Anda di halaman 1dari 15

Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 333

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN


KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL
Vidya Vitta Adhivinna
Universitas PGRI Yogyakarta, Jl PGRI I No. 117 sonosewu Yogyakarta
Email: aprilvitta29@gmail.com

Abstrak
Salah satu aspek penting pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi yang harus
diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah. Salah satu alat
untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah Kabupaten Bantul dalam mengelola
keuangan daerah adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap
anggaran pendapatan belanja daerah Kabupaten Bantul.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat kemandirian
keuangan daerah, efisien, efektivitas, rasio pertumbuhan, rasio pengelolaan belanja
daerah. Penelitian ini digunakan alat analisis deskriptif dengan tolok ukur analisis
kemandirian, efektivitas, efisien, pertumbuhan, dan pengelolaan belanja daerah.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa rasio kemandirian
Pemerintah Kabupaten Bantul dinilai masih rendah. Dari rasio efisiensi menunjukkan
hasil yang sangat efisien selama 5 tahun dalam mengelola keuangan daerah.
Berdasarkan analisis rasio pertumbuhan menunjukkan hasil yang fluktuatif yang
disebabkan peningkatan dan penurunan PAD. Dari hasil rasio efektivitas
menunjukkan hasil Pemerintah Kabupaten Bantul dinilai sangat efektif dalam
mengelola kekayaan daerah. Hasil dari analisis rasio pengelolaan belanja, terjadi
peningkatan dan penurunan dari rasio pengelolaan belanja.

Kata Kunci: kemandirian, efektivitas, efisiensi, pertumbuhan, dan pengelolaan


belanja.

Latar Belakang monoter, fiskal, agama, dan kewenangan la-


in yang ditetapkan peraturan pemerintah.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Menurut Mardiasmo (2002), salah
Tahun 2004 pengganti Undang-undang No- satu aspek yang penting dalam pelaksanaan
mor 22 Tahun 1999 tentang pelimpahan otonomi daerah dan desentralisasi yang di-
wewenang dan tanggung jawab Pemerintah atur dengan hati-hati adalah masalah pe-
Pusat kepada Pemerintah Daerah serta pem- ngelolaan keuangan daerah dan anggaran
berlakuan Undang-undang Nomor 33 tahun daerah untuk mewujudkan otonomi daerah
2004 pengganti Undang-undang Nomor 25 dan desentralisasi yang luas, nyata, dan ber-
Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan tanggungjawab diperlukan manajemen ke-
Pusat dan Daerah, maka hubungan yang ber- uangan daerah yang mampu mengawasi dan
sifat sentralistik diubah menjadi hubungan mengatur kebijakan keuangan daerah secara
desentralistik. Maka sesuai dengan Undang- ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan
undang Nomor 32 tahun 2004 tentang peme- akuntabel. Sesuai Pasal 4 Peraturan Peme-
rintah daerah, diberi kewenangan yang luas rintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pe-
dalam menyelenggarakan semua urusan pe- ngelolaan Keuangan Daerah harus dilakukan
merintah mulai dari perencanaan, pelaksa- dengan tertib, taat pada peraturan perun-
naan, pengawasan, pengendalian, dan eva- dang-undangan yang berlaku efisien, efektif,
luasi kecuali kewenangan bidang politik luar transparan, dan bertanggung jawab dengan
negeri, pertahanan keamanan, peradilan, memperhatikan azas keadilan dan kepatutan.
Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 334

Pengukuran kinerja keuangan Peme- rintah Daerah Kabupaten Bantul dalam


rintah Daerah melalui APBD dilakukan membiayai sendiri semua kegiatan peme-
menggunakan analisis rasio sebagai alat rintahan, pembangunan, dan pelayanan ke-
analisis keuangan. Menurut Halim (2004) pada masyarakat.
penggunaan analisis rasio pada sektor publik
khususnya terhadap APBD belum banyak Keuangan Daerah
dilakukan, sehingga secara teori belum ada Menurut Halim (2004), Keuangan
kesepakatan mengenai nama dan kaidah Daerah adalah semua hak dan kewajiban
pengukuran. Menurut Landiyanto (2005), yang dapat dinilai dengan uang, demikian
untuk mengukur kinerja keuangan daerah pula segala sesuatu baik berupa uang mau-
dapat menggunakan derajat desentralisasi pun barang yang dapat dijadikan kekayaan
fiskal antara pemerintah pusat dan daerah. daerah sepanjang belum dimiliki atau dikua-
Dalam melihat kinerja keuangan daerah sai oleh Negara atau daerah lain yang lebih
dapat juga menggunakan kemandirian dae- tinggi serta pihak-pihak lain sesuai dengan
rah untuk mengukur seberapa jauh peneri- ketentuan perundang-undangan yang ber-
maan yang berasal dari daerah untuk meme- laku.
nuhi kebutuhan daerah. Pengukuran kinerja Menurut Halim (2004) berdasarkan
sangat penting untuk menilai akuntabilitas peraturan-peraturan manajemen keuangan
pemerintah daerah dalam melakukan pe- daerah, pengelolaan keuangan daerah memi-
ngelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas liki karakteristik:
bukan sekedar kemampuan menunjukkan 1. Pengertian daerah adalah propinsi dan
bagaimana uang publik dibelanjakan, akan kota atau kabupaten. Istilah Pemerintah
tetapi meliputi kemampuan yang menun- Daerah Tingkat I dan II, juga Kotama-
jukkan bahwa uang publik tersebut telah dya tidak lagi digunakan.
dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan 2. Pengertian Pemerintah Daerah adalah
efektif. Kepala Daerah beserta perangkatnya.
Pemerintah ini adalah badan eksekutif,
Rumusan Masalah sedangkan badan legislatif di daerah
Berdasarkan latar belakang diatas adalah DPRD (pasal 14 UU No. 22 ta-
maka peneliti merumuskan masalah sebagai hun 1999). Oleh karena itu terdapat
berikut: Bagaimana kinerja pengelolaan ke- pemisahan antara eksekutif dan legis-
uangan Pemerintah Daerah Kabupaten Ban- latif.
tul berdasarkan analisis Rasio Keuangan pa- 3. Perhitungan APBD menjadi satu laporan
da APBD Kabupaten Bantul. dengan pertanggungjawaban Kepala Da-
erah (pasal 5 PP No. 108 tahun 2000).
BatasanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas Prinsip-prinsip pengelolaan keuang-
maka peneliti merumuskan masalah sebagai an daerah tersebut adalah:
berikut: Bagaimana kinerja pengelolaan ke- 1. Transparansi adalah keterbukaan dalam
uangan Pemerintah Daerah Kabupaten Ban- proses perencanaan, penyusunan, dan
tul berdasarkan analisis Rasio Keuangan pelaksanaan anggaran daerah.
pada APBD Kabupaten Bantul. Penelitian 2. Akuntabilitas adalah pertanggungjawa-
ini dibatasi pada lima faktor yaitu rasio ban publik yang berarti bahwa proses
kemandirian keuangan daerah, rasio efek- penganggaran mulai dari perencanaan
tifitas, rasio pertumbuhan, rasio pengelolaan atau penyusunan dan pelaksanaan harus
belanja daerah, dan rasio efisiensi. benar-benar dapat dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan kepada DPRD.
Tujuan Penelitian 3. Value for money adalah mengandung arti
Tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan tiga prinsip dalam proses
mengetahui sejauh mana kemampuan Peme-
Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 335

penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi, dalam menggali pendanaan dalam pelaksa-


dan efektivitas. naan Otonomi Daerah sebagai perwujudan
a) Ekonomi adalah pembelian barang dan asas desentralisasi.
jasa dengan kualitas tertentu dengan har- Sumber-sumber PAD Kabupaten
ga terbaik. Bantul meliputi pajak daerah, antara lain:
b) Efisiensi adalah suatu produk atau hasil pajak hiburan, pajak reklame, pajak pene-
kerja tertentu dicapai dengan penggu- rangan jalan dan retribusi pajak parkir, dan
naan sumber daya dan dana yang seren- retribusi pelayanan daerah seperti; retribusi
dah-rendahnya. penggantian biaya cetak akta catatan sipil,
c) Efektivitas adalah hubungan antar kelua- retribusi penggantian biaya cetak KTP,
ran (hasil) dengan tujuan atau sasaran retribusi pasar, retribusi pengujian kenda-
yang hendak dicapai. raan bermotor, dan retribusi terminal. Selain
dari pajak dan retribusi daerah, pendapatan
Kinerja Keuangan Daerah daerah juga bersumber dari laba perusahaan
Bastian (2005:274) memaparkan pe- daerah. Kabupaten Bantul memiliki 3 peru-
ngertian kinerja sebagai gambaran mengenai sahaan daerah, yaitu: PD. Bank Bantul, PD.
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegi- Air Minum dan PD. Aneka Dharma.
atan atau program atau kebijaksanaan dalam Berdasarkan Undang-undang No. 25
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
organisasi yang tertuang dalam perumusan antara Pusat dan Daerah, sumber-sumber
perencanaan strategis suatu organisasi yang penerimaan terdiri atas:
dapat dicapai oleh organisasi dalam periode 1. Pendapatan Asli Daerah.
tertentu. 2. Dana Perimbangan.
Pengukuran kinerja keuangan daerah 3. Pinjaman Daerah.
menyangkut tiga bidang analisis yang saling 4. Lain-lain Penerimaan yang Sah.
terkait satu dengan yang lainnya. Ketiga
bidang analisis tersebut meliputi: Rasio Keuangan
1. Analisis penerimaan, yaitu analisis me- Rasio keuangan adalah penulisan u-
ngenai kemampuan pemerintah daerah lang data akuntansi kedalam bentuk perban-
dalam menggali sumber-sumber penda- dingan dalam rangka mengidentifikasikan
patan yang potensial. kekuatan dan kelemahan keuangan. Analisis
2. Analisis pengeluaran, yaitu selisih me- keuangan merupakan usaha mengidentifika-
ngenai seberapa besar biaya-biaya dari sikan ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan
suatu pelayananan publik dan faktor- keuangan yang tersedia. Jenis-jenis Rasio
faktor yang menyebabkan biaya-biaya Keuangan:
tersebut meningkat. 1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
3. Analisis anggaran, yaitu mengenai hu- Menurut Halim (2004) kemandirian ke-
bungan antara pendapatan dan penge- uangan daerah ditunjukkan oleh besar
luaran serta kecenderungan yang dipro- kecilnya Pendapatan Asli Daerah diban-
yeksikan untuk masa depan. dingkan dengan pendapatan daerah yang
berasal dari sumber yang lain, misalnya
Pendapatan Asli Daerah bantuan pemerintah pusat maupun pinja-
Menurut penjelasan UU No. 33 Ta- man. Rasio kemandirian menggambar-
hun 2004, Pendapatan Asli Daerah (PAD) kan tingkat ketergantungan pemerintah
merupakan pendapatan daerah yang bersum- daerah terhadap dana eksternal. Semakin
ber dari hasil pajak daerah, hasil restribusi tinggi rasio kemandirian mengandung
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah arti bahwa tingkat ketergantungan dae-
yang dipisahkan, dan lain-lain. Pendapatan rah terhadap bantuan eksternal (terutama
Asli Daerah yang sah, yang bertujuan untuk pemerintah pusat dan propinsi) semakin
memberikan keleluasaan kepada daerah rendah demikian sebaliknya.
Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 336

2. Rasio Efektivitas meningkatkan keberhasilan yang telah


Efektivitas menurut Mardiasmo (2002) dicapai dari periode ke periode berikut-
adalah ukuran berhasil tidaknya suatu nya. Dengan mengetahui pertumbuhan
organisasi mencapai tujuannya. Jika sua- untuk masing-masing komponen sumber
tu organisasi berhasil mencapai tujuan, pendapatan dan pengeluaran, sehingga
maka organisasi tersebut dikatakan telah dapat digunakan untuk mengevaluasi
berjalan dengan efektif. Efektivitas tidak potensi-potensi mana yang perlu menda-
menyatakan tentang berapa besarnya patkan perhatian (Halim, 2004).
biaya yang dikeluarkan untuk mencapai 5. Rasio Pengelolaan Belanja
tujuan tersebut. Jika konsep efektivitas Rasio pengelolaan belanja menunjukkan
dikatikan dengan seluruh penerimaan bahwa kegiatan belanja yang dilakukan
daerah terhadap potensi pendapatan oleh pemerintah daerah memiliki entitas
daerah. Efektivitas untuk membantu me- antara periode yang positif yaitu belanja
nganalisa sejauh mana realisasi seluruh yang dilakukan tidak lebih besar dari
penerimaan daerah berhasil mencapai total pendapatan yang diterima peme-
potensi yang seharusnya dicapai suatu rintah daerah. Rasio ini menunjukkan
periode tertentu. adanya surplus atau defisit anggaran.
3. Rasio Efisiensi Surplus atau defisit yaitu selisih lebih
Rasio efisiensi menurut Halim (2004) atau kurang antara pendapatan dan be-
adalah rasio yang menggambarkan per- lanja selama satu periode laporan
bandingan antara pendapatan dengan (Wahyuni, 2007).
realisasi pendapatan yang diterima.
Semakin kecil risiko efisiensi berarti ki- Kerangka Berpikir
nerja pemerintah daerah semakin baik. Kerangka berpikir dalam penelitian
4. Rasio Pertumbuhan ini adalah menganalisis kinerja keuangan
Rasio pertumbuhan (growth ratio) dengan menggunakan analisis rasio, yang
mengukur seberapa besar kemampuan dimulai dari tahun 2008 sampai dengan
daerah dalam mempertahankan dan 2012.

Otonomi Daerah Keuangan Daerah

Kinerja Keuangan
Daerah

Kemandirian Efektivitas Efisiensi Pertumbuhan Pengelolaan


Belanja

Gambar 1. Kerangka Berpikir


Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 337

Perumusan Hipotesis Semakin tinggi rasio kemandirian mengan-


Hipotesis yang diajukan dalam pene- dung arti bahwa tingkat ketergantungan da-
litian ini adalah: erah terhadap bantuan pihak eksternal yaitu
H1: Kemandirian Pemerintah Kabupaten pemerintah pusat semakin rendah.
Bantul mengalami perkembangan sela-
ma lima tahun (2008 2012). Tabel 1. Kriteria Kinerja Keuangan-
H2: Efektivitas Pemerintah Kabupaten Kemandirian
Bantul mengalami perkembangan sela-
ma lima tahun (2008 2012). No. Kemampuan Kemandirian Kemampuan
H3: Efisiensi Pemerintah Kabupaten Ban- Keuangan (%) Daerah
tul mengalami peningkatan selama 1. Rendah Sekali 0-25 Tidak mampu
lima tahun (2008 2012). 2. Rendah 25-50 Sedikit lebih
H4: Pertumbuhan Pemerintah Kabupaten mampu
Bantul mengalami peningkatan selama 3. Sedang 50-75 Mampu
lima tahun (2008 - 2012).
4. Tinggi 75-100 Mampu dan
H5: Pengelolaan Belanja Pemerintah Kabu-
Mandiri
paten Bantul mengalami peningkatan
selama lima tahun (2008 2012).
2. Rasio Efektivitas
Metode Penelitian Efektivitas merupakan besarnya rea-
lisasi PAD dengan target yang telah ditetap-
Waktu dan Tempat Penelitian kan. Efektivitas menggambarkan kemam-
Penelitian dilakukan pada bulan Fe- puan pemerintah daerah dalam merealisa-
bruari 2013 sampai dengan bulan Juni 2013. sikan PAD yang direncanakan dibandingkan
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bantul dengan target yang telah ditetapkan berda-
dengan mengambil data sampel di Badan sarkan potensi riil daerah (Halim, 2004).
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAP-
PEDA), Badan Pusat Statistik (BPS) dan Di- Efektivitas = Realisasi Penerimaan PAD
nas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Target Penerimaan PAD
Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bantul
dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Kemampuan daerah dalam menjalan-
kan tugas yang dikategorikan efektif jika
Variabel Penelitian efektivitas yang ingin dicapai minimal
Variabel dalam penelitian ini adalah: 100%.
1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Kemandirian keuangan daerah me- Tabel 2. Kriteria Kinerja Keuangan
nunjukkan kemampuan pemerintah daerah Efektivitas
dalam membiayai sendiri kegiatan pemerin-
tahan, pembangunan, dan pelayanan kepada No. Persentase Kriteria
masyarakat yang telah membayar pajak dan
retribusi sebagai sumber pendapatan yang 1. > 100 Sangat Efektif
diperlukan daerah.
2. 90 - 100 Efektif
Rasio Kemandirian=
Pendapatan Asli Daerah 3. 80 - 90 Cukup Efektif
Bantuan Pusat dan Pinjaman
4. 60 - 80 Kurang Efektif
Rasio kemandirian menurut Halim
5. < 60 Tidak Efektif
(2004), menggambarkan ketergantungan
daerah terhadap sumber dana eksternal.
Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 338

3. Rasio Efisiensi PAD Tabel 4. Kriteria Kinerja Keuangan


Rasio ini menggambarkan perban- Pertumbuhan
dingan antara pendapatan dengan realisasi No. Perkembangan Kriteria Kemampuan
Keuangan
pendapatan yang diterima. Semakin kecil
rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah 1. Positif Meningkat Kinerja
Pendapatan
daerah semakin baik.
Meningkat
2. Negatif Menurun Kinerja
Rasio Efisiensi = Pendapatan
Biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD Menurun
Realisasi Penerimaan PAD
Analisis rasio pertumbuhan berman-
Pengukuran rasio efisiensi yaitu se- faat untuk mengetahui apakah pemerintah
makin kecil rasio efisiensi berarti kinerja daerah dalam tahun anggaran bersangkutan
pemerintah daerah semakin baik. Sebaliknya atau selama beberapa periode anggaran, ki-
semakin tinggi rasio efisiensi berarti kinerja nerja anggarannya mengalami pertumbuhan
pemerintah daerah semakin rendah (Halim, pendapatan secara positif atau negatif.
2004). Pertumbuhan pendapatan positif kecende-
rungannya meningkat, sebaliknya jika ter-
Tabel 3. Kriteria Kinerja Keuangan jadi pertumbuhan yang negatif maka me-
Efisiensi nunjukkan terjadinya penurunan kinerja
No. Persentase Kriteria pendapatan.
1. > 100 Tidak Efisien
2. 90 - 100 Kurang Efisien 5. Rasio Pengelolaan Belanja
3. 80 - 90 Cukup Efisien Rasio pengelolaan belanja menun-
jukkan kegiatan belanja yang dilakukan pe-
4. 60 - 80 Efisien
merintah daerah memiliki ekuitas antar pe-
5. < 60 Sangat Efisien riode yang positif, yaitu belanja yang dilaku-
kan tidak lebih besar dari total pendapatan
yang diterima oleh pemerintah daerah. Rasio
4. Rasio Pertumbuhan ini menunjukkan adanya surplus atau defisit
Rasio pertumbuhan (growth ratio) anggaran.
mengukur seberapa besar kemampuan pe-
merintah daerah mempertahankan dan me- Rasio Pengelolaan Belanja =
ningkatkan keberhasilan yang telah dicapai Total Pendapatan
dari periode ke periode berikutnya. Dengan Total Belanja
mengetahui pertumbuhan masing-masing
komponen sumber pendapatan dan penge-
luaran, maka dapat digunakan untuk meng- Metode dan Teknik Pengumpulan Data
evaluasi potensi-potensi mana yang perlu Dalam penelitian ini teknik pengum-
mendapatkan perhatian (Halim, 2004). pulan data dengan mengambil data melalui
studi pustaka, dengan tujuan mendapatkan
Pendapatan Asli Daerah = gambaran dan sebagai landasan teori yang
PADt1 PADt0 diperoleh dari literatur-literatur yang berkai-
PADt0 tan (Sugiyono, 2004).
Data yang digunakan adalah data
Keterangan: sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat
t0 = tahun awal Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pemba-
t1 = tahun akhir ngunan Daerah (BPPEDA) dan Dinas Pen-
dapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 339

Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bantul dari Analisis data yang digunakan adalah
tahun 2008 2012. analisis deskriptif yang bersumber dari data
laporan keuangan APBD Kabupaten Bantul
Teknik Analisis Data periode 2008 -2012. Analisis keuangan yang
Penelitian ini menggunakan analisis digunakan adalah alat analisis rasio yang
rasio untuk mengukur kinerja pengelolaan diterapkan pada organisasi sektor publik.
keuangan daerah Kabupaten Bantul. Bebe-
rapa macam rasio keuangan yang bersumber Hasil Penelitian
dari APBD antara lain rasio kemandirian da-
erah, rasio efektivitas, rasio efisiensi PAD, Data Keuangan
rasio pertumbuhan dan rasio pengelolaan Berikut data keuangan pemerintah
belanja (Halim, 2004). Kabupaten Bantul Tahun Anggaran 2008-
2012:

Tabel 5. Data Keuangan Pemerintah Kabupaten Bantul

Tahun
No. Keterangan
2008 2009 2010 2011 2012
1 Pendapatan 1.023.590.207.758,85 882.149.788.429,75 986.866.902.363,07 1.180.547.112.432,41 981.000.615.751,11

2 PAD 69.800.761.508,85 88.691.362.690,38 81.637.099.293,07 128.896.456.173,41 110.251.417.704,11

3 Dana 679.250.090.167,00 668.488.989.539,37 688.676.566.702,00 717.123.249.859,00 691.577.179.797,00

Perimbangan
4 Lain-lain 274.539.356.083,00 124.969.436.200,00 216.553.236.368,00 334.527.406.400,00 179.172.018.250,00

Pendapatan
yang Sah
5 Belanja 1.045.423.303.527,78 903.767.000.429,01 1.012.356.847.235,49 1.151.885.952.327,97 736.080.631.432,48

6 Belanja 302.760.365.899,00 107.353.190.571,00 123.249.280.474,00 119.417.030.209,00 30.864.322.733,00

Modal
7 Pembiayaan 106.609.461.054,02 82.661.134.608,83 60.597.961.933,31 30.992.516.384,63 51.527.482.321,81

8 Penerimaan 119.713.769.894,59 84.776.365.285,09 61.043.922.609,57 35.107.747.060,89 61.111.712.998,07

Daerah
9 Pengeluaran 13.104.308.840,57 2.115.230.676,26 446.230.676,26 4.115.230.676,26 9.584.230.676,26

Daerah

Sumber: Data Sekunder, diolah 2013

Dari tabel 5 diketahui bahwa total Uji Hipotesis


pendapatan Pemerintah Kabupaten Bantul
mengalami peningkatan pada tahun 2010 1. Uji Kemandirian Keuangan Daerah
sampai dengan tahun 2011, yang dipicu Rasio kemandirian menurut Halim
dengan meningkatnya Pendapatan Asli (2004), menggambarkan ketergantungan
Daerah (PAD). daerah terhadap sumber dana eksternal.
Pada pos belanja terdapat pening- Semakin tinggi rasio kemandirian mengan-
katan belanja dari tahun 2010 sampai dung arti bahwa tingkat ketergantungan
dengan tahun2011. Sedangkan pada pos daerah terhadap bantuan pihak eksternal
pembiayaan dari tahun 2008 sampai dengan yaitu pemerintah pusat semakin rendah.
tahun 2011 mengalami penurunan kecuali
tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu
pembiayaan sebesar Rp. 51.527.482.321,81.
Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 340

Tabel 6. Rasio Kemandirian Keuangan Pemerintah Kabupaten Bantul

No Tahun Total Pendapatan Realisasi PAD Rasio Perkembangan


Kemandirian
(%)
1 2008 1.023.590.207.758,85 69.800.761.508,85 6,81 -
2 2009 882.149.788.429,75 88.691.362.690,38 10,05 Meningkat *
3 2010 986.866.902.363,07 81.637.099.293,07 8,27 Menurun *
4 2011 1.180.547.112.432,41 128.896.456.173,41 10,91 Meningkat *
5 2012 981.000.615.751,11 110.251.417.704,11 11,24 Meningkat *
Rata-rata Rasio Kemandirian 9,45
Sumber: Data sekunder diolah 2013
Keterangan: * : tidak mampu

Pada tabel 6 dapat diketahui rasio Dari hasil uji kemandirian keuangan
kemandirian Kabupaten Bantul sebagai daerah atas laporan keuangan Kabupaten
berikut: Bantul, maka dapat disimpulkan selama 5
a. Pada tahun anggaran 2008 rasio keman- tahun yaitu dari tahun 2008 sampai dengan
dirian mencapai 6,81%, angka tersebut tahun 2012, rasio kemandirian keuangan
berada pada rentang kurang dari 25% Kabupaten Bantul masih cukup rendah ka-
sehingga Pemerintah Kabupaten Bantul rena berada pada rentang kurang dari 25 %.
dikatakan masih rendah sekali untuk Hasil ini menunjukkan bahwa Pemerintah
kemandirian keuangan daerah. Kabupaten Bantul masih bergantung pada
b. Pada tahun anggaran 2009 rasio keman- bantuan pihak eksternal baik berupa bantuan
dirian mencapai 10,05%, cenderung me- dari pusat atau pinjaman.
ningkat 3,24% dari tahun anggaran Semakin tinggi rasio kemandirian me-
2008. Hasil ini di dalam rentang kurang ngandung arti bahwa tingkat ketergantungan
dari 25% sehingga Pemerintah Kabu- daerah terhadap bantuan pihak eksternal
paten Bantul dikatakan masih rendah yaitu pemerintah pusat semakin rendah.
untuk rasio kemandirian keuangan Akan tetapi dari hasil data yang diolah dan
daerah. dianalisis menunjukkan bahwa Pemerintah
c. Pada tahun anggaran 2010 rasio keman- Kabupaten Bantul masih rendah rasio ke-
dirian mencapai 8,27% atau menurun mandirian keuangan daerah, sehingga masih
1,78% dari tahun anggaran 2009. Angka mengandalkan bantuan dana dari pihak
rasio ini masih di dalam rentang kurang eksternal.
dari 25% sehingga dapat dikatakan rasio
kemandirian keuangan daerah Pemerin- 2. Uji Efektivitas
tah Kabupaten Bantul masih rendah. Rasio efektivitas merupakan besarnya
d. Pada tahun anggaran 2011 rasio keman- realisasi PAD dengan target yang telah dite-
dirian mencapai 10,91% atau naik sebe- tapkan. Efektivitas menggambarkan kemam-
sar 2,64%. Angka rasio ini masih cukup puan pemerintah daerah dalam merealisasi-
rendah karena berada pada rentang kan PAD yang direncanakan dibandingkan
kurang dari 25%. dengan target yang telah ditetapkan berda-
e. Pada tahun anggaran 2012 rasio keman- sarkan potensi riil daerah (Halim, 2004).
dirian mencapai 11,24% atau naik sebe- Kemampuan daerah dalam menjalankan
sar 0,33%. Pada tahun anggaran 2012 ini tugas dikategorikan efektif jika rasio yang
angka rasio kemandirian juga berada dicapai minimal sebesar satu atau seratus
pada rentang kurang dari 25% sehingga persen.
dapat dikatakan rasio kemandirian
Pemerintah Kabupaten Bantul masih
rendah.
Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 341

Tabel 7. Rasio Efektivitas Kabupaten Bantul


No. Tahun Target Penerimaan Realisasi PAD Rasio Perkembangan
PAD Efektivitas
(%)
1 2008 59.069.544.315,41 69.800.761.508,85 118,16% Sangat Efektif
2 2009 77.286.936.022,99 88.691.362.690,38 114,75% Sangat Efektif
3 2010 89.015.027.964,59 81.637.099.293,07 91,71% Efektif
4 2011 115.321.898.743,75 128.896.456.173,41 111,77% Sangat Efektif
5 2012 141.624.239.103,47 110.251.417.704,11 77,85% Kurang Efektif
Rata-rata Rasio Efektivittas 102,85%
Sumber: Data sekunder diolah 2013

Dari hasil data yang diolah, maka tahun anggaran 2008 sampai dengan tahun
perbandingan rasio efektivitas dapat dilihat 2012 penurunan dan kenaikan. Penurunan
bahwa efektivitas pengelolaan keuangan terjadi pada tahun 2008 2009 sebesar
Kabupaten Bantul cukup baik karena reali- 3,41% (118,16% - 114,75%). Tahun 2009
sasi PAD rata-rata diatas seratus persen 2010 juga mengalami penurunan yaitu
yaitu sebesar 102,85%. sebesar 23,04% (114,75% - 91,71%). Kemu-
Dimana pada tahun 2008 rasio dian pada tahun 2010 2011 mengalami
efektivitas mengalami perkembangan yang peningkatan yaitu sebesar 20,06% (111,77%
sangat efektif dengan rasio sebesar - 91,71%). Sedangkan pada tahun 2011
118,16%. Pada tahun 2009 rasio efektivitas 2012 mengalami penurunan yaitu sebesar
juga sangat efektif dengan hasil sebesar 33,92% (111,77% - 77,85%).
114,75%. Akan tetapi pada tahun 2010 rasio
efektivitas memperlihatkan rasio yang efek-
tif dengan hasil sebesar 91,71%, mengalami
penurunan dibanding tahun 2009. Pada ta- 3. Uji Efisiensi PAD
hun 2011 meningkat yaitu dengan rasio Rasio ini menggambarkan perbandi-
sebesar 111,77%, sehingga rasio efektivitas ngan antara pendapatan dengan realisasi
dapat dikatakan sangat efektif. Tetapi pada pendapatan yang diterima. Semakin kecil
tahun 2012 mengalami penurunan dengan rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah
rasio sebesar 77,85%, sehingga rasio efek- daerah semakin baik. Sebaliknya semakin
tivitas dikatakan kurang efektif. tinggi rasio efisiensi berarti kinerja peme-
Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa ra- rintah daerah semakin rendah (Halim, 2004).
sio efektivitas Pemerintah Kabupaten Bantul

Tabel 8. Rasio Efisiensi PAD Pemerintah Kabupaten Bantul


No Tahun Biaya yang Realisasi PAD Rasio Perkembangan
dikeluarkan untuk Efisiensi
memungut PAD (%)
1 2008 1.822.216.600,00 69.800.761.508,85 2,61% Sangat Efisien
2 2009 3.962.829.300,00 88.691.362.690,38 4,47% Sangat Efisien
3 2010 1.776.309.327,00 81.637.099.293,07 2,17% Sangat Efisien
4 2011 1.906.274.600,00 128.896.456.173,41 1,48% Sangat Efisien
5 2012 1.026.300.500,00 110.251.417.704,11 0,93% Sangat Efisien
Rata-rata Rasio Efisiensi 2,33%
Sumber: Data sekunder diolah 2013
Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 342

Dari hasil tabel 8 dapat dilihat besar- 2,17%, hasil ini mengalami penurunan
nya rasio efisiensi PAD pada tahun 2008 dibandingkan tahun 2009. Hal ini disebab-
sampai dengan tahun 2012 menunjukkan ha- kan penurunan penerimaan PAD dari tahun
sil yang Sangat Efisien, karena berada pada 2009 sebesar Rp. 88.691.362.690,38 men-
rentang kurang dari 60%, dengan hasil rata- jadi hanya sebesar Rp. 81.637.099.293,07
rata rasio efisisensi sebesar 2.33%. Ini ber- pada tahun 2010. Tahun 2011 terjadi
arti Pemerintah Kabupaten Bantul sangat penurun rasio efisiensi yaitu sebesar 1,48%.
efisien dalam mengeluarkan biaya untuk Walaupun penerimaan PAD meningkat yaitu
mengelola sumber-sumber PAD. sebesar Rp. 128.896.456.173,41 tetapi biaya
Pada tahun 2008 rasio efisiensi pemungutan PAD juga meningkat yaitu
menunjukkan hasil sebesar 2,61% berarti sebesar Rp. 1.906.274.600,00, sehingga
sangat efisien dalam mengeluarkan biaya mengakibatkan rasio efisiensi menurun. Dari
untuk mengelola sumber-sumber PAD. Hal tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 juga
ini disebabkan karena biaya pemungutan mengalami penurunan rasio efisiensi yaitu
PAD yang kecil yaitu sebesar Rp. rasio menunjukkan angka 0,93%. Hal ini
1.822.216.600,00 dibandingkan dengan disebabkan karena pada tahun 2012 penu-
realisasi penerimaan PAD yang sebesar runan biaya pemungutan PAD akan tetapi
Rp. 69.800.761.508,58. diikuti juga dengan penurunan penerimaan
Tahun 2009 rasio efisiensi menun- PAD. Sehingga mengakibatkan penurunan
jukkan hasil sebesar 4,47% berarti Peme- rasio efisiensi, tetapi hasil tersebut masih di
rintah Kabupatan Bantul sangat efisien da- dalam rentang yang sangat efektif.
lam mengelurkan biaya dalam mengelola
sumber-sumber PAD. Dimana biaya pemu- 4. Uji Rasio Pertumbuhan
ngutan PAD lebih kecil yaitu sebesar Rp. Rasio pertumbuhan (growth ratio)
3.962.829.300,00 dibandingkan dengan mengukur seberapa besar kemampuan
realisasi penerimaan PAD sebesar Rp. pemerintah daerah mempertahankan dan
88.691.362.690,38. Kenaikan angka rasio meningkatkan keberhasilan yang telah
dari tahun 2008 sebesar 2,61% menjadi dicapai dari periode ke periode berikutnya.
4,47% pada tahun 2009 disebabkan karena Dengan mengetahui pertumbuhan masing-
peningkatan PAD. masing komponen sumber pendapatan dan
Mulai tahun 2010 sampai dengan pengeluaran, maka dapat digunakan untuk
tahun 2012 terjadi penurunan rasio efisiensi, mengevaluasi potensi-potensi mana yang
akan tetapi masih dapat dikatakan rasio perlu mendapatkan perhatian (Halim, 2004).
efisiensi Pemerintah Kabupaten Bantul sa- Berikut hasil perhitungan analisis rasio
ngat efisien dalam mengelola sumber- pertumbuhan Kabupaten Bantul:
sumber PAD karena hasil rasio yang kecil.
Pada tahun 2010 rasio efisiensi sebesar

Tabel 9. Rasio Pertumbuhan Kabupaten Bantul


No Tahun PADt0 PADt1 Rasio Kemampuan
Pertumbuhan Keuangan
(%)
1 2008 2009 69.800.761.508,85 88.691.362.690,38 27,06% -
2 2009 - 2010 88.691.362.690,38 81.637.099.293,07 (7,95%) Kinerja Pendapatan
Menurun
3 2010 - 2011 81.637.099.293,07 128.896.456.173,41 57,88% Kinerja Pendapatan
Meningkat
4 2011 - 2012 128.896.456.173,41 110.251.417.704,11 (14,46%) Kinerja Pendapatan
Menurun
Rata-rata Rasio Pertumbuhan 12.50%
Sumber: Data sekunder diolah 2013
Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 343

Kemudian pada tahun 2011 2012


Dari tabel 9 dapat dijelaskan partum- terjadi penurunan rasio pertumbuhan yaitu
buhan PAD Kabupaten Bantul tahun menjadi sebesar 14,46%. Hal ini disebab-
anggaran 20082009 mencapai 27,06%. Ke- kan penurunan PAD pada tahun 2011 sebe-
mudian pada tahun 20092010 angka per- sar Rp. 128.896.456.173,41 menjadi Rp.
tumbuhan PAD menurun menjadi -7,95%, 110.251.417.704,11 pada tahun 2012.
hal ini dikarenakan pada tahun anggaran
2009 mengalami penurunan PAD yang se- 5. Uji Rasio Pengelolaan Belanja
mula Rp. 88.691.362.690,38 menjadi Rp. Rasio pengelolaan belanja menun-
81.637.099.293,07, sehingga mempengaruhi jukkan kegiatan belanja yang dilakukan
rasio pertumbuhan PAD mengalami penuru- pemerintah daerah memiliki ekuitas antar
nan dibandingkan tahun sebelumnya. periode yang positif, yaitu belanja yang
Pada tahun anggaran 2010-2011, dilakukan tidak lebih besar dari total pen-
pertumbuhan PAD Kabupaten Bantul me- dapatan yang diterima oleh pemerintah
ningkat sebesar 57,88%. Peningkatan per- daerah. Rasio ini menunjukkan adanya sur-
tumbuhan PAD ini disebabkan adanya plus atau defisit anggaran. Berikut hasil
peningkatan pendapatan dari tahun 2010 perhitungan analisis rasio pengelolaan be-
2011 yaitu sebesar Rp. 81.637.099.293,07 lanja Kabupaten Bantul:
menjadi Rp. 128.896.456.173,41.

Tabel 10. Laporan Surplus/Defisit Anggaran Kabupaten Bantul


Tahun Anggaran 2008 2012
Tahun Pendapatan Belanja Surplus/Defisit
2008 1.023.590.207.758,85 1.045.423.303.527,78 (21.833.095.768,93)
2009 882.149.788.429,75 903.767.000.429,01 (21.617.211.999,26)
2010 986.866.902.363,07 1.012.356.847.235,49 (25.489.944.872,42)
2011 1.180.547.112.432,41 1.151.885.952.327,97 28.661.160.104,44
2012 981.000.615.751,11 736.080.631.432,48 244.919.984.318,63
Sumber: Data sekunder diolah 2013

Rasio Pengelolaan Belanja Kabupa- Tahun 2012 =


ten Bantul: 981.000.615.751,11 x 100 = 133,27%
Tahun 2008 = 736.080.631.432,48
1.023.590.207.758,85 x 100 = 97,91%
1.045.423.303.527,78 Dari perhitungan rasio pengelolaan
belanja diatas dapat dilihat bahwa kinerja
Tahun 2009 = pengelolaan belanja yang paling baik adalah
882.149.788.429,75 x 100 = 97,60% pada tahun 2011 dan 2012 yaitu diatas 100%
903.767.000.429,01 sebesar 102,48% pada tahun 2011 dan
sebesar 133,27% pada tahun 2012. Pada
Tahun 2010 = tahun 2011 menunjukkan adanya surplus
986.866.902.363,07 x 100 = 97,48% sebesar Rp. 28.661.160.104,44 dan surplus
1.012.356.847.235,49 sebesar Rp. 244.919.984.318,63 tahun 2012.
Peningkatan/surplus ini disebabkan karena
Tahun 2011 = meningkatnya realisasi atas pendapatan dari
1.180.547.112.432,41 x 100 = 102,48% Pemerintah Kabupaten Bantul pada tahun
1.151.885.952.327,97 2011 dan 2012. Peningkatan pendapatan
Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 344

tersebut disertai dengan kemampuan Peme- belanja, sehingga menyebabkan kinerja


rintah Kabupaten Bantul dalam menekan pengelolaan belanja menjadi defisit.
realisasi belanja.
Sedangkan pada rentang tahun 2008, Pembahasan Hasil Penelitian
2009, dan 2010 kinerja pengelolaan belanja
mengalami defisit, yaitu sebesar Rp. Berdasarkan hasil analisis dan pem-
21.833.095.768,93 pada tahun 2008, Rp. bahasan yang telah diuraikan, maka rata-rata
21.617.211.999,26 pada tahun 2009, dan kinerja pengelolaan keuangan Kabupaten
defisit Rp. 25.489.944.872,42 pada tahun Bantul berdasarkan analisis rasio dapat
2010. Hal ini disebabkan Pemerintah Ka- dirangkum sebagai berikut:
bupaten Bantul gagal menekan realisasi

Tabel 11. Perhitungan Rasio


No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata
1 Rasio 6,81% 10,05%* (8,27%) 10,91%* 11,24%* 9,45%
Kemandirian
2 Rasio 118,16% (114,75%) (91,71%) 111,77%* (77,85%) 102,85%
Efektivitas
3 Rasio 2,61% 4,47%* (2,17%) (1,48%) (0,93%) 2,33%
Efisiensi
4 Rasio - 27,06% (7,95%) 57,88%* (14,46%) 12,50%
Pertumbuhan
5 Rasio 97,91% (97,60%) (97,48%) 102,48* 133,27* 69,29%
Pengelolaan
Belanja
Sumber: Data sekunder diolah 2013
Keterangan: ( ) : Menurun
* : Naik

Dari tabel 10, dapat dilihat Rasio rasio efektivitas yang baik selama 5 tahun
Kemandirian pada tahun anggaran 2008 yaitu sebesar 102,85%. Hasil ini dinilai
sampai dengan 2012 Pemerintah Kabupaten sangat efektif karena selama 5 tahun rasio
Bantul dinilai masih rendah. Hal ini terlihat efektivitas menunjukkan hasil diatas 100%,
dari rata-rata persentase rasio kemandirian dengan kata lain Pemerintah Kabupatan
dari tahun anggaran 2008 sampai dengan Bantul berhasil dengan efektif dalam
2012 masih sangat rendah, yaitu sebesar mengelola kekayaan daerah. Walaupun pada
9,45% dimana rata-rata tersebut masih beberapa tahun sempat mengalami penuru-
dibawah angka 25%. Hal ini menunjukkan nan akan tetapi hasilnya masih diatas rata-
bahwa selama 5 tahun tingkat kemandirian rata 100%. Misalnya pada tahun 2008 rasio
Pemerintah Kabupaten Bantul masih sangat efektivitas menunjukkan hasil sebesar
rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi 118,16% kemudian menurun pada tahun
hasil rasio kemandirian disebabkan Peme- 2009 menjadi 114,75%. Akan tetapi hasil
rintah Kabupaten Bantul masih sangat ber- tersebut dapat dikatakan masih dalam
gantung pada bantuan pihak eksternal jika rentang yang sangat efektif karena masih
dibandingkan dengan PAD yang diperoleh. diatas 100%. Kemudian pada tahun 2010
Untuk penilaian kinerja efektivitas mengalami penurunan menjadi 91,71%,
pada tahun anggaran 2008 sampai dengan tetapi hasil ini menunjukkan nilai yang
2012, menunjukkan bahwa Pemerintah Ka- masih efektif. Pada tahun 2011 mengalami
bupaten Bantul mempunyai kinerja yang peningkatan menjadi sebesar 111,77%, yang
efektif. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata dinilai sangat efektif karena berada pada
Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 345

rentang diatas 100%. Tahun 2012 menga- meningkatnya realisasi atas pendapatan dari
lami penurunan menjadi sebesar 77,85%, hal Pemerintah Kabupaten Bantul pada tahun
ini menunjukkan Pemerintah Kabupaten 2011 dan 2012. Peningkatan pendapatan
Bantul kurang efektif dalam mengelola tersebut disertai dengan kemampuan Peme-
kekayaan daerah, karena realisasi peneri- rintah Kabupaten Bantul dalam menekan
maan PAD lebih kecil daripada target pene- realisasi belanja. Sedangkan pada rentang
rimaan PAD. tahun 2008, 2009, dan 2010 kinerja penge-
Hasil dari rasio efisiensi dari tahun lolaan belanja mengalami defisit, yaitu
2008 sampai dengan 2012 rata-rata menun- sebesar Rp. 21.833.095.768,93 pada tahun
jukkan hasil yang sangat efisien karena 2008, Rp. 21.617.211.999,26 pada tahun
berada pada rentang kurang dari 60%, yaitu 2009, dan defisit Rp. 25.489.944.872,42
rata-rata sebesar 2,33%. Hasil ini menunjuk- pada tahun 2010. Hal ini disebabkan Peme-
kan Pemerintah Kabupaten Bantul sangat rintah Kabupaten Bantul gagal menekan
efisien dalam pengelolaan keuangan daerah, realisasi belanja, sehingga menyebabkan
karena biaya yang digunakan untuk memu- kinerja pengelolaan belanja menjadi defisit.
ngut PAD lebih kecil daripada realisasi
penerimaan PAD. Kesimpulan
Untuk hasil rasio pertumbuhan sela-
ma tahun 2008 sampai 2012 dengan hasil Berdasarkan hasil analisis dan pem-
rata-rata sebesar 12,50%. Dari tahun 2009 bahasan, rata-rata kinerja pengelolaan
sampai dengan 2010 menunjukkan kinerja keuangan Kabupaten Bantul menggunakan
pendapatan yang menurun yaitu dari 27,06% analisis rasio keuangan menunjukkan hasil
menjadi 7,95%. Hal ini karena terjadi pe- yang baik. Berdasarkan rasio kemandirian,
nurunan PAD pada tahun 2010 yaitu sebesar selama 5 tahun menunjukkan hasil yang ku-
Rp. 81.637.099.293,07 menjadi Rp. rang mandiri karena rata-rata hanya 9,45%.
88.691.362.690,38 pada tahun 2009. Pada Hasil ini membuktikan bahwa Pemerintah
tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 Kabupaten Bantul belum mampu mandiri
mengalami peningkatan yaitu dari 7,95% dan masih sangat bergantung pada bantuan
menjadi 57,88%, hal ini karena kenaikan pihak eksternal jika dibandingkan dengan
PAD dari tahun 2010 sebesar Rp. PAD yang diperoleh.
81.637.099.293,07 menjadi sebesar Rp. Berdasarkan rasio efektivitas selama
128.896.456.173,41 pada tahun 2011. 5 tahun menunjukkan hasil rata-rata
Kemudian pada tahun 2011 sampai dengan 102,85% yaitu diatas 100% yang berarti
2012 terjadi penurunan dari 57,88% menjadi Pemerintah Kabupaten Bantul dinilai sangat
14,46%. Kondisi ini terjadi karena PAD efektif dalam mengelola kekayaan daerah.
tahun 2012 mengalami penurunan Rp. Walaupun pada tahun 2009, 2010, dan 2012
110.251.417.704,11 dari tahun 2011 yang mengalami penurunan akan tetapi hasil
sebesar Rp. 128.896.456.173,41. analisis menunjukkan secara keseluruhan
Dari analisis rasio pengelolaan selama 5 tahun sangat efektif.
belanja, menunjukkan rata-rata sebesar Dari rasio efisiensi menunjukkan
69,29%. Perhitungan rasio pengelolaan hasil yang sangat efisien selama 5 tahun,
belanja dapat dilihat bahwa kinerja karena rata-rata sebesar 2,33% lebih kecil
pengelolaan belanja yang paling baik adalah dari 60%. Hasil ini menunjukkan Peme-
pada tahun 2011 dan 2012 yaitu diatas 100% rintah Kabupaten Bantul sangat efisien
sebesar 102,48% pada tahun 2011 dan dalam pengelolaan keuangan daerah, karena
sebesar 133,27% pada tahun 2012. Pada biaya yang digunakan untuk memungut
tahun 2011 menunjukkan adanya surplus PAD lebih kecil daripada realisasi pene-
sebesar Rp. 28.661.160.104,44 dan surplus rimaan PAD.
sebesar Rp. 244.919.984.318,63 tahun 2012. Hasil rasio pertumbuhan selama 5
Peningkatan/surplus ini disebabkan karena tahun rata-rata sebesar 12,50%. Dari tahun
Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 346

2009 sampai dengan 2010 menunjukkan 1 Pemerintah Kabupaten Bantul harus me-
kinerja pendapatan yang menurun yaitu dari ngurangi ketergantungan pada bantuan
27,06% menjadi 7,95%. Hal ini karena pemerintah pusat dan bantuan dari pihak
terjadi penurunan PAD pada tahun 2010 eksternal dengan cara mengoptimalkan
yaitu sebesar Rp. 81.637.099.293,07 men- potensi sumber-sumber PAD yang sudah
jadi Rp. 88.691.362.690,38 pada tahun ada maupun yang belum diolah secara
2009. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun maksimal, sehingga dapat meningkatkan
2011 mengalami peningkatan yaitu dari PAD.
7,95% menjadi 57,88%, hal ini karena 2 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
kenaikan PAD dari tahun 2010 sebesar Rp. Kabupaten Bantul dengan meningkatkan
81.637.099.293,07 menjadi sebesar Rp. kualitas sumber daya manusia baik ap-
128.896.456.173,41 pada tahun 2011. Ke- aratur daerah maupun masyarakat
mudian pada tahun 2011 sampai dengan dengan memperluas lapangan pekerjaan
2012 terjadi penurunan dari 57,88% menjadi di daerah Kabupaten Bantul agar penda-
14,46%. Kondisi ini terjadi karena PAD patan masyarakat Kabupaten Bantul
tahun 2012 mengalami penurunan Rp. meningkat sehingga dapat meningkatkan
110.251.417.704,11 dari tahun 2011 yang retribusi dan pajak yang dibayarkan oleh
sebesar Rp. 128.896.456.173,41. Sehingga masyarakat.
dapat disimpulkan berdasarkan analisis rasio 3 Meningkatkan pembangunan serta
pertumbuhan menunjukkan hasil yang penyediaan sarana prasarana umum
fluktuatif yang disebabkan peningkatan dan untuk meningkatkan kegiatan perekono-
penurunan PAD. mian masyarakat Kabupaten Bantul
Berdasarkan rasio pengelolaan be- sehingga dapat menarik investor agar
lanja menunjukkan hasil rata-rata selama 5 menanamkan modalnya di daerah Kabu-
tahun yaitu sebesar 69,29%. Terjadi pening- paten Bantul.
katan dan penurunan dari rasio pengelolaan 4 Informasi dari analisis rasio keuangan
belanja. Peningkatan/surplus ini disebabkan dapat digunakan untuk melakukan
karena meningkatnya realisasi atas pen- penilaian dan evaluasi kinerja sebagai
dapatan dari Pemerintah Kabupaten Bantul kepentingan manajemen birokrasi peme-
pada tahun 2011 dan 2012. Peningkatan rintahan serta untuk menambah kualitas
pendapatan tersebut disertai dengan ke- sistem informasi keuangan daerah.
mampuan Pemerintah Kabupaten Bantul
dalam menekan realisasi belanja. Sedangkan Daftar Pustaka
pada rentang tahun 2008, 2009, dan 2010
kinerja pengelolaan belanja mengalami Azhar, MHD Karya Satya. 2008. Analisis
defisit. Hal ini disebabkan Pemerintah Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Bantul gagal menekan realisasi Kabupaten/Kota Sebelum dan Setelah
belanja, sehingga menyebabkan kinerja Otonomi Daerah. Tesis, 46-47. Medan:
pengelolaan belanja menjadi defisit. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Su-
matera Utara Medan.
Saran
Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor
Berdasarkan permasalahan, hasil Publik. Yogyakarta.
analisis rasio, dan uji hipotesis kinerja
keuangan Pemerintah Kabupaten Bantul Chandra, D.A. (2009). Analisa Kinerja
serta kesimpulan diatas, maka penulis dapat Keuangan Pemerintah Daerah Kabu-
memberikan saran-saran yang mungkin ber- paten Sragen Tahun Anggaran 2004-
guna bagi peningkatan kinerja pengelolaan 2007. Forum Penelitian, 1 (1): 1-6.
keuangan Kabupaten Bantul, antara lain
adalah:
Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 347

Darise, Nurlan. 2006. Pengelolaan Keua- Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik.
ngan pada Satuan Kerja Perangkat Yogyakarta: Andi Offset.
Daerah (SKPD). Jakarta: Penerbit PT.
Indeks. Mardiasmo. 2002. Otonomi Daerah
Sebagai Upaya Memperkokoh Basis
Halim, Abdul. 2001. Bunga Rampai: Mana- Perekonomian Daerah.
jemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN, Nanik, Wahyuni. 2007. Skripsi, Analisa
Rasio untuk Mengukur Kinerja Penge-
Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Sektor lolaan Keuangan Daerah Kota Malang.
Publik: Akuntansi Keuangan Daerah, 2-4. Malang: UIN Maliki Malang.
Jakarta: Salemba Empat.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor
Landiyanto. 2005. Kinerja Keuangan dan 32 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Strategi Pembangunan Kota di Era Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Otonomi Daerah. Di download dari Pemerintah Daerah.
http://www.google.com, diakses 3 Maret
2013. Sulastinah, Tati. 2013. Analisis Kinerja Ke-
uangan Pemerintah Kabupaten Bantul.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas PGRI.

Anda mungkin juga menyukai