Studi Kasus TB 26
Studi Kasus TB 26
BAB I
Laporan Kasus
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. Fabian
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 7 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
Alamat : Banjir Kanal Rt 10/ Rw 01, Grogol Petamburan, Jakarta
Barat
B. Anamnesa
Dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 18 Juli 2017 pukul 12.30 WIB
1. Keluhan Utama : Batuk tak kunjung sembuh kurang lebih 3 minggu
2. Keluhan Tambahan : pertumbuhan badan yang tidak terganggu
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien laki-laki bernama Tn. Fabian berusia 7 tahun pada tanggal 10 februari
2017 dibawa oleh ibunya Ny. Juniaty ke puskesmas grogol II petamburan jakarta
barat karena batuk yang tak kunjung sembuh dan pertumbuhan badan anak tidak
berkembang, pada saat berobat ke puskesmas dilakukan tes mantoux diketahui
hasilnya positif. Pasien mengatakan, awalnya berobat ke Puskesmas dikarenakan
batuk berdahak selama kurang lebih 3 mingguan. Orang tuanya tidak mengetahui
betul warna dahaknya. Orang tua pasien juga mengatakan pasien sering sulit tidur
penyebabnya orang tuanya tidak mengetahui. Sejak pasien mengalami keluhan
tersebut, nafsu makan pasien pun berkurang sehingga pasien mengalami penurunan
berat badan yaitu dari 36 kg menjadi 23 kg selama kurang lebih 2-4 mingguan. Pasien
sering merasa dadanya sakit apabila pasien sedang batuk. Di keluarga ada yang
memiliki sakit yang sama dengan pasien yaitu pamannya dan di ketahui lingkungan
bermainnya ada yang terkena penyakit yang sama. Alasannya orang tuanya berhenti
berobat karna anaknya tidak ada perubahan dan faktor materi yang menjadi alasannya
utama.
1
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien mengaku belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya
- Riwayat asma disangkal
- Riwayat DM dan Hipertensi disangkal
7. Riwayat Kebiasaan :
Bermain di Warnet (Warung Internet) dekat rumahnya dan bermain bola di
lapangan sekolahnya.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : baik
2. Vital sign
Kesadaran : Compos Mentis
Tek. Darah : 120/70 mmHg
Frek. Nadi : 77 x/menit
Frek Pernapasan : 28 x/menit
Suhu :-
BB : 20 kg
Tinggi Badan : 110 cm
2
3. Status Gizi : kurang gizi (berat badan kurang)
IMT 2 2 = 16.52 kg/m2. IMT normal = 18.5-22.9 kg/m2
4. Status Lokalis : -
D. Pemeriksaan Penunjang :
- Pada tanggal 10 februari 2017 pasien melakukan pemeriksaan test mantoux dan
hasilnya positif
Berkas Keluarga
A. Profil Keluarga
1. Karakteristik Keluarga
a. Identitas Kepala keluarga : Tn. Rusmayadi
b. Identitas Pasangan : Ny. Juniaty
Kedudukan
No Nama dalam Gender Umur Pendidikan Pekerjaan
keluarga
3
2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup
a. Lingkungan tempat tinggal
4
4. Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
5
jarang mengkonsumsi buah-buahan dan susu terutama bagi anak laki-lakinya Tn.
Fabian yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
memerlukan asupan gizi yang seimbang.
6. Faktor Penghambat Terselesainya Masalah Keluarga
Faktor-faktor yang menghambat dalam kesembuhan Tn. Fabian antara lain,
jumlah ventilasi dan jumlah jendela yang sangat minim dan tidak sesuai dengan
ketentuan rumah sehat sehingga siklus udara di dalam rumah yang sangat minim,
jarangnya membuka jendela rumah sehingga terasa lembab, rumah tidak mendapat
pencahayaan sinar matahari yang cukup, sehingga membuat rumah menjadi gelap,
kondisi lingkungan sekitar rumah yang berada dalam pemukiman padat penduduk,
dan tingkat ekonomi keluarga yang cukup rendah sehingga menyebabkan daya
beli keluarga terhadap bahan-bahan pokok makanan rendah, sehingga kualitas
makanan yang dikonsumsi juga rendah.
2. Masalah lingkungan
Lingkungan tempat tinggal Tn. Rusmayadi dan Ny. Juniaty merupakan lingkungan
yang padat penduduk tidak ada jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya. Tn.
Rusmayadi dan Ny. Juniaty jarang membuka jendela rumahnya sehingga terasa
lembab.
6
C. Diagnosis
1. Aspek personal
Orang tua pasien datang atas kemauan sendiri pada saat pertama kali berobat
di Puskesmas Grogol II petamburan jakarta barat. Orang tua terutama Ny. Juniaty
khawatir bahwa batuk yang diderita anaknya Tn. Fabian akan semakin memburuk dan
pertumbuhannya anaknya yang tidak berkembang seperti anak sesusianya. Dengan
berobat ke puskesmas pasien berharap penyakitnya dapat cepat sembuh dan anaknya
dapat tumbuh kembang.
2. Aspek klinik
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
didapat diagnosis kerja TB Paru.
8
bulan penyakit lainnya
beruturut-
turut
E. Prognosis
1. Ad vitam : ad bonam
2. Ad sanasionam : ad bonam
3. Ad fungsionam : ad bonam
9
BAB II
Tinjauan Pustaka
Definisi
Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman
mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu pneumonia
yang disebaban oleh M. tuberculosis. Tuberkulosis paru mencangkup 80% dari keseluruhan
kejadian penyakit tuberkulosis, sedangkan 20% selebihnya merupakan tuberkulosis
ekstrapulmonar. Diperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia pernah terinfeksi kuman
M.tuberculosis.1
Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) paru merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara
berkembang, tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab
tingginya angka morbiditas dan mortalitas, baik di negara berkembang maupun di negara
maju.2
Laporan mengenai TB anak jarang didapatkan. Diperkirakan jumlah kasus TB anak per
tahun adalah 5 - 6% dari total kasus TB. Pada tahun 1989, WHO memperkirakan bahwa setiap
tahun terdapat 1,3 juta kasus baru TB anak dan 450.000 anak usia < 15 tahun meninggal dunia
karena TB.2
Di Asia tenggara, selama 10 tahun, diperkirakan bahwa jumlah jumlah kasus baru adalah
35,1 juta, 8% diantaranya (2,8 juta) disertai infeksi HIV. Menurut WHO (1994), Indonesia
menduduki peringkat ketiga dalam jumlah kasus baru TB (0,4 juta kasus baru), setelah India
(2,1 juta kasus) dan Cina (1,1 juta kasus). Sebanyak 10% dari seluruh kasus terjadi pada anak
berusia < 15 tahun.3
Etiologi
Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium tuberkulosis dan
Mycobakterium bovis. Kuman tersebut berbentuk batang tipis, lurus, atau agak bengkok,
bergranular atau lipoid (terutama asam mikolat).Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu
dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alcohol, sehingga disebut basil
tahan asam (BTA) serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman tuberkulosis juga tahan
dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob.4
10
Klasifikasi Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura.5
Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi atas:
1. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif.5
2. Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan
kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.
tuberculosis.5
Berdasarkan tipe pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe
pasien yaitu:
1. Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
2. Kasus kambuh (relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif
atau biakan positif.5
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif /
perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :
Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll)
TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten
menangani kasus tuberkulosis
3. Kasus defaulted atau drop out Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1
bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.5
11
4. Kasus gagal Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir
pengobatan.
5. Kasus kronik Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang
baik.
6. Kasus Bekas TB:
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial
menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan
lebih mendukung
Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat
pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologi
Tuberkulosis Ekstraparu
Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran kencing dan
lain-lain.5
Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi dari tempat
lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka
diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu aktif.
Diagnosis Tb
A. Gejala klinik
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori
(gejala lokal sesuai organ yang terlibat)
12
1. Gejala respiratorik
batuk > 2 minggu
batuk darah dapat terjadi akibat banyak hal yaitu: tuberculosis, brokkiektasis, abses
paru, Ca paru, dan bronchitis kronik. Namun diantara banyak penyebab, yang paling
sering adalah tuberculosis. Adanya infeksi pada paru dapat menyebabkan nekrosis
pada parenkim paru yang akan menimbulkan proses perkejuan. Apabila dibatukkan,
bahan cair dari perkejuan tersebut akan keluar dan meninggalkan lubang yang disebut
kavitas. Kavitas ini lama-lama akan menebal karena infiltrasi jaringan fibroblas dalam
jumlah besar dan terjadilah sklerotik. Jika terjadi peradangan arteri di dinding kavarne
akan mengakibatkan pecahnya vasa darah. Jika vasa darah pecah maka darah akan
dibatukkan keluar dan terjadilah hemoptisis.
sesak napas
nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang
cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check
up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada
gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
Demam merupakan salah satu tanda inflamasi. Demam pada penyakit tuberculosis
biasanya hilang timbul, biasanya muncul pada sore hari. Mekanisme demam sendiri
yaitu mikroorganisme yang masuk ke dalam jaringan atau darah akan difagositosis
oleh leukosit darah, makrofag, dan sel mast. Setelah memfagositosis, sel ini akan
mengeluarkan IL-1 ke dalam cairan tubuh disebut sebagai pirogen endogen. IL-1
menginduksi pembentukan prostaglandin akan menstimulus hipotalamus sebagai
pusat termoregulator untuk meningkatkan temperatur tubuh dan terjadi demam atau
panas.
gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan
menurun
o Keringat malam ini kemungkinan disebabkan oleh karena kuman yang
menginfeksi penderita, misalnya kuman Mycobacterium Tuberculosis,
mengadakan metabolisme seperti pembelahan didalam tubuh penderita
sehingga terjadilah manifestasi keringat. Sebenarnya, keringat yang disebut
13
disini tidak hanya terjadi pada malam hari saja tetapi juga terjadi setiap saat.
Namun, pada pagi dan siang hari umumnya penderita melakukan aktivitas
fisik jadi keringat akibat metabolisme kuman tersebut menjadi samar.
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari
kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala meningitis,
sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada
pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
Pemeriksaan Jasmani
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang
terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur
paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali)
menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior
terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior
(S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik,
suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
Pemeriksaan Bakteriologik
1. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti
yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi
ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan
lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan
biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).6
14
Untuk anak anak biasanya kita menggunakan pemeriksaan uji tuberculin Pada anak,
sulit untuk mendapatkan BTA, sehingga diagnoisis TB pada anak didapat gambaran klinik,
radiologi dan uji tuberculin.Untuk itu, seorang anak dapat dicurigai sebagai penderita TB,
bila terdapat gejala seperti mempunyai riwayat kontak serumah dengan penderita TB BTA
positif, terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG dalam waktu 3-7 hari dan
terdapat gejala umum TB. Uji tuberculin dilakukan dengan cara menyuntikkan secara
intrakutan, dengan tuberculin PPD RT 23 kekuatan 2 TU (Tuberculin Unit). Pembacaan
dilakukan dalam 48-72 jam setelah penyuntikkan, dan diukur diameter dari peradangan atau
indurasi yang dinyatakan dalam millimeter. Dinyatakan positif bila indurasi sebesar r >
10mm pada anak dengan gizi baik dan pada anak-anak dengan gizi buruk.4
BAB III
Kesimpulan
15
Daftar Pustaka
1. Amin Z. Bahar A, Tuberkulosis paru dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi IV, Jakarta, 2007: 988-93.
2. Rahajoe, N., Basir D., Makmuri M.S., Kartasasmita C. (2008) Pedoman Nasional
Tuberkulosis Anak. Jakarta : UKK Respirologi PP IDAI.
3. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. (2010) Buku Ajar Respirologi Anak, Edisi
Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
4. Pohan Imbalo. Tuberkulosis Paru. In: Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. hal: 438-50
5. Lumenta A.N dkk. Manajemen Hidup Sehat. Jakarta : Penerbit Elex Media
Komputindo; 2006.
6. Soeroso Luhur, Tuberkulosis primer dengan infeksi sekunder dalam: Mutiara paru atlas
radiologi dan ilustrasi kasus, Jakarta: EGC, 2005: 48-9.
16
17