Anda di halaman 1dari 8

ASKEP GASTRITIS

1. Pengertian
Menurut Suratun (2010. Hal 59), gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang
bersifat akut, kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak
pada epigastrium, mual dan muntah. Sedangkan menurut Broker (2009. Hal 571) Gastritis
adalah inflamasi mukosa yang melapisi lambung. Gastritis dapat bersifat akut maupun kronis.
Robbins (2009. Hal: 474) juga mengatakan gastritis merupakan keadaan inflamasi pada
mukosa lambung.

BACA JUGA : LP GASTRITIS LENGKAP

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka penulis menyimpulkan gastritis adalah


peradangan lokal pada mukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa
dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain.

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang daerah tersebut.
Gastritis merupakan salah satu penyakit dalam pada umumnya. Secara garis besar, gastritis
dapat dibagi menjadi beberapa macam :
a. Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosi.
b. Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau malignadari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory. (Soeparman, 2001, hal.
127)

2. Klasifikasi
Menurut Robbins (2009. Hal: 474) gastritis diklasifikasikan kedalam dua bagian yaitu :
a. Gastritis akut
Gastritis akut merupakan proses inflamasi yang bersifat akut dan biasanya terjadi sepintas
pada mukosa lambung. Keadaan ini paling sering berkaitan dengan penggunaan obat obat
anti inflamasi nonsteroid (khususnya, aspirin) dalam waktu yang lama dan dengan dosis
tinggi, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan perokok berat. Stress berat (luka bakar dan
pembedahan), iskemia dan syokjuga menyebabkan gastritis akut, seperti halnya kemoterapi,
uremia, infeksi sistemik, tertelan zat asam atau alakali, iradiasi lambung, trauma mekanik,
dan gastrektomi distal.

b. Gastritis kronis
Gastritis kronis di artikan sebagai keadaan terdapatnya perubahan inflamatorik yang kronis
pada mukosa lambung sehingga akhirnya terjadi atrofi mukosa dan metaplasia epitel.
Keadaan ini menjadi latar belakang terjadinya dysplasia dan karsinoma.

3. Etiologi
Menurut Suratun (2010. Hal: 60) ada beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan
seseorang menderita gastritis antara lain yaitu : mengkonsumsi obat obatan kimia
(asetaminofen (aspirin), steroid kortikosteroid), digitalis. Asetaminofen dan kortikosteroid
dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung, NSAIDS (nonsteroid anti inflammation
drugs) dan kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin sehingga sekresi HCL
meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam sehingga menimbulkan
iritasi mukosa lambung. Konsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan gaster.
Terapi radiasi, refluk empedu, zat zat korosif (cuka, lada) menyebabkan kerusakan mukosa
gaster dan menimbulkan edema dan perdarahan. Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar,
kemoterapi dan kerusakan susunan saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCI
lambung. Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, eschericia coli, salmonella dan lain
lain.

4. Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnyadapat merusak mukosa lambung
(gastritis erosive). Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi lambung dari
autodigesti oleh HCI dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCI ke
mukosa HCI akan merusak mukosa. Kehadiran HCI di mukosa lambung menstimulasi
perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamine dari sel mast.
Histamine akan menyebabkan penningkata permeabilitas kapiler sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intra sel ke ekstra sel dan menyebabkan edemadan kerusakan kapiler
sehingga timbul perdarahan pada lambung. Biasanya lambung dapat melakukan regenerasi
mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya (Suratun, 2010.
Hal: 61).

Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan menjadi terus
menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa
lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan
oleh sel mukosa lambung akan menurun atau menghilang sehingga cobalamin (Vitamin B12)
tidak dapat diserap di usus halus. Sementara Vitamin B12 berperan penting dalam
pertumbuhan dan maturasi sel darah merah. Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami
anemia. Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan
perdarahan (Suratun, 2010. Hal: 61).

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada psien dengan gastritis menurut Robbins (2009. Hal: 474) ialah
sebagai berikut :
a. Gastritis akut : gambaran klinisnya gastritis akut berkisar dari keadaan asimtomatik, nyeri
abdomen yang ringan hingga nyeri abdomen akut dengan hematemesis

b. Gastritis kronis : gastritis kronis biasanya asimtomatik, kendati gejala nausea, vomitus atau
keluhan tidak nyaman pada abdomen atas dapat terjadi; kadang kadang, ditemukan anemia
pernisiosa yang manifes. Hasil laboratoriumnya meliputi hipoklorhidria lambung dan
hipergastrinemia serum. Resiko terjadinya kanker untuk jangka panjang adalah 2 (dua) persen
hingga 4 (empat) persen.

6. Pemeriksaan Diagnostik
Menrurut Priyanto (2008. Hal: 71) pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan gastritis
meliputi :Gastroskopi: adanya perdarahan (hemoragi) pada lambung, erosi atau ulser gaster,
perforasi lambung. Ketidak seimbangan elektrolit, pre syok atau syok.
7. Penatalaksanaan
Menurut Baughman (2000. Hal 188) penatalaksanaan medis pada pasien gastritis, baik
gastritis akut maupun gastritis kronis ialah sebagai berikut :

Gastritis akut
1) Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah menjadi diit yang
tidak mengiritasi
2) Jika gejala-gejala menetap, mungkin di perlukan cairan IV.
3) Jika terdapat pendarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragi yang terjadi pada
saluran gastrointestinal bagian atas.
4) Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan asam
dengan antasida umum, mis., aluminium hidroksida
5) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer atau cuka
di encerkan.
6) Jika korosi parah, hindari emetic dan bilas lambung karena bahaya perforasi.

Gastritis kronis
1) Modifikasi diit, istirahat, reduksi stress, farmakoterapi.
2) H. pylori mungkin diatasi dengan antibiotic (misalnya tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam
bismuth (Pepto Bismol).

Asuhan Keperawatan
1. Dasar data pengkajian pada klien dengan gastritis menurut suratun (2010. Hal: 63) meliputi;
a. Data subyektif
Keluhan klien berupa nyeri ulu hati, mual dan muntah, anoreksia, rasa penuh, pola makan
salah, stres, konsumsi obat obatan, merokok, alkohol, diit, sakit kepala, bersendawa, rasa
terbakar setalah makan.
b. Data obyektif
Hasil pengkajian didapatkan nyeri tekan abdomen, dehidrasi, muntah (frekuensi, bahan
muntahan, darah) dan bukti bukti kelainan sistemik yang munkin bertanggung jawab terhadap
gejala-gejala.
data pengkajian klien dengan gastritis menurut (Baughman 2000. Hal 189) ialah sebagai
berikut;
a. Tanyakan pasien tentang tanda-tanda dan gejala-gejala yang ditunjukkan; nyeri ulu hati,
indigesti, mual, muntah; jika terdapat gejala; apakah gejala berhubungan dengan ansietas,
stress, alergi, makan atau minum terlalu banyak atau terlalu cepat.
b. Bagaimana gejala menghilang.
c. Selidiki apakah orang lain di lingkungan pasien mempunyai gejala-gejala serupa; apakah
sudah dimuntahkan darah atau telah menelan suatu elemen penyebab.
d. Lakukan pengkajian fisik lengkap. Perhatikan nyeri tekan abdomen, dehidrasi, dan bukti
bukti kelainan sistemik yang mungkin bertanggung jawab terhadap gejala-gejala.
2. Diagnosa keperawatan
a. Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada klien dengan gastritis menurut Suratun
(2010. Hal: 63) yaitu;
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang berlebihan (muntah,
perdarahan), intake cairan yang tidak adekuat
2) Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster
3) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tundakan pembatasan
intake nutrisi, puasa.
b. Berikut dua (2) diagnosa keperawatan menurut Baughman (2000. Hal 189) untuk melengkapi
diagnosa keperawatan yang telah dikemukakan oleh Suratun, yaitu;
1) Ansietas behubungan dengan proses pengobatan dan perubahan status kesehatan.
2) Defisit pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang informs/kurang mengingat, tidak mengenal sumber informs,
kesalahan interpretasi.
3. Intervesi keperawatan
Intervesi Keperawatan menurut Suratun (2010. Hal: 64) dan Baughman (2000. Hal 190)
adalah sebagai berikut :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang berlebihan (muntah,
perdarahan), intake cairan yang tidak adekuat.
Tujuan : pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.
Kriteria hasil : pengeluaran urine adekuat, tanda tanda vital dalam batas normal, membrane
mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler kurang dari 3 detik.
Intervensi/Rasional
Catat karakteristik muntah dan drainase. Rasional : untuk membedakan distress gaster.
Observasi tanda tanda vital setiap 2 jam. Rasional : perubahan tekan darah dan nadi indicator
dehidarasi.
Monitor tanda tanda dehidrasi (membrane mukosa, turgor kulit, pengisian kapiler). Rasional
: untuk mengidentifikasi terjadinya dehidrasi. Obsarvasi masukan (intake) dan pengeluaran
(output) cairan. Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh. Pertahankan tirah
baring. Rasional : untuk menurunkan kerja gaster sehingga mencegah terjadinya muntah.
Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasid. Rasional : mencegah refluks dan
aspirasi antasid.
Berikan cairan peroral 2 liter/hari. Rasional : menetralisir asam lambung.
Jelaskan pada klien agar menghindari kafein. Rasional : kafein merangsang produksi asam
lambung. Berikan cairan intravena sesuai pram terapi medik. Rasional : untuk pergantian
cairansesuai derajat hipovalemi dan kehilangan cairan. Pasang nasogastrik tube (NGT) pada
klien yang mengalami pendarahan akut. Rasional : untuk membersihkan lambung yang berisi
darah supaya terbentuk ammonia. Pantau hasil pemeriksaan haemoglobin (HB).Rasional
: untuk mengidentifikasi adanya anemia. Berikan terapi antibiotik, antasid, Vit K, sesuai
program medik. Rasional : untuk mengatasi masalah gastritis dan hematamisis.
b. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria hasil : klien rileks, klien dapat tidur, skala nyeri 1-2.
Intervensi/Rasional
Kaji dan catat keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya instensitas skala nyeri (0-
10). Rasional : untuk menetukan intervensi dan mengetahui efek terapi. Berikan makanan
sedikit tapi sering. Rasional : makanan sebagai penetralisir asam lambung. Jelaskan agar
klien menghindari makanan yang merangsang lambung, seperti makanan pedas, asam dan
mengandung gas. Rasional : makanan yang merangsang dapat mengiritasi mukosa lambung.
Atur posisi tidur senyaman mungkin. Rasional : posisi yang nyaman dapat menurunkan
nyeri. Anjurkan klien melakukan teknik relaksasi, seperti napas dalam, mendengarkan music,
menonton TV dan membaca. Rasional : teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian klien
sehingga dapat menurunkan nyeri. Berikan terapi analgetik dan antasid.Rasional : untuk
menghilangkan nyeri lambung.
c. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tindakan pembatasan intake
nutrisi, puasa.
Tujuan : pemeuhan kebutuhan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil : Berat badan stabil, nilai laboratorium: Albumin normal, tidak mual dan
muntah berat badan dalam batas normal, bising usus normal.
Intervensi/Rasional
Kaji status nutrisi dan pola makan klien. Rasional : sebagai dasar untuk menetukan
intervensi. Puasakan pasien selama fase akut. Rasional : menurunkan rangsangan lambung
sehingga mencegah muntah. Berikan nutrisi enteral atau parental, jika klien
dipuasakan.Rasional : Untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi. Berikan minum peroral secara
bertahap jika fase akut berkurang. Rasional : untuk merangsang gaster secara bertahap.
Berikan makan peroral secara bertahap, mulai dari makanan saring. Rasional : mencegah
terjadinya iritasi pada mukosa lambung. Jelaskan agar klien menghindari minuman yang
mengandung kafein.Rasional : kafeindapat merangsang aktivitas gaster. Timbang berat
badan klien setiap hari dengan alat ukur yang sama. Rasional : untuk mengetahui status
nutrisi klien. Berikan terapi multivitamindan antasid sesuai program medik. Rasional : untuk
meningkatkan nafsu makan menghilangkan mual.
d. Ansietas behubungan dengan proses pengobatan dan perubahan status kesehatan.
Tujuan : awasi respon fisiologis mis. Takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi
kesemutan.
Kriteria hasil : dapat menjadi derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga
berhubungan dengan kondisi fisik/status syok.
Intervensi/Rasional :
Catat petunjuk perilaku contoh gelisah, mudah terangsang, kurang kontak mata, perilaku
melawan/menyerang. Rasional : indicator derajat takut yang dialami pasien mis. Pasien akan
merasa tak terkontrol terhadap situasi atau mencapai status panik. Dorong pernyataan takut
dan ansietas, berikan umpan balik. Rasional : membuat hubungan terapeutik. Membantu
pasien menerima perasaan yang normal dapat membantu pasien merasa kuarng terisolasi.
Beriakan terapi suportif pada pasien dan keluarga selama pengobatan. Rasional
:memindahkan pasien dari stressor luar meningkatkan relaksasi. Dorong orang terdekat
tinggal dengan pasien/ Rasional : membantu menurunkan takut melalui pengalaman
menakutkan menjadi seorang diri. Kolaborasi : Berikan obat sesuai indikasi, Diazepam,
klorazepat, alprazoplam. Rasional : sedate/tranquilizer dapat digunakan kadang-kadang
untuk menurunkan ansietas.
e. Defisit pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang informsi/kurang mengingat, tidak mengenal sumber informs,
kesalahan interpretasi.
Tujuan : menyatakan pemahaman penyebab perdarahannya sendiri dan penggunaan tindakan
pengobatan.
Kriteria hasil : mulai mendiskuskan perannya dalam mencegah kekambuhan,
mengidentifikasi/melakukan perubahan pola hidup yang perlu, berpartisipasi daalm program
pengobatan.
Intervensi/Rasional :
Tentukan persepsi pasien terhadap perdarahan. Rasional : membuat pengetahuan dasar dan
memberika beberapa kesadaran yang konstruktif pada individu ini. Kaji ulang tentang
etiologi perdarahan, penyebab/efek perilaku pola hidup, dan cara menurunkan risiko/faktro
pendukung. Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
informasi/keputusan tentang masa depan kotrol masalah kesehatan. Bantu pasien
mengidentifikasi hubungan masukan makanan dan pencetus/atau hilangnya nyeri
epigastrik.Rasional : kafein dan rokok merangsang keasaman lambung. Anjurkan makan
sedikit tapi sering/makanan kecil. Rasional : sering makan mempertahankan netralisis HCI,
melarutkan isi lambung pada kerja minimal asam mukosa lambung. Tekankan pentingnya
tanda/gejala seperti warna kopi gelap, feses hitam, distensi abdomen. Rasional : evaluasi
medic cepat/intervensi dibituhkan untuk mencegah komplikasi lebih serius. Dukung
penggunaan teknik penanganan stress. Rasional : menunrunkan rangsang ekstrenik. Kaji
ulang program obat, kemungkina efek pemberian interaksi dengang obt lain dengan
cepat. Rasional : dapat mempengaruhi pilihan obat dan/atau penetuan resep.

4. Impelementasi
Menurut Carpenito (2009, hal 57) komponen implementasi dalam proses keperawatan
mencakup penerapan ketrampilan yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi
keperawatan. Ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya
berfokus pada: Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien. Melakukan pengkajian
keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah yang telah
ada. Memberi pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan pengetahuan yang
baru tentang kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan. Membantu klien membuat
keptusan tentang layanan kesehatannya sendiri. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada
profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang tepat. Memberi tindakan yang
spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah kesehatan.
Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri. Membantu klien mengidentifikasi risiko
atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia.
5. Evaluasi
Menurut Asmadi (2008. Hal: 178) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan criteria hasil, klien bisa
keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebalinya, kajian ulang (reassessment). Secara
umum, evaluasi ditunjukkan untuk : Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai
tujuan. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum. Mengkaji
penyebab jika tujuan asuhan keperawatab belum tercapai.

Anda mungkin juga menyukai