Anda di halaman 1dari 21

CASE REPORT

Katarak Senilis Mature ODS

Disusun Oleh:

dr. Milka Anisya Norasiya

Pembimbing:

dr. Pramono

INTERNSHIP

PUSKESMAS KECAMATAN KEBON BAWANG 1

TANJUNG PRIOK

JAKARTA UTARA

2016 2017
BAB I
STATUS PASIEN

IDENTITAS PEMERIKSA

Identitas Penderita Nama: Milka Anisya Norasiya

No CM : D10.24321.16

Tgl : 29-03-2017

Nama : Tn. A

Umur : 85 tahun

Alamat : Jl. Swasembada

Pekerjaan : Pedagang

ANAMNESA

Keluhan utama : Penglihatan kedua mata kabur

Anamnesa khusus : Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan penglihatan kedua mata
kabur seperti tertutup asap sejak 6 bulan yang lalu, awalnya pasien masih dapat melihat jauh
namun lama kelamaan pasien hanya dapat melihat dekat dan memberat pada 2 bulan terakhir.
Pasien juga mengeluhkan sering merasa silau jika terpapar sinar terang atau sinar matahari di
siang hari pada kedua mata sehingga pasien lebih nyaman ditempat yang sedikit cahaya.
Sekarang pasien merasa tidak lagi dapat melihat dan buram pada kedua mata. Keluhan
penglihatan ganda disangkal. Keluhan melihat ada pelangi atau halo disangkal, keluhan melihat
bintik hitam disangkal, keluhan mata nyeri disangkal. Riwayat menggunakan kacamata
sebelumnya disangkal. Riwayat trauma pada mata pasien disangkal.

Anamnesis Keluarga : Riwayat keluhan sama yaitu pandangan kabur seperti berasap di keluarga
pasien disangkal pasien

Riwayat penyakit dahulu : Riwayat Hipertensi, DM, Jantung, dan penyakit lain disangkal pasien

Riwayat SOS-EK : Baik

Riwayat Gizi : Baik

2
Pemeriksaan Visus dan Refraksi

Visus OD OS
SC 1/~ 1/300
CC - -
STN - -
KOREKSI - -
ADD - -
GERAKAN BOLA MATA Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Pemeriksaan Eksternal

OD OS
Palpebra superior Tidak Ada Kelainan Tidak Ada Kelainan
Palpebra inferior Tidak Ada Kelainan Tidak Ada Kelainan
Silia Tumbuh teratur Tumbuh teratur
Ap. Lakrimalis Tidak Ada Kelainan Tidak Ada Kelainan
Konj. Tarsalis superior Tenang Tenang
Konj. Tarsalis inferior Tenang Tenang
Konj. Bulbi Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
COA Sedang Sedang
Pupil Bulat, ditengah Bulat, ditengah
Diameter pupil 4 mm 4 mm
Reflex cahaya
Direct + +
Indirect + +
Iris Coklat, Kripta + Coklat, Kripta +
Shadow test Negatif Negatif
Lensa Keruh seluruhnya Keruh seluruhnya

3
RESUME

Laki-laki, 85 tahun datang dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur seperti tertutup asap
sejak 6 bulan yang lalu, awalnya pasien masih dapat melihat jauh namun lama kelamaan
pasien hanya dapat melihat dekat dan memberat pada 2 bulan terakhir. Sekarang pasien merasa
tidak lagi dapat melihat dan buram pada kedua mata.

Visus OD OS
Visus 1/~ 1/300
GERAKAN BOLA MATA Baik ke segala arah Baik ke segala arah

COA Sedang Sedang


Pupil Bulat, ditengah Bulat, ditengah
Diameter pupil 4 mm 4 mm
Iris Coklat, Kripta + Coklat, Kripta +
Shadow test Negatif Negatif
Lensa Keruh seluruhnya Keruh seluruhnya

Diferensial Diagnosa : -Katarak

-Glaukoma sudut terbuka

-Retinopati

-Kelainan refraksi

-Retinitis pigementosa

Diagnosa Kerja : Katarak Senilis Matur ODS

Rencana Terapi

Non-Medikamentosa : Rujuk ke RS untuk operasi katarak SICS + IOL ODS

4
Prognosa

Qou ed Vitam : ad bonam

Quo ed Functionam : dubia ad bonam

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

KATARAK

2.1 Definisi
Katarak merupakan kelainan mata tenang dengan gejala penurunan visus penglihatan
perlahan. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies yang berarti air terjun. Pandangan
pasien dengan katarak tampak seperti terhalang air terjun. Kesan tersebut terjadi akibat keruhnya
lensa akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau keduanya. Biasanya kekeruhan mengenai
kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang
lama.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital, atau penyulit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat
mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat
berhubungan proses penyakit intraokuler lainnya. Penuaan/aging merupakan penyebab utama
katarak, namun dapat pula disebabkan faktor lain seperti trauma, toksin, penyakit sistemik
(seperti diabetes), merokok, dan faktor keturunan. Tanpa faktor pajanan, katarak dapat muncul
pada usia 70 tahun.1,3

2.2 Epidemiologi
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun
ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan pada
usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak kongenital pada negara
maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar.
Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.7

2.3 Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa mata
menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok,

6
paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan
polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal.1,3

Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma kimia
dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.1,3

Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak kongenital. Katarak
kongenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak
juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolik lainnya seperti diabetes
melitus.1,3

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi, diantaranya :


a. Faktor keturunan
b. Pengguanaan obat tertentu, khususnya steroid
c. Gangguan pertumbuhan
d. Operasi mata sebelumnya
e. Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui.1,3

2.4 Patofisiologi
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya dapat dipahami
diduga melibatkan interaksi kompleks antara berbagai proses fisiologis. Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus
multipel (zonula) yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan
dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.3,4

7
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis:

1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang
berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air
yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang
menyebabkan kekeruhan lensa.3,4
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin lama
serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus
lensa.3,4

Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:


1. Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopia
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel-makin tipis
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah protein nukelus
lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleus mengandung histidin dan
triptofan dibanding normal
d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi
foto oksidasi.2,3

8
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus multipel yang
memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan
pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke retina.3,4

2.5 Klasifikasi
Berdasarkan usia katarak dibagi menjadi 3, yaitu;
1. Katarak senil
Katarak yang terjadi pada usia lanjut, umumnya terjadi pada usia diatas 50 tahun.
Biasanya disebabkan karena proses penuaan.
2. Katarak juvenil
Katarak yang terjadi pada anak-anak.
3. Katarak kongenital
Katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir.2

9
Berdasarkan morfologinya katarak dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Katarak Nuklear
Pada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan nukleus lensa
menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah
lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari
jernih menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk
yang paling banyak terjadi. Pandangan jauhlebih dipengaruhi daripada pandangan dekat
(pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik.2,3,4

2. Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta komposisi air
dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau
korteks. Biasanya mulai timbulsekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat, tetapi
lebih cepat dibandingkan katarak nuklear. Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes
atau gambaran seperti ruji. Keluhan yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat
terganggu, penglihatan merasa silau.2,3,4

3. Katarak Subkapsular Posterior


Pada katarak subkapsular posterior terjadi peningkatan opasitas pada bagian lensa belakang
secara perlahan. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lebih
cepat. Bentuk ini lebih sering menyerang orang dengan diabetes, obesitas atau pemakaian
steroid jangka panjang. Katarak ini menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan
kabur pada kondisi cahaya terang.2,3,4

Berdasarkan stadium :
1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang
membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan
biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya
nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan

10
oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap
untuk waktu yang lama.2,4

2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai seluruh
lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Terjadi
penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan
pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi
glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test, maka akan terlihat
bayangan iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).2,4

3. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi yang
berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui kapsul,
sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman
normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensayang keruh, sehingga uji bayangan
iris negatif.2,4

4. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami
degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil dan
berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan
sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai
katarak Morgagni.
Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif. Cairan/protein lensa yang keluar
dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai
benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui
COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan/protein lensa itu
sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.2,4

11
Klasifikasi katarak menurut etiologi;
1. Katarak Primer
Katarak primer merupakan katarak yang terjadi karena proses penuaan atau degenerasi,
bukan karena penyebab yang lain, seperti penyakit sistemik atau metabolik, traumatik,
toksik, radiasi dan kelainan kongenital.3,4

2. Katarak Sekunder
a. Katarak Metabolik
Katarak metabolik atau disebut juga katarak akibat penyakit sistemik, terjadi bilateral
karena berbagai gangguan sistemik berikut ini : diabetes melitus, hipokalsemia (oleh
sebab apapun), defisiensi gizi, distrofi miotonik, dermatitis atopik, galaktosemia, dan
sindrom Lowe, Werner, serta Down. 3,4

b. Katarak Traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada lensa atau
trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan merupakan penyebab
yang sering; penyebab lain yang lebih jarang adalah anak panah, batu, kontusio, pajanan
berlebih terhadap panas (glassblowers cataract), dan radiasi pengion. Di dunia industri,

12
tindakan pengamanan terbaik adalah sepasang kacamata pelindung yang bermutu baik.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul
lensa menyebabkan humor aqueous dan kadang-kadang vitreus masuk ke dalam struktur
lensa. Pasien sering kali adalah pekerja industri yang pekerjaannya memukulkan baja ke
baja lain. Sebagai contoh, potongan kecil palu baja dapat menembus kornea dan lensa
dengan kecepatan yang sangat tinggi lalu tersangkut di vitreus atau retina.3,4

c. Katarak Komplikata
Penyakit intraokular atau penyakit di bagian tubuh yang lain dapat menimbulkan
katarak komplikata. Penyakit intraokular yang sering menyebabkan kekeruhan pada
lensa ialah iridosiklitis, glukoma, ablasi retina, miopia tinggi dan lain-lain. Katarak-
katarak ini biasanya unilateral. Pada uveitis, katarak timbul pada subkapsul posterior
akibat gangguan metabolisme lensa bagian belakang. Kekeruhan juga dapat terjadi pada
tempat iris melekat dengan lensa (sinekia posterior) yang dapat berkembang mengenai
seluruh lensa. Glaukoma pada saat serangan akut dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan cairan lensa subkapsul anterior. Bentuk kekeruhan ini berupa titik-titik
yang tersebar sehingga dinamakan katarak pungtata subkapsular diseminata anterior atau
dapat disebut menurut penemunya katarak Vogt. Katarak ini bersifat reversibel dan dapat
hilang bila tekanan bola mata sudah terkontrol. Ablasio dan miopia tinggi juga dapat
menimbulkan katarak komplikata.
Pada katarak komplikata yang mengenai satu mata dilakukan tindakan bedah bila
kekeruhannya sudah mengenai seluruh bagian lensa atau bila penderita memerlukan
penglihatan binokular atau kosmetik. Jenis tindakan yang dilakukan ekstraksi linear atau
ekstraksi lensa ekstrakapsular. Iridektomi total lebih baik dilakukan dari pada iridektomi
perifer.
Katarak yang berhubungan dengan penyakit umum mengenai kedua mata,
walaupun kadang-kadang tidak bersamaan. Katrak ini biasanya btimbul pada usia yang
lebih muda. Kelainan umum yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes melitus,
hipoparatiroid, miotonia distrofia, tetani infantil dan lain-lain. Diabetes melitus
menimbulkan katarak yang memberikan gambaran khas yaitu kekeruhan yang tersebar
halus seperti tebaran kapas di dalam masa lensa.

13
Pada hipoparatiroid akan terlihat kekeruhan yang mulai pada dataran belakang
lensa, sedang pada penyakit umum lain akan terlihat tanda degenerasi pada lensa yang
mengenai seluruh lapis lensa.1,2

d. Katarak Toksik
Katarak toksik atau disebut juga katarak terinduksi obat, seperti obat kortikosteroid
sistemik ataupun topikal yang diberikan dalam waktu lama, ergot, naftalein, dinitrofenol,
triparanol, antikolinesterase, klorpromazin, miotik, busulfan. Obat-obat tersebut dapat
menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.1

e. Katarak Ikutan (membran sekunder) / After-cataract


Katarak ikutan merupakan kekeruhan kapsul posterior yang terjadi setelah
ekstraksi katarak ekstrakapsular akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa
yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari pasca ekstraksi
ektrakapsular. Epitel lensa subkapsular yang tersisa mungkin menginduksi regenerasi
serat-serat lensa, memberikan gambaran telur ikan pada kapsul posterior (mutiara
Elschnig).
Lapisan epitel berproliferasi tersebut dapat membentuk banyak lapisan dan
menimbulkan kekeruhan yang jelas. Sel-sel ini mungkin juga mengalami diferensiasi
miofibroblastik. Kontraksi serat-serat tersebut menimbulkan banyak kerutan kecil di
kapsulposterior, yang menimbulkan distorsi penglihatan. Semua faktor ini dapat
menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular.
Katarak ikutan merupakan suatu masalah besar pada hampir semua pasien
pediatrik, kecuali bila kapsul posterior dan vitreus anterior diangkat pada saat operasi.
Dulu, hingga setengah dari semua pasien dewasa mengalami kekeruhan kapsul posterior
setelah mengalami ekstraksi katarak ekstrakapsular. Namun, tehnik bedah yang semakin
berkembang dan materi lensa intraokular yang baru mampu mengurangi insiden
kekeruhan kapsul posterior secara nyata.

14
2.6 Manifestasi Klinis

Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan
penglihatan yang muncul secara bertahap.

1. Penglihatan kabur dan berkabut


2. Fotofobia
3. Penglihatan ganda
4. Kesulitan melihat di waktu malam
5. Sering berganti kacamata
6. Perlu penerangan lebih terang untuk membaca
7. Seperti ada titik gelap didepan mata3,4

2.7 Diagnosa

Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit
yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.1

Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui


kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat membaik
dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan
petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.1

Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi dapat
juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea
harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah
pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab
subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik,
atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada
katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari
intergritas bagian belakang harus dinilai.1

15
2.8 Diagnosis Banding

Katarak kongenital yang bermanifestasi sebagai leukokoria perlu dibedakan dengan kondisi lain
yang menyebabkan leukokoria, seperti retinoblastoma, retinopathy of prematurity, atau persistent
hyperplastic primary vitreus (PHPV).7

2.9 Tatalaksana

Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi visus, medis, dan
kosmetik.

1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap individu,
tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap aktivitas sehari-
harinya.7
2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada lensa
matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti glaukoma
imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada
retina misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina.7
3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi
katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk memperoleh pupil
yang hitam.7

Tabel 1. Keuntungan dan kerugian ICCE, ECCE, phaco, SICS


Metode Indikasi Keuntungan Kerugian

ICCE Zonula lemah Tidak ada resiko katarak Resiko tinggi kebocoran vitreous
sekunder. (20%).
Peralatan yang dibutuhkan Astigmatisme.
sedikit. Rehabilitasi visual terhambat.
IOL di COA atau dijahit di posterior.
ECCE Lensa sangat Peralatan yang dibutuhkan Astigmatisme.
keras. paling sedikit. Rehabilitasi visual terhambat.
Endotel kornea Baik untuk endotel kornea.
kurang bagus. IOL di COP.

16
Phaco Sebagian besar Rehabilitasi visual cepat. Peralatan / instrumen mahal.
katarak kecuali Pelatihan lama.
katarak Morgagni Ultrasound dapat mempengaruhi
dan trauma. endotel kornea.
SICS Hampir semua Rehabilitasi visual cukup Tergantung keahlian ahli bedah.
katarak. cepat.
Peralatan yang dibutuhkan
sedikit dan tidak mahal.
Pelatihan tidak begitu lama.
IOL di COP.

Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan
lensa pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:1,5
1. Kacamata afakia yang tebal lensanya
2. Lensa kontak
3. Lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada
saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat.

2.10 Preventif Dan Promotif


Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis ialah oleh karena
faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang memperberat seperti
mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung terhatap sinar ultraviolet dengan
menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti asam
vitamin A, C dan E) secara teori bermanfaat.
Bagi perokok, diusahakan berhenti merokok, karena rokok memproduksi radikal bebas yang
meningkatkan risiko katarak. Selanjutnya, juga dapat mengkonsumsi makanan bergizi yang
seimbang. Memperbanyak porsi buah dan sayuran. Lindungilah mata dari sinar ultraviolet.
Selalu menggunakan kaca mata gelap ketika berada di bawah sinar matahari. Lindungi juga diri
dari penyakit seperti diabetes.

17
2.11 Prognosis
Prognosis pasien khususnya prognosis visus/tajam penglihatan dapat diprediksi dengan
melihat kondisi preoperasi dari pasien. Adapun yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
menentukan prognosis yaitu kondisi penyulit seperti uveitis, glaucoma atau lainnya; dan kondisi
elemen mata yang lain khususnya syaraf dan retina (dilihat dari hasil pemeriksaan proyeksi sinar
dan warna/PSW). Selain itu karena katarak bukan suatu penyakit yang mengancam jiwa maka
prognosis untuk kesembuhan dan kosmetika baik. Pengobatan katarak adalah tindakan
pembedahan dengan mengeluarkan lensa. Setelah pembedahan lensa diganti dengan kacamata
afakia, lensa kontak, atau lensa tanam okuler.2,3

18
BAB III

PEMBAHASAN

Pembahasan di dalam kasus ini antara lain mencakup :

1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien dengan Katarak senilis mature?
2. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ?
3. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?

1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien Katarak senilis mature?
Anamnesis :

Laki-laki, 85 tahun datang dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur seperti tertutup asap
sejak 6 bulan yang lalu, awalnya pasien masih dapat melihat jauh namun lama kelamaan
pasien hanya dapat melihat dekat dan memberat pada 2 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Sekarang pasien merasa tidak lagi dapat melihat dan buram pada kedua mata.

Pada pemeriksaan Oftalmologi didapatkan hasil :

Visus OD OS
Visus 1/~ 1/300
GERAKAN BOLA MATA Baik ke segala arah Baik ke segala arah
COA Sedang Sedang
Pupil Bulat, ditengah Bulat, ditengah
Diameter pupil 4 mm 4 mm
Iris Coklat, Kripta + Coklat, Kripta +
Shadow test Negatif Negatif
Lensa Keruh seluruhnya Keruh seluruhnya

Pada pemeriksaan eksternal didapatkan shadow test negatif dengan kekeruhan lensa
seluruhnya seharusnya ada pemeriksaan tambahan seperti funduskopi, namun di puskesmas
tidak tersedia.

19
2. Bagaimakah penatalaksanaan pada pasien ini?
Untuk Penatalaksanaan pada pasien dengan diagnosis Katarak senilis matur dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Medikamentosa : Antibiotik, Steroid dan antibiotik tetes mata
b. Pembedahan : ECCE, ICCE, SICS, Fakoemulsifikasi

Pada pasien ini dilakukan :


a.Non-Medikamentosa : Rujuk ke RS untuk operasi katarak ODS

3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?


Quo ad vitam : ad bonam
Karena pada pasien tidak ditemukannya peyakit sistemik yang menyertai dan pasien masih
dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa.

Quo ad functionam : dubia ad bonam


Karena setelah dilakukan operasi dan pemberian lensa dapat memperbaiki tajam
penglihatan pada pasien ini. Fungsi organ penglihatan tidak seperti orang normal karena
pasien sangat bergantung pada penggunaan kacamata. Ada kemungkinan-kemungkinan
pada saat operasi dan setelah dilakukan operasi pasien mengalami komplikasi

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Penglihatan turun perlahan tanpa mata merah. Ilmu penyakit mata. Edisi ketiga.
Jakarta: balai penerbit FKUI; 2007. Hal 200-11.

2. Artini W, Hutauruk JA, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Jakarta : Departemen Ilmu
Kesehatan Mata FKUI-RSCM. 2011.

3. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya
Medika, 2000.

4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China: Elsevier : 2011. (e-
book)

5. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B. Saunders
Company ; 2006.

6. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar Anatomi dan
Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.

7. Ocampo VVD, Roy H. Senile Cataract. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-


overview. Updated on: 22 January 2013. Accessed on: 13 Maret 2015

21

Anda mungkin juga menyukai