Anda di halaman 1dari 8

TIPE-TIPE DAN PERSYARATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan menurut Carpenito (2001) dapat dibedakan menjadi 5 kategori:


1) Aktual : suatu diagnosa keperawatan aktual menggambarkan penilaian klinis yang harus
divalidasi perawat karena adanya batasan karakteristik mayor.
Syarat :Menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur PES. Symptom (S) harus
memenuhi kriteria mayor (80%-100%) dan sebagian kriteria minor dari pedoman diagnosa
NANDA. Misalnya, ada data : muntah, diare, dan turgor jelek selama 5 hari.
Diagnosa : Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan secara
abnormal (taylor, lilis, dan LeMoni, 1988, p.283)
Jika masalah semakin jelek dan menganggu kesehatan perineal, klien tersebut akan terjadi
resiko kerusakan kulit, dan disebu sebagai resiko diagnosa.
2) Resiko :diagnosa keperawatan resiko menggambarkan penilaian klinis dimana in dividu atau
kelompok lebih rentan mengalami masalah di banding orang lain dalam situasi yang sama atau
serupa.
Syarat:Menegakkan resiko diagnosa keperawatan ada unsur PE (problem and etiologi)
penggunaan istilah resiko dan resiko tinggi tergantung dari tingkat keparahan/kerentanan
terhadap masalah.
Diagnosa : resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus menurus.
Jika perawat menduga adanya gangguan self-concept, tetepi kurang data yang cukup mendukung
(defenisi karakteristik/tanda dan gejala) untuk memastikan permasalahan, maka dapat
dicantumkan sebagai : kemungkinan diagnosa.
3) Kemungkinan:Diagnosis keperawatan yang mungkin adalah pernyataan yang menjelaskan
masalah yang diduga memerlukan data tambahan. itu adalah un beruntung bahwa banyak
perawat telah disosialisasikan untuk menghindari muncul tentatif. dalam pengambilan keputusan
ilmiah, pendekatan tentatif bukanlah tanda kelemahan atau keraguan, tetapi merupakan bagian
penting dari proses. perawat harus menunda diagnosis akhir sampai ia atau dia telah
mengumpulkan dan menganalisis semua informasi yang diperlukan untuk tiba pada suatu
conclusion.physicians ilmiah menunjukkan kesementaraan dengan aturan pernyataan keluar (R /
O). Perawat juga harus mengadopsi posisi tentatif sampai mereka telah menyelesaikan
pengumpulan data dan evaluasi dan dapat mengkonfirmasi atau menyingkirkan.
Syarat: menegakkan kemungkinan diagnosa keperawatan adanya unsur respon (problem) dan
faktor yang mungkin dapat menimbulkan masalah tetapi belum ada.
Diagnosa: kemungkinan gangguan konsep diri: rendah diri/terilosasi berhubungan dengan diare.
Keperawat dituntut untuk berfikir lebih kritis dan mengumpulkan data tambahan yang
berhubungan dengan konbsep diri.
4) Diagnosa Keperawatan Wellness
Diagnosa keperawatan kesejahteraaan adalah penilaian klinis tentang keadaan individu, keluarga,
atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih
tinggi (NANDA).
Ada 2 kunci yang harus ada:
a) Sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
b) Ada status dan fungsi yang efektif.
Pernyataan diagnosa keperawatan yang dituliskan adalah potensi untuk peningkatan... perlu
dicatat bahwa diagnosa keperawatan kategori ini mengandung unsur faktor yang berhubungan.
Contoh : Potensial peningkatan hubungan dalam keluarga
Hasil yang diharapkan meliputi :
- Makan pagi bersama selama lima hari / minggu
- Mrlibatkan anak dalam pengambilan keputusan keluarga
- Menjaga kerahasiaan setiap anggota keluarga
-
5) Diagnosa keperawatan syndrome
Diagnosa keperawatan syndrom adalah diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa
keperawatan aktual atau resiko yang diperkirakan ada karena situasi atau peristiwa tertentu.
Manfaat diagnosa keperawatan syndrom adalah agar perawat selalu waspada dan memerlukan
keahlian perawat dalam setiap melakukan pengkajian dan tindakan keperawatan.
Menurut NANDA ada dua diagnosa keperawatan syndrom:
1. Syndrom trauma pemerkosaan (Rape trauma syndrome)
Pada diagnosa keperawatan diatas lebih menunjukkan adanya kelompok tanda dan gejala dari
pada kelompok diagnosa keperawatan. Tanda dan gejala tersebut meliputi:
Cemas, takut,sedih, gangguan istirahat dan tidur, dan resiko tinggi nyeri sewaktu melakukan
melakukan hubungan seksual.
2. Resiko Syndrome penyalahgunaan (Risk for Disuse Syndrome)
- Resiko konstipasi
- Resiko perubahan fungsi pernafasan
- Resiko infeksi
- Resiko trombosis
- Resiko gangguan aktivitas
- Resiko perlukaan
- Kerusakan mobilisasi fisik
- Resiko gangguan proses pikir
- Resiko gangguan gambaran diri
- Resiko ketidakberdayaan (powerlessness)
- Resiko kerusakan integritas jaringan.
3. KOMPONEN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Problem (masalah)
Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah
kesehatan klien secara jelas dan sesingkatkan mungkin. Karena pada bagian ini dari diagnose
keperawatan mengidentifikasi apa yang tidak sehat tentang klien dan apa yang harus diubah
tentang status kesehatan klien dan juga memberikan pedoman terhadap tujuan dari asuhan
keperawatan. Dengan menggunakan standar diagnose keperawatan dari NANDA mempunyai
keuntungan yang signifikan.
a. Membantu perawat untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya dengan menggunakan
istilah yang dimengerti secara umum.
b. Memfasilitasi penggunaan computer dalam keperawatan, Karena perawat akan mampu
mengakses diagnose keperawatan.
c. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan yang ada dengan
masalah medis.
d. Semua perawat dapat bekerja sama dalam menguji dan mendefinisikan kategori diagnose
dalam mengidentifikasi criteria pengkajian dan intervensi keperawatan dalam meningkatan
asuhan keperawatan.
2) Etiologi (penyebab)
Etiologi (penyebab) adalah factor klinik dan personal yang dapat merubah status ksehatan atau
mempengaruhi perkembangan masalah. Etiologi mengidentifikasi fisiologis, psikologis,
sosiologis, spiritual dan factor-faktor lingkungan yang dipercaya berhubungan dengan masalah
baik sebagai penyebab ataupun factor resiko. Karena etiologi mengidentifikasi factor yang
mendukung terhadap masalah kesehatan klien, maka etiologi sebagai pedoman atau sasaran
langsung dari intervensi keperawatan. Jika terjadi kesalahan dalam menentukan penyebab maka
tindakan keperawatan menjadi tidak efektif dan efisien. Misalnya, klien dengan diabetes mellitus
masuk RS biasanya dengan hiperglikeni dan mempunyai riwayat yang tidak baik tentang pola
makan dan pengobatan (insulin) didiagnosa dengan ketidaktaatan. Katakana lah ketidaktaatan
tersebut berhubungan dengan kuramgnya pengetahuan kien dan tindakan keperawatan
diprioritaskan mengajarkan klien cara mengatasi diabetes melitus dan tidak berhasil, jika
penyebab ketidaktaatan tersebut karena klien putus asa untuk hidup.
Penulisan etiologi dari diagnose keperawatan meliputi unsure PSMM
P = Patofisiologi dari penyakit
S = Situational (keadaan lingkungan perawatan)
M = Medication ( pengobatan yang diberikan)
M = Maturasi (tingkat kematangan/kedewasaan klien)
Etiologi, factor penunjang dan resiko, meliputi:
a. Pathofisiologi:
Semua proses penyakit, akut dan kronis, yang dapat menyebabkan atau mendukung masalah,
misalnya masalah powerlessness
Penyebab yang umum:
ketidakmampuan berkomunikasi ( CV A, intubation)
ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari (CV A, trauma servical, nyeri, IMA)
ketidakmampuan memenuhi tanggungjawabnya (pembedahan, trauma, dan arthritis)
b. Situasional (personal, enfironment)
Kurangnya pengetahuan, isolasi social, kurangnya penjelasan dari petugas kesehatan, kurangnya
partisipasi klien dalam mengabil keputusan, relokasi, kekurangmampuan biaya, pelecehan
sexual, pemindahan status social, dan perubahan personal teritori.
c. Medication (treatment-related)
Keterbatasan institusi atau RS: tidak sanggup memberikan perawatan dan tidak ada kerahasiaan.
d. Maturational
Adolescent: ketergantungan dalam kelompok, independen dari keluarga
Young adult: menikah, hamil, orangtua
Dewasa: tekanan karir, dan tanda-tanda pubertas
Elderly: kurangnya sensori, motor, kehilangan (uang, factor lain)
3) Sign/symptom (tanda/gejala)
Identifikasi data subjektif dan objektif sebagai tanda dari masalah keperawatan. Memerlukan
kriteria evaluasi, misalnya : bau pesing, rambut tidak pernah di keramas. saya takut jalan di
kamar mandi dan memecahkan barang.
4. PENTUAN PRIORITAS DIAGNOSIS
Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis mana yang akan
dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segara dilakukan dalam menentukan prioritas
terdapat beberapa pendapat urutan prioritas, diantaranya :
1) Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)
Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan atau mengancam jiwa yang dilatar belakangi
dari prinsip pertolongan pertama yaitu dengan membagi beberapa prioritas diantaranya prioritas
tinggi, prioritas sedang , dan prioritas rendah.
Prioritas tinggi : mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa seseorang)
sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan nafas.contoh
diagnosa..................
Prioritas sedang : menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup klien
seperti masalah higiene perseorangan.contoh diagnosa..................
Prioritas rendah : menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari
suatu penyakit yang secara spesifik seperti masalah keuangan atau lainnya.contoh
diagnosa..................
2) Berdasarkan kebutuhan maslow
Maslow mentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan
diantaranya kebutuhan fisiologis keselamatan dan keamanan, mencintai dan memiliki, harga diri
dan aktualisasi diri, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Untuk prioritas diagnosis yang akan direncanakan maslow membagi urutan tersebut berdasarkan
urutan kebutuhan dasar manusia di antaranya :
1) Kebutuhan fisiologis, meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan,
perawatan kulit, mobilitas, eliminasi.
2) Kebutuhan keamanan dan keselamatan, meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat tinggal,
perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.
3) Kebutuhan mencintai dan dicintai, meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam
kelompok, hubungan antar manusia.
4) Kebutuhan harga diri, meliputi masalah respect dari keluarga, perasaan menghargai diri
sendiri.
5) Kebutuhan masalah aktualisasi diri, meliputi kepuasan terhadap lingkungan.
2. Berfikir kirtis dalam diagnosa
Pada tahun 1953, istilah diagnosa keperawatan diperkenalkan oleh V. Fry dengan menguraikan
langkah yang diperlukan dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam Carpenito,
1997) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan/ proses kehidupan yang aktual atau
risiko.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang
menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan dari diagnosa keperawatan adalah
perumusan harus jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi atau keadaan yang
dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan arahan pada asuhan keperawatan, dapat dilaksanakan
oleh perawat dan mencerminkan keadaan kesehatan klien.
1.Tipe Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah struktur dan proses. Struktur diagnosa keperawatan komponennya
tergantung pada tipenya, antara lain:
a.Diagnosa keperawatan aktual (Actual Nursing Diagnoses).
Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara klinis telah divalidasi melalui
batasan karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi. Tipe dari diagnosa keperawatan ini
mempunyai empat komponen yaitu label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor-faktor yang
berhubungan (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).
b.Diagnosa keperawatan risiko dan risiko tinggi (Risk and High-Risk Nursing Diagnoses),
adalah keputusan klinis bahwa individu, keluarga dan masyarakat sangat rentan untuk
mengalami masalah bila tidak diantisipasi oleh tenaga keperawatan, dibanding yang lain pada
situasi yang sama atau hampir sama (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).
c.Diagnosa keperawatan kemungkinan (Possible Nursing Diagnoses), adalah pernyataan tentang
masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan. Namun banyak perawat-
perawat telah diperkenalkan untuk menghindari sesuatu yang bersifat sementara dan NANDA
tidak mengeluarkan diagnosa keperawatan untuk jenis ini (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito,
1997).
d.Diagnosa keperawatan sejahtera (Wellness Nursing Diagnoses), adalah ketentuan klinis
mengenai individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus
ketingkat kesehatan yang lebih baik. Pernyataan diagnostik untuk diagnosa keperawatan
sejahtera merupakan bagian dari pernyataan yang berisikan hanya sebuah label. Label ini dimulai
dengan Potensial terhadap peningkatan., diikuti tingkat sejahtera yang lebih tinggi yang
dikehendaki oleh individu atau keluarga, misal Potensial terhadap peningkatan proses keluarga
(Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).
e.Diagnosa keperawatan sindroma (Syndrome Nursing Diagnoses), terdiri dari sekelompok
diagnosa keperawatan aktual atau risiko tinggi yang diduga akan tampak karena suatu kejadian
atau situasi tertentu. NANDA telah menyetujui dua diagnosa keperawatan sindrom yaitu
Sindrom trauma perkosaan dan Risiko terhadap sindrom disuse (Carpenito, 1997).
2.Komponen Rumusan Diagnosa Keperawatan.
Secara umum diagnosa keperawatan yang lazim dipergunakan oleh perawat di Indonesia adalah
diagnosa keperawatan aktual dan diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi yang dalam
perumusannya menggunakan tiga komponen utama dengan merujuk pada hasil analisa data,
meliputi: problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/symptom (tanda/ gejala).
Problem (masalah), adalah gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat
diberikan karena adanya kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya
tidak terjadi.
Etiologi (penyebab), adalah keadaan yang menunjukkan penyebab terjadinya problem (masalah).
Sign/symptom (tanda/ gejala), adalah ciri, tanda atau gejala relevan yang muncul sebagai akibat
adanya masalah.
Dalam perumusannya sebuah diagnosa keperawatan dapat menggunakan 3 komponen atau 2
komponen yang sangat tergantung kepada tipe dari diagnosa keperawatan itu sendiri. Secara
singkat rumusan diagnosa keperawatan dapat disajikan dalam rumus sebagai berikut:
Diagnosa keperawatan aktual:
Contoh: Nyeri kepala akut (Problem) berhubungan dengan peningkatan tekanan dan iritasi
vaskuler serebral (Etiologi) ditandai oleh, mengeluh nyeri kepala, sulit beristirahat, skala nyeri:
8, wajah tampak menahan nyeri, klien gelisah, keadaan umum lemah, adanya luka robek akibat
trauma pada kepala bagian atas, nadi: 90 X/ m (Sign/Simptom).
Diagnosa keperawatan risiko/ risiko tinggi:
Contoh: Risiko infeksi (Problem) berhubungan dengan adanya luka trauma jaringan (Etiologi)
Pada diagnosa risiko, tanda/gejala sering tidak dijumpai hal ini disebabkan kerena masalah
belum terjadi, tetapi mempunyai risiko untuk terjadi apabila tidak mendapatkan intervensi atau
pencegahan dini yang dilakukan oleh perawat.
3. Persyaratan Diagnosa Keperawatan.
Persyaratan diagnosa keperawatan, meliputi:
1) Perumusan harus jelas dan singkat berdasarkan respon klien terhadap Situasi atau keadaan
kesehatan yang sedang dihadapi.
2) Spesifik dan akurat.
3) Merupakan pernyataan dari: P(Problem)+ E (Etiologi)+S (Sign/Simptom)
atau P (Problem) + E (Etiologi).
4) Memberikan arahan pada rencana asuhan keperawatan.
5) Dapat dilaksanakan intervensi keperawatan oleh perawat.
4.Prioritas Diagnosa Keperawatan.
Menyusun prioritas sebuah diagnosa keperawatan hendaknya diurutkan sesuai dengan keadaan
dan kebutuhan utama klien, dengan kategori:
1). Berdasarkan tingkat Kegawatan
a.Keadaan yang mengancam kehidupan.
b.Keadaan yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan.
c.Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
2 ).Berdasarkan Kebutuhan maslow,yaitu Kebutuhan fisiologis,kebutuhan keamanan dan
keselamatan,kebutuhan mencintai dan dicintai,kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi
diri.
3). Berdasarkan sarana/sumber yang tersedia,
5.Perbedaan Diagnosa Keperawatan Dengan Diagnosa Medis.
Beberapa perbedaan antara diagnosa keperawatan dengan diagnosa medis dibawah ini:
Diagnosa keperawatan :
Berfokus pada respons atau reaksi klien terhadap penyakitnya.
Berorientasi pada kebutuhan individu, bio-psiko-sosio-spiritual.
Berubah sesuai dengan perubahan respons klien.
Mengarah kepada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan
evaluasi.
Diagnosa Medis :
Berfokus pada faktor-faktor yang bersifat pengobatan dan penyembuhan penyakit.
Berorientasi kepada keadaan patologis

Anda mungkin juga menyukai