Anda di halaman 1dari 41

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN DAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Diajukan Untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Pembangunan Perikanan

Disusun oleh:
Kelompok 4
Indri Nuraeni 230110130004
Asep Sutrisna 230110130009
Desinta Anisa 230110130017
Eka Harditama 230110130023
Ade Reza Triandika 230110130030
Tengku Alwie Petra Syabani 230110130035
Rifki Syarif Hidayat Ramadhan 230110130044
Alan Alamsyah 230110130053
Susetyo Ilman Rosyadi 230110130064
Ilham Patriot Indrawan 230110130073

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Makalah Pembangunan Perikanan mengenai Kebijakan
Pembangunan Kelembagaan Dan Pemberdayaan Masyarakat. Makalah ini
merupakan tugas mata kuliah Pembangunan Perikanan.
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penyusunan menyampaikan terima kasih
sebanyak-banyaknya kepada pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah
ini. Semoga bantuan, kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada
penyusun selama penyelesaian tugas ini mendapat balasan yang tiada terkira dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
sangat jauh dari kata sempurna. Akhir kata, kami penyusun berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jatinangor, Oktober 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Bab Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................
1.2 Tujuan .......................................................................................
II. SEJARAH DAN KEBIJAKAN EKSISTING KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN DAN PERMBERDA-
YAAN MASYARAKAT
2.1 Sejarah Perkembangan Kelembagaan ......................................
2.2 Sejarah Pemberdayaan .............................................................
III. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG
KELEMBAGAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
3.1 Perundang-undangan Bidang Kelembagaan ............................
3.2 Perundang-undangan Bidang Pemberdayaan ...........................
IV. KONSEP TEORITIS KEBIJAKAN BIDANG KELEMBAGAAN
DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
4.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat .....................................
4.2 Konsep Pemberdayaan .............................................................
4.3 Definisi Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan ......................
4.4 Fungsi dan Peran Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan .......
4.5 Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Kelembagaan Pelaku
Utama Perikanan ............................................................................
V. ANALISIS KEBIJAKAN KELEMBAGAAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
5.1 Gambaran Permasalahan ..........................................................
5.2 Alternatif Kebijakan .................................................................
5.2.1 Pengembangan Sumberedaya Manusia .................................
5.2.2 Pengembangan Sumberedaya Permodalan ............................
5.2.3 Peran Serta Dukungan Pemerintah ........................................
5.3 Nilai Alternatif .........................................................................
5.3.1 Alternatif Kebijakan Pengembangan Sumber Daya
Manusia ..........................................................................................
5.3.2 Alternatif Kebijakan Pengembangan Sumber Daya
Permodalan .....................................................................................
5.3.3 Alternatif Kebijakan Peran Serta Dukungan Pemerintah ......
5.4 Pilihan Prioritas ........................................................................
VI. FORMULASI KEBIJAKAN KELEMBAGAAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6.1 Sub Bidang Kelembagaan Sarana Prasarana dan Teknologi
Tepat Guna .....................................................................................
6.2 Sub Bidang Usaha Ekonomi Masyarakat ..................................

ii
6.3 Sub Bagian Umum dan Kepegawaian ......................................
6.4 Sub Bagian Perencanaan Data dan Informasi ..........................
6.5 Sub Bagian Keuangan ..............................................................
6.6 Tugas Bidang Pemerintahan Desa dan Kelurahan ...................
6.7 Sub Bidang Pemerintahan Desa dan Kelurahan .......................
6.8 Sub Bidang Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa dan
Kelurahan .......................................................................................
6.9 Sub Bidang Kelembagaan Pemerintahan Desa dan
Kelurahan .......................................................................................
6.10 Bidang Pemberdayaan Keluarga dan Keswadayaan
Masyarakat .....................................................................................
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan ...................................................................................
7.2 Saran .........................................................................................
DAFTAR ACUAN ....................................................................................
LAMPIRAN ..............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengembangan masyarakat seharusnya berfokus pada usaha
pemberdayaan masyarakat pada suatu komunitas sehingga mereka memiliki
kemampuan dan kesetaraan dengan stakeholder lain. Pemberdaayaan masyarakat
bisa diartikan menjadikan masyarakat sebagai subjek pembangunan yang selaras
dengan konsep people centered development. Pemberdayaan ini bisa terjadi pada
tingkatan individu, keluarga, kelompok social maupun komunitas. Tanpa adanya
pemberdayaan, masyarakat kelas bawah atau kelompok yang lemah akan terus
tersisihkan dan tertindas tanpa tahu kapan dan bagaimana mereka bisa keluar dari
kondisi mereka yang memprihatinkan.
Konsep pemberdayaan (empowerment) mulai tampak sekitar decade 1970-
an, dan terus berkembang sepanjang decade 1980-an hingga 1990-an (akhir abad
ke-20). Konsep pemberdayaan dapat dipandang sebagai bagian atau sejiwa
sedarah dengan aliran-aliran yang muncul pada paruh abad ke-20 yang lebih
dikenal sebagai aliran post-modernisme. Aliran ini menitik beratkan pada sikap
dan pendapat yang berorientasi jargon-jargon antisistem, antistruktur, dan
antideterminisme yang diaplikasikan pada kekuasaan. Munculnya konsep
pemberdayaan merupakan akibat dari dan reaksi terhadap alam pikiran tata
masyarakat dan tata budaya sebelumnya yang berkembang di suatu Negara
(Pranarka dan Vidhandika, 1996).
Pentingnya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat belum sepenuhnya
dihayati dan dilaksanakan oleh stakeholders pembangunan, baik dari kalangan
pemerintah, swasta, LSM, dan masyarakat. Bahkan di kalangan masyarakat
sendiri masih gamang menghadapi praktek partisipasi dalam melaksanakan setiap
tahapan pembangunan di lingkungannya. Di sisi lain, hampir semua proyek dan
program pemerintah mensyaratkan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaanya, dimana masyarakat ditempatkan pada posisi strategis yang
menentukan keberhasilan program pembangunan. Akan tetapi, dalam prakteknya

1
2

pemberdayaan dan partisipasi masyarakat sering disalahgunakan, baik secara


sengaja maupun tidak sengaja.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut :
a. Mengetahui sejarah dan kebijakan eksisting kelembagaan dan
pemberdayaan masyarakat.
b. Mengetahui peraturan perundang-undangan bidang kelembagaan dan
pemberdayaan masyarakat.
c. Mengetahui konsep teoritis kebijakan bidang kelembagaan dan
pemberdayaan masyarakat.
d. Melakukan analisis kebijakan bidang kelembagaan dan pemberdayaan
masyarakat.
e. Serta mengetahui formulasi kebijakan bidang kelembagaan dan
pemberdayaan masyarakat.
BAB II
SEJARAH DAN KEBIJAKAN EKSISTING KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN DAN PERMBERDAYAAN
MASYARAKAT

2.1 Sejarah Perkembangan Kelembagaan


Pengembangan standar akuntansi di Amerika dapat dibagi ke dalam tiga
tahap yaitu tahap awal pembentukan (1930-1936), periode setelah perang dunia
(1946-1959) dan periode modern (1959-sampai sekarang).
a. Periode sebelum tahun 1930
Akuntansi di Amerika pada periode sebelum tahun 1930 boleh dikatakan
tidak teratur. Praktek dan prosedur akuntansi yang digunakan oleh dunia usaha
umumnya dianggap rahasia. Sebagai akibatnya terjadi ketidak seragaman
dalam praktek akuntansi yang tidak seragam, maka mendasarkan pada laporan
keuangan sebagai alat peniaian investasi dapat menyesatkan bagi investor.
Masalah inilah yang memicu perlunya pengembangan standar akutansi yang
seragam.
b. Periode Pembentukan (1930 1946)
Sebagai akibat dari crash di pasar modal tahun 1929 (Market crash)
periode 1930 sampai 1946 memiliki pengaruh yang signifikan di dalam
praktek akuntansi di Amerika. Usaha pertama mengembangkan standar
dimulai dengan adanya persetujuan antara American Institut Certificed Public
Accountant (AICPA) dan New York Stock Exchanges. Hasil kerjasama ini
adalah format draft Five Broad Accounting Principles yang disiapkan oleh
Komite AICPA dan disetujui oleh Komite NYSE pada tanggal 22 September
1932. Dokumen ini merupakan usaha formal untuk mengembangkan
Generally Accepted Accounting Principles dan dimasukan ke dalam
Accounting Research Bulletin (ARB) No. 43.
c. Komite Prosedur Akuntansi 1936-1946
Pada tahun 1933 AICPA membentuk Komite Khusus pengembangan
prinsip akutansi. Namun tidak banyak yang bisa dikerjakan oleh Komite ini

3
4

dan kemudian diganti dengan Committee on Accounting Procedures (CAP)


pada tahun 1936. Dalam menjawab ASR No. 4 CAP mulai tahun 1939
menerbitkan prinsip akutansi yang memiliki dukungan otoritas. Selama
periode dua tahun 1938-1939 telah diterbitkan 12 Accounting Reseacrh
Bulletin (ARB) . pada awalnya SEC merasa puas dengan usaha yang
dilakukan oleh profesi akuntansi untuk menyusun prinsip akuntansi. Pada
masa 19391946 ternyata tidak menghasilkan prinsip akutanasi yang
komprehensif. Namun ada dua kontribusi penting yang dihasilkan. Pertama,
keseragaman praktek akuntansi secara signifikan telah mengalami perbaikan.
Kedua, kebijakan akuntansi yang dibuat di Amerika dibuat hanya untuk sektor
swasta. Selama masa perang, CAP secara khusus menangani masalahmasalah
akutansi yang berkaitan dengan transaksi perang (War transaction).
d. Periode setelah Perang 1946 1959
Setelah perang dunia berakhir terjadi bom ekonomi di Amerika. Industri-
industri memerlukan tambahan modal yang sangat signifikan untuk ekpansi
usaha. Laporan keuangan menjadi sumber penting untuk pengambilan
keputusan. Sebagai akibatnya laporan keuangan dan standar akuntansi yang
digunakan untuk menyusun laporan keuangan mendapat perhatian secara
nasional. Masalah utama adalah keseragaman atau komparabilitas pelaporan
earring antara perusahaan yang berbeda. CAP gagal menyusun rekomendasi
positif yang berkaitan dengan prinsip akuntansi secara umum. Sebagai
akibatnya terjadi suplai berlebihan dari standar akutansi. Situasi ini
mengakibatkan timbulnya konflik antara CAP dan SEC. Konflik ini terjadi
terutama berkaitan dengan konsep laporan laba dan rugi all inclusive dan
current operating performance.
e. Periode berakhirnya Commitee on Accunting Procedure
Periode dari tahun 1957 sampai 1959 merupakan periode transisi
pengembangan standar akuntansi di Amerika. Banyak orang merasa bahwa
CAP bekerja terlalu lambat dan selalu menolak terhadap isu-isu kontroversial.
Dalam pertemuan tahunan AICPA tahun 1957 dibentuk Special Committee on
5

Research Program. Laporan dari komite ini menjadi cikal bakal didirikan
Accounting Principles Board (APB) dan Accounting Research Division.
f. Periode Modern (1956 Sampai Sekarang )
Dengan dibentuknya APB dan Accounting Research Division pada tahun
1959, mulailah pengembangan standar akutansi dilakukan melalui lebih
dahulu. Divisi riset adalah lembaga otonom memiliki seorang direktur yang
mempunyai otoritas untuk mempublikasikan hasil temuan staf riset yang
berkiatan dengan pengembangan prinsip akuntansi. Bentuk dari lembaga APB
mirip dengan CAP, memiliki anggota 18 sampai 21 orang yang semuanya
adalah anggota AICPA. Awal dari keberadaan APB dipenuhi dengan rasa
keraguan dan kegagalan. Hasil studi riset tidak diterima oleh profesi
khususnya kontraversi keterkaitan dengan masalah investment tax credit. Oleh
karena kritik terhadap APB bermunculan terus, maka bulan April 1971
AICPA membentuk dua grup studi yaitu The Study Group on Establishment
of Accounting Principles. Financial Accounting Standard Board (FASB).
2.2 Sejarah Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah terjemahan dari empowerment, sedang
memberdayakan adalah terjemahan dari empower. Menurut merriam Webster dan
Oxford EnglishDictionary, kata empower mengandung dua pengertian, yaitu: (1)
to give power atau authority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan
atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain; (2) to give ability to atau enable atau
usaha untuk memberi kemampuan atau keperdayaan.
Beberapa literatur menyebutkan, bahwa konsep pemberdayaan sudah lahir
sejak revolusi industri atau ada juga yang menyebut sejak lahirnya Eropa modern
pada abad 18 atau zaman renaissance, yaitu ketika orang mulai mempertanyakan
diterminisme keagamaan. Kalau pemberdayaan dipahami sebagai upaya untuk
keluar atau melawan diterminisme gereja serta monarki, maka pendapat bahwa
gerakan pembedayaan mulai muncul pada abad pertengahan barangkali benar.
Konsep pemberdayaan mulai menjadi diskursus pembangunan, ketika
orang mulai mempertanyakan makna pembangunan. Di Eropa, wacana
pemberdayaan muncul ketika industrialisasi menciptakan masyarakat penguasa
6

faktor produksi dan masyarakat yang pekerja yang dikuasai. Di negara-negara


sedang berkembang, wacana pemberdayaan muncul ketika pembangunan
menimbulkan disinteraksi sosial, kesenjangan ekonomi, degradasi sumberdaya
alam, dan alienasi masyarakat dari faktor-faktor produksi oleh penguasa.
Karena kekurangtepatan pemahanan mengenai pemberdayaan, maka
dalam wacana praktik pembangunan, pemberdayaan dipahami secara beragam.
Yang paling umum adalah pemberdayaan disepadankan dengan partisipasi.
Padahal keduanya mengandung pengertian dan spirit yang tidak sama.
BAB III
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG KELEMBAGAAN
DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

3.1 Perundang-undangan Bidang Kelembagaan


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 16 Tahun 2006 tentang
sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan // bab v kelembagaan //
bagian kedua kelembagaan pelaku utama // pasal 19 yang berisi :
Kelembagaan Pelaku Utama
Pasal 19
(1) Kelembagaan pelaku utama beranggotakan petani, pekebun, peternak,
nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, serta masyarakat di dalam dan
di sekitar hutan yang dibentuk oleh pelaku utama, baik formal maupun
nonformal.
(2) Kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai fungsi
sebagai wadah proses pembelajaran, wahana kerja sama, unit penyedia
sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan
pemasaran,serta unit jasa penunjang.
(3) Kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk
kelompok, gabungan kelompok, asosiasi, atau korporasi.
(4) Kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difasilitasi dan
diberdayakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah agar
tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang kuat dan mandiri
sehingga mampu mencapai tujuan yang diharapkan para anggotanya.

7
8

3.2 Perundang-undangan Bidang Pemberdayaan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 27 Tahun 2007 tentang


pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil // bab xii pemberdayaan
masyarakat // pasal 63 yang berisi :
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban memberdayakan masyarakat
dalam meningkatkan kesejahteraannya.
(2) Pemerintah wajib mendorong kegiatan usaha Masyarakat melalui berbagai
kegiatan di bidang pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang
berdaya guna dan berhasil guna.
(3) Dalam upaya pemberdayaan masyarakat, pemerintah dan pemerintah daerah
mewujudkan, menumbuhkan, dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab
dalam:
A. Pengambilan keputusan;
B. Pelaksanaan pengelolaan;
C. Kemitraan antara masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah atau
pemerintah daerah;
D. Pengembangan dan penerapan kebijakan nasional di bidang
lingkungan hidup;
E. Pengembangan dan penerapan upaya preventif dan proaktif untuk
mencegah penurunan daya dukungdan daya tampung wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil;
F. Pemanfaatan dan pengembangan teknologi yang ramah lingkungan;
G. Penyediaan dan penyebarluasan informasi lingkungan; serta
pemberian penghargaan kepada orang yang berjasadi bidang
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
(4) Ketentuan mengenai pedoman pemberdayaan masyarakat diatur lebih lanjut
dengan peraturan menteri.
BAB IV
KONSEP TEORITIS KEBIJAKAN BIDANG KELEMBAGAAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

4.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses partisipasi masyarakat
dalam perubahan sosial melalui program pemberdayaan yang mempunyai
kemampuan berfikir mandiri, mengetahui potensi diri, dan segala aspeknya serta
dapat memecahkan masalah dengan daya kemampuan kognitif, konatif,
psikomotor, dan afektif sebagai satu kesatuan yang utuh. Pemberdayaan adalah
sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian
kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu- individu yang mengalami masalah kemiskinan.
Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang
ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun social
seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai
mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto 2009).
Upaya pemberdayaan masyarakat juga dapat dilihat dari sisi
keberadaannya sebagai suatu program ataupun sebagai suatu proses.
Pemberdayaan sebagai suatu program, dimana pemberdayaan dilihat dari tahapan-
tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang biasanya sudah ditentukan
jangka waktunya. Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu proses adalah suatu
kegiatan yang berkesinambungan (on-going) sepanjang komunitas itu masih ingin
melakukan perubahan dan perbaikan , dan tidak hanya terpaku pada suatu
program saja (Isbandi 2008).
4.2 Konsep Pemberdayaan
Menurut Sumodiningrat dan Gunawan (2002), pendekatan utama dalam
konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari

9
10

berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya


pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka
pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai
berikut:
1. Upaya pemberdayaan harus terarah. Ini yang secara populer disebut
pemihakan. Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan
program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai
kebutuhannya
2. Program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan
oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat
yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni agar bantuan tersebut
efektif karena sesuai dengan kehendakdan mengenali kemampuan serta
kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan kemampuan
masyarakat dengan pengalaman dalam hal merancang, melaksanakan,
mengelola, serta dapat mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri
dan ekonominya.
3. Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri
masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika
penanganannya dilakukan secara individu. Pendekatan kelompok ini
paling efektif dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien.
4.3 Definisi Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan
Kelembagaan diartikan sebagai aturan dan rambu-rambu sebagai panduan
yang dipakai oleh para anggota suatu kelompok masyarakat untuk mengatur
hubungan yang saling mengikat atau saling tergantung satu sama lain. Penataan
institusi dapat ditentukan oleh beberapa unsur, yaitu aturan operasional untuk
pengaturan pemanfaatan sumberdaya, aturan kolektif untuk menentukan,
menegakkan hukum atau aturan itu sendiri dan untuk merubah aturan operasional
serta mengatur hubungan kewenangan organisasi (Ostrom (1985) dalam
Rudiyanto (2011).
Kelembagaan menjadi faktor penting dalam membuka peluang
11

membangun kemitraan usaha yang bersifat luas, karena dalam industrialisasi


perikanan sendiri interaksi antara subsistem/unit akan berjalan efektif jika pola
kemitraaan tersebut mampu dibangun secara kuat dan berkelanjutanTerkait
dengan definisi kelembagaan diatas, maka pada dasarnya kelembagaan
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006
tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, terdiri atas
kelembagaan penyuluhan swasta dan kelembagaan penyuluhan swadaya. Salah
satu bentuk fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam pemberdayaan
kelembagaan pelaku utama perikanan dapat dilaksanakan melalui inisiasi dan
kemandirian dalam pengembangan kegiatan penyuluhan perikanan. Dalam
pelaksanaan pemberdayaan terhadap kelembagaan pelaku utama perikanan
diperlukan adanya kesamaan pengertian, kesamaan gerak, dan kesamaan bahasa
pada kondisi dan tempat yang berbeda. Berkenaan dengan hal tersebut, pedoman
penumbuhan dan pengembangan kelembagaan pelaku utama perikanan ini sangat
diperlukan.
4.4 Fungsi dan Peran Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan
Untuk menjamin berfungsi dan efektifitasnya suatu lembaga, diperlukan
suatu sistem atau mekanisme tertentu yang dapat memperkuat aspek
kelembagaan. Mekanisme atau sistem tersebut antara lain adanya suatu
bentuk penguatan kegiatan lintas lembaga atau penguatan peran dan fungsi
masing-masing lembaga. Kelembagaan pelaku utama perikanan yang diharapkan
berperan dalam pembangunan perikanan. Adapun fungsi kelembagaan pelaku
utama perikanan erdasarkan KepMen Kelautan dan Perikanan RI
nomor.KEP.14/MEN/2012 adalah sebagai berikut :
1. Wadah proses pembelajaran
Kelembagaan dapat menjadi media interaksi belajar antar pelaku utama
dari anggota kelompoknya. dalam rangka mengadopsi teknologi inovasi, saling
asah, asih dan asuh dalam menyerap suatu informasi dengan fasilitator atau
pemandu dari penyuluh perikanan, mengambil kesepakatan dan tindakan bersama
apa yang akan diambil dari sebuah kegiatan bersama
2. Wahana kerjasama
12

Kelembagaan pelaku utama perikanan merupakan cerminan dari


keberadaan suatu kelompok. Kelembagaan pelaku utama perikanan harus dapat
berfungsi sebagai wadah kerjasama antar pelaku utama dalam upaya
mengembangkan kelompok dan membina kehidupan pelaku utama.
3. Unit penyedia sarana dan prasarana produksi perikanan
Sebagai unit penyedia sarana dan prasarana erat hubungannya dengan
fungsi unit produksi perikanan. Misalnya dalam subuah produksi budidaya ikan
gurami, maka kelompok dapat berperan sebagai penyedia benih ataupun sarana
produksi lainnya.
4. Unit produksi perikanan
Unit produksi erat hubungannya dengan fungsi wadah kerjasama,
misalnya dalam pengadaan sarana produksi, perkreditan dan pemasarana hasil,
sehingga dengan melaksanakan kegiatan produksi secara bersama-sama akan
lebih efisien.
5. Unit pengolahan dan pemasaran
Unit pengolahan dan pemasaran erat hubungannya dengan fungsi wadah
kerjasama. Misalnya kelompok pengolah hasil perikanan, dalam melaksanakan
kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil secara bersama-sama akan lebih efisien
serta dapat menjamin kestabilan harga produk.
6. Unit jasa penunjang
Kelembagaan pelaku utama perikanan juga dapat berfungsi sebagai
sebuah unit usaha yang mengelola usaha diluar usaha pokoknya seperti jasa
penyewaan, jasa percontohan, jasa konsultasi, dan lain- lain.
7. Organisasi kegiatan bersama
Sebagai organisasi kegiatan bersama dimana pelaku utama perikanan akan
belajar mengorganisasi kegiatan secara bersama-sama melalui pembagian dan
pengkoordinasian pekerjaaan dengan mengikuti tata tertib sebagai hasil
kesepakatan bersama.
8. Kesatuan swadaya dan swadana
Merupakan kelembagaan yang mandiri baik dalam hal penyelesaian
masalah bersama maupun dalam penguatan dan pengembangan modal usaha
13

anggota, memudahkan anggota dalam mendapatkan modal usaha, bermitra dengan


lembaga keuangan, serta mempermudah dalam akses pemasarannya.
Melihat fungsi dari kelembagaan pelaku utama perikanan tersebut, perlu
adanya penataan dan penguatan kelembagaan ini di setiap kawasan
pengembangan perikanan, karena kelembagaan inilah yang menjadi ujung tombak
di sentra produksi. Seperti halnya pada negara-negara maju, faktor
kelembagaanlah yang menjadi barometer utama dalam mendorong tumbuh
kembangnya bisnis dan pembangunan secara umum. Contoh kelembagaan
penunjang misalnya koperasi yang dikelola secara profesional pada kawasan
pengembangan budidaya akan menjamin pergerakan rantai pasok (suplly chain)
pada setiap unit produksi dan secara langsung akan mempengaruhi terhadap
peningkatan efektifitas dan efisiensi. Kelembagaan semestinya sudah menjadi
isu penting dalam pengembangan industrialisasi perikanan yang berkelanjutan.
(Kementerian Kelautan Perikanan 2013).
4.5 Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Kelembagaan Pelaku Utama
Perikanan
Menurut Mahendra dkk (2012), masyarakat nelayan merupakan pelaku
utama dalam menentukan dinamika ekonomi yang ada di wilayah lokal. Sejak
adanya modernisasi perikanan awal 1970-an ekonomi nelayan bergerak semakin
tumbuh dan berkembang. Akan tetapi dengan adanya hal demikian ternyata sangat
berpengaruh juga pada bidang sosial, ekonomi, hukum, budaya dan politik yang
ada dalam masyarakat nelayan pesisir.
Terkait dengan aktivitas ekonomi dikalangan masyarakat nelayan, maka
peran wanita merupakan faktor penting dalam menstabilkan ekonomi di beberapa
masyarakat penangkap ikan karena pria mungkin hanya menangkap ikan kadang
kadang, sementara wanita bekerja sepanjang tahun. Bahkan isteri nelayan tersebut
dominan juga dalam mengatur pengeluaran rumah tangga seharihari sehingga
sudah sepatutnya peranan isteriisteri nelayan tersebut menjadi salah satu
pertimbangan dalam setiap program pemberdayaan. (Satria, 2002 dalam Miswadi,
dkk, 2012).
Salah satu kegiatan KKP yang sangat berimplikasi dengan kelembagaan
14

pelaku utama perikanan adalah PNPM, karena PNPM KP merupakan Program


Nasional Pembedayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan, yang
bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesempatan kerja
serta meningkatkan produksi bidang kelautan dan perikanan. Secara khusus
PNPM Mandiri-KP bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat
2. Memberdayakan kelembagaan masyarakat untuk pengembangan usahanya
3. Meningkatkan kemampuan usaha kelompok masyarakat
4. Meningkatkan produksi kelautan dan perikanan
5. Meningkatkan infrastruktur lingkungan dan rehabilitasi ekosistem pesisir
dan pulau-pulau kecil
6. Meningkatkan kemitraan kelembagaan masyarakat dengan sumber
permodalan, pemasaran, informasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri-KP pada dasarnya terbuka bagi
semua kegiatan penanggulangan kemiskinan bidang kelautan dan perikanan yang
diusulkan dan disepakati kelompok masyarakat meliputi perikanan budidaya,
perikanan tangkap, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, pengawasan dan
pengendalian sumberdaya kelautan perikanan, pengelolaan sumberdaya kelautan
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, pengembangan sumberdaya kelautan dan
perikanan.
PNPM Mandiri-KP telah digulirkan oleh KKP sejak tahun 2009 dan untuk
tahun 2012 pelaksanaan PNPM Mandiri-KP terdiri dari Pengembangan Usaha
Mina Pedesaan (PUMP), Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) dan
Pengembangan Desa Pesisir Tanggauh (PDPT) yang telah ditetapkan oleh
Menteri Kelautan dan Perikanan melalui Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor : PER.07/MEN/2012 tanggal 16 April 2012.
Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) merupakan
program pemberdayaan bagi peningkatan kesejahteraan dan
kesempatan kerja bagi masyarakat nelayan, pembudidaya serta
pengolah dan pemasar hasil perikanan.
Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) adalah kegiatan
15

pemberdayaan yang difokuskan pada peningkatan kesempatan


kerja dan kesejahteraan bagi petambak garam dalam rangka
mencapai Swasembada Garam Nasional.
Pengembangan Desa Pesisir Tanggauh (PDPT) adalah kegiatan
pembangunan wilayah desa pesisir berbasis pemberdayaan
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir
dan kesiapan terhadap bencana dan perubahan iklim.
Ketiga program tersebut dilaksanakan dalam bentuk Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM) sebagai upaya kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan
melalui fasilitas bantuan pengembangan usaha bagi nelayan, pembudidaya ikan,
pengolah/pemasar ikan, petambak garam rakyat dan masyarakat pesisir dalam
wadah Kelompok Usaha Kelautan dan Perikanan (KUKP). Tahap pemberdayaan
yang dikembangkan dalam PNPM Mandiri adalah :
1. Tahap inisiasi, yaitu masyarakat melalui kelompok-kelompok
masyarakat dibina, dilatih berbagai ketrampilan dan diberikan
pendampingan
2. Tahap penguatan, yaitu kelompok masyarakat terbina dilatih untuk
mampu memanfaatkan skema kredit dan usaha mikro, kecil dan
menengah, diberikan pendampingan dan bantuan pemasaran serta
peningkatan kualitas produk
Tahap Peningkatan Kemandirian yaitu kelompok masyarakat yang
diperkuat ditingkatkan kapasitas dan kemampuannya sehingga mampu mengakses
kredit perbankan; difasilitasi dengan pendampingan serta penguatan kemitraan
ekonomi dan sosial.
BAB V
ANALISIS KEBIJAKAN KELEMBAGAAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

5.1 Gambaran Permasalahan


Sebagai negara maritim, kehidupan masyarakat di Indonesia didominasi
oleh masyarakat yang hidupnya bergantung pada sektor perikanan baik perikanan
tangkap maupun perikanan budidaya. Namun demikian, kenyataannya sektor
perikanan Indonesia sangat jauh tertinggal bila dibandingkan dengan negara-
negara tetangga seperti Thailand, karenanya pemerintah Indonesia mulai berbenah
dengan melakukan pembangunan terhadap sektor perikanan melalui pembangunan
kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat. Pembangunan kelembagaan dan
pemberdayaan masyarakat merupakan bagian dari suatu aktivitas pengembangan
yang berorientasi kerakyatan.
Menurut Corten (1990) syarat pembangunan kerakyatan terdiri dari
berbagai aspek diantaranya aspek keadilan, keseimbangan sumberdaya alam, dan
adanya partisipasi dari masyarakat. Berdasarkan konteks tersebut, maka dapat
diketahui bahwa pembangunana merupakan proses dimana anggota-anggota dari
masyarakat dalam meningkatkan kapasitas perorangan dan institusional dalam
memobilisasi dan mengelola sumberdaya untuk melakukan perbaikan-perbaikan
yang berkelanjutan dan merata dalam kualitas yang sesuai dengan aspirasi mereka
sendiri. Dalam hal ini, pembangunan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat
difokuskan terhadap masyarakat perikanan. Masyarakat perikanan merupakan
masyarakat yang hidup dari sektor perikanan baik tangkap ataupun budidaya yang
didalamnya terdapat organisasi, sumberdya alam, tenaga kerja dan modal yang
ditujukan untuk proses produksi.
Terkait hal diatas, dalam kehidupan masyarakat di sektor perikanan,
kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat belum dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, ini dikarenakan masih terdapat beberapa kendala maupun keterbatasan
yang menyebabkan belum optimalnya pengelolaan sumberdaya perikanan.

16
17

Adapun kendala dan keterbatasan tersebut yang umumnya sering dijumpai pada
masyarakat terutama untuk sektor perikanan ialah :
Keterampilan dan kemampuan serta pengetahuan yang minim terhadap
manajemen produksi maupun jaringan pemasaran.
Belum terlibatnya secara utuh baik nelayan maupun pembudidaya dalam
kegiatan agrobisnis perikanan dimana aktivitas keduanya masih terfokus
pada kegiatan produksi.
Peran dan fungsi kelembagaan yang seharusnya sebagai wadah
organisasi belum dapat berjalan secara optimal.
Kurangnya sentuhan teknologi dan investor.
Dengan berbagai permasalahan diatas, telah menyebabkan masyarakat di
sektor perikanan mengalami ketertinggalan jauh dalam hal pengelolaan
sumberdaya alam, padahal secara khusus sumberdaya perikanan merupakan
potensi lokal bagi masyarakat sehingga diperlukan upaya pembangunan
kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat. Terkait upaya tersebut, terdapat 3
jenis pendekatan yang harus dilakukan diantaranya pertama self help yang
bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dari komunitas melalui konsolidasi
struktur dan kesadaran-kesadaran-kesadaran kritis atas setiap perubahan, kedua
technical assistance yang mampu menyediakan sarana untuk memecahkan
permasalahan dimana komunitas memiliki kapasitas untuk memecahkan
permasalahan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, ketiga conflict yang
diasumsikan sebagai hal paling mendasar dari semua sumberdaya. Upaya tiap
orang adalah merebut kekuasaan. Oleh karena itu, perubahan dimaksudkan untuk
mengubah struktur agar kekuasaan tidak berada dalam satu pihak saja.
5.2 Alternatif Kebijakan
5.2.1 Pengembangan Sumberedaya Manusia
a. Internal Kelembagaan
Untuk mencapai masyarakat yang berkualitas, maka menjadi suatu
keharusan bahwa kelompok nelayan/pembudidaya yang ada harus memiliki
gerak atau kekuatan yang dapat menentukan dan mempengaruhi perilaku
kelompok dan anggota-anggotanya dalam mencapai tujuan-tujuan secara
18

efektif. Dengan kata lain kelompok tersebut harus berfungsi efektif untuk
kepentingan para anggotanya. Salah satu faktor penting untuk terwujudnya
kelompok nelayan/pembudidaya yang efektif adalah berjalannya
kepemimpinan dari ketua kelompok tersebut. Ketua kelompok dapat
dipandang sebagai agen primer untuk efektifnya kelompok, karena peran
strategisnya dalam mempengaruhi atau menggerakkan anggota-anggota di
kelompoknya untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok maupun dari
anggota-anggotanya. Ketua kelompok dengan kepemimpinannya yang
tergolong baik atau sangat tinggi tersebut akan memberikan peluang yang
sangat besar untuk tercapainya keefektifan di kelompok yang dipimpinnya
tersebut. Hal ini dimungkinkan karena ketua kelompok yang kepemimpinan
baik atau sangat tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik atau lebih
tinggi di dalam mempengaruhi anggota lainnya. Hal ini termasuk di dalam
menyusun struktur atau pengubahan stuktur yang diselaraskan dengan
persepsi dan harapan para anggota untuk mencapai keberhasilan usaha
kelompok. Pada kelompok yang kepemimpinannya tergolong baik atau
sangat tinggi, keberhasilan kelompok di dalam mencapai tujuannya, keadaan
moral anggota kelompok dan tingkat kepuasan dari para anggota terbukti
lebih baik atau lebih tinggi dibanding dengan kelompok yang
kepemimpinannya belum berjalan dengan baik.
b. Eksternal Kelembagaan
Pembinaan dari berbagai instansi hendaknya bersifat terintegrasi, lebih
mengedepankan kepentingan masyarakat, dalam arti masyarakatbukan
dijadikan obyek untuk kepentingan institusional yang sekedar administrasi
keproyekan. Adanya koordinasi yang efektif antar kelembagaan pemerintah
dalam pembinaan masyarakat nelayan dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas perikanan melalui kemitraan usaha. Peran pemerintah lebih
ditonjolkan pada aspek mediasi, konsultasi, dan fasilitasi dalam membangun
kemitraan agrobisnis perikanan yang berdayasaing.
19

Memilih inovasi tepat guna.


Inovasi merupakan istilah yang telah dipakai secara luas dalam
berbagai bidang,,baik industri, pemasaran, jasa, termasuk
perikanan. Secara sederhana, Adams (1988) menyatakan bahwa
inovasi adalah suatu ide atau objek yang dianggap baru oleh
individu. Dalam perspektif pemasaran, Simamora (2003)
menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, praktek, atau produk
yang dianggap baru oleh individu atau grup yang
relevan. Sedangkan Kotler (2003) mengartikan inovasi sebagai
barang, jasa, dan ide yang diangap baru oleh seseorang. Definisi
yang lebih lengkap disampaikan oleh Van Den Ban dan Hawkins
(1996) yang menyatakan bahwa sebuah inovasi adalah ide, metode,
atau obyek yang dianggap baru oleh individu, tetapi tidak mesti
merupakan hasil penelitian terbaru.
Salah satu faktor yang mempengaruhi percepatan adopsi adalah
sifat dari inovasi itu sendiri. Inovasi yang akan diintroduksi ke
dalam program pemberdayaan harus mempunyai banyak kesesuaian
(daya adaptif) terhadap kondisi biofisik, sosial, ekonomi, dan
budaya yang ada di masyarakat. Untuk itu, inovasi yang ditawarkan
ke masyarakat harus inovasi yang tepat guna. Inovasi yang tepat
guna harus dirasakan sebagai kebutuhan oleh masyarakat
kebanyakan; harus memberi keuntungan secara konkrit bagi
masyarakat; harus mempunyai kompatibilitas/keselarasan; harus
dapat mengatasi faktor-faktor pembatas; harus mendayagunakan
sumberdaya yang sudah ada; harus terjangkau oleh kemampuan
finansial masyarakat; harus sederhana tidak rumit dan mudah
dicoba; dan harus mudah untuk diamati.
Metode Penyuluhan Yang Efektif
Faktor lain yang mempengaruhi percepatan adopsi dan difusi
inovasi adalah tepat tidaknya dalam menggunakan metode
penyuluhan. Penggunaan metode yang efektif akan mempermudah
20

untuk dipahami oleh masyarakat. Penyuluhan perikanan adalah


sistem pendidikan di luar sekolah (informal) yang diberikan kepada
masyarakat perikanan dan keluarganya dengan maksud agar mereka
mampu, sanggup, dan berswadaya memperbaiki atau
meningkatkan kesejahteraan keluarganya atau bila memungkinkan
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekelilingnya.
5.2.2 Pengembangan Sumberedaya Permodalan
Sebagai solusi dalam rangka pengembangan sumber daya modal yang
dibutuhkan oleh masyarakat perikanan diperlukan suatu konsep untuk
mencapai suatu titik tolak dalam rangka mendapatkan suatu sumber
permodalan bagi masyarakat perikanan 1) pengolahan lahan yang
maksimal sesuai dengan konsep penyuluh perikanan lapangan, 2)
pengolahan hasil produksi yang memenuhi standar; 3) membuka peluang
kerja sama terhadap
lembaga keuangan dalam menyalurkan modal ke pada pelaku.
5.2.3 Peran Serta Dukungan Pemerintah
Dukungan pemerintah lokal merupakan sistem di luar kelembagaan
kelompok nelayan dan pembudidaya yang berfungsi sebagai saluran untuk
mendapatkan peluang guna memperoleh fasilitas dukungan umber daya
ataupun pelayanan. Sebagai bentuk dukungan pemerintah sebagai
fasilitator dalam penyaluran bantuan dana pengembangan kelembagaan
kelompok tersebut guna pengembangan kelembagaan.Peranan pemerintah
dalam pemberdayaan masyarakat yang sifatnya partisipatoris harus
mempunyai konsep dan program-program pembangunan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat serta pemerintah sebagai fasilitator dalam
pengembangan sumber daya manusia.
5.3 Nilai Alternatif
5.3.1 Alternatif Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kebijakan ini bertujuan untuk melakukan pengembangan sumber daya
manusia. Sedangkan langkah-langkah yang paling tepat untuk dilaksanakan
dalam rangka mendukung kebijakan ini adalah :
21

a. Internal Kelembagaan
b. Eksternal Kelembagaan

Berdasarkan hasil analisis, alternatif kebijakan ini selanjutnya dapat


diinterpretasikan sebagai berikut :
a. Kebijakan tersebut menimbulkan dampak positif di dalam hal :
1) Ketua kelompok nelayan/pembudidaya memiliki kepemimpinan yang
baik sehingga berfungsi efektif untuk kepentingan anggotanya
2) Pembinaan dari berbagai instansi bersifat terintegrasi dan
mengedepankan masyarakat dengan inovasi tepat guna dan metode
penyuluhan yang efektif
3) Koordinasi yang efektif antar kelembagaan pemerintah dalam pembinaan
masyarakat nelayan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
perikanan melalui kemitraan usaha
b. Konsekuensi biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah relatif kecil, karena
kebijakan ini hanya memerlukan sosialisasi hasil-hasil penelitian yang telah
ada dan pemerintah hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator
c. Probabilitas keberhasilan kebijakan ini cukup besar dan sangat bergantung
kepada diri pribadi masing-masing ketua kelompok nelayan/pembudidaya
serta anggotanya
5.3.2 Alternatif Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Permodalan
Alternatif kebijakan ini dilaksanakan untuk solusi dalam rangka
mengembangkan sumber daya modal yang dibutuhkan oleh masyarakat
perikanan. Langkah kebijakan yang akan ditempuh adalah :
a. Pengolahan lahan yang maksimal sesuai dengan konsep penyuluh perikanan
lapangan
b. Pengolahan hasil produksi yang memenuhi standar
c. Membuka peluang kerja sama terhadap lembaga keuangan dalam
menyalurkan modal kepada pelaku.
Berdasarkan hasil analisis, alternatif kebijakan ini selanjutnya dapat di
interpretasikan sebagai berikut :
22

a. Dampak positif yang ditimbulkan adalah pengolahan lahan yang maksimal,


pengolahan hasil produksi yang memenuhi standar, mendapat kerja sama
terhadap lembaga keuangan
b. Konsekuensi yang ditimbulkan oleh kebijakan ini relatif rendah karena
kebijakan ini hanya memerlukan sosialisasi dan metode penyuluhan yang
efektif
c. Probabilitas keberhasilan kebijakan ini cukup besar
5.3.3 Alternatif Kebijakan Peran Serta Dukungan Pemerintah
Alternatif kebijakan ini bertujuan untuk mendapatkan saluran untuk
mendapatkan peluang guna memperoleh fasilitas dukungan sumber daya
ataupun pelayanan. Peranan pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat yang
sifatnya partisipatoris harus mempunyai konsep dan program-program
pembangunan dalam rangka pemberdayaan masyarakat serta pemerintah sebagai
fasilitator dalam pengembangan sumber daya manusia.
5.4 Pilihan Prioritas
Setelah dilakukan analisis kebijakan diatas akan semakin terlihat kebijakan
apa yang akan di tempuh untuk menyelesaikan suatu masalah dalam perikanan
Indonesia. Pada dasarnya ketiga alternatif kebijakan sudah sangat baik dan
mendukung, namun perlu suatu pengerucutan agar suatu kebijakan terfokus pada
satu kebijakan yang benar-benar efektif untuk mengembangkan dan menjadi
solusi bagi perikanan Indonesia. Piluhan prioritas menitik beratkan pada pilihan
pertama yaitu Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
BAB VI
FORMULASI KEBIJAKAN KELEMBAGAAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa dipimpin oleh Kepala Bidang


berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan melalui Sekretaris
Badan. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan petunjuk teknis bidang pemberdayaan Masyarakat Desa,
kelembagaan dan swadaya masyarakat.
Untuk melaksanakan tugasnya, Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa
menyelenggarakan fungsi dengan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Badan,
supaya tidak tumpang tindakan dengan fungsi Bidang Pemerintahan Desa.
Penyusunan petunjuk teknis fasilitasi program kelembagaan masyarakat Desa,
Penyusunan petunjuk teknis fasilitasi program swadaya masyarakat, Pelaksanaan
kegiatan, monitoring dan evaluasi program kelembagaan masyarakat Desa dan
swadaya masyarakat,Penyusunan bahan perumusan kebijakan penyelenggaraan
Kelembagaan Masyarakat Desa, Sarana Prasarana dan Teknologi Tepat Guna,
Perencanaan penyusunan dan pembinaan penyelenggaraan Kelembagaan
Masyarakat Desa, Sarana Prasarana dan Teknologi Tepat Guna, Pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Kelembagaan Masyarakat Desa,
Sarana Prasarana dan Teknologi Tepat Guna, Pelaksanaan Koordinasi
Penyelenggaraan Kelembagaan Masyarakat Desa; Sarana Prasarana dan
Teknologi Tepat Guna, Pembinaan Ekonomi Masyarakat Desa, Pembinaan Usaha
Ekonomi Masyarakat Penyusunan laporan di bidang tugasnya, Pelaksanaan tugas
lain yang diberikan pimpinan sesuai tugas dan fungsinya.
6.1 Sub Bidang Kelembagaan Sarana Prasarana dan Teknologi Tepat
Guna
Sub Bidang Kelembagaan Sarana Prasarana dan Teknologi Tepat Gun
dipimpin oleh Kepala Sub Bidang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa. Sub Bidang Kelembagaan,
Sarana Prasarana dan Teknologi Tepat Guna mempunyai tugas melaksanakan

23
24

Penyusunan Bahan Petunjuk Teknis Bidang Kelembagaan, Sarana Prasarana dan


Teknologi Tepat Guna. Untuk melaksanakan tugasnya, Sub Bidang Kelembagaan,
Sarana Prasarana dan Teknologi Tepat Guna menyelenggarakan fungsi,
koordinasi dan fasilitasi penguatan kelembagaan masyarakat, Sarana Prasarana
dan TTG, penyelenggaraan penguatan kelembagaan masyarakat, Sarana Prasarana
dan TTG, fasilitasi pemberdayaan masyarakat dalam sumber daya alam dan TTG;
pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan penguatan
kelembagaan masyarakat, Sarana Prasarana dan TTG, penyelenggaraan kegiatan,
fasilitasi dan koordinasi kegiatan swadaya masyarakat,pelaksanaan monitoring,
evaluasi dan pelaporan kegiatan BBGRM dan Keswadayaan Masyarakat;
pelaksanaan Fasilitasi dan Koordinasi pelatihan masyarakat, fasilitasi Monitoring
dan Evaluasi Sarana dan Prasarana Kebudayaan Masyarakat Desa,penyusunan
laporan di bidang tugasnya,pelaksanaan tugas lain yang diberikan pimpinan sesuai
tugas dan fungsinya.
6.2 Sub Bidang Usaha Ekonomi Masyarakat
Sub Bidang Usaha Ekonomi Masyarakat dipimpin oleh Kepala sub Bidang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pemberdayaan
Masyarakat Desa. Sub Bidang Usaha Ekonomi Masyarakat mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan bahan petunjuk teknis Usaha Ekonomi Masyarakat.
Untuk melaksanakan tugasnya, Sub Bidang Usaha Ekonomi Masyarakat
menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi Usaha Ekonomi Masyarakat.
b. Penyusunan dan Pengolahan data potensi ekonomi masyarakat desa.
c. Pelaksanaan fasilitasi kelembagaan manajemen pasar desa.
d. Pembinaan ekonomi masyarakat desa.
e. Penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan usaha ekonomi masyarakat.
f. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan Usaha
Ekonomi Masyarakat.
g. Penyusunan laporan di bidang tugasnya, Pelaksanaan tugas lain yang
diberikan pimpinan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
25

6.3 Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas:


a. Menyusun rencana kegiatan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
berdasarkan kebijakan di bidang pemberdayaan masyarakat dan
Pemerintahan Desa.
b. Memberi petunjuk kepada bawahan agar pelasanaan tugas berjalan
sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku.
c. Menilai hasil kerja bawahan dengan jalan memonitor dan
mengevaluasinya untuk pembinaan karier.
d. Menyusun rencana kebutuhan rumah tangga baik barang bergerak
maupun barang tidak bergerak sesuai ketentuan yang berlaku.
e. Mengelola, mencatat, menyimpan, memelihara dan mendistribusikan
barang-barang serta menyiapkan penghapusan barang milik daerah.
f. Menyiapkan dokumen pengadaan barang dan jasa.
g. Mengurus administrasi perjalanan dinas pegawai.
h. Menyelenggarakan urusan surat menyurat dengan meneliti dan
mendistribusikan, melaksanakan pengiriman, mengarsip serta
penggandaannya.
i. Melakukan penyelenggaraan perpustakaan, dokumentasi dan
kehumasan.
j. Menyiapkan bahan usul kepangkatan, pemindahan, pemberhentian,
mutasi, kenaikan gaji berkala, kartu pegawai, karis/karsu, askes, taspen
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
k. Membuat, menghimpun dan memelihara DUK.
l. Menyiapkan bahan telaahan, kajian dan analisis pelaksanaan organisasi,
hukum dan ketatalaksanaan, analisis jabatan dan pengukuran beban
kerja serta menyiapkan bahan penyusunan porgam dan realisasi P3
WASKAT.
m. Menginventarisasi permasalahan yang berhubungan dengan Sub Bagian
Umum dan Kepegawaian dan menyiapkan bahan-bahan dalam rangka
pemecahan masalah.
26

n. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-


langkah atau tindakan yang perlu diambil di bidang tugasnya.
o. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas /kegiatan kepada atasan.
p. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
6.4 Sub Bagian Perencanaan Data dan Informasi mempunyai tugas :
a. Menyusun rencana kegiatan Sub Bagian Perencanaan berdasarkan
kebijakan di bidang pemberdayaan masyarakat dan Pemerintahan Desa.
b. Memberi petunjuk kepada bawahan agar pelasanaan tugas berjalan
sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku.
c. Menilai hasil kerja bawahan dengan jalan memonitor dan
mengevaluasinya untuk pembinaan karier.
d. Menghimpun bahan kebijakan sebagai masukan dalam penyusunan
Rencana Strategi ( RENSTRA ) Badan Pemberdayaan Masyarakat.
e. Mengkompulir bahan penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan
(REPETA) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.
f. Menghimpun dan mempelajari peraturan dan perundang-undangan,
kebijakan teknis, pedoman yang berhubungan dengan penyusunan
rencana kegiatan sebagai pedoman dan landasan kerja.
g. Menyiapkan data dan bahan usulan kegiatan Badan Pemberdayaan
Masayarakat.
h. Mengkompulir bahan usulan revisi kegiatan dan anggaran Badan
Pemberdayaan Masyarakat.
i. Mengkompulir bahan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah
(LAKIP).
j. Mengkompulir bahan laporan bulanan, triwulanan, semesteran dan
tahunan Badan Pemberdayaan Masyarakat.
k. Menginventarisasi permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan
program/kegiatan dan menyiapkan bahan-bahan dalam rangka
pemecahan masalah.
27

l. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Perencanaan


dengan sumber data yang ada berdasarkan kegiatan yang telah
dilakukan untuk dipergunakan sebagai bahan masukan bagi atasan.
m. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-
langka atau tindakan yang perlu diambil di bidang tugasnya.
n. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas/kegiatan kepada atasan.
o. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
6.5 Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas
a. Menyusun rencana kegiatan Sub Bagian Keuangan berdasarkan
kebijakan di bidang pemberdayaan masyarakat.
b. Memberi petunjuk kepada bawahan agar pelaksanaan tugasnya berjalan
sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku.
c. Menilai hasil kerja bawahan dengan jalan memonitor dan
mengevaluasinya untuk pembinaan karier.
d. Memediasi pelaksanaan penatausahaan pengelolaan keuangan daerah.
e. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan,
kebijakan teknis, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan
lainnya yang hubungan dengan pengelolaan anggaran sebagai pedoman
dan landasan kerja.
f. Menginventarisasi permasalahan yang berhubungan dengan pengelolaan
anggaran dan menyiapkan bahan-bahan dalam rangka pemecahan
masalah.
g. Melakukan pembinaan administrasi keuangan dengan cara memberikan
informasi pedoman pelaksanaan, tata pembukuan dan
pertanggungjawaban dan tata cara penyimpanan uang.
h. Melaksanakan pengurusan pencairan uang.
i. Menyiapkan laporan realisasi keuangan secara berkala yang
disampaikan kepada Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat.
j. Melaksanakan pengurusan gaji dan tunjangan lainnya sesuai ketentuan
yang berlaku.
28

k. Menghimpun dan meneliti Berita Acara Pemeriksaan Keuangan yang


diberikan oleh Instansi Pemeriksa.
l. Menyiapkan bahan dan surat tanggapan laporan hasil pemeriksaan.
m. Mengumpulkan data masalah kerugian negara, berdasarkan laporan hasil
pemeriksaan Instansi Pemeriksa.
n. Melakukan persiapan usul Tuntutan Perbendaharaan (TP) dan Tuntutan
Ganti Rugi (TGR).
o. Memberikan saran pertimbangan kepada Sekretaris serta langkah-
langkah atau tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.
p. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas/kegiatan kepada atasan.
q. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
6.6 Tugas Bidang Pemerintahan Desa dan Kelurahan
a. Menyusun rencana kegiatan Bidang Pemerintahan Desa dan Kelurahan
berdasarkan kebijakan di bidang pemberdayaan masyarakat.
b. Mengkoordinasikan para kepala Sub Bidang bawahannya agar terjalin
kerjasama yang baik dan saling mendukung.
c. Memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bidang bawahannya agar
pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang
berlaku.
d. Menilai hasil kerja Kepala Sub Bidang bawahannya dengan jalan
memonitor dan mengevaluasinya untuk pembinaan karier.
e. Merumuskan pedoman pelaksanaan pembinaan fasilitasi peningkatan
kapasitas pemerintahan desa dan kelurahan.
f. Merumuskan pedoman pelaksanaan fasilitasi dan pembinaan
administrasi desa dan kelurahan.
g. Merumuskan pedoman pelaksanaan fasilitasi dan pembinaan Alokasi
Dana desa (ADD), Anggaran pendapatan dan belanja Desa (APB Des)
dan Anggaran Kelurahan.
h. Merumuskan pedoman pelaksanaan pembinaan fasilitasi kelembagaan
pemerintahan desa dan Kelurahan.
29

i. Merumuskan bahan koordinasi pelaksanaan program/kegiatan bidang


pemerintahan desa dan keurahan.
j. Merumuskan dan mengkoordinasikan rencana pengembangan program
bidang pemerintahan desa dan kelurahan.
k. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Badan
Pemberdayaan Masyarakat tentang langkah-langkah atau tindakan yang
perlu diambil di bidang tugasnya.
l. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas/kegiatan Bidang Pemerintahan
Desa dan Kelurahan Kepada Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat.
m. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
6.7 Sub. Bidang Pemerintahan Desa dan Kelurahan Terdiri dari
a. Sub. Bidang peningkatan kapasitas pemerintahan desa dan kelurahan.
b. Sub. Bidang kelembagaan desa dan kelurahan.
6.8 Sub Bidang Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa dan Kelurahan
a. Menyusun rencana kegiatan Sub Bidang Pemerintahan Desa/Kelurahan
berdasarkan kebijakan di bidang pemberdayaan masyarakat.
b. Memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bidang bawahannya agar
pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang
berlaku.
c. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan,
kebijakan teknis serta bahan "bahan lainnya yang berhubungan dengan
Sub Bidang Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa dan Kelurahan.
d. Menghimpun bahan perumusan pedoman pembinaan dan fasilitasi
peningkatan kapasitas pemerintahan desa dan kelurahan.
e. Menyusun laporan hasil kegiatan Sub Bidang sebagai bahan penyusunan
laporan hasil kegiatan Bidang Pemerintahan Desa dan Kelurahan.
f. Melaksanakan pembinaan dan fasilitasi peningkatan kemampuan
aparatur dan perangkat desa dan kelurahan.
g. Menyusun pedoman standarisasi pelatihan peningkatan kemampuan
aparatur dan perangkat desa dan kelurahan.
h. Melaksanakan fasilitasi dan pembinaan Administrasi Desa / Kelurahan
30

i. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan peningkatan


kapasitas aparatur pemerintahan desa dan kelurahan.
j. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan yang berhubungan
dengan Sub Bidang Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa dan
Kelurahan dan menyiapkan bahan-bahan dalam rangka pemecahan
masalah.
k. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-
langkah atau tindakan yang perlu diambil di bidang tugasnya.
l. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas/kegiatan kepada Kepala Bidang
Pemerintahan Desa dan Kelurahan.
m. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
6.9 Sub Bidang Kelembagaan Pemerintahan Desa dan Kelurahan
a. Menyusun rencana kegiatan Sub Bidang Kelembagaan Pemerintahan
Desa dan Kelurahan berdasarkan kebijakan di bidang pemberdayaan
masyarakat.
b. Memberi petunjuk kepada bawahannya agar pelaksanaan tugas berjalan
sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku.
c. Menilai hasil kerja Kepala Sub Bidang bawahannya dengan jalan
memonitor dan mengevaluasinya untuk pembinaan karier.
d. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan,
kebijakan teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan
Sub Bidang Kelembagaan Pemerintahan Desa dan Kelurahan.
e. Menghimpun bahan perumusan pedoman pembinaan dan fasilitasi
kelembagaan pemerintahan desa dan kelurahan.
f. Menyusun pedoman pembinaan dan fasilitasi kelembagaan
pemerintahan desa ,kelurahan dan Lembaga kemasyarakatan.
g. Melaksanakan pembinaan dan fasilitasi kelembagaan pemerintahan desa
dan kelurahan.
h. Menyusun pedoman standarisasi pembentukan dan pengembangan
lembaga desa.
31

i. Melaksanakan fasilitasi dan pembinaan Alokasi Dana desa ( ADD ),


Anggaran pendapatan dan belanja Desa (APB Des) dan Anggaran
Kelurahan.
j. Menyusun pedoman standarisasi pemekaran desa, Dusun dan
Lingkungan.
k. Menyusun pola kerjasama antarDesa dan Lembaga Desa/Kelurahan.
l. Melaksanakan pembinaan dan fasilitasi perpustakaan desa/kelurahan.
m. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan
kelembagaan pemerintahan desa dan kelurahan.
n. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan yang berhubungan
dengan Sub Bidang Kelembagaan Pemerintahan Desa dan Kelurahan
dan menyiapkan bahan-bahan dalam rangka pemecahan masalah.
o. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang
Pemerintahan Desa dan Kelurahan tentang langkah-langkah atau
tindakan yang perlu diambil di bidang tugasnya.
p. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas/kegiatan kepada Kepala Bidang
pemerintahan desa dan kelurahan.
q. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
6.10 Bidang Pemberdayaan Keluarga dan Keswadayaan Masyarakat
mempunyai tugas
a. Menyusun rencana kegiatan Bidang Pemberdayaan Keluarga dan
Keswadayaan Masyarakat berdasarkan kebijakan di bidang
pemberdayaan masyarakat.
b. Mengkoordinasikan para kepala Sub. Bidang bawahannya agar terjalin
kerjasama yang baik dan saling mendukung.
c. Memberi petunjuk kepada Kepala Sub. Bidang bawahannya agar
pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang
berlaku.
d. Merumuskan pedoman pelaksanaan pembinaan dan fasilitasi
pemberdayaan kesejahtraan keluarga dan keswadayaan masyarakat.
e. Melaksanakan pembinaan Kesejahteraan Keluarga dan fasilitasi
pengembangan keswadayaan masyarakat.
32

f. Merumuskan bahan koordinasi pelaksanaan program/kegiatan


pemberdayaan keluarga dan keswadayaan masyarakat.
g. Merumuskan dan mengkoordinasikan rencana pengembangan program
pemberdayaan keluarga dan keswadayaan masyarakat.
h. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-
langkah atau tindakan yang perlu diambil di bidang tugasnya.
i. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas/kegiatan kepada atasan.
j. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

Gambar 1. Contoh Stuktur organisasi kelembagaan pemberdayaan masyarakat


Sumber: BPMPD Bogor.

Tugas Pokok Lembaga Teknis Daerah adalah :


Membantu Walikota dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di
Bidangnya.
Fungsinya adalah :
a. Perumusan Kebijakan Teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Pemberian dukungan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
33

Ruang Lingkup Tugas dan Beban Kerja


Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
mempunyai tugas :
a. Menyusun rencana kegiatan berdasarkan kebijakan dibidang
pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan Desa.
b. Merumuskan sasaran yang hendak dicapai berdasarkan skala prioritas
dan dana yang tersedia sebagai dasar dalam pelaksanaan tugas.
c. Mengkoordinasikan seluruh bawahan sesuai dengan bidang tugas
masing-masing.
d. Memonitor serta mengevaluasi hasil pelaksanaan tugas bawahan agar
sasaran dapat dicapai sesuai dengan program kerja dan ketentuan yang
berlaku.
e. Menilai kinerja bawahan sebagai bahan pengembangan karier.
f. Mengawasi pelaksanaan tugas kesekretariatan, pemberdayaan keluarga
dan keswadayaan masyarakat pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat,
ketahanan pangan, pemberdayaan kawasan perkotaan, serta pemerintahan
desa dan Kelurahan.
g. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Walikota tentang
langkah-langkah yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.
h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas/kegiatan kepada Walikota melalui
Sekretaris Daerah.
i. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan.
Sekretaris mempunyai tugas :
a. Membuat rencana kerja berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai
pedoman kerja.
b. Mengkoordinasikan para kepala Sub bagian agar terjalin kerjasama
yang baik dan saling mendukung.
c. Memberi petunjuk kepada bawahan berdasarkan pembagian tugas agar
pelaksanaan tugasnya dapat berjalan dengan lancar.
34

d. Menilai hasil pelaksanaan kegiatan bawahan serta menilai prestasi


kerjanya sebagai bahan perencanaan kerja yang akan datang dan
pertimbangan pengembangan karier.
e. Melaksanaan urusan rumah tangga dan urusan kepegawaian sesuai
ketentuan yang berlaku agar tercipta administrasi kepegawaian yang tertib
dan teratur.
f. Melaksanakan pengawasan terhadap kebersihan dan keamanan kantor.
g. Mengkompulir laporan-laporan dari Kepala Bidang sebagai bahan
laporan Badan Pemberdayaan Masyarakat.
h. Melaksanakan pengawasan urusan keuangan dengan meneliti laporan
yang dibuat oleh akuntansi dan pelaporan agar pengeluaran anggaran
sesuai dengan rencana.
i. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemdes tentang langkah-langkah atau
tindakan yang perlu diambil di bidang tugasnya.
j. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas/kegiatan kepada Kepala Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.
k. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
Sekretariat terdiri dari :
- Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian.
- Sub. Bagian Perencanaan Data dan Informasi.
- Sub. Bagian Keuangan.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan
Setiap pendekatan dan strategi pemberdayaan masyarakat memiliki
keterkaitan kuat dengan dimana masyarakat menjadi saubjek penggerak.
Pencapaian suatu program pemberdayaan merupakan hasil interaksi elemen-
elemen pemberdayaan sebagai strategi pemberdayaan yang diterapkan. Jadi untik
mencapai masyarakat yang berkualitas, maka menjadi suatu keharusan bahwa
kelompok nelayan/pembudidaya yang ada harus memiliki gerak atau kekuatan
yang dapat menentukan dan mempengaruhi perilaku kelompok dan angota-
anggotanya dalam mencapai tujuan-tujuan secara efektif.
Implikasi kebijakan pembahasan fungsi dan peran pemerintah dalam
penyusunan kebijakan pemberdayaan masyarakat adalah bahwa kebijakan
pemberdayaan masyarakat hendaknya mencakup seluruh elemen yang terdapat
dalam setiap kelompok masyarakat. Konsekuensinya penerapan kebijakan
pemberdayaan memerlukan strategi pendekatan yang mampu memfasilitasi
aspirasi sosial budaya dan aspirasi teknis masyarakat setempat. Penerapan
pendekatan dan strategi pemberdayaan masyarakt hendaknya disesuaikan dengan
kondisi dan situasi.

7.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah di ambil maka dapat
direkomendasikan yang mungkin dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk menentukan langkah selanjutnya.

a. Pengolahan lahan yang maksimal sesuai dengan konsep penyuluh


perikanan lapangan
b. Pengolahan hasil produksi yang memenuhi standar
c. Membuka peluang kerja sama terhadap lembaga keuangan dalam
menyalurkan modal kepada pelaku

35
36

d. Peran Serta Dukungan Pemerintah


e. Pengembangan Sumberdaya Permodalan
f. Metode Penyuluhan yang Efektif
g. Pengembangan Sumberedaya Manusia
DAFTAR PUSTAKA

Adi Isbandi R. 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai


Upaya Pemberdayaan Masyarakat. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

A. M. W. Pranarka dan Vidhandika Moeljarto, Pemberdayaan (Empowerment),


dalam Onny S. Prijono dan A.M.W Pranarka (eds), 1996. Pemberdayaan :
Konsep, Kebijakan dan Implementasi, CSIS, Jakarta, hal.44-46

Anonim. 2016. Badan Pembelajaran Masyarakat dan Pemerintahan Desa


Kabupaten Bogor.
http://bpmpd.bogorkab.go.id/index.php/multisite/page/95/struktur-
organisasi Diakses pada 24 Oktober 2016 Jam 07.31 WIB.

Fakhrurroji I. 2011. Strategi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat


Mandiri-Kelautan Dan Perikanan (Pnpm Mandiri-Kp) Di Desa Prapag
Kidul Kecamatan Losari Kabupaten Brebes. [Skripsi]. Universitas Negeri
Malang.

Mertajaya. 2016. Badan Pembelajaran Masyarakat dan Pemerintahan Desa.


http://bpm.denpasarkota.go.id/index.php/profil/29/Tugas-dan-Fungsi.
Diakses pada 24 Oktober 2016 Jam 07.31 WIB.

Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. PT


Refika Aditama. Bandung.

Sumodiningrat, G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman


Sosial. PT Gramedia. Jakarta.

Tri Mahendra, dkk, 2012. Pemberdayaan Masyarakat Maritim Di Indonesia.


Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Jember.

37

Anda mungkin juga menyukai