LATAR BELAKANG
Sebagai suatu medium respirasi, udara mempunyai banyak keuntungan, salah satunya tentu saja
kandungan oksigen yang tinggi. Selain itu, karena O2 dan CO2 berdifusi jauh lebih cepat di udara
dibandingkan dengan di dalam air, maka permukaan respirasi yang terpapar ke udara tidak harus
di respirasi secara menyeluruh seperti insang. Sementara permukaan respirasi mengeluarkan
oksigen dari udara dan mengeluarkan karbon dioksida , difusi dengan cepat membawa lebih
banyak oksigen ke permukaan respirasi dan membuang karbondioksida. Ketika hewan darat
melakukan ventilasi, maka lebih sedikit energi yang dipakai karena udara jauh lebih mudah di
gerakkan dibandingkan dengan air. Akan tetapi sebuah permasalahan yang mengalahkan
keuntungan udara sebagai medium respirasi. Permukaan respirasi yang harus lebih besar dan
lembab secara terus menerus akan kehilangan air ke udara melalui penguapan. Permasalahan itu
diatasi dengan cara membuat permukann respirasi melipat ke dalam tubuh.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa sistem trakea, yang terbuat dari pipa yang
becabang di seluruh tubuh, merupakan salah satu variasi dari permukaan respirasi internal yang
melipat-lipat dan pipa yang terbesar itulah yang disebut trakea. Bagi seekor serangga kecil, proses
difusi saja dapat membawa cukup O2dari udara ke sistem trakea dan membuang cukup CO2 untuk
mendukung sistem respirasi seluler. Serangga yang lebih besar dengan kebutuhan energi yang
lebih tinggi memventilasi sistem trakeanya dengan pergerakan tubuh berirama (ritmik) yang
memampatkan dan mengembungkan pipa udara seperti alat penghembus.
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan
waktu (Seeley, 2002). Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi
merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen.
Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 6 CO2 + 6H2O +ATP.
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi
makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan
memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat
diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk
laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain
temperatur, spesies hwan, ukuran badan dan aktivitas .
BAB II
Tujuan dan waktu pelaksanan
1. Tujuan
Mengamati faktor yang mempengaruhi laju pernapasan pada serangga
BAB III
Alat, Bahan dan Langkah kerja
1. Alat dan Bahan
2. Respirometer
3. Timbangan
4. Kapas
5. Larutan KOH 4% atau kristtal NaOH
6. Larutan eosin
7. Serangga (jangkrik, belalang, kecoak)
8. Langkah Kerja
9. Timbanglah berat badan serangga yang Anda siapkan! Catat berat setiap serangga!
10. Masukan kristal NaOH/KOH pada botol respirometer, kemudian masukan kapas sebagai
penyekat! Catatan: respirometer dapat dibuat sendiri dengan botol kecil bekas, tutup botol
dilubangi dan masukan pipa sedotan, olesi tutup botol dengan vaselin agar tidak bocor.
11. Masukan salah satu serangga yang telah ditimbang dalam respirometer! Oleskan vaselin
pada sambungan respirometer!
12. Masukan setetes eosin pada ujung respirometer! Letakkan respirometer secara mendatar,
biarkan serangga melakukan respirasi!
13. Amati dan catatlah perubahan kedudukan eosin pada pipa skala 1 menit selama 5 menit!
14. Lakukan kegiatan tersebut pada serangga lainnya! Kemudian, catatlah hasilnya dalam
tabel seperti berikut!
0,44
1. Belalang gram 1,5 2,3 3,2 4,4 5,1 1,02
0,95
3. Kecoak gram 1,8 3,3 4,8 6,25 8,6 1,72
BAB lV
Rumusan masalah dan pembahasan
1. Rumusan Masalah
2. Apakah peranan NaOH/KOH dalam percobaan?
3. Faktor apakah yang memengaruhi pergeseran eosin?
4. Serangga Apakah yang paling berat Anda uji dalam kegiatan ini?
5. Manakah laju pergeseran kedudukan eosin tercepat dari bermacam-macam serangga yang
anda uji? Mengapa demikian?
1. PEMBAHASAN
HASIL PENGAMATAN
1. Percobaan 1
Jenis Skala yang di Volume oksigen yang
No Menit ke-n organisme tunjukkan eosin digunakan organisme
Jumlah = 4,2
1. Percobaan 2
Jenis Skala yang di Volume oksigen yang
No Menit ke-n organisme tunjukkan eosin digunakan organisme
Jumlah = 5,1
1. Percobaan 3
Jenis Skala yang di Volume oksigen yang
No Menit ke-n organisme tunjukkan eosin digunakan organisme
Jumlah = 8,6
BAB 5
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Pada praktikum repirasi kali ini menggunakan serangga (belalang, jangkrik, kecoa) yang
dimasukkan ke dalam respirometer. Serangga ini dimasukkan ke dalam tabung respirometer
kemudian dimasukkan eosin yang berfungsi untuk mengikat O2, namun eosin harus dibungkus
terlebih dahulu dengan menggunakan kapas sebelum dimasukkan ke dalam tabung. Hal ini
dimaksudkan untuk memisahkan serangga dengan zat kimia karena serangga akan mati bila
bersentuhan dengan eosin. Kemudian pada ujung pipa kapiler diberi cairan untuk memisahkan
udara yang ada di dalam tabung dan udara yang ada di luar tabung.
Pernapasan pada serangga dengan menggunakan trakea dimana udara yang ada masuk secara
difusi, penyebab terjadinya difusi pada belalang karena dalam proses respirasi khususnya pada
belalang, O2 agar dapat dipindahkan dari lingkungan ke dalam tubuh melintasi membran respirasi
yang permukaannya pada tiap serangga tidak sama dan juga membran ini mengandung kapiler,
sehingga agar masuk ke dalam tubuh serangga harus melalui mekanisme difusi secara pasif.
Sistem pernapasan trakea pada serangga yaitu udara masuk melalui stigma, dan masuk ke dalam
trakea, terlebih dahulu udara ini disaring oleh rambut-rambut halus yang terdapat pada stigma
sehingga udara dan debu dapat dipisahkan.Karena adanya kontraksi tubuh yang menjadikan
tubuh serangga kembang kempis sehingga pembuluh trakea ikut kembang kempis. Akibatnya
udara dapat beredar keseluruh bagian sel tubuh dan diedarkan oleh trakeolus yaitu cabang-cabang
kecil trakea yang menembus jaringan kecil.
Pada proses respirasi ditandai dengan bergeraknya air pada pipa kapiler. Persamaan reaksi antara
eosin dan CO2 yaitu:
Mekanisme Respirasi
Pernapasan Dada => mekanisme respirasi yang dilakukan oleh otot antar tulang
rusuk (otot interkostal)
Fase Inspirasi (penghirupan udara) :
Otot interkostal eksternal kontraksi --> tulang rusuk terangkat shg volume rongga dada
bertambah besar --> paru-paru mengembang --> tekanan udara paru-paru mengecil -->
udara dari luar masuk ke dalam paru-paru
Fase Ekspirasi (penghembusan udara) :
Otot interkostal eksternal relaksasi --> tulang rusuk turun kembali shg volume rongga dada
menyempit --> paru-paru mengempis --> tekanan udara paru-paru menjadi besar --> udara
keluar dari paru-paru
Pernapasan Perut => mekanisme respirasi yang dilakukan oleh otot diafragma
Fase Inspirasi (penghirupan udara) :
Otot diafragma kontraksi --> diafragma yang semula melengkung menjadi datar --> volume
rongga dada membesar --> paru-paru mengembang --> tekanan udara paru-paru mengecil -
-> udara dari luar masuk ke dalam paru-paru
Fase Ekspirasi (penghembusan udara) :
Otot diafragma relaksasi --> difragma kembali melengkung --> volume rongga dada
menyempit --> paru-paru mengempis --> tekanan udara paru-paru membesar --> udara
keluar dari paru-paru
Frekuensi Pernapasan
Cepat atau lambatnya manusia bernapas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
umur => semakin bertambah umur semakin rendah frekuensi pernapasan
jenis kelamin => umumnya laki-laki memerlukan lebih banyak energi dari
pada wanita, sehingga kebutuhan oksigen pun lebih besar
suhu tubuh => semakin tinggi suhu tubuh, semakin cepat frekuensi
pernapasannya
posisi tubuh => posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap frekuensi
pernapasan. ini berkaitan dengan beban yang harus ditanggung oleh organ tubuh. Sebagai
contoh, posisi berdiri memerlukan lebih banyak energi dibandingkan dengan posisi
berbaring
kegiatan tubuh => orang yang sedang melakukan aktivitas, mis : belajar,
memerlukan energi yang lebih banyak daripada orang yang sedang tidur