pemecahannya, bukan masalah personal dan
politik
10. Kepercayaan adalah prasyarat dalam kerja yang efektif dan harus dibangun agar masyarakat
bisa
mencapai potensi tertingginya

Nilai dan Kepercayaan Pengembangan Masyarakat


Pengembangan masyarakat pada dasarnya merupakan strategi perubahan sosial
terencana yang secara profesional di desain untuk mengatasi masalah. Masyarakat beserta
kebudayaan yang ada didalamnya senantiasa akan mengalami perubahan, baik perubahan
yang terjadi secara lambat maupun cepat. Perubahan-perubahan ini dianggap sebagai sesuatu
yang wajar karena pengetahuan dan keadaan fisik masyarakat akan berkembang.
Perubahan secara cepat menjadi tidak wajar apabila kemampuan masyarakat dengan
pengetahuan yang ada tidak dapat memahami perubahan gejala sosial yang ada. Untuk itu
dibutuhkan nilai-nilai pengembangan masyarakat dan kepercayaan yang harus dimunculkan
kepada masyarakat, diantaranya adalah sebagai berikut:
Masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang
mempengaruhi mereka
Masyarakat berhak untuk memperjuangkan lingkungan yang mereka inginkan
Masyarakat berhak tahu, menolak, maupun mengubah kondisi yang dimasukkan oleh pihak
eksternal
Demokrasi partisipatori adalah cara terbaik berhubungan dengan masyarakat
Memaksimumkan interaksi antarorang akan meningkatkan potensi pembangunan yang
positif
Dialog antaranggota masyarakat akan membuat orang bekerja untuk masyarakatnya
Kepemilikan dan komitmen bertindak akan terjadi manakala masyarakat membuat rencana
CD strategi
Fokus CD adalah membuat orang secara mandiri dan efektif mengatasi masalah mereka
sendiri
http://eriorizqi.blogspot.co.id/2012/09/ruang-lingkup-dan-prinsip-prinsip.html

PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MAYARAKAT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat (PPM) atau community organization or


comunity development (COCD) merupakan perencanaan, pengorganisasian, atau proyek dan atau
pengembangan berbagai aktivitas pembuatan program atau proyek kemasyarakatan yang tujuan
utamanya meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan sosial masyarakat.Sebagai suatu kegiatan
kolektif, PPM melibatkan beberapa aktor, seperti pekerja sosial, masyarakat setempat, lembaga
donor, serta instansi terkait yang saling bekerja sama mulai dari perancangan, pelaksanaan,
samapai evaluasi terhadap program atau proyek tersebut.
PPM sangat memperhatikan keterpaduan antara sistem klien dengan lingkungannya.Sistem
klien bisa bervariasi, mulai dari individu, keluarga, RT, tempat kerja, rumah sakit dll.Dalam PPM,
pekerja sosial menempatkan masayarakat sebagai sistem klien dan sistem lingkungan
sekaligus.Karenanya pengetahuan dan ketrampilan yang harus dikuasai oleh pekerja sosial yang
akan terlibat dalam PPM meliputi pengetahuan tentang masyarakat, organisasi sosial,
perkembangan, perilaku manusia, dinamika kelompok, program sosial dan pemasaran sosial.

1.2 Rumusan masalah


1) Apa yang dimaksud dengan pengorganisasian dan pengembangan masyarakat?
2) Apa tujuan dari PPM?
3) Apa fungsi dari PPM?
4) Prinsip apa saja yang ada dalam PPM?
5) Perspektif apa saja yang ada dalam PPM?
6) Model apa saja yang ada dalam PPM?
7) Bias apa saja yang ada dalam PPM?

1.3 Tujuan dan manfaat penulisan


Tujuan dan manfaat penulisan ini ialah untuk memenuhi tugas matakuliah metode-metode
pekerjaan sosial dan untuk memahami lebih dalam apa yang dimaksud dengan pengorganisasian
dan pengembangan masyarakat (PPM) atau community organization or community developmen
t (COCD).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat (PPM)


Community Organization adalah suatu proses untuk memelihara keseimbangan antara
kebutuhan-kebutuhan sosial dengan sumber-sumber kesejahteraan sosial dari suatu masyarakat
tertentu atau suatu bidang kegiatan tertentu (Arthur Dunham, 1958)
Community Work adalah suatu proses membantu masyarakat untuk memperbaiki
masyarakatnya melalui kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama (Alan Twevetrees, 1993)
Masyarakat dalam konteks pengembangan dan pengorganisasian, diartikan sebagai
sebuah tempat bersama yakni sebuah wilayah geografi yang sama (Mayo, 1998), misalnya
RT,RW,kampung di pedesaan, perumahan di perkotaan.

Menurut Murray G. Ross, PPM adalah suatu proses ketika suatu masayarakat
berusaha menentukan kebutuhan-kebutuhan atau tujuan-tujuannya, mengatur atau menyusun,
mengembangkan kepercayaan dan hasrat untuk memenuhinya, menentukan sumber-sumber (dari
dalam ataupun dari luar masyarakat), mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya ini, dan dalam pelaksanaan keseluruhannya, memperluas dan
mengembangkan sikap-sikap dan prakti-praktik kooperatif dan kolaboratif di dalam masyarakat.
Definisi tersebut mengandung unsur-unsur yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Yang dimaksud istilah proses adalah serentetan tindakan mulai dari penentuan masalah atau
tujuan sampai pada pemecahan masalah atau tercapainya tujuan di dalam masyarakat.Berbagai
proses dapat ditemukan dalam penanggulangan masalah-masalah kemasyarakatan.Dalam kaitan ini
proses dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agarb berfungsi sebagai satu
kesatuan yang terintegrasi.Kemampuan ini tumbuh dan berkembang secara bertahap sebagi akibat
upaya yang dilakukan masyarakat dalam menanggulangi masalah-masalahnya.
b) Istilah masyarakat menunjukkan dua macam pengelompokkan orang, yaitu:
Keseluruahan orang yang tinggal di suatu daerah geografis, misalnya: desa, kota, propinsi, negara
atau dunia.pada umumnya PPM dilaksanakan di daerah geografis yang sempit, tetapi juga dapat
diterapkan untuk daerah-daerah yang lebih luas.
Kelompok orang yang memiliki minat-minat atau fungsi yang sama, misalnya di bidang: kesehatan,
kesejahteraan, pendidikan, lingkungan dll.

c) Proses menetukan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan berarti, cara yang dilakukan warga
masyarakat untuk menentukan dan memusatkan perhatian pada masalah yang menganggu mereka
serta menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai.Namun, dalam hal ini tidak seluruh warga
masyarakat dapat dilibatkan dalam penentuan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan.
d) Menyusun atau mengatur kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan berarti, perlunya usaha untuk
menentukan prioritas.Diantara berbagai jenis masalah dan tujuan, beberapa diantaranya
berhubungan langsung dengan apa yang dirasakan, diyakini, dan ditanggapi oleh sebagian besar
warga masyarakat.Hal-hal seperti inilah yang perlu dijadikan perhatian utama.Pada tahap ini
petugas profesional dapat memberikan sumbangannya yang besar untuk proses pengungkapan
keinginan atau kebutuhan masyarakat.
e) Penemuan sumber-sumber (dari dalam atau dari luar masyarakat), mencakup upaya menemukan
peralatan-peralatan, orang-orang, tehnik-tehnik, bahan-bahan dan sebagainya yang diperlukan
untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang diperlukan.
f) Mengambil tindakan-tindakan yaitu melakukan rangkaian kegiatan yang telah disebutkan
sebelumnya.Proses ini harus mengarah pada tercapainya suatu hasil, meski hanya sebagian saja dari
keseluruhan hasil yang diingankan.
g) Memperluas dan mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik kooperatif dan kolaboratif di
dalam masyarakat.Ini berarti:
Pada saat proses berlangsung dan mengalami kemajua, warga masyarakat akan memulai
memahami, menerima, dan saling bekerjasama.
Pada saat berlangsungnya proses penentuan dan penanggulangan masalah bersama, kelompok-
kelompok bersama para pemimpinnya akan berusaha saling bekerjasama dalam kegiatan bersama,
dan akan mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam penanggulangan kesulitan-kesulitan
dan konflik yang dihadapi masyarakat.

2.2 Tujuan Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat


Tujuan utama metode COCD adalah untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui
pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi
social.
2.3 Fungsi Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat
a. Untuk memperoleh data dan fakta sebagai dasar untuk menyusun perencanaan dan melakukan
tindakan yang sehat
b. Memulai mengembangkan dan merubah program dan usaha-uasha kesejahteraan untuk memperoleh
penyesuaian yang lebih baik antara sumber-sumber dan kebutuhan
c. Meningkatkan standar pekerjaan sosial untuk meningkatkan efektifitas kerja dari lembaga-lembaga
d. Meningkatkan dan memberikan fasilitas interelasi dan meningkatkan koordinasi antara organisasi,
kelompok dan individu-individu yang terlibat dalam program dan usaha kesejahteraan sosial
e. Mengembangkan pengertian umum dari masalah, kebutuhan dan metode pekerjaan sosial
f. Mengembangkan dukungan dan paertisipasi masyarakat dalam aktifitas kesejahteraan sosial

2.4 Prinsip-prinsip dalam Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat


a. Keseimbangan
Mencari keseimbangan antara kebutuhan dengan sumber yang ada di masyarakat
b. Individualisasi
Masyarakat yg satu berbeda dgn masyarakat yg lainnya
c. Penerimaan
Masyarakat harus dipandang dan diterima sebagai mana adanya, yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai langkah awal untuk mulai kegiatan/program
d. Partisipasi
Semua unsur masyarakat harus dilibatkan sehingga berperan aktif di dalam kegiatan

2.5 Perspektif Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat (PPM)


Secara teoritis, PPM bisa dikatakan sebagai sebuah pendekatan pekerjaan sosial yang
dikembangkan dari dua perspektif yang berlawanan, yakni aliran kiri (sosialis-Marxis) dan kanan
(kapitalis-demokratis) dalam spektrum politik.Dewasa ini, terutama dalam konteks menguatnya
sistem ekonomi pasar bebas dan swastanisasi dan keterlibatan informal dalam mendukung strategi
penanganan dan kemiskinan dan penindasan, maupun dalam hal memfasilitasi partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat.
Twelvetress membagi perspektif teoritis PPM kedalam dua bingkai, yakni pendekatan
profesional dan pendekatan radikal.Pendekatan profesional menunjukupaya untuk meningkatkan
kemandirian dan memperbaiki sistem pemberian pelayanan dalam kerangka relasi-relasi
sosial.Sementara berpijak pada teori Marxis, feminisme, dan analisis anti-rasis, pendekatan radikal
lebih terfokus pada upaya pemberdayaan kelompok-kelompok lemah, mencari sebab-sebab
kelemahan mereka,serta menganalisis sumber-sumber ketertindasannya.Sebagaimana diungkapkan
oleh Payne, This the type of approach which supports minority ethnic communities, for example,
in drawing attention to inequalities in service provision and power which lie behind severe
deprivation.Pendekatan profesional dapat diberi label sebagai yang bermatra tradisional, netral
dan teknikal.Sedangkan pendekatan radikal diberi label sebagai pendekatan yanng bermatra
transformasional.

Dua perspektif Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat


Pendekatan Perspektif Tujuan/asumsi
Profesional (tradisional, Perawatan masyarakat Meningkatkan inisiatif dan
netral, teknikal) Pengorganisasian kemandirian masyarakat
masyarakat Memperbaiki pemberian
Pembangunan masyarakat pelayanan sosial dalam
kerangka relasi sosial yang
ada
Radikal (transformasional) Aksi masyarakat Meningkatkan kesadaran
berdasarkan kelas dan inisiatif masyarakat
Aksi masyarakat Memberdayakan
berdasarkan jender masyarakat guna mencari
Aksi masyarakat akar penyebab
berdasarkan ras ketertindasan dan
diskriminasi
Mengembangkan strategi
dan
membangun kerjasama
dalam melakukan
perubahan sosial sebagai
bagian dari upaya
mengubah relasi sosial
yang menindas,
deskriminatif, dan
eksporatif.

2.2 Model Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat


Jack Rothman (1995: 27-34), dalam sebuah tulisannya yang berjudul Approaches to
community intervention, mengembangkan tiga model yang berguna dalam memahami konsep
tentang PPM:
1) Pengembangan masyarakat lokal (PML)
2) Perencanaan sosial (PS)
3) Aksi sosial (AS)
Paradigma ini merupakan format ideal yang dikembangkan terutama untuk tujuan analisis dan
konseptualisasi.Dalam praktiknya, ketiga model tersebut saling bersentuhan satu dengan yang
lainnya.Setiap komponennnya bisa digunakan secara kombinasi dan stimultan sesuai dengan
kebutuhan dan situasi yang ada.
a. Model Pengembangan Masyarakat Lokal (PML)
Model PML memberikan perubahan dalam masyarakat dapat dilakukan secara optimal apabila
melibatkan partisipasi aktifyang luas di semua spektrum masyarakat tingkat lokal, baik dalam tahap
penetuan perubahan.PML adalah proses yang dirancang untuk mendapatkan kondisi sosial ekonomi
yang lebih maju dan sehat bagi seluruh masyarakat melalui partisipasi aktif mereka serta
berdasarkan kepercayaan yang penuh terhadap prakarsa mereka sendiri.Strategi dasar yang
digunakan untuk memecahkan permasalahan ini adalah usahan penciptaan dan pengembangan
partisipasi yang lebih luas dari seluruh warga masyarakat.Tema-tema pokok dalam model PML
mencakup penggunaan prosedur demokrasi dan kerjasama atas dasar kesukarelaan, keswadayaan,
pengembangan, kepemiminan setempat, dan tujuan yang bersifat pendidikan.PML pada dasarnya
merupakan proses interaksi antara anggota masyarakatsetempat yang difasilitasi oleh pekerja
sosial.Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan mereka
dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.

b. Model Perencanaan Sosial (PS)


Model ini menekan ka proses pemecahan masalah secara teknis terhadap masalah sosial substantif ,
seperti: kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan dll.
Selain itu, model PS ini mengungkap pentingnya menggunakan cara perencanaan yang matang dan
perubahan yang terkendali yakni untuk mencapai tujuan akhir secara sadar dan rasional dan dalam
pelaksanaannya dilakukan pengawasan-pengawasan yang ketat untuk melihat perubahan-perubahan
yang terjadi.
Strategi dasar yang digunakan untuk memecahkan permasalahan adalah denagn mengumpulkan
atau menungkapkan fakta dan data mengenai suatu permasalahan.Kemudian, mengambil tindakan
yang rasional dan mempunyai kemungkinan-kemungkin yang dapat dilaksanakan.
Berbeda dengan PML, PS lebih berorientasi pada tujuan tugas.Sistem klien PML umumnya
kelompok-kelompok yang kurang beruntung.

c. Model Aksi Sosial (AS)


Model AS ini menekankan betapa gentingnya penanganan secara terorganisasi, terarah, dan
sistematis terhadap kelompok yang tidak beruntung.Juga meningkatkan kebutuhan yang memadai
bagi masyarakat yang lebih luas dalam rangka meningkatkan sumber atau perlakuan yang lebih
sesuai dengan keadilan sosial dan nilai-nilai demokratisasi.
Tujuan yang ingin dicapai adalah mengubah sistem atau kebijakan pemerintah secara langsung
dalam rangaka menanggulangi masalah yang mereka hadapi sendiri.Dalam kaitan ini, Suharto (1996)
menjelaskan tujuan dan sasaran utama AS adalah perubahan-perubahan fundamental dalam
kelembagaan pada stuktur masyarakat melaui proses pendistribusian kekuasaan (distribution of
resourches) dan pengambilan keputusan (distribution of decisison making).

2.3 Bias Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat


Pelaksanaan PPM sebaiknya didasari oleh masalah dan kebutuhan sesuia dengan karakteristik
geografis, idiografi , potensi, teknologi, dan sumberdaya lokal serta pelibatan aktif masyarakat
secara integral.Namun, dalam realitasnya PPM seringkali terjebak oleh bias, miskonsepsi, atau
kesalahan pemikiran.PPM perlu menghindari bias ini.
Robert Chambers sebagaimana dikutip oleh Suharto (1996 :4) mengemukakan lima bias yang sering
terjadi dalam pelaksanaan PPM, terutama dipedesaan: spatial bias, project bias, person bias, dry
season bias,dan profesional bias.
a) Spatial Bias
PPM seringkali hanya dilaksanakan di lokasi-lokasi yang mudah dijangkau sarana transportasi seperti
di daerah pinggiran kota, pinggir jalan raya, atau lokasi-lokasi yang dekat dengan kantor
pemerintahan.
b) Project Bias
Kebanyakan PPM dilakukan pada masyarakat yang telah menerima proyek sebelumnya, karena
dipandang telah mampu dan berhasil menjalankan proyek.
c) Person Bias
Kelompok elite dalam masyarakat, tokoh masyarakat, kaum lelaki, para penerima, dan pengguna
inovasi serta orang-orang yang aktif dalam kegiatan pembangunan ad

alah mereka yang kerap menerima program dan berkah pembangunan.Sementara kelompok
masyarakat kelas bawah yang kurang memiliki akses terhadap jaringan sumber-sumber yang ada.
d) Dry Sesion Bias
Kesulitan dan masalah yang dihadapi masyarakat umumnya mencapai puncaknya pada musim
hujan.Kegagalan panen, banjir, kelaparan, masalah kesehatan diri dan terjadi pada musim sulit.
e) Profesional Bias
Bias ini timbul terutama oleh konsepsi yang memandang bahwa kelompok masyarakat kurang
beruntung sebagai kelompok lemah, memiliki pengetahuan rendah, pasif, malas, fatalis, serta ciri-
ciri lain budaya kemiskinan (culture of proverty).Sementara itu para ahli, penguasa, dan pengusaha
adalah raja yang memegang hegemoni dan kendali pembanguan.
f) Physical Bias
Umumnya masyarakat hanya mengenal dan mengakui program atau proyek yang bersifat fisik,
seperti pembangunan, gedung, jembatan, dll.
g) Financial Bias
Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh suatu departemen kerapkali dipandang sebagai bukti
keberhasilan suatu progam.Fiunancial Bias disebabkan oleh kesalahan pemikiran yang membaurkan
prinsip efisiensi vis a vis prinsip efektivitas sebagai tolak ukur keberhasilan proyek.
h) Indicator Bias
Bias ini terutama berkaitan dengan aspek uncountability pada program yang berorientasi
sosial.Dampak keberhasilan program sulit diukur secara langsung dan kuantitatif, serta banyaknya
eksternal variabel yang terkontaminasi kedalam mainstream proyek.

DAFTAR PUSTAKA

Hurairah, Abu.2008.Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat;Model dan Strategi


Pembangunan Berbasis Kerakyatan.Bandung: Humaniora
Suharto, Edi.1996.Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat.Makalah ini disampaikan
pada Pemebekalan Mahasiswa Peserta KKN-Subang,STKS Bandung,30 oktober 1996.
http://gigihlardino.blogspot.co.id/2010/12/pengorganisasian-dan-pengembangan.html

Anda mungkin juga menyukai