Anda di halaman 1dari 32

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri makanan dan minuman saat ini sangat banyak dijumpai di

masyrakat umum di Indonesia. Dalam melakukan kegiatan produksinya, pabrik-

pabrik atau industri tersebut tidak dapat terlepas dari kebutuhan penyediaan

bahan dasar atau bahan baku , khususnya seperti industri minuman ringan

dimana bahan baku utama merupakan air. Contohnya PT Coca-Cola Amatil

Indonesia Cibitung Plant sebagai perusahaan yang memproduksi beberapa jenis

minuman dalam kemasan menggunakan air sebagai bahan baku utama dalam

pembuatan produk, keperluan utilitas, keperluan MCK bagi karyawan dan lain

sebagainya.

Salah satu unit pengolahan air di PT CCAI Cibitung Plant yang melakukan

kegiatan pengolahan air untuk proses utilitas adalah UPAR (Unit Pengolahan Air

Jatiluhur). Utilitas pabrik ini meliputi berbagai macam sektor seperti suplai air

untuk proses produksi, energi listrik dan sebagainya. UPAR memiliki sistem

pengecekan dan pengontrolan unit produksi dan dan kualitas air yang harus

dijalankan sesuai dengan SOP.

Pengecekan kualitas air dilakukan di Laboratorium Upar milik PT CCAI

Cibitung Plant. Pengecekan kualitas air meliputi pengecekan dengan parameter

fisika dan kimia, dengan menggunakan berbagai macam alat ukur yang

disediakan seperti pH meter, Spektrofotometer, Photometer, Burret dan lain


sebagainya yang digunakan dalam proses pengecekan kualitas air. PT Coca-Cola

Amatil Indonesia Cibitung Plant memiliki standar kualitas air yang mengacu

pada The Coca-Cola Quality System (TCCQS), yaitu Coca-Cola Operating

Requirement (KORE, (untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran).

1.2 Tujuan

Tujuan dari penyusunan Laporan Tugas Akhir ini adalah agar dapat

mengetahui sistem pengolahan air, mengetahui parameter uji yang digunakan

dalam sistem pengolahan air serta dapat mengoperasikan sistem pengolahan air

(Water Treatment) Jatiluhur untuk keperluan utilitas dan sarana penunjang pabrik

lainnya di PT Coca-Cola Amatil Indonesia Cibitung Plant

1.3 Keadaan Umum PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Cibitung Plant

1.3.1 Sejarah dan Perkembangan

Coca-Cola mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1927, ketika para pejabat

dan pedagang belanda memperkenalkan minuman tersebut di Indonesia.

Kemudian atas prakarsa dan modal sendiri, seorang berkebangsaan Belanda

bernama Bernie Konings pada tahun 1932 mendirikan pabrik pertama Coca-Cola

di Indonesia bernama De Nederlands Indie Mineral Water Fabriek.

De Nederlands Indie Mineral Water Fabriek aktif memproduksi dan

memasarkan Coca-Cola sejak tahun 1932 sampai dengan 1942. Ketika Jepang

masuk ke Indonesia pada tahun 1942, pabrik tersebut terpaksa menghentikan

kegiatannya karena isteri dari Benie Konings ditawan oleh Jepang. Setelah

Indonesia merdeka, Benie Konings berusaha untuk membangkitkan kembali


usaha Coca-Colanya dengan bekerjasama dengan lima orang pebisnis di Indonesia

, yaitu :

1. Bapak M. Tabrani

2. Bapak Prof. Dr. Mulia

3. Bapak Tatang Nana

4. Bapak Aminoedin Pohan

5. Bapak Gouw Hoan Giok

Mereka inilah yang pada tanggal 7 maret 1953 mendirikan Indonesia

Bottling Ltd (IBL) dan mengambil alih serta membeli mesin-mesin dari pabrik

terdahulu. Pada tahun 1957, Benie Konings dan isterinya kembali ke negeri

Belanda dan pada saat itulah Indonesia Bottling Ltd dikelola dan dimiliki 100%

oleh bangsa Indonesia.

Pada awalnya Indonesia Bottling Ltd banyak sekali mengalami kesulitan

dalam memproduksi Coca-Cola. Kesulitan dalam mengatasi permasalahannya itu

menyebabkan IBL berusaha untuk mencari tambahan modal bagi perusahaanya.

Setelah mendapatkan modal dari beberapa perusahaan, IBL berubah nama

menjadi PT DBBC ( PT Djaya Beverage Bottling Company). Perkembangan

usaha yang terasa semakin cerah mengakibatkan pada tanggal 8 April 1987

mayoritas (50%) saham telah dimiliki oleh putra Indonesia. Tepat pada tanggal 6

Oktober 1993 seluruh sama PT Djaya Beverage Bottling Company diambil alih

oleh Coca-Cola Amatil Ltd yang berpusat di Sydney dan dengan resmi PT Djaya
Beverage Bottling Company berubah menjadi Coca-Cola Amatil Indonesia

(CCAI) Jakarta yang beralamat di Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta

Pusat.

1.3.2 Lokasi dan Tata Letak

Coca-Cola Amatil Indonesia Cibitung Plant berlokasikan di Jl. Teuku

Umar Km.46 Rawamaju Desa Sukadanu, Cikarang Barat, Bekasi. Pabrik tersebut

memiliki luas area sebesar 22 ha dan memiliki beberapa unit produksi yang

disebut dengan Line produksi. Didalam PT Coca-Cola Amatil Indonesia Cibitung

Plant tersendiri memiliki 13 line produksi, yaitu :

Line 1 : Produk Coca-Cola,Sprite dan Fanta dalam BIB (Beverage In Box)

Line 2 : Produk minuman berkarbonasi kemasan PET dan Isotonic Cold

Fill 350 BPM.

Line 3 : Produk minuman berkarbonasi dalam kaleng 330 ml.

Line 4 : Produk minuman Minute Maid Pulpy Orange kemasan 350 ml 1

L PET.

Line 5 : Produk minuman berkarbonasi dalam kaleng 250 ml.

Line 6 : Produk minuman Minute Maid Pulpy Orange dalam kemasan

botol.

Line 7 : Produk Air Mineral Dalam Kemasan (Ades) , kemasan 350 600

ml.
Line 8 : Produk minuman Frestea dalam RGB 220 ml.

Line 9 : Produk minuman berkarbonasi dalam botol PETs.

Line 10, 11 : - (Sudah Tidak Digunakan).

Line 12 : Produk MinuteMaid Pulpy Aloevera dalam kemasan PET 350

ml

Line 13: Produk Frestea dalam kemasan Cup 300 ml.

PT Coca-Cola Amatil Indonesia Cibitung Plant terdiri dari bangunan

perkantoran, bangunan produksi, bangunan penunjang sarana pabrik seperti,

masjid, pos keamanan, pos pemeriksaan, ruang tunggu, kantin, gudang dan

bangunan lain seperti Unit Pengolahan Air Produk (UPA), Unit Pengolahan Air

Jatiluhur (UPAR), Unit Pengolahan Air Limbah (UPAL) dan lain sebagainya.

1.3.3 Struktur Organisasi

Puncak pimpinan di PT Coca-Cola Amatil Indonesia Cibitung Plant

disebut dengan Plant Manager. Plant Manager memiliki wewenang dan

tanggungjawab secara penuh terhadap semua aktivitas produksi dan operasi

perusahaan serta bertugas memimpin, mengendalikan, mengkoordinasi, dan

mengevaluasi kegiatan penyelenggaraan perusahaan sesuai dengan kebijaksanaan

yang telah ditetapkan. Struktur Organisasi PT Coca-Cola Amatil Indonesia

Cibitung Plant, (dapat dilihat pada lampiran 1)


1.3.4 Administrasi Perusahaan

PT Coca-Cola Amatil Indonesia memiliki 18.100 orang karyawan (seluruh

Indonesia) yang terdiri dari berbagai macam tingkat pendidikan. Bagi PT Coca-

Cola Amatil Indonesia tersendiri, karyawan merupakan modal utama bagi

berlangsungnya seluruh sistem perusahaan.

1.3.5 Visi dan Misi Perusahaan

Visi dari Coca-Cola Amatil Indonesia Cibitung Plant, yaitu : Menjadi

Perusahaan Produsen Minuman Terbaik Se-Asia Tenggara. Misi dari Coca-Cola

Amatil Indonesia Cibitung Plant, yaitu : Memberikan Kesegaran kepada

Pelanggan dan Konsumen Kita dengan Rasa Bangga dan Semangat Sepanjang

Hari.

1.3.6 Unit Pengolahan Air di PT Coca-Cola Amatil Indonesia Cibitung


Plant

1.3.6.1 Unit Pengolahan Air Produk (UPA)


PT Coca-Cola Amatil Indonesia Cibitung Plant menggunakan air tanah

sebagai sumber air utama untuk diolah menjadi beberapa produk minuman. Air

tanah tersebut diambil dari kedalaman 180 m dengan total sumber air sebanyak

14 sumur (deep well). UPA memiliki fungsi untuk memastikan kualitas air yang

akan digunakan untuk produksi telah sesuai standar (layak).

1.3.6.2 Unit Pengolahan Air Jatiluhur (UPAR)

Unit Pengolahan Air Jatiluhur milik PT CCAI Cibitung Plant ini

menggunakan air dari sungai Kalimalang sebagai intake-nya (merupakan aliran air
Jatiluhur). UPAR memiliki tanggungjawab untuk mengolah air sungai Kalimalang

agar dapat digunakan untuk keperluan Utilitas dan sarana penunjang pabrik sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan.

1.3.6.3 Unit Pengolahan Air Limbah (UPAL)

Limbah hasil proses produksi yang berupa campuran cairan dan sedikit

padatan diolah PT CCAI Cibitung Plant di bagian UPAL. Pengolahan pada bagian

UPAL tersendiri memiliki fungsi dan tujuan yang harus dijalankan sesuai dengan

SOP agar mencegah dan memperkecil dampak buruk yang ditimbulkan terhadap

lingkungan. Limbah cair hasil olahan UPAL dan yang telah memenuhi standar

selanjutnya dialirkan ke badan sungai Cikedokan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pengolahan Air

Sistem pengolahan air atau Water Treatment Plant merupakan sarana yang

berfungsi untuk mengolah air dari kualitas air baku (influent) terkontaminasi

untuk mendapatkan perawatan kualitas air yang diinginkan sesuai standar mutu

atau untuk dikonsumsi. Pada sistem ini biasanya digunakan 5 tahapan atau yang

digunakan yakni, Koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi. (The

Coca-Cola Company)

2.2 Turbiditas

Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar

untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (Nephelometrix Turbidity

Unit) atau JTU (Jackson Turbidity Unit) atau FTU (Formazin Turbidity

Unit).Kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit turbiditas, yang setara dengan 1

mg/liter. Kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda

koloid di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun

dari segi kualitas air itu sendiri. Selain itu kekeruhan dalam air permukaan dapat

disebabkan oleh pertumbuhan fitoplankton, kegiatan manusia yang mengganggu

tanah, seperti konstruksi dapat menyebabkan tingkat sedimen yang tinggi ketika

memasuki perairan selama musim hujan karena limpasan air hujan sehingga

menciptakan kondisi keruh. (Hefni, 2003).


2.3 TDS

Total Dissolved Solid adalah benda padat yang terlarut yaitu semua

mineral, garam, logam, serta kation-anion yang terlarut di air. Termasuk semua

yang terlarut diluar molekul air murni (H2O). Secara umum, konsentrasi benda-

benda padat terlarut merupakan jumlah antara kation dan anion didalam air. TDS

terukur dalam satuan Parts per Million (ppm) atau perbandingan rasio berat ion

terhadap air. (J.K. Fawell, Water Research Centre, United Kingdom, 2013 )

2.4 Klorin

Klorin adalah unsur halogen yang paling banyak terdapat dialam namun

jarang ditemui dalam bentuk bebas. Pada umumnya klorin di temukan dalam

bentuk garam halida dan ion klorida. Sumber utama klorin adalah air laut. Dalam

air laut klorin berbentuk ion klorida. Pada proses pembuatan garam, ion klorida

akan berikatan dengan unsur Natrium membentuk garam Natrium klorida atau

garam dapur. (CDC , 2013)

2.5 pH

pH merupakan derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan

tingkatan keasaman atau kebasaan suatu larutan. Air murni bersifat netral, dengan

pH-nya pada suhu 25 C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang dari

tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih dari tujuh disebut dengan

larutan bersifat basa (Alaerts dan Sumetri. S)


Pengecekan pH diperlukan untuk menjadikannya sebagai acuan awal

tingkatan keasaman air. Selain itu pengecekan pH juga dilakukan untuk

mengetahui standar pH netral yang bisa digunakan untuk keperluan sarana

penunjang pabrik yakni antara 6 7.5. Jika hasil angka pada pengecekan tingkat

pH berada pada skala < 7 , maka akan menyebabkan terjadinya sifat korosif pada

pada peralatan yang mengakibatkan kerusakan pada alat dan juga buruknya

produk yang dihasilkan.

2.6 Alkalinitas

Alkalinitas merupakan penyangga perubahan pH air. Alkalinitas juga

berperan sebagai kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan

nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan buffer, alkalinitas merupakan

pertahanan air terhadap pengasaman. Alkalinitas adalah hasil reaksi-reaksi

terpisah dalam larutan hingga merupakan sebuah analisa makro yang

menggabungkan beberapa reaksi. ( Alaerts dan Sumetri . S)

2.7 Total Hardness

Hardness (kesadahan air) adalah kandunga mineral-mineral tertentu di

dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam

karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang mimiliki kadar mineral tinggi ,

sedangkan air lunak adalah air yang memiliki kadar mineral yang rendah. Selain

ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam

lain seperti sulfat (J.K. Fawell, Water Research Centre, United Kingdom, 2014).

Pada industri jika total hardness dalam keadaan tinggi maka akan

mengakibatkan adanya kerusakan dalam system perairan jangka panjang seperti


timbulnta kerak atau karat dan juga akan mempengaruhi rasa pada produk akhir

yang dihiasilkan.

2.8 Resin (Kation)

Merupakan media atau alat yang digunakan sebagai filter dalam

penyaringan. Fungsi Resin Kation adalah untuk menghilangkan kandungan kapur

(CaCO3), Magnesium (Mg), Calsium (Ca) di air minum atau air tanah atau air

PDAM atau air gunung. Resin kation biasa digunakan untuk softener (pelembut)

terhadap air yang tingkat kesadahannya tinggi (total hardness tinggi). Air dengan

kesadahan tinggi banyak mengandung kapur (CaCO3) dan unsur Calsium (Ca),

Magnesium (Mg) dalam jumlah yang banyak. ( Wikipedia , diakses pada

16/6/2017 , 19:35 )

2.9 Sand (Pasir Silika)

Merupakan media atau alat yang juga digunakan sebagai filter dalam

penyaringan air. Pasir berfungsi untuk melakukan penyaringan atau penghilangan

kompenen-komponen yang kasat mata seperti kekeruhan , lumut dan partikel

lainnya (Wikipedia , diakses pada 16/6/2017 , 19.21). Air yang mengalir pada

sand filter akan melewati butiran-butiran pasir silika , sehingga padatan yang

terdapat pada air akan tertahan oleh pasir dan hanya menghasilkan air bersih tanpa

menghilangkan bau.

2.10 Carbon

Karbon aktif adalah senyawa karbon yang telah ditingkatkan daya

adsorpsinya dengan melakukan proses karbonisasi dan aktifasi. Pada proses

tersebut terjadi penghilangan hidrogen, dan material lain sehingga air dari

permukaan karbon sehingga terjadi perubahan fisik pada permukaannya.


Karbon aktif terdiri dari 87 - 97 % karbon dan sisanya berupa hidrogen,

oksigen, sulfur dan nitrogen serta senyawa-senyawa lain yang terbentuk dari

proses pembuatan. Volume pori-pori karbon aktif biasanya lebih besar dari 0,2

cm3/gram. Sedangkan luas permukaan internal karbon aktif yang telah diteliti

umumnya lebih besar dari 400 m2/gr dan bahkan bisa mencapai di atas 1000

m2/gr (Sudibandriyo, 2003). Menurut Yang dkk, (2003) luas permukaan karbon

aktif yang dikarakterisasi dengan metode BET berkisar antara 300 4000 m2/gr.

Pada dasarnya karbon aktif dapat dibuat dari semua bahan yang

mengandung karbon baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, binatang maupun

barang tambang seperti berbagai jenis kayu, sekam padi, tulang binatang, batu

bara, kulit biji kopi, tempurung kelapa, tempurung kelapa sawit dan lain-lain

(Manocha dan Satish, 2003). Bahan-bahan alami tersebut dipreparasi dengan cara

karbonisasi dan aktivasi sehingga menghasilkan karbon aktif. Karbon aktif

digunakan pada berbagai bidang aplikasi sesuai dengan jenisnya.

Pada abad XV, diketahui bahwa karbon aktif dapat dihasilkan melalui

komposisi kayu dan dapat digunakan sebagai adsorben warna dan larutan.

Menurut Suzuki (1990) pada sistem telaah dan pengolahaan air karbon

aktif dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:

1. Karbon aktif granut

Jenis ini berbentuk butiran atau pelet. Biasanya digunakan untuk

proses pada fluida fase gas yang berfungsi untuk memperoleh kembali

pelarut, pemisahan dan pemurnian gas. Karbon aktif granul diperoleh dari

bahan baku yang memiliki struktur keras seperti tempurung kelapa, tulang

dan batubara. Ukuran partikel dari granul karbon aktif berbeda-beda


tergantung pada aplikasinya. Untuk aplikasi adsorpsi fase gas ukuran

granul yang sering digunakan adalah 4x8 mesh sampai 10x20 mesh dan

untuk bentuk pelet memiliki ukuran partikel 4 mm 6 mm.

2. Karbon aktif powder

Karbon aktif powder umumnya diproduksi dari bahan kayu dalam

bentuk serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang

mempunyai densitas kecil dan struktur yang lemah. Jenis ini memiliki

ukuran rata-rata 1525 m. ndustri besar menggunakan karbon aktif

powder untuk penghilangan warna pada proses pembuatan makanan.

Belakangan karbon aktif powder digunakan pada Water Treatment untuk

air minum dan air limbah. Biasanya karbon aktif powder digunakan dalam

fase cair yang berfungsi untuk memindahkan zat-zat pengganggu yang

menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan.

3. Karbon aktif molecular sieves

Aplikasi utama dari karbon aktif moleculer sieve adalah pemisahan

nitrogen dan oksigen dalam udara. Karbon aktif molecular sieve

merupakan suatu material yang menarik sebagai model karbon aktif sejak

memiliki ukuran mikropori yang seragam dan kecil.

4. Karbon aktif fiber

Karbon aktif fiber memiliki ukuran yang lebih kecil dari karbon

aktif powder. Sebagian besar karbon aktif fiber memiliki diameter antara

715 m. Aplikasi karbon aktif fiber dapat ditemukan dalam bidang

perlakuan udara seperti penangkapan larutan.


III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penyusunan Tugas Laporan Akhir ini dilaksanakan di Politeknik Negeri

Lampung Jl. Soekarno Hatta No. 10, Raja Basa Bandar Lampung, selama

kurang lebih 2 bulan dan dituliskan berdasarkan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

(PKL) yang dilaksanakan pada tanggal 3 Februari 2 April 2017 (2 bulan).

Tempat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan yakni di Laboratorium UPAR milik

PT Coca-Cola Amatil Indonesia Cibitung Plant , Jl. Teuku Umar Km. 46 Desa

Sukadanau, Cikarang Barat , Bekasi (17520)

3.2 Bahan dan Alat

Alat : Distribution Pump , Statistic Mixer , Tube Settler , Pasir Silika,

Carbon Aktif , Resin.

Bahan : Air , PAC , Cl

3.3 Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan adalah dengan cara melakukan pengujian secara

langsung di PT CCAI Cibitung Plant pada setiap sampel air, lalu hasil pengujian

diserahkan kepada Pembimbing Lapang untuk dilakukan pengoreksian dan

melakukan diskusi dengan Supervisor lalu pada tahap akhir melakukan diskusi

dengan Dosen Pembimbing dan hasil dari setiap diskusi disimpulkan lalu

dituangkan dalam bentuk laporan Tugas Akhir.


3.4 Alur Sistem Pengolahan Air Waduk Jatiluhur

Sistem pengolahan air waduk Jatiluhur pada PT Coca-cola Bottling

Indonesia ini dimulai dari ditampungnya aliran air waduk Jatiluhur pada Raw

Water Reservoir , lalu dialirkan ke Static Mixer untuk dilakukannya ijeksi dengan

PAC dan Klorin dalam bentuk gas setelah dilakukan penginjeksian lalu air

dialirkan menuju Floculator guna dilakukan pengendapan dan pemisahan lumpur

yang mengendap pada bagian bawah air. Lalu air dialirkan menuju penampungan

air Treated Water Reservoir , kemudian air dialirkan menuju Carbon Filter untuk

dilakukannya penyaringan dengan media karbon , lalu air kembali dialirkan

menuju Softener Filter untuk kembali dilakukan penyaringan kali ini dengan resin

sebagai medianya. Lalu air yang telah melalui tahapan penyaringan dengan resin

sebagai medianya akan dialirkan menuju penampungan Softened Water Reservoir

, air tersebut telah siap digunakan untuk pendistribusian pada sarana penunjang

pabrik. (Dapat dilihat pada gambar 1).


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sistem Pengolahan Air Jatiluhur

Pengolahan Air Jati Luhur merupakan salah satu bagian dari departement

air yang ada di PT CCAI , bertujuan untuk melakukan pengolahan air dan

menghasilkan air yang lunak (softened water) yang berfungsi sebagai sarana

penunjang pabrik seperti Boiler dan Utilitas. Pengolahan air waduk Jatiluhur

dilakukan dalam beberapa tahap , yaitu :

A. Raw Water Reservoir

Merupakan tahap awal air datang dari sumber aliran air

Jatiluhur. Pada penampungan ini menggunakan penampungan kolam

bersistem Lagoon. Kolam lagoon ini merupakan kunci dari

pengontrolan jumlah air yang mampu di tampung dan dilakukan

pengolahan. Kolam lagoon sendiri memiliki kapasitas penampungan

500 m (The Coca-Cola Company).

B. Static Mixer (Injektor)

Merupakan aliran air dari kolam lagoon , yang selanjutnya akan

diberikan perlakuan berupa penambahan (Injeksi) dengan PAC (Poly

Alumunium Chloride) dan klorin Gas yang berfungsi untuk mengikat

partikel-partikel pada air untuk membentuk floc dan juga untuk


membunuh mikroba dan penghilangan lumut (The Coca-Cola

Company).

C. Floculator

Merupakan proses pemisahan air dengan lumpur/floc yang

terbentuk karena penambahan PAC. Lumpur yang telah terikat dengan

PAC akan mengendap pada bagian bawah dan dialihkan/dibuang ke

dalam Sludge Collector melalui Tube Settler (The Coca-Cola

Company).

D. Tube Settler

Merupakan jalur pembuangan lumpur yang telah terpisah dari

bagian Floculator , Tube Settler terletak pada bagian dasar dan

berbentuk segienam yang dimana akan menampung lumpur yang

mengendap dan dialirkan menuju Sludge Collector (The Coca-Cola

Company)

E. Sand Filter

Merupakan metode filtrasi dengan media pasir sebagai

penyaringnya yang di tumpuk diatas gravel. Sand filter berfungsi untuk

melakukan penyaringan atau penghilangan kompenen-komponen yang

kasat mata seperti kekeruhan , lumut dan partikel lainnya. Air yang

mengalir pada sand filter akan melewati butiran-butiran pasir silika ,

sehingga padatan yang terdapat pada air akan tertahan oleh pasir dan

hanya menghasilkan air bersih tanpa menghilangkan bau (The Coca-

Cola Company).
F. Treated Water Reservoir

Merupakan media penampungan air yang telah di berikan

perlakuan penyaringan dengan media pasir sebelumnya. Tread Water

Reservoir ini sendiri terletak di bawah tanah dan berkapasitas 1.100 m.

Air yang terdapat pada penampungan ini sebagiannya sudah dapat

dialirkan untuk keperluan penunjang sarana industri seperti keperluan

sanitasi , keperluan di bagian Masjid , keperluan di bagian Kantin ,

Toilet dan lainnya.

G. Carbon Filter

Merupakan sistem filtrasi dengan menggunakan carbon (arang

aktif) sebagai media penyaringnya. Pada proses penyaringan ini

memiliki target untuk menurunkan kesadahan pada air. Karbon aktif

bekerja dengan cara penyerapan atau absorpsi. Yaitu, pada saat air yang

melalui karbon aktif tersebut, material yang terkandung di dalamnya

akan diserap. Maka tidak heran jika bahan ini mampu mengambil

beberapa kandungan tidak baik dari sebuah air tercemar. Bahkan dapat

menjernihkan air yang keruh sekaligus menghilangkan bau dari air

tersebut (The Coca-Cola Company)

H. Soften Filter

Merupakan sistem filtrasi dengan menggunakan Resin sebagai

media penyaringnya. Pada proses penyaringan ini adalah suatu proses

yang berfungsi sebagai penurunan konsentrasi kalsium, magnesium,

dan ion lainnya di dalam kategori air keras (hard water). Air yang

dialirkan melewati filter resin akan mengalami pertukaran materi atau


kandungan bahan air. Resin bermuatan negatif akan menyerap dan

mengikat ion logam yang bermuatan positif. Resin awalnya

mengandung univalen (1 +) ion. Divalen kalsium dan magnesium ion

dalam air mengganti ion ini menjadi univalen, yang dilepaskan ke air

(The Coca-Cola Company)

I. Softened Water Reservoir

Merupakan media penampungan sotened water , yakni air yang

telah melalui proses pelunakan atau penghilangan konsentrasi kalsium ,

magnesium dan yang lainnya yang termasuk dalam katagori air keras

(Hard Water). Air pada penampungan ini merupakan air yang telah siap

untuk memenuhi kebutuhan produksi dan sarana penunjang pabirk

lainnya (The Coca-Cola Company).

4.2 Tahapan Sistem Pengolahan Air Jatiluhur

Dalam sistem pengolahan air dilakukan beberapa pengecekan yang

mengikuti pada satu standar yaitu KORE (Coca-Cola Operating Requirement)

milik The Coca-Cola Company. Pengecekan air pada bagian Unit Pengolahan Air

Waduk Jatiluhur ini meliputi pH, Alkalinitas, TDS, Colour, Turbiditas,Total

Klorin, Klorin bebas dan Total Hardness. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

tabel 1.
Tabel 1. Parameter standar sistem pengolahan air di PT Coca-Cola Amatil
Indonesia Cibitung Plant.
Pengambilan Parameter Std/Unit Frekuensi
Contoh
Alkalinitas Ppm Daily
Ph 4 jam
RAW WATER TDS Ppm Daily
Turbidity NTU 2 jam
Oddor, App Ok / Not Ok Daily
Alkalinitas Ppm 4 jam
Colour < 15 PtCo
Turbidity < 5 NTU 4 jam
POTABLE Free Chlorine 1 3 ppm 4 jam
WATER Odor, App N/N 4 jam
Alumunium < 0.1 ppm 4 jam
pH 6 7.5 4 jam
Total Hardness Ppm
SETELAH Chlorine 0.0 ppm
CARBON
Total Hardness < 2 ppm 2 jam
Colour 0 PtCo
Calcium Hardness < 2 ppm Daily
SOFTENED Taste, Odor, App N/N Daily
WATER Fe < 0.1 ppm 4 jam
Turbidity < 0.3 ppm 4 jam
(laporan harian Unit Pengolahan Air Waduk Jatiluhur)

Sedangkan parameter standar air bersih menurut standar PERMENKES


No.416 tahun 1990 dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Parameter Nilai Standar Air Bersih Sesuai PERMENKES No. 416 tahun
1990
No Parameter Satuan Kadar Keterangan
Maksimum
A. FISIKA
1 Bau - - Tidak Berbau
2 Jumlah Zat Padat Terlarut mg/L 1000 -
(TDS)
3 Kekeruhan Skala NTU 5 -
4 Rasa - - Tidak Berasa
B. KIMIA
1 Kesadahan mg/L 500
2 Alumunium mg/L 0.2
3 Besi mg/L 0.3 Merupakan
4 Fluorida mg/L 0.005 Batas
5 Klorida mg/L 250 Maksimum
6 Mangan mg/L 0.1 dan Minimum
7 pH - 6.5 8.5
(Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990)

4.2.1 pH

Pengujian tingkat keasaman pada air waduk Jatiluhur dilakukan pada

tahap Raw Water dan Potable Water. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui

tingkatan keasaman air, apabila hasil pengujian menunjukan angka <6 maka akan

dapat menimbulkan sifat korosif pada peralatan dan berakibat rusaknya alat

beserta produk hasil akhir air. Pengaruh tinggi atau rendahnya ph berpengaruh

dari adanya pengaruh fluktiasi O2 dan CO2, selain itu juga dapat dipengaruhi oleh

adanya aktifitas mikroorganisme yang terkandung pada air. Pengecekan pH

dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. (Alaerts dan Sumetri. S). Data dari

dilakukannya 3 hari pengujian tingkat pH dapat dilihat pada tabel 3.


Tabel 3. Data dari 3 hari dilakukannya pengecekan tingkat pH

Pengambilan 1 Maret 2017 2 Maret 2017 3 Maret 2017 Rata-rata

Contoh

7.90 7.80 7.72 7.81


RAW WATER

7.42 7.44 7.04 7.30


POTABLE

WATER

Dari hasil pengecekan tersebut dapat menjelaskan bahwa tingkatan pH

pada air berada dalam kondisi netral , dan hal tersebut memenuhi persyaratan dari

The Coca-cola Company tersendiri dan juga memenuhi persyaratan tingkatan pH

pada Peraturan Menteri Kesehatan No 416 Tahun 1990 (Dapat dilihat pada tabel

2).

4.2.2 Alkalinitas

Pengecekan kandungan Alkalinitas dilakukan pada tahapan Raw Water

dan Potable Water. Pengecekan alkalinitas diperlukan untuk mengetahui tinggi

atau rendahnya tingkatan keasaman air. Berbeda dengan pH , alkalinitas sangat

berpengaruh sebagai penyangga atau merubah tingkat keasaman air tanpa

menurunkan nilai pH. Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas

rendah diatasi dengan pengapuran dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan

disesuaikan kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH air

tinggi(The Coca-Cola Company), data dari 3 hari dilakukannya pengecekan

tingkat Alkalinitas dapat dilihat pada tabel 4.


Tabel 4. data dari 3 hari dilakukannya pengecekan tingkat Alkalinitas

1 Maret 2017 2 Maret 2017 3 Maret 2017 Rata-rata


Pengambilan

Contoh

90 90 91 90.33
RAW WATER

62 70 43 58.33
POTABLE

WATER

Dari hasil pengecekan tersebut dapat menjelaskan bahwa kadar Alkalinitas

pada air berada dalam kondisi yang tidak melampaui batas standar, dan hal

tersebut memenuhi persyaratan dari The Coca-cola Company dan juga memenuhi

persyaratan tingkatan kadar Alkalinitas pada Peraturan Menteri Kesehatan No 416

Tahun 1990 (Dapat dilihat pada tabel 2)

4.2.3 Total Dissolved Solid

Pengecekan TDS dilakukan hanya pada tahapan Raw Water. Pengecekan

Total Dissolved Solid (TDS) sangat diperlukan untuk dapat mengetahui total

padatan yang terlarut didalam air. Setelah mengetahui hasil dari pengecekan maka

akan dapat ditentukannya kadar penggunaan PAC yang akan digunakan untuk

memisahkan antara air dan juga komponen padat yang terlarut dalam air. Jika air

mengandung tingkatan TDS yang tinggi maka akan dapat menghasilkan air

dengan tingkat kesadahan yang tinggi dan dapat mngakibatkan terjadinya

kerusakan pada saluran-saluran pipa air dan berefek pada produk akhir yang

dihasilkan (The Coca-Cola Company). Data dari dilakukannya pengecekan

tingkat TDS dapat dilihat pada tabel 5


Tabel 5. Data dilakukannya pengecekan TDS

1 Maret 2017 2 Maret 2017 3 Maret 2017 Rata-rata


Pengambilan

Contoh

311.83 288.73 336 312.18


RAW WATER

Dari hasil pengecekan tersebut dapat menjelaskan bahwa kandungan TDS

pada Raw Water memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh The Coca-

Cola Company ataupun yang telah ditetapkan oleh Per MenKes No 416 tahun

1990 (Dapat dilihat pada Tabel 2)

4.2.4 Color

Pengecekan warna dilakukan pada tahapan Potable Water dan Softened

Water ,Pengecekan tingkat warna ini bertujuan untuk mengetahui tingkatan warna

pada air tersendiri , bila diketahui jika tingkatan warna menunjukan angka tinggi

maka air tersebut mengandung kontaminan yang dapat mengakibatkan buruknya

hasil air tahap akhir dan juga buruknya produk yang dihasilkan. Data dari

dilakukannya pengecekan tingkat warna pada air dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Data dari 3 hari pengecekan warna pada sampel.

Pengambilan Contoh 1 Maret 2017 2 Maret 2017 3 Maret 2017 Rata-

rata

0 0 0 0
POTABLE WATER

0 0 0 0
SOFTENED WATER
Dari data tersebut , maka air yang dihasilkan oleh Potable Water dan juga

Softener Filter dalam keadaan baik , dan juga dibawah standar persyaratan mutu

air baik dalam persyaratan The Coca-Cola Company atau Peraturan Menteri

Kesehatan No 416 Tahun 1990. (Dapat dilihat pada Tabel 2)

4.2.5 Turbiditas

Pengukuran Turbiditas (kekeruhan) merupakan pengukuran ada atau

tidaknya padatan terlarut yang tersuspensi pada air. Pengukuran turbiditas

dilakukan pada tiga tahapan yakni Raw Water , Potable Water dan Softened

Water. Nilai yang telah dihasilkan dari pengukuran sampel tidak berarti

menunjukan bahaya pada sampel air terkecuali mengetahui berupa padatan apa

yang terlarut dalam air. Nilai tinggi kekeruhan hanya akan mengurangi rasa

ketidak puasan dan juga penilaian secara visual pada air (The Coca-Cola

Company). Data dari dilakukannya pengecekan tingkat turbiditas dapat dilihat

pada table 7.

Tabel 7. Data dari 3 hari pengecekan kadar turbiditas pada air sampel.

Pengambilan 1 Maret 2017 2 Maret 2017 3 Maret 2017 Rata rata

Contoh

144.67 170 146.2 153.62


RAW WATER

0.06 0.03 0.16 0.08


POTABLE WATER

0.01 0 0.03 0.013


SOFTENED

WATER
Dari data tersebut , maka sistem pengolahan air pada bagian Upar telah

berhasil untuk menurunkan kadar atau menghilangkan kadar tubiditas pada air

sampel. Sehingga air yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan yang telah

ditentukan oleh The Coca-Cola Company tersendiri dan juga memenuhi

persyartan yang telah di tentukan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No 416

Tahun 1990. (Dapat dilihat pada pada tabel 2)

4.2.6 Klorin

4.2.6.1 Klorin Bebas

Pengecekan Klorin Bebas dilakukan pada tahapan sistem Potable Water ,

pentingnya dilakukan pengecekan kadar klorin bebas adalah untuk mengetahui

jumlah klorin bebas yang terkandung pada air , sehingga dapat memaksimalkan

tujuan penggunaan klorin sendiri untuk membunuh bakteri maupun

mikroorganisme lain yang terdapat pada air (The Coca-Cola Company). Data dari

3 hari dilakukannya pengecekan kadar klorin bebas dapar dilihat pada table 8

Tabel 8. Data yang diambil selama 3 hari pengecekan Klorin Bebas pada

sampel air.

Pengambilan 1 Maret 2017 2 Maret 2017 3 Maret 2017 Rata-

Contoh rata

1.27 2.65 2.43 2.12


Potable Water

Dari data tersebut , menunjukan bahwa angka kandungan klorin bebas

pada air sudah dalam standar The Coca-Cola Company. Dan juga angka tersebut

masih di dalam batasan terkandungnya klorin pada air yang telah ditentukan oleh

Peraturan Menteri Kesehatan No 416 Tahun 1990. (Dapat dilihat pada tabel 2)
4.2.6.2 Total klorin

Pengecekan Total Klorin dilakuan pada tahapan Setelah Carbon Filter.

Dilakukannya pengecekan bertujuan untuk mengetahui banyaknya klorin yang

terkandung dalam air. Klorin yang terkandung didalam air meskipun dalam

konsentrasi rendah dapat memengaruhi rasa dan bau dari air yang dihasilkan dan

dapat berakibat buruk pada tubuh konsumen.Gas klor yang mudah dikenal karena

baunya yang khas itu, bersifat merangsang (iritasi), selaput lendir hidung, selaput

lendir tenggorokan, tali suara dan paru-paru. Menghisap gas klor dalam

konsentrasi 1000 ppm dapat menyebabkan kematian mendadak di tempat. Orang

yang menghirup gas klor akan merasakan sakit atau rasa panas dan pedih pada

tenggorokan. Hal ini disebabkan pengaruh rangsangan atau iritasi terhadap selaput

lender (mucus membrane) yang menimbulkan bintik-bintik kering terasa pedih,

panas, waktu menarik napas terasa sakit dan sukar bernapas. Waktu bernapas

terdengar suara desing seperti penderita asma atau broncristis (Adiwisastra, 1989),

sehingga dapat menurunkan mutu dari air yang dihasilkan. Data dari 3 hari

dilakukannya pengecekan total klorin dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Data dari 3 hari pengecekan Total klorin yang dilakukan pada

sampel air.

Pengambilan 1 Maret 2017 2 Maret 2017 3 Maret 2017 Rata-rata

Contoh

0.0 0.0 0.0 0.0


CARBON

FILTER

Dari data tersebut diketahui bahwa air dalam hasil filtrasi pada sistem

pengolahan air waduk Jati Luhur tidak mengandung klorin yang dapat
membahyakan konsumen dan juga menurunkan mtu air yang dihasilkan. Dan dari

data tersebut pula menunjukan bahwa air yang dihasilkan oleh sistem pengolahan

air waduk Jati Luhur berada dibawah standar maksimum yang telah ditentukan

oleh The Coca-Cola Company dan juga di bawah standar yang telah di tentukan

oleh Peraturan Menteri Kesehatan No 416 Tahun 1990 (dapat dilihat pada tabel 2)

4.2.7 Total Hardness

Pengecekan kesadahan atau total hardness dilakukan pada tahapan Setelah

Carbon Filter dan Softened Water , tujuan pengecekan merupakan untuk

mengetahui total kesadahaan yang terkandung dalam sampel ai , seperti yang

diketahui jika Total Hardness pada air dalam keadaan tinggi maka dapat berefek

dalam jangka panjang pada media pengaliran air dalam pendistribusian seperti

menimbulkan adanya korosif atau karat pada pipa (The Coca-Cola Company).

Data dari 3 hari dilakukannya pengecekan Total Hardness dapat dilihat pada tabel

10.

Tabel 10. Data dari 3 hari pengecekan Total Hardness

Pengambilan 1 Maret 2017 2 Maret 2017 3 Maret 2017 Rata rata


Contoh
266 219.7 246.7 244.13
SETELAH
CARBON FILTER
0 0 0 0
SOFTENED
WATER

Dari data tersebut diketahui bahwa air dalam hasil filtrasi pada sistem

pengolahan air waduk Jati Luhur tidak dalam keadaan tingkat kesadahan yang

tinggi sehingga dapat mengurangi adanya kerusakan pada sistem aliran air dan

juga menurunkan mtu air yang dihasilkan. Dan dari data tersebut pula
menunjukan bahwa air yang dihasilkan oleh sistem pengolahan air waduk Jati

Luhur berada dibawah standar maksimum yang telah ditentukan oleh The Coca-

Cola Company dan juga di bawah standar yang telah di tentukan oleh Peraturan

Menteri Kesehatan No 416 Tahun 1990.(Dapat dilihat pada tabel 2).


V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Sistem pengolahan air Unit Pengolahan Air Waduk Jatiluhur (UPAR) pada

PT. Coca-cola Bottling Cibitung Plant ini telah melakukan pengolahan air

sesuai dengan standar dari The Coca-Cola Company dan telah

menyesuaikan dengan Peraturan Menteri Kesehatan mengenai standar

mutu baku air.

Unit Pengolahan Air Waduk Jatiluhur (UPAR) melakukan pengolahan air

untuk memenuhi sarana penunjang pabrik seperti keperluan Kantin pabrik

, Musola Pabrik , Toilet Pabrik dan juga membantu untuk menunjang

ketersediaan air produksi.

5.2 Saran

System Pengolahan air Unit Pengolahan Air Waduk Jatiluhur (UPAR)

memerlukan adanya penambahan alat produksi seperti Carbon filter tank

dan sand filter agar mampu memaksimalkan pengolahan air dan mampu

berkontribusi untuh dalam penyedia air produksi


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai