Anda di halaman 1dari 24

Seorang Pasien dengan Benjolan pada Payudara

Oleh:
Kelompok A1
Gabriel Susilo
Magdalena Noviana
Edwin Quinitio
Fina Agustiani
Yuvina
Ni Putu Cristian
Cinthya
Handy Hartanto
Hosea Jeremia
Windy Silvia

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wancana.


Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510

Pendahuluan
Berdasarkan data World Health Organization tumor ganas merupakan salah satu
penyebab kematian yang cukup tinggi. Terdapat 14.068 juta kasus tumor ganas baik pada pria
maupun wanita terdiagnosis di seluruh dunia dengan angka kematian 8.202 juta. Pada tahun
2012 sekitar 577.190 orang Amerika meninggal karena kanker dengan angka 1500 orang lebih
meninggal per harinya.1,2
Diantara seluruh jenis keganasan, tumor ganas payudara adalah tumor ganas yang paling
sering ditemukan nomor dua setelah keganasan paru. Berdasarkan data World Health
Organization, pada tahun 2012 terdapat 1.671 kasus tumor ganas payudara dengan angka
kematian 522 juta dan angka 5 bertahan hidup sebesar 6.232 juta.1
Di Indonesia sendiri berdasarkan wawancara, didapatkan prevalensi penderita kanker
pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar 1,4%, dengan prevalensi kanker tertinggi
berada pada Provinsi DI Yogyakarta, yaitu sebesar 4,1%. Statistik di Indonesia menunjukkan
penderita tumor ganas payudara meningkat setiap tahunnya. Terdapat 5.207 kasus pada tahun

1
2004, meningkat menjadi 7.850 kasus pada tahun 2005. Selanjutnya pada tahun 2006 penderita
tumor ganas payudara terus meningkat hingga 8.328 kasus dan mencapai 8.377 kasus pada tahun
2007. Dan berdasarkan data dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, pada tahun 2007 terdapat 437
kasus baru penderita tumor ganas payudara. Menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS),
jenis kanker tertinggi di rumah sakit seluruh Indonesia pada pasien perempuan yang dirawat inap
tahun 2007 adalah kanker payudara yaitu 16,85%, disusul kanker leher rahim 11,7%.3,4,5
Tumor atau neoplasma diartikan sebagai pertumbuhan baru. Suatu neoplasma, sesuai
definisi Willis adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak
terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian walaupun
rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti. Suatu tumor dikatakan jinak
(benigna) apabila tumor tersebut tetap terlokalisasi, tidak menyebar ke tempat lain, dan
pertumbuhannya lambat dimana biasanya dapat dikeluarkan dengan tindakan bedah lokal dan
pada umumnya pasien akan selamat. Namun terkadang pasien akan mengalami penyakit lain
yang serius. Sedangkan tumor ganas (maligna) biasa dikenal oleh kebanyakan orang kanker.
Dikatakan ganas apabila menunjukkan bahwa lesi dapat menyerbu dan merusak struktur di
dekatnya dan menyebar ke tempat jauh (metastasis) dengan pertumbuhan yang cenderung lebih
cepat dan dapat menyebabkan kematian.7,8
Tumor payudara adalah sekelompok sel abnormal di payudara yang terus bertumbuh dan
berlipat ganda dimana sel-sel ini selanjutnya menjadi bentuk benjolan di payudara. Umumnya,
tumor payudara bisa berasal dari jaringan ikat atau struktur epitel. Tumor payudara juga dapat
tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada
payudara.7
Seperti pada organ lain, tumor biasanya berupa benjolan (nodul), dan karena payudara
terletak superficial, keberadaan nodul di payudara akan cepat disadari oleh penderitanya. Tumor
pada jaringan payudara sendiri dapat berasal dari parenkimal, mesenkimal, atau campuran.
Banyak hal yang menjadi faktor resiko seseorang mudah menderita tumor payudara. Faktor
faktor resiko tersebut antara lain jenis kelamin, usia, riwayat keluarga yang pernah menderita
penyakit yang sama, riwayat personal pernah menderita tumor payudara sebelumnya, obesitas,
terpapar dengan estrogen, gaya hidup merokok dan mengonsumsi alkohol.8,9

2
Payudara
Anatomi Payudara
Payudara adalah organ modifikasi dari kelenjar keringat yang nantinya berfungsi untuk
mensekresikan susu selama masa laktasi. Payudara terletak di antara iga ketiga dan ke tujuh serta
terbentang lebar dari linea parasternalis sampai linea axillaris anterior atau media. Umumnya,
jaringan payudara akan meluas ke lipatan ruang axilla, yang dinamakan axillary tail of spence.
Sedangkan pada pria, komponen kelenjar dan duktulus mamma tetap dan tidak berkembang.10
Pada mammae dewasa menunjukkan modifikasi sisa ektodermis dari kelenjar keringat
bermodifikasi, sehingga terbatas pada lapisan superficialis dan profunda fascia superficialis
dinding dada anterior. Lapisan profunda dari fascia superficialis menyilang ruang retromamma
untuk berfungsi dengan fascia pectoralis (profunda). Ruang tegas yang dikenal sebagai bursa
retromamma ada pada sisi anterior payudara, diantara lapisan profunda fascia superficialis dan
fascia musculus pectoralis major yang tertanam. Karena hubungan areolanya yang longgar maka
bursa yang tegas inni menyokong mobilitas payudara pada dinding dada. Terdapat pula
ligamentum suspensorium anterior (ligamentum cooper) yang melekat tegak lurus terhadap
lapisan fascia superficialis halus dari corium. Bersama dengan bursa retromamma, ligamentum
Cooper memungkinkan mobilitas vesar sisi posterior dan memberikan sokongan struktur.10
Payudara terdiri dari parenkim epitelial. Lemak, pembuluh darah, saraf, otot, fascia, dan
saluran getah bening. Masing-masing payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus kelenjar yang
akan membentuk lobulus. Lobulus-lobulus inilah yang akan menjadi struktur dari glandula
mamma. Setiap lobus memiliki saluran ke papila mamma yang disebut duktus laktiferus. Lobus
tersebut tersusun radial dan dipisahkan satu dengan yang lain oleh lemak dalam jumlah yang
bervariasi. Diantara kelenjar susu dan fasia pectoralis juga antara kulit dan kelenjar tersebut
dapat ditemukan jaringan lemak. 11,12

Histologi Payudara
Kelenjar mamaria merupakan kelenjar tubuloalveolar berlapis yang terdiri dari 15-20
lobus yang akan berkumpul membentuk lobulus. Lobulus kemudian akan berlanjut dan
berhubungan dengan duktus laktiferus yang membuka ke arah puting (papila mamae). Lobus
dipisahkan oleh jaringan penghubung yaitu jaringan ikat kolagen dan jaringan adiposa. Duktus

3
laktiferus setiap lobulus berjalan melalui beberapa urutan percabangan, untuk mengalirkan lobus
kecil multipel, setiap lobulus mengandung kelompok alveoli disekitar satu cabang terminal
duktus laktiferus. Duktus ini dengan panjang 2-4,5 cm, berkumpul secara terpisah di papila
mamae yang memiliki 15-25 muara, masing-masing berdiameter 0,5 mm. Di bawah areola,
setiap duktus laktiferus akan menjadi ductus laktiferus terminal dan sedikit berdilatasi
membentuk sinus laktiferus yang bermuara ke areola mammae. 14,15
Setiap lobus memiliki saluran keluar duktus laktiferus yang mengarah ke puting susu,
tempat bermuara ke permukaan. Kelenjar mammaria berfungsi untuk menyekresikan susu, yaitu
suatu cairan yang mengandung protein, lipid, dan laktosa. Selain itu juga nenyekresikan limfosit
dan monosit, berbagai antibodi, mineral, dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak untuk
menyediakan nutrisi bagi bayi baru lahir. Struktur histologi kelenjar payudara bervariasi sesuai
dengan jenis kelmain, usia, dan status fisiologis.16

Embriologi Payudara
Dalam perkembangan embrio manusia, payudara dikenal sebagai milk steak sekitar enam
minggu perkembangan fetus. Awalnya, suatu area penebalan ektodermis yang dikenal sebagai
tunas susu, berkembang dalam bagian pectoralis pada embrio. Peninggian linear tegas ini
terbentang bilateral dari axilla ke vulva dan dikenal sebagai garis susu atau mammary ridge.
Dengan mencapai minggu sembilan perkembangan dalam rahim, garis susu menjadi atrofi,
kecuali dalam daerah pectoralis dan pengenalan pertama primodium payudara (tunas puting
susu) jelas. Dengan mencapai minggu ke duabelas embriogenesis, tunas puting susu diinvasi oleh
epitel skuoamosa ektodermis. Pada lima bulan, jaringan ikat mesenkima mengilfitrasi
primordium payudara dan berdiferensiasi 15 sampai 20 filamen padat, yang berdistribusi simetris
di bawah kulit tunas puting susu.10
Ductulus mamma berkembang sebagai pertumbuhan ke dalam ventral sisa embriologi ini,
yang terbagi ke dalam duktus susu primer dan berakhir pada tunas lobulus. Kemudian tunas ini
berproliferasi ke asinus setelah dimulai rangsangan estrogen ovarium. Selama pertumbuhan
dalam rahim, ductus susu primer bercabang dan membelah luas. Dengan mencapai bulan ketujuh
sampai ke delapan dalam rahim, duktus berkanulasi membentuk lumen yang berhubungan
dengan ductus lactifer tak matang. Saat lahir, tunas puting susu mempunyai cekungan sentral
yang sesuai dengan area yang dipenetrasi oleh lumen duktulus susu primer. Segera setelah lahir,

4
penetrasi tunas puting susu lengkap ia bereversi dan lebih invasi oleh sel basaloid yang
berpigmentasi lebih gelap untuk membentuk areola.10
Perdarahan dan Persarafan Payudara
Payudara berhubungan dengan dinding thorax dan struktur-struktur yang berkaitan
dengan extremitas superior. Karena itu suplai vaskuler dan drainase dapat dari berbagai suplai.
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a. Perforantes anterior dari a. Mammaria
interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari a. Aksilaris dan beberapa a.interkostalis. Di
lateral, pembuluh-pembuluh darah dari arteri axillaris seperti a. Thorasica superior, a.thoraco
acromialis, a. Thoracica lateralis, dan a. Subscapularis. Di medial, cabang-cabang dari
a.thorasica interna. Dari a. Interkostalis 2-4 melalui cabang-cabang yang menembus dinding
throrax dan musculi yang terletak di atasnya.12
Untuk persarafan payudara bagian kulit berasal dari cabang pleksus servikalis dan n.
interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri berasal dari saraf simpatik. Sedangkan n.
interkostalis dan n. kutaneus brakius medialis mengatur sensibilitas daerah aksila dan bagian
medial lengan atas.12

Fisiologi Payudara
Dalam fisiologi payudara unit fungsional terkecil dari jaringan payudara adalah asinus.
Setiap sel epitel asinus memproduksi air susu yang mengandung protein dimana protein ini
disekresi oleh apparatus Golgi bersama faktor imun seperti IgA dan IgG, selain itu terdapat unsur
lipid yaitu dalam bentuk droplet yang diliputi oleh sitoplasma sel.9
Kelenjar payudara selama perkembangannya akan dipengaruhi oleh beberapa hormon
dari kelenjar endokrin antara lain somatotropin, prolaktin, oksitosin, FSH dan LH. Selain itu ada
pengaruh kelenjar dari ovarium yaitu estrogen dan progesteran selama siklus haid yang
berdampak secara individual seperti payudara terasa tegang, membesar dan terkadang disertai
rasa nyeri. Fungsi dan pertumbuhan optimal payudara didapatkan pada saat laktasi. Hal ini
bermanfaat untuk nutrisi dan imunitas yang sangat baik bagi bayi.9

Tumor Payudara
Tumor atau neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan
berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian

5
walaupun rangsangan pertumbuhan telah berhenti. Sel-sel tersebut terus aktif membelah diri
mengalahkan pertumbuhan sel normal.7
Tumor sendiri dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Tumor ganas
sendiri sering dikenal dalam masyarakat dengan sebutan kanker. Tumor jinak memiliki
pertumbuhan yang lamban dimana tumor ini tidak mempunyai kemampuan untuk menginfiltrasi
jaringan di sekitar, dan tidak bermetastasis ke organ lain. Berbeda dengan tumor ganas, sel tumor
ganas atau sel kanker cenderung lebih anaplastik. Biasanya memiliki laju pertumbuhan yang
lebih cepat, dan tumbuh dengan cara infiltrasi, invasi, destruksi, hingga metastasis ke jaringan
sekitar. Hal ini dapat memungkinkan timbulnya kematian, namun tidak semua tumor ganas
mempunyai kemampuan metastasis yang sama.8
Tumor payudara adalah kumpulan sel yang tidak normal pada payudara. Dimana sel-sel
tersebut terus tumbuh dan berlipat ganda.Selanjutnya sel-sel ini akan membentuk suatu benjolan
di payudara. Tumor payudara bisa berasal dari jaringan ikat atau struktur epitel Biasanya, tumor
ganas payudara atau kanker payudara juga dapat tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu,
jaringan lemak, maupun jaringan ikat payudara.8
Tumor sendiri memiliki arti yang luas, maka sangat dimungkinkan apabila dibuat suatu
tata nama dan klasifikasi yang mempermudah untuk mengenali karakteristik, dan
mendiangnosisnya. Secara umum, tumor jinak diberi suatu akhiran oma . tumor jinak yang
berasal dari jaringan fibrosa disebut fibroma. Tumor yang berasal dari tulang rawan disebut
kondroma. Untuk tumor yang berasal dari kelenjar disebut adenoma. Sedangkan papiloma
adalah tumor epitel jinak yang tumbuh di suatu permukaan, dan menghasilkan tonjolan mirip jari
baik secara mikroskopis maupun makroskopis.7
Berbeda dengan tumor ganas, tata nama tumor ganas lebih mengikuti tata nama tumor
jinak dengan penambahan, namun tidak sesulit tumor jinak. Misalnya tumor ganas pada jaringan
mesenkin dan turunannya disebut sarkoma. Tumor ganas yang terdiir dari kondrosit disebut
kondrosarkoma. Sedangkan tumor ganas yang berasal dari epitel disebut karsinoma.7

Etiologi dan Patogenesis


Gen BRCA 1 dan BRCA 2
Jalur-jalur mekanisme yang terjadi sebagai patofisiologi pastinya belum diketahui.
Namun faktor-faktor yang dicurigai adalah reseptor pertumbuhan tirosin kinase dari familia

6
reseptor pertumbuhan (HER). Aktifitas berlebihan gen HER 2 sering ditermukan pada kanker
payudara pra invasif dan invasif. Aktifitas gen HER 1 atau dengan nama lain EGFR juga cukup
sering dijumpai namun dengan frekuensi yang lebih sedikit. Selain itu juga terdapat aktifitas
HER 3.
Pada kanker payudara ditemukan dua gen yang bertanggung jawab pada dua pertiga
kasus kanker payudara familial atau 5 % secara keseluruhan, yaitu gen BRCA1 yang berlokasi
pada kromosom 17 (17q21) dan gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q-12-13. Adanya
mutasi dan delesi BRCA1 yang bersifat herediter pada 85 % menyebabkan terjadinya
peningkatan resiko untuk terkena payudara 10 % secara nonherediter dan kanker ovarium.
Mutasi dari BRCA1 menunjukkan perubahan ke arah karsinoma tipe medular, cenderung high
grade, mitotik sangat aktif, pola pertumbuhan dan mempunyai prognosis yang buruk. Gen
BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q melibatkan 70 % untuk terjadinya kanker payudara
secara herediter dan bukan merupakan mutasi sekunder dari BRCA1. Seperti halnya BRCA1,
BRCA2 juga dapat menyebabkan terjadinya kanker ovarium dan pada pria dapat meningkat
resiko terjadinya pada kanker payudara.
Gen BRCA1 yang termutasi ditandai juga dengan peningkatan resiko terjadinya
karsinoma ovarium, mencapai 20% - 40%. BRCA2 hanya dengan resiko yang lebih kecil (10% -
20%) untuk karsinoma ovarium, tetapi mutasi gen ini berkaitan dengan kanker payudara pada
laki-laki. Gen BRCA1 dan BRCA2 juga berperan dengan kejadian kanker lain, misalnya kanker
kolon, prostat, dan pankreas dengan pengaruh yang lebih kecil. Walaupun BRCA1 dan BRCA2
tidak menunjukkan hubungan secara homologi, gen ini berinteraksi pada kompleks multiprotein
yang sama dengan pathway yang sama. Keduanya adalah tumor supressor gen. Ketika gen ini
mengalami mutasi, gen ini kehilangan fungsinya dan meningkatkan resiko keganasan.8

Faktor resiko
Jenis kelamin
Menjadi seorang wanita adalah faktor risiko utama untuk terjadinya kanker payudara.
Priapun juga dapat terkena kanker payudara, tetapi penyakit ini adalah sekitar 100 kali sering di
kalangan wanita dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin bisa saja terjadi karena pria memiliki
lebih sedikit hormon estrogen dan progesteron dari perempuan yang dapat meningkatkan

7
pertumbuhan sel kanker payudara. Menurut jenis kelamin risiko penyakit tumor/kanker lebih
banyak dua kali lipat perempuan dibandingkan laki-laki.
Usia
Tumor atau kanker payudara jarang ditemukan pada wanita muda. Menurut penelitian,
kanker payudara terbanyak ditemukan pada golongan umur 40 49 tahun (36,5%), kemudian
pada golongan umur 50 59 tahun (30,8%). Usia sangat penting sebagai faktor yang
berpengaruh terhadap kanker payudara. Kejadian kanker payudara akan meningkat cepat pada
usia reproduktif, kemudian setelah itu meningkat dengan kecepatan yang lebih rendah.

Beberapa hasil penelitian melaporkan risiko tumor/kanker payudara meningkat sejalan


dengan bertambahnya umur, kemungkinan kanker payudara berkembang pada umur di atas 40
tahun. Dari hasil penelitian di Indonesia melaporkan bahwa penderita kanker payudara terbanyak
pada umur 40-49 tahun sedang di negara Barat biasanya pada usia pasca menopause.
Bertambahnya umur merupakan salah satu faktor risiko tumor/kanker payudara, diduga karena
pengaruh pajanan hormonal dalam waktu lama terutama hormon estrogen dan juga ada pengaruh
dari faktor risiko lain yang memerlukan waktu untuk menginduksi terjadinya kanker.
Ras/ suku
Secara keseluruhan, wanita kulit putih lebih mudah menderita tumor payudara daripada
wanita Afrika ataupun wanita Amerika. Tetapi statistik menunjukkan bahwa kematian akibat
kanker payudara lebih banyak ditemukan pada wanita Afrika-Amerika. Penduduk Asia dan
negara-negara lain memiliki resiko lebih rendah untuk menderita suatu tumor payudara.
Riwayat pasien menderita tumor payudara
Wanita dengan riwayat kanker payudara sebelumnya kemungkinan besar akan
mendapatkan kanker payudara pada sisi yang lain, hal ini terjadi karena payudara merupakan
organ berpasangan yang dilihat dari suatu sistem dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama. Hal
ini dianggap terjadi akibat adanya ketidakseimbangan hormon estrogen.
Riwayat keluarga menderita tumor payudara
Kanker familial (Sindroma Li Fraumeni / LFS) tujuh puluh lima persen dari sindroma
tersebut disebabkan adanya mutasi pada gen p53. Gen p53 merupakan gen penekan tumor
(suppressor gene). mutasi pada gen p53 menyebabkan fungsi sebagai gen penekan tumor
mengalami gangguan sehingga sel akan berproliferasi secara terus menerus tanpa adanya batas

8
kendali. Seseorang akan memiliki risiko terkena kanker payudara lebih besar bila pada anggota
keluarganya ada yang menderita kanker payudara atau kanker ovarium.
Obesitas
Sedangkan aktivitas fisik yang cukup akan mengurangi timbulnya tumor/kanker. Namun
bagi mereka yang memiliki IMT yang besar apalagi yang me-miliki obesitas abdominalis akan
memiliki risiko terkena kanker/tumor sebesar dua kali dibandingkan yang tidak.
Riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal
Di Indonesia penggunaan kontrasepsi hormonal sudah populer di masyarakat dan
persentase pengguna alat kontrasepsi hormonal adalah suntikan (38,5%), pil (31%) dan implan
(12,3%). Kontrasepsi oral yang banyak digunakan adalah kombinasi estrogen dan progestin dan
diduga sebagai faktor risiko meningkatnya kejadian tumor/kanker payudara di seluruh dunia
termasuk di Indonesia. Salah satu faktor terjadinya kanker payudara adalah pajanan hormonal
terutama hormon estrogen di dalam tubuh. Pertumbuhan jaringan payudara sangat sensitif
terhadap hormon estrogen, oleh karena itu perempuan yang terpajan hormon ini dalam waktu
yang lama akan berisiko besar terhadap kanker payudara. Sebenarnya hormon estrogen
mempunyai peran penting untuk perkembangan seksual dan fungsi organ kewanitaan.
Selain itu juga berperan terhadap pemeliharaan jantung dan tulang yang sehat. Namun,
pajanan estrogen dalam jangka panjang berpengaruh terhadap terjadinya kanker payudara karena
hormon ini dapat memicu pertumbuhan tumor. Hingga kini masih terjadi perdebatan mengenai
pengaruh kontrasepsi oral terhadap terjadinya tumor/kanker payudara. Hal ini dipengaruhi oleh
kadar estrogen yang terdapat di dalam pil kontrasepsi, waktu (lamanya) pemakaian dan usia saat
mulai menggunakan kontrasepsi tersebut.
Riwayat mengkonsumsi alkohol/merokok
Dengan rujukan pada mereka yang tidak merokok diperoleh gambaran bahwa mantan
perokok memiliki risiko dua kali terkena kanker daripada mereka yang merokok setiap hari dan
kadang-kadang merokok. Sedangkan konsumsi alkohol memberikan risiko satu kali terkena
kanker baik pada kelompok yang mengkonsumsi selama setahun terakhir maupun pada sebulan
terakhir.
Untuk melihat pengaruh merokok terhadap kejadian kanker payudara dilihat dari riwayat
wanita sebagai perokok pasif. Wanita perokok akan memiliki tingkat metabolisme hormon
estrogen yang lebih tinggi dibanding wanita yang tidak merokok. Hormon estrogen ini

9
berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan payudara. Proliferasi yang tanpa batas akan
mengakibatkan terjadinya kanker payudara. Hasil analisis menunjukkan bahwa perokok pasif
memiliki faktor risiko lebih besar terkena kanker payudara dibanding wanita yang tidak
merokok. Sedangkan konsumsi alkohol mem-berikan risiko satu kali terkena kanker baik pada
kelompok yang mengkonsumsi selama setahun terakhir maupun pada sebulan terakhir.

Manifestasi Klinis
Tumor payudara biasanya tidak menimbulkan gejala. Baik tumor atau benjolan yang
lebih besar sekalipun bisa saja tidak disertai dengan gejala. Namun, biasanya gejala utama dari
kejadian tumor payudara adalah terdapatnya massa dan benjolan. Bisa disertai iritasi, nyeri,
bengkak, kemerahan, adanya kelainan puting dan sebagainya. Benjolan yang ada umumnya
tidak sakit, keras, dan mempunyai batas yang ireguler. Sedangkan kanker payudara sendiri bisa
saja lunak, lembut, bisa berbentuk suatu bulatan dan bisa disertai dengan rasa nyeri. Maka perlu
bagi setiap wanita untuk mendeteksi segala benjolan di payudara pada tahap awal, akar dapat
cepat terdiagnosis apabila itu suatu keganasan.2
Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan saraf dan pembuluh darah di
sekitarnya. Penekanan pembuluh darah dapat menyebabkan hipoksia jaringan, penimbunan
asalm laktat, dan yang parah adalah kematian sel. Nyeri juga timbul karena sel-sel kanker
mengeluarkan enzim-enzim pencerna yang secara langsung merusak sel.
Pada pasien dengan keganasan juga bisa dijumpai perubahan bentuk payudara yang
menjadi tidak simetris dan keadaan ini terjadi sekunder karena pertumbuhan tumor pada salah
satu payudara. Selain itu terdapat penebalan kulit atau pembentukan lekukan pada kulit di sekitar
puting yang tampak bersisik bahkan edema,, bagian payudara yang teraba hangat, panas, dan
berwarna merah.

Diagnosis
Dalam menentukan diagnosa perlu melakukan anamnesis serta melakukan pemeriksaan
fisik yang cermat. Hal ini perlu sekali dilakukan terlebih dahulu sebeblum melakukan uji
diagnostik yang canggih.
Anamnesis

10
Anamnesis yang yang lengkap perlu sekali dilakukan oleh dokter agar didapatkan
diagnosis yang tepat. Perlu menanyakan hal rinci seperti hal-hal bersifat simtomatis, riwayat
menstruasi dan menyusui, riwayat keluarga dan riwayat pengobatan, obstetri, riwayat tindakan
bedah sebelumnya, riwayat terapi hormon sebelumnya, dan informasi tentang latar belakang
pasien sangat berguna untuk menegakkan diagnosis.10
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik biasanya dilakukan inspeksi selanjutnya dilakukan palpasi
sistemik. Dimana pasien akan diminta membuka pakaian sampai pinggang serta mengamati
simetri dan perubahankulit seperti fiksasi, elevasi, retraksi dan warna. Pertama dilakukan
pemeriksaan dengan lengan pasien di samping tubuhnya dan kemudian di atas pinggulnya.
Kontraksi muskulus pectoralis akan meningkatkan bentuk payudara. Terperangkapnya
ligamentum Cooper segmental bisa menimbulkan retraksi kulit dan lesung, serta bisa disertai
peau dorange. Gambaran fisik ini biasanya menyertai massa padat yang dapat teraba profunda,
yang lazim menggambarkan neoplasma maligna, tetapi terkadang bisa suatu nekrosis lemak.10
Sampai kini pemeriksaan fisik payudara belum mempunyai standar. Walaupun demikian,
pemeriksaan yang baik mempunyai nilai prediktif positif sampai 73% dan nilai prediktif negatif
sampai 87%. Massa harus bisa teraba secara 3 dimensi, batasnya jelas, konsistensinya berbeda
dengan sekitar, dan tidak dipengaruhi oleh siklus haid. Dicurigai ganas apabila konsistensi
kenyal-keras, batas tidak tegas, terfiksasi ke jaringan sekitarnya, terdapat retraksi kulit dan atau
putih susu, ditemukan luka, atau cairan dari puting susu. Juga ridak lupa untuk
membandingkannya dengan payudara sisi lainnya.
Pemeriksaan penunjang
Semua benjolan di payudara harus diuji dengan triple test yang terdiri dari pemeriksaan
fisik, mamografi , dan biopsi. Karena fasilitas mamografi tidak ada di semua daerah dan USG
relatif lebih mudah, maka sebagai alternatif dapat digunakan USG payudara.
Pemeriksaan mamografi
Sedapat mungkin dilakukan sebagai alat bantu diagnostik utama, terutama pada usia di
atas 30 tahun. Walaupun mamografi sebelumnya normal, jika terdapat keluhan baru, maka harus
dimamografi ulang. Pada mamografi , lesi yang mencurigakan ganas menunjukkan salah satu
atau beberapa gambaran sebagai berikut: lesi asimetris, kalsifikasi pleomorfik, tepi ireguler atau
ber-spikula, terdapat peningkatan densitas dibandingkan sekitarny. Pada salah satu penelitian

11
terhadap 41.427 penderita, sensitivitasnya mencapai 82,3% dengan spesifi sitas 91,2%.
Walaupun demikian, bila hasilnya negatif, harus tetap dilakukan pemeriksaan lanjutan.
Mammogram adalah x-ray payudara. Mammogram digunakan untuk mencari penyakit
payudara pada wanita yang tidak memiliki tanda-tanda atau gejala dari masalah payudara.
Pengambilan mammogram biasanya mengambil 2 sudut (gambar x-ray diambil dari sudut yang
berbeda) dari masing-masing payudara. Untuk mammogram, payudara ditekan antara 2 pelat
untuk meratakan dan menyebarkan jaringan. Hal ini mungkin tidak nyaman untuk sesaat, tetapi
diperlukan untuk menghasilkan hasil yang baik, dan mudah dibaca oleh Mammogram dan
kompresi ini hanya berlangsung beberapa detik.
Pemeriksaan usg payudara
Ultrasonografi adalah alat diagnostik yang berguna untuk membedakan tumor jinak dari
massa ganas payudara. Hal ini sangat berguna dimana metode diagnostik nyaman dan aman.
Ultrasonografi atau pemeriksaan USG menggunakan gelombang bunyi dengan frekuensi tinggi
untuk mendeteksi perubahan densitas jaringan yang sulit atau tidak mungkin dinilai dengan
pemeriksaan radiologi atau endoskopi. USG akan membantu membedakan kista dengan tumor
yang padat.
Pemeriksaan patologi anatomi
Pemeriksaan patologi merupakan standar emas untuk diagnosis kanker termasuk
mengetahui etiologi, patogenesis, dan penentuan prognostik. Benjolan payudara dapat menjadi
masalah diagnostik sehari-harinya. Sebelumnya, biopsi eksisi merupakan pilihan dalam
memastikan benjolan tersebut, Saat ini dengan berkembangnya radioimaging, maka kombinasi
dengan biopsi aspirasi jarum halus (BAJH) memungkinkan untuk mengurangi eksisi bedah yang
tidak perlu pada lesi jinak. 3 Pemeriksaan BAJH dan radioimaging (mammografi, USG)
melengkapi pemeriksaan fisik merupakan Triple Diagnostic untuk nodul payudara. BAJH dapat
menggantikan open biopsy dan potong beku terutama pada lesi jinak. BAJH merupakan tehnik
yang sederhana yang dapat dilakukan di pada unit rawat jalan tanpa anestesi. BAJH sangat
membantu dalam mengenali lesi yang kecil dan fleksibel hampir tanpa komplikasi. BAJH
merupakan prosedur berbiaya rendah dengan sensitifitas yang masih dapat dipertahankan. Sangat
sulit untuk memastikan lesi ganas sebagai insitu atau invasif, padahal pembedaan ini sangat
penting untuk penatalaksanaan pasien. Selain itu BAJH perlu dilakuka oleh orang yang sudah

12
berpengalaman. Sitopatolog yang berpengalaman memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang lebih
tinggi.
Untuk mengatasi keterbatasan BAJH, maka pada banyak negara maju menggantinya
dengan prosedur diagnostik berbasiskan jaringan seperti halnya CNB. Jaringan yang didapat dari
prosedur CNB memungkinkan untuk pemeriksaaan histologik. Dengan CNB diagnosis defenitif
pada beberapa lesi lebih dapat ditegakkan dibandingkan dengan BAJH, serta memungkinkan
juga untuk pemeriksaan penanda tumor seperti halnya spesimen yang didapat dari pembedahan.
Meskipun dibandingkan BAJH, CNB lebih invasif, memakan waktu lebih lama dan lebih mahal
namun CNB lebih kurang invasif, relatif hemat biaya, lebih mudah dilakukan dengan parut yang
minimal dibandingkan dengan open surgical biopsy.
Tindakan CNB bisa menjadi pilihan diagnostik lini kedua untuk lesi dimana pemeriksaan
BAJH gagal untuk mendapatkan diagnosis yang akurat. Core needle biopsy dianjurkan pada
diagnostik untuk membedakan karsinoma insitu dengan karsinoma invasif, atau diperlukannya
penentuan subtipe tumor. Hal ini biasanya pada kasus yang baru teridentifikasi secara klinis atau
radiologis sebagai karsinoma primer payudara terutama pada pasien yang menjadi kandidat
untuk diberikan kemoterapi adjuvan.
Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan kanker payudara pada tahap awal adalah untuk mengangkat
tumor dan membersihkan jaringan sekitar tumor. Tumor primer biasanya dihilangkan dengan
pembedahan, yaitu lumpectomy di mana tumor tersebut diangkat, atau dengan pembedahan
mastectomy, di mana sebagian payudara yang mengandung sel kanker diangkat, atau seluruh
payudara diangkat. Selain terapi pembedahan ada radioterapi adjuvan, dimana terapi ini
berfungsi untuk mengurangi resiko rekurensi tumor lokal setelah operasi dengan membunuh sel-
sel kanker yang tersisa. Selain pembedahan, terapi sistemik yang berhubungan secara hormonal,
kemoterapi, dan mengobati sel-sel target juga dipertimbangkan dalam manajemen terapi tumor
dan kanker payudara.
Diagnosis dini
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan untuk menurunkan angka mortalitas
kanker payudara dengan penemuan kanker payudara sedini mungkin dan pengobatan saat ukuran
masih kecil sebelum kanker tersebut bermetastasis. Penemuan kanker payudara sedini mungkin

13
yang didiagnosis dan diobati secara benar akan menambah harapan hidup penderita kanker
payudara. Berikut adalah bagaimana melakukan SADARI:

1. Berdiri didepan cermin, lalu perhatikan bentuknya, simetris atau tidak, ada
tidaknya kemerahan di payudara. Perhatikan pula puting susu dan sekitarnya,
adakah luka atau puting tertarik ke dalam.
2. Lalu angkat kedua lengan ke atas dengan telapak tangan diletakkan di daerah
belakang kepala, sedikit di atas leher. Dengan gerakan ini, seharusnya payudara
akan terangkat ke atas secara simetris. Perhatikan ada tidaknya daerah yang
tertarik ke dalam. Perhatikan adakah kelainan pada kulit payudara yang
menyerupai kulit jeruk.
3. Turunkan salah satu lengan, lalu raba dengan telapak jari-jari tangan seperti
tampak pada. Berhenti sebentar, lalu raba dengan gerakan memutar dengan sedikit
penekanan pada payudara. Lalu geser ke daerah lain, berhenti lagi sambil diraba
dengan gerakan memutar. Lakukan hal ini berulang-ulang sampai seluruh bagian
payudara selesai diperiksa.
4. Lakukan pemeriksaan pada daerah ketiak dengan gerakan memutar seperti saat
memeriksa payudara. Perhatikan ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.
5. Pemeriksaan terakhir adalah gerakan mengurut dari arah dasar payudara ke arah
puting, lalu beri sedikit penekanan di puting susu terus ke depan. Tidak perlu
khawatir bila dengan gerakan ini keluar beberapa tetes cairan jernih.

Jenis-jenis tumor payudara

Tabel.2.1 Jenis Tumor Junak dan Ganas Payudara


Tumor Jinak Tumor Ganas
Carcinoma in Situ Malignant Tumour
a) Intraductal Papillary a) Lobular Carcinoma a) Invasive ductal
Neoplasms In Situ carcinoma
1) Central papilloma b) Ductal b) Invasive lobular
2) Peripheral papilloma Carcinoma In Situ carcinoma
b) Adenomas c) Intraductal Papillary c) Tubular carcinoma

14
1) Tubular adenoma Carcinoma d) Invasive cribiform
2) Lactating adenoma d) Intracystic Papillary carcinoma
3) Apocrine adenoma Carcinoma e) Medullary carcinoma
4) Pleomorphic adenoma e) Carcinoma In Situ f) Mucinous carcinoma
5) Ductal adenoma (Male Breast Tumor) and the other tumours with
c) Adenomyoepithelioma abundant mucin
d) Haemangioma g) Neuroendocrine
e) Myofibroblastoma tumours
f) Lipoma h) Invasive papillary
g) Granular cell tumour carcinoma
h) Neurofibroma i) Invasive micropapillary
i) Schwannoma carcinoma
j) Leiomyoma j) Apocrine carcinoma
k) Fibroadenoma k) Metaplastic carcinoma
l) Phyllodes tumour l) Lipid-rich carcinoma
m) Nipple adenoma m) Secretory carcinoma
n) Syringomatous n) Oncocytic carcinoma
adenoma o) Adenoid cystic
carcinoma
p) Acinic cell carcinoma
q) Glycogen-rich clear cell
carcinoma
r) Sebaseous carcinoma
s) Inflammatory carcinoma
(dikutip dari: World Health Organization, 2003)
Jenis tumor Jinak
Bentuk utama tumor jinak payudara menurut Kumar (2007), antara lain:
Fibroadenoma
Tumor jinak ibroadenoma muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah
digerakkan dan bergaris tengah 1 cm sampai 10 cm. Walaupun jarang, tumor ini mungkin
multipel dan, juga sama jarangnya, tumor mungkin bergaris tengah lebih dari 10 cm

15
(fobroadenoma raksasa). Berapapun ukurannya, tumor ini biasanya mudah dikupas. Secara
makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna seragam coklat-putih pada irisan, dengan
bercak-bercak kuning merah muda yang mencerminkan daerah kelenjar. Secara histologis,
tampak stroma fibroblastik longgar yang mengandung rongga mirip duktus berlapis epitel
dengan ukuran dan bentuk beragam. Rongga mirip duktus atau kelenjar ini dilapisi satu atau
lebih lapisan sel yang regular dengan membran basal jelas dan utuh. Meskipun di sebagian lesi
rongga duktus terbuka, bundar sampai oval, dan cukup teratur (fibroadenoma perikanalikularis),
sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang
rongga tersebut tampak sebagai celah atau struktur ireguler mirip bintang (fibroadenoma
intrakanalikularis).7
Tumor Filoides
Tumor Filodes ini jauh lebih jarang ditemukan daripada fibroadenoma. Diperkirakan
berasal dari stroma intralobulus, jarang dari fibroadenoma yang sudah ada. Tumor ini mungkin
kecil (bergaris tengah 3-4 cm), tetapi sebagian besar tumbuh hingga berukuran besar, mungkin
masif hingga payudara membesar. Sebagian mengalami lobulasi menjadi kistik dan karena pada
potongan memperlihatkan celah mirip daun, tumor ini disebut tumor filoides. Perubahan yang
paling merugikan adalah peningkatan selularitas stroma disertai anaplasia dan aktivitas mitotik
yang tinggi, disertai oleh peningkatan pusat ukuran, biasanya dengan invasi jaringan payudara di
sekitarnya oleh stroma maligna. Sebagian besar tumor ini tetap lokalisata dan disembuhkan
dengan eksisi; lesi maligna mungkin kambuh, namun lesi ini juga cenderung terlokalisasikan.
Hanya yang paling ganas, sekitar 15% kasus, menyebar ke tempat jauh. Kriteria patologis yang
membedakan antara tumor floides jinak dan ganas adalah gambaran dari stromanya, antara lain
batas dari tumor, adanya infiltrat, derajat selularitas, adanya gambaran nekrosis jaringan, tipe
selular dan jumlah aktivitas mitotik.7
Papiloma Intraduktus
Papiloma intraduktus merupakan pertumbuhan tumor neoplastik di dalam suatu duktus.
Sebagian besar lesi bersifat soliter, ditemukan dalam sinus atau duktus laktiferosa utama. Lesi ini
menimbulkan gejala klinis berupa keluarnya discharge serosa atau berdarah dari puting susu,
adanya tumor subareola kecil dengan garis tengah beberapa milimeter, atau retraksi puting
payudara namun jarang.7

16
Tumor biasanya tunggal dengan garis tengah kurang dari 1 cm, terdiri atas pertumbuhan
yang halus, bercabang-cabang di dalam suatu kista atau duktus yang melebar. Secara histologis,
tumor terdiri atas papila-papila, masing-masing memiliki aksis jaringan ikat yang dibungkus oleh
sel epitel slindris atau kuboid yang sering tediri atas 2 lapis, dengan lapisan epitel luar terletak di
atas lapisan mioepitel.7
Tumor Ganas Payudara
Tumor ganas atau kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus
membran basal (noninvasif) dan yang sudah menembus membran basal dan yang sudah
menembus membran basal. Bentuk utama tumor ganas payudara dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Noninvasif
Terdapat dua tipe karsinoma payudara yang noninvasif yaitu: karsinoma duktus in situ
(DCIS) dan karsinoma lobulus in situ (LCIS). Penelitian morfologik memperlihatkan bahwa
keduanya biasanya berasal dari unit lobulus duktus terminal. DCIS cenderung mengisi,
mendistorsi dan membuka lobulus yang terkena sehingga tampaknya melibatkan rongga mirip
duktus. Sebaliknya LCIS biasanya meluas, tetapi tidak mengubah arsitektur dasar lobulus.
Keduanya dibatasi oleh membran basal dan tidak menginvasi stroma atau saluran limfovaskular.
Karsinoma Duktus in situ (DCIS)
DCIS menunjukkan gambaran histologik yang beragam. Pola arsitekturnya, antara lain
tipe solid, kribiformis, papilaris, mikopapilaris, dan clinging. Secara makroskopis, DCIS dapat
menghasilkan suatu massa keras yang terdiri atas struktur-struktur seperti tali dan massa
nekrotik. Kalsifikasi adalah gambaran yang biasanya dijumpai.29
Berdasarkan histologinya DCIS terbagi atas lima subtipe: komedokarsinoma, solid,
kribriform, papilari, dan mikropapilari. Beberapa kasus menunjukkan hanya mempunyai satu
gambaran subtipe, tetapi mayoritas kasus menunjukkan campuran dari kelima tipe ini.
Sebelumnya DCIS terbagi atas dua bagian yaitu yang highgrade dengan karakteristik sel-sel
besar dan plemorfis serta dijumpai adanya nekrosis (comedokarsinoma). Sedangkan yang low-
grade terdiri atas sel-sel kecil yang uniform serta tidak dijumpai adanya nekrosis (solid,
kribiform, mikropapilari).30,7
Sekarang ini DCIS terbagi atas tiga grade berdasarkan atas kriteria sitologi. Yang
termasuk grade 3 adalah komedokarsinoma yang klasik, solid klasik/kribiform/mikropapilari

17
termasuk ke dalam grade 1 DCIS, dan sedangkan gambaran diantara kedua kriteria di atas
dimasukkan kedalam grade 2 DCIS.7
Karsinoma Lobulus in situ (LCIS)
LCIS cenderung bersifat multifokal dan bilateral. LCIS tidak menghasilkan lesi yang dapat
diraba dan tidak terlihat pada mammografi. Kondisi ini biasanya merupakan temuan patologik
insidental. Sel-sel pada DCIS dan LCIS kehilangan ekspresi e-cadherin, suatu protein
transmembran yang bertanggung jawab atas adhesi sel-sel epitelial. Pada keadaan ini ditemukan
loss of heterozygocity pada 16q posisi gen e-cadherin.7
Invasif
Karsinoma Duktus Invasif
Secara makroskopis tumor berupa massa infiltratif berwarna putih-keabuan yang teraba keras
seperti batu dan berpasir. Gurat kapur putih kekuningan merupakan ciri khas karsinoma ini dan
dapat terjadi akibat deposit jaringan elastik (elastosis) di sekitar duktus di daerah yang terkena.
Fibrosis dapat luas (desmoplasia) dan menghasilkan suatu karsinoma tipe keras (scirrhous).Pada
beberapa kanker, secara jelas mengekspresikan reseptor hormon dan tidak overekspresi terhadap
HER2/neu. Pada tumor yang lain dijumpai sel-sel pleomorfik yang tersusun secara anastomosis,
lebih sedikit mengekspresikan reseptor hormon dan lebih banyak mengekspresikan HER2/neu.7
Karsinoma Lobulus Invasif
Tipe kanker payudara ini biasanya tampak sebagai penebalan di kuadran luar atas dari
payudara. Tumor ini berespon baik terhadap terapi hormon. Terjadi sebanyak 5% dari kasus
kanker payudara. Karsinoma lobular invasif biasanya tampak seperti karsinoma duktal insitu
yaitu massa yang dapat teraba dan densitas pada mammografi. Sekitar kasus adalah bentuk
difus dari invasif tanpa desmoplasia yang menonjol dan adanya daerah penebalan dari payudara
atau perubahan arsitektur pada mammografi. Metastasis sulit dideteksi berdasarkan klinis dan
radiologis pada tipe invasif. Karsinoma lobular dilaporkan paling banyak dijumpai bilateral.
Insiden dari karsinoma lobular dilaporkan meningkat pada wanita yang postmenopause. Diduga
ada hubungan dengan terapi hormon pengganti pada wanita yang postmenopause.7
Secara mikroskopis menunjukkan gambaran klasik dengan kecenderungan populasi sel
yang sedikit. Sel-sel tersebar tunggal atau membentuk kelompokan kecil dengan karakteristik
gambaran single file, sitoplasma sedikit, banyak dijumpai naked cell, inti irregular,
hiperkromatik dan ukuran inti uniform. Ukuran sel sedikit lebih besar dari limfosit, inti bulat

18
oval, ukuran inti 11,8 m, tepi ireguler, kadang-kadang tampak nukleoli dan indentasi pada tepi
inti, kadang-kadang inti eksentrik, sitoplasma banyak dan mengandung musin. Pada karsinoma
lobular secara umum dapat dijumpai dua jenis sel yaitu, sel-sel kecil yang tersebar merata
biasanya dijumpai pada wanita postmenopause dan sel-sel yang tersusun dalam kelompokan
pleomorfik, membentuk gambaran tiga dimensi, ukuran sel lebih besar sedikit dari sel-sel darah
merah. Kadang-kadang dapat dijumpai lumina intrasitoplasmik, vakuol musin atau signet ring
cel. Stroma banyak, terdiri dari jaringan ikat atau desmoplastik. Sel-sel neoplastik tidak begitu
erat melekat ke stroma dan pada sediaan hapus menunjukkan populasi yang sedikit. Pada
beberapa karsinoma lobular dijumpai kondensasi droplet musin pada sentral bulls eye
inclusion) tetapi keadaan ini bukan suatu karakteristik.7
Karsinoma Medularis
Secara makroskopis berbentuk bulat dengan ukuran yang berbeda-beda, dengan diameter
2 -2,9 cm, dengan batas yang tegas dan konsisten lunak. Berwarna coklat sampai abu-abu. Sering
dijumpai daerah nekrosis dan perdarahan-perdarahan. Secara histopatologi karsinoma terdiri dari
sel-sel yang berdiferensiasi buruk yang tersusun pada lembaran-lembaran besar, dengan tidak
dijumpai struktur kelenjar, dengan stroma yang sedikit dan infiltrasi limphoplasmasitik yang
menonjol.
Ada lima bentuk karakteristik yaitu bentuk sinsitial, tidak dijumpai bentuk glandular atau
tubular, infiltrasi limphoplasmasitik pada stroma yang diffuse, selselnya biasanya bulat dengan
sitoplasma yang banyak dan anak inti vesikuler mengandung satu atau beberapa anak inti. Inti
plemorfis dengan ukuran sedang. Mitotis sering dijumpai. Dapat dijumpai sel-sel besar yang
atipik, sel- sel yang berfoliferasi dibatasi oleh jaringan ikat fibrous.
Karsinoma Koloid (Karsinoma Musinosa)
Insiden karsinoma musinosum juga lebih tinggi pada wanita yang mengalami mutasi gen
BRCA1. Mirip dengan yang diamati pada karsinoma medullari, hypermetilasi dan promoter
BRCA1 juga terdapat pada 55% dari karsinoma musinosum yang tidak berhubungan dengan
mutasi germline BRCA1.7
Secara makroskopis konsistensi tumor sangat lunak seperti gelatin dan berwarna pucat
biru keabuan. Sel tumor tampak berkelompok dan memiliki pulau-pulau sel yang kecil dalam sel
musin yang besar yang mendorong ke stroma terdekat.

19
Secara sitologi sel-sel kanker dengan bentuk atipik, membentuk agregat kecil yang solid
dan ada juga yang tersebar membentuk files tunggal, inti membesar, pleomorfik, moderate atipia,
dengan sitoplasma yang banyak. Latar belakang sediaan hapus didominasi oleh musin yang
sangat menonjol dan secara makroskopis dapat terlihat. Pada pewarnaan MGG, musin
memperlihatkan warna biru dan pada pewarnaan Hemaktosilin dan Eosin serta Pap memberikan
warna pucat. Pada beberapa kasus dapat dijumpai musin intrasitoplasmik dan signet ring cell,
seperti pada karsinoma lobular invasif. Selain itu juga dapat dijumpai gambaran chicken wire
yang berasal dari pembuluh darah dan sangat prominen. Keadaan ini mendukung suatu
karsinoma musinosum walaupun pada fibroadenoma mamma juga kadang-kadang dapat
dijumpai. Pada sediaan hapus tidak dijumpai massa nekrotik.
Karsinoma Tubulus
Gambaran mikroskopisnya tumor ini terdiri dari well formed tubules dan terkadang sulit
dibedakan dengan lesi sklerotik yang jinak. Namun demikian tumor ini tidak memiliki lapisan sel
myoepitel dan sel-sel tumor ini berkontak langsung dengan stroma. Hampir semua karsinoma
tubulus mengekspresikan reseptor hormon, dan sangat jarang mengekspresikan ERBB2 secara
berlebihan.7
Staging tumor
Untuk menentukan suatu perjalanan tumor, pengklasifikasian tumor payudara
berdasarkan staging-nya dengan benar adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan. Tidak
hanya untuk memberi prognosis , tetapi juga berguna untuk memilih terapi yang tepat. Sehingga
tidak ada kesalahpahaman yang terjadi dengan pasien. Saat ini, stadium kanker payudara dinilai
berdasarkan sistem TNM (Primary Tumor, Regional Lymph Nodes, Distant Metastasis) menurut
American Joint Committee on Cancer. T pada sistem TNM merupakan kategori untuk tumor
primer, N kategori untuk nodul regional ataupun yang bermetastase ke kelenjar limfe regional,
dan M merupakan kategori untuk metastase jauh.

20
Tabel 2.2. Staging Tumor Payudara Sistem TNM
Primary Tumor (T)
TO Tidak ditemukan adanya tumor payudara
TIS Karsinoma In Situ, belum invasif
T1 Tumor berukuran 2 cm atau kurang
T1a Ukuran tumor 0,1 - 0,5 cm dan tidak ditemukan adanya
perlekatan ke fasia pektoralis

T1b Ukuran tumor 0,1 - 0,5 cm dan ditemukan adanya perlekatan ke


fasia pektoralis
T1c Tumor berukuran 1 cm 2 cm
T2 Tumor berukuran 2 cm 5 cm
T3 Tumor berukuran lebih besar dari 5 cm
T4 Tumor dengan infiltrasi ke dinding toraks, inflamasi terbentuk
ulserasi

Regional Lymph Nodes (N)


N0 Belum ada terjadi metastasi ke kelenjar limfe
N1a Metastasis 1-3 nodul ke kelenjar limfe aksila
N1b Metastasis 1-3 nodul ke internal mammary
N1c Metastasis 1-3 nodul ke kelenjar limfe aksila dan limfe internal
mammary dengan kelainan secara mikroskopis tapi tidak kelihatan
gejala kilnis
N2 Metastasis 4-9 nodul ke kelanjar limfe aksila atau nodul pada internal
mammary terlihat secara klinis tanpa nodul di aksila
N3 Metastasis lebih dari 10 nodul di limfe infraklavikula dengan atau tanpa
metastasis kelenjar limfa aksila, atau kelihatannya nodul di limfa
internal mammary

Distant Metastasis (M)

21
M0 Tak terjadi metastasis yang jauh
M1 Metastasis jauh (termasuk metastasis ke supraklavikula
ipsilateral)
(Sumber: AJCC Cancer Staging Manual Sixth Edition, 2002)

Selanjutnya berdasarkan ukuran tumor, nodul dan metastasis yang telah didapati, penentuan
staging dilakukan berdasarkan tabel dibawah ini:

Tabel 2.3. Stage Grouping Tumor Payudara Berdasarkan Sistem TNM


Staging T N M
Stage 0 TIS N0 M0
Stage I T1 N0 M0
Stage IIA T0 N1 M0
T1 N0 M0
T2 N0 M0
Stage IIB T1 N0 M0
T3 N0 M0

Stage IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1,N2 M0
Stage IIIB T4 Any N M0
Stage IIIC Any T N3 M0
Stage IV Any T Any N M1
(Sumber: AJCC Cancer Staging Manual Sixth Edition, 2002)

Kesimpulan
Benjolan pada payudara, merupakan suatu gejala awal. Oleh sebab itu, anamnesis harus
dilakukan dengan benar agar kita dapat mengetahui tindakan yang harus diambil selanjutnya.

22
Daftar pustaka

1. World Health Organization. GLOBOCAN 2012: Estimated incidence, mortality, &


prevalence worldwide in 2012. Deen Haag: IARC; 2012. www.iarc.fr [accesed 25 April
2016]
2. American Cancer Society. Cancer facts & figures 2012. Atlanta: American Cancer
Society, Inc.
www.cancer.org [accesed 25 April 2016]
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riskesdas 2013. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2013.h. 85-6
4. Indrati R, Setyawan H, Handojo D. Jurnal faktor faktor risiko yang berpengaruh terhadap
kejadian kanker payudara wanita. Pdf
5. Mescher AL. Histologi dasar junqueira. Teks dan atlas. Jakarta: EGC; 2012.h. 396-8.
6. Gartner PL, Hiatt JL. Buku ajar histologi berwarna. Edisi ke 3. Singapore: Saunders;
2014.h. 468-70.
7. Drake RL. Vogl AW, Mitchell AW. Gray: dasar-dasar anatomi. Singapore: Saunders;
2014.h. 60-2.
8. Ganong WF. McPhee SJ. Patofisiologi penyakit: pengantar menuju kedokteran klinis.
Jakarta: EGC; 2011.h.101.
9. Oemiati R, Rahajeng E, Kristanto AY. 2011. Prevalensi tumor dan beberapa faktor yang
mempengaruhinya di Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
diunduh dari http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/viewFile/56/46,
Diakses tanggal 25 April 2016
10. American Cancer Society (ACS), 2012. Breast Cancer. Atlanta: American Cancer
Society, Inc. Available from
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003090-pdf.pdf, accessed
25 April 2016
11. Sihombing M, Sapardin AN. 2014. Faktor risiko tumor payudara pada perempuan umur
25-65 tahun di lima keluarahan kecamatan Bogor Tengah. Pusat Teknologi Terapan
Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian
Kesehatan RI. Diunduh dari

23
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/kespro/article/view/3895/3740, 25 April
2016.
12. Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. Buku ajar patofisiologi. Jakarta: EGC; 2014.h. 25-39.
13. Fadjari H. Pendekatan diagnosis benjolan di payudara. 2012. Subbagian Hematologi-
Onkologi Medik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Hasan Sadikin Bandung. Diunduh
dari
http://www.kalbemed.com/Portals/6/40_192Praktis_Pendekatan%20Diagnosis%20Benjol
an%20di%20Payudara.pdf, 25 April 2016
14. Dhahbi S, et all. Breast cancer diagnosis in digitized mammograms using curvelet
moments. 2015. Research Team on Intelligent Systems in Imaging and Artificial Vision
(SIIVA). Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26151831, 25 April 2016.
15. Hilbertina N. Peranan patologi dalam diagnostik tumor payudara. 2015. Bagian Patologi
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Diunduh dari
jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/article/download/263/226, 25 April 2016.
16. AJCC 6th Ed Cancer Staging Manual. Available from
https://cancerstaging.org/references-
tools/deskreferences/Documents/AJCC6thEdCancerStagingManualPart1.pdf, accessed 25
april 2016

24

Anda mungkin juga menyukai