Oleh :
JAMIL HANDY
147005085
(Hukum Pidana)
Sesungguhnya seluruh pujian dan rasa syukur tak terkira kepada Allah
SWT Tuhan Segala Awal dan Akhir, saya ucapakan yang menjadikan memiliki
tambahan pengetahuan dan pengalaman selama proses pembuatan makalah yang
berjudul Penghentian Penyidikan Tindak Pidana Perpajakan Untuk Kepentingan
Penerimaan Negara hingga akhirnya dapat diselesaikan dengan baik tanpa ada
halangan yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pembaharuan Hukum Pidana pada Program Studi Magister Hukum Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
Tidak berlebihan pula bila kami mengucapkan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada Bapak Dr. Madiasa Ablisar, S.H., M.Hum, selaku dosen Mata
Kuliah Pembaharuan Hukum Pidana yang telah memberikan bimbingan dan
arahan yang sangat bermanfaat sehingga akhirnya makalah ini dapat selesai
dikerjakan.
Akhir kata, setiap manusia pada prinsipnya sedang mengalami proses
belajar menuju yang lebih baik, tentu terdapat banyak kekurangan yang tidak
dapat dipungkiri. Untuk itu, saya mohon maaf dengan harapan di kemudian hari
akan lebih baik. Kiranya makalah yang sederhana ini akan memberikan catatan
berharga baik kepada saya sendiri maupun kepada yang membacanya.
Jamil Handy
i
Daftar Isi
Hal.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .......................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................... 14
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
penanggulangan tindak pidana perpajakan adalah dengan penggunaan sarana
penghentian penyidikan tindak pidana perpajakan untuk kepentingan penerimaan
negara. Kebijakan ini apabila tidak dilaksanakan dengan pedoman dan parameter
prosedur operasional yang jelas maka dapat menghasilkan kebijakan aplikastip
yang bias, cenderung diskriminatif dan ketidakpastian hukum. Oleh karena itu,
perlu dikaji secara kebijakan hukum pidana terkait dengan penggunaan wewenang
penghentian penyidikan tindak pidana perpajakan untuk kepentingan penerimaan
negara.
B. Permasalahan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
masyarakat untuk menanggulangi kejahatan. Disamping itu, Sudarto
mengemukakan tiga pengertian kebijakan kriminal, yaitu :
a. Dalam arti sempit politik kriminal atau kebijakan kriminal digambarkan
sebagai keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap
pelanggaran hukum yang berupa pidana;
b. Dalam arti yang lebih luas kebijakan kriminal merupakan keseluruhan fungsi
dari aparatur penegak hukum, termasuk didalamnya cara kerja dari pengadilan
dan polisi;
c. Dalam arti yang paling luas kebijakan kriminal merupakan keseluruhan
kebijakan yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi
yang bertujuan untuk mengekkan norma-norma sentral masyarakat.
4
kebijakan yang integral ini tidak hanya dalam hukum pidana, tapi juga pada
pembangunan hukum pada umumnya, tidak terkecuali dalam penanggulangan
tindak pidana di bidang perpajakan di Indonesia.
5
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Aktualisasi politik hukum pidana dalam tahapan hukum pidana secara
umum dilihat dari segi fungsional, pengoperasian sanksi pidana dalam suatu
peraturan perundang-undangan agar benar-benar dapat terwujud harus melalui
beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap formulasi, yakni tahap perumusan atau penetapan pidana oleh pembuat
undang-undang (sebagai kebijakan legislatif)
2. Tahap aplikasim yakni tahap pemberian pidana atau penerapan pidana oleh
penegak hukum (sebagai kebijakan yudikatif)
3. Tahap eksekusi, yakni tahap pelaksanaan pidana oleh instansi yang
berwenang (sebagai kebijakan eksekutif)
6
3. Tindak pidana di bidang perpajakan karena melakukan pelanggaran di pidana
kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.
4. Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau 10
(sepuluh) tahun sejak saat terhutangnya pajak, berakhirnya masa pajak,
berakhirnya bagian tahun pajak, atau berakhirnya tahun pajak yang
bersangkutan.
7
B. Penghentian Penyidikan Tindak Pidana Perpajakan untuk Kepentingan
Penerimaan Negara
8
khusus melalui proses penyidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 44 ayat (1),
ayat (2) huruf a,b,c,d,e,f,g,h,i,j dan ayat (3) UU KUP tentang penyidikan tindak
pidana perpajakan yang dilakukan oleh penyidik khusus yaitu Penyidik Pegawai
Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak.
9
d. Pada tahap pemerikasaan setiap tersangka dapat didampingi penasehat
hukumnya, bila diperlukan penangkapan atau penahanan, dilakukan dengan
bantuan POLRI.
e. Penyidik pajak wajib memelihara dan meningkatkan sikap terpuji dalam
menjalakan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggungjawabnya. Penyidik wajib
menunjukan tanda pengenal penyidik pajak dan surat perintah penyidikan.
Penyidik dapat dibantu petugas lain berdasarkan izin tertulis dari atasanya,
penyidik pajak dalam setiap tindakan penyidikan wajib membuat laporan dan
berita acara. Penyidik pajak harus berpedoman pada kode etik yang berlaku.
f. Dalam melakukan penggeledahan dan atau penyitaan harus terlebih dulu
mendapat izin tertulis dari dari ketua Pengadilan Negeri setempat dan harus
berdasarkan Surat Perintah Penggeledahan dan atau Penyidikan dari pejabat
berwenang. Apabila mendesak izin tersebut dapat diperoleh selambat-
lambatnya 2 hari setelah pelaksanaan penggeledahan dan atau penyitaan.
g. Penyidik pajak harus membuat berita acara dalam waktu 2 hari setelah
melakukan penggeledahan dan atau penyitaan dan tindasanya dilengkapi
dengan daftar rincian bahan bukti yang disita disampaikan kepada pihak atau
wakil atau kuasa atau pegawai dari pihak pemilik tempat yang digeledah dan
atau bukti yang disita, diserahkan dengan bukti penerimaan. Penggeledahan
dan atau penyitaan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang saksi.
h. Pemanggilan tersangka atau saksi dilakukan dengan surat penggilan yang sah
yang harus segera diterima paling lambat 3 hari sebelum tanggal hadir. Dalam
hal tersangka atau saksi untuk kedua kalinya tidak memenuhi panggilan tanpa
alasan yang wajar penyidik dapat meminta bantuan POLRI untuk
menghadirkan yang bersangkutan. Dalam hal akan meninggalkan wilayah
Indonesia, penyidik segera minta bantuan Kejaksaan Agung untuk melakukan
pencegahan.
i. Laporan kemajuan pelaksanaan penyidikan disampaikan kepada Kepolisian
Negara Republik Indonesia (POLRI).
j. Setelah proses penyidikan selesai Penyidik Pajak membuat Berita Acara
Pendapat, menyerahkan berkas perkara, dan barang bukti kepada Penuntut
10
Umum melaului Penyidik POLRI, dalam hal dikembalikan Penyidik Pajak
harus segera menyempurnakan dan melengkapi sesuai petunjuknya.
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan dapat dihentikan karena
beberapa alasan. Berdasarkan Pasal 44A UU KUP, penyidik menghentikan
penyidikan dalam hal tidak terdapat cukup bukti, peristiwa tersebut bukan
merupakan tindak pidana di bidang perpajakan, penyidikan dihentikan karena
peristiwanya telah daluwarsa tersangka meninggal dunia. Selain itu, berdasarkan
Pasal 44B UU KUP, untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan
Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal
surat permintaan.
11
menerima atau menolak permohonan Wajib Pajak. Dalam rangka menindaklanjuti
permintaan Menteri Keuangan, Direktur Jenderal Pajak meminta kepada Wajib
Pajak untuk menyerahkan jaminan pelunasan dalam bentuk escrow account.
Petunjuk pelaksanaan pembuatan jaminan dalam bentuk escrow account dan
pelunasan pajak berikut sanksi administrasi berupa denda diatur dalam PER-
65/PJ/2009.
12
dalam Pasal 44B Undang-Undang KUP dengan jaminan pelunasan dalam
bentuk escrow account.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
_________http://usupress.usu.ac.id/files/Pajak%20yang%20Demokratis%20Berd
asarkan%20Undang-Undang_Final_bab%201.pdf. diakses tanggal 06 Oktober
2015.