PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan
karakter atau ciri seorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi yang
biasa. Kepribadian bersifat stabil dan dapat diramalkan.
B. Coping Mechanism
3
1. Koping yang berpusat pada masalah (Problem Focused Coping
Mechanisms).
4
Koping ini mengarah pada usaha reduksi, pembatasan/menghilangkan
atau toleransi stress subjective (somatis, motori atau afektif) dari stress
emosional yang muncul karena adanya transaksi dengan lingkungan yang
menyulitkan. Jenis-jenis mekanisme koping yang berpusat pada emosi
adalah :
a) Denial
Menolak masalah dengan mengatakan hal tersebut tidak terjadi pada
dirinya.
b) Rasionalisasi
Menggunakan alasan yang dapat diterima oleh akal dan diterima
oleh orang lain untuk menutupi ketidakmampuan dirinya. Dengan
rasionalisasi kita tidak hanya dapat membenarkan apa yang kita
lakukan, tetapi juga merasa sudah selayaknya berbuat demikian
secara adil
c) Kompensasi,
menunjukkan tingkah laku untuk menutupi ketidakmampuan dengan
menonjolkan sifat yang baik, karena frustasi dalam suatu bidang
maka dicari kepuasan secara berlebihan dalam bidang lain.
Kompensasi timbul karena adanya perasaan kurang mampu.
d) Represi
Dengan melupakan masa-masa yang tidak menyenangkan dari
ingatannya dan hanya mengingat waktu-waktu yang menyenangkan
e) Sublimasi
Mengekspresikan atau menyalurkan perasaan, bakat atau
kemampuan dengan sikap positiff.
f) Identifikasi, yaitu meniru cara berfikir, ide dan tingkah laku orang
lain
5
g) Regresi
Sikap seseorang yang kembali ke masa lalu atau bersikap seperti
anak kecil
j) Displacement
Reaksi emosi terhadap seseorang kemudian diarahkan kepada orang
lain
C. Etiologi
1. Faktor Genetik
Bukti terbaik dari keterlibatan faktor genetik didapatkan dari penelitian
pada 1500 pasangan kembar di Amerika Serikat. Pada kembar monozigot
beberapa kali lipat dibandingkan kembar dizigot. Gangguan kepribadian
kluster A lebih sering pada kerabat biologis dari pasien skizofren
dibandingkan dengan kelompok krontrol. Gangguan kepribadian kluster B
jelas memiliki dasar genetis. Gangguan kepribadian antisosial
berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol, sedangakan depresi sering
menjadi latar belakang keluarga dengan gangguan kepribadian borderline.
Gangguan kepribadian pada kluster C juga memeiliki kecenderungan
genetis, misalnya obsesif-kompulsif lebih sering pada kembar monozigot
dibadingkan dizigot.
2. Faktor Biologis
a. Hormon
Pasien yang memperlihatkan gejala impulsif sering didapatkan juga
memeiliki kadar testosteron, 17-ekstradiol, dan estrone yang tinggi.
Pada primata yang bukan manusia, androgen meningkatkan
6
kemungkinan agresi dan perilaku seksual, namun peran testosteron
dalam agresi manusia masih belum jelas. Nilai DST abnormal terdapat
pada beberapa pasien gangguan kepribadian borderline yang juga
memiliki gejala depresi.
d. Neurotransmitter
Endorfin memiliki efek yang sama dengan morfin eksogen, misalnya
sebagai analgesik dan menekan gairah. Kadar endorfin endogen yang
tinggi mungkin berhubungan dengan kepribadian phlegmatis.
Penelitian karakter kepribadian serta sistem dopaminergik dan
serotonergik menunjukkan fungsi aktivasi-gairah dari neurotransmitter
ini . Kadar Asam 5- Hidroksiindolasetat (5- HIAA), suatu metabolit
dari serotonin, rendah pada orang yang mencoba bunuh diri dan pada
pasien impulsif dan agresif.
7
depresi, impulsif, dan melamun, dan dapat memberikan rasa
kesejahteraan secara umum. Peningkatan konsentrasi dopamin pada
sistem saraf pusat, yang diakibatkan oleh psikostimulan tertentu
(misalnya, amfetamin) dapat memicu euforia. Efek neurotransmitter
pada ciri kepribadian menarik banyak minat dan kontroversi tentang
apakah ciri-ciri kepribadian dibawa sejak lahir atau diperoleh.
e. Elektrofisiologi
Perubahan konduktansi listrik pada electroencephalogram (EEG)
terjadi pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling
sering pada tipe antisosial dan borderline, perubahan ini muncul
sebagai aktivitas gelombang-lambat pada EEG.
3. Faktor Psikoanalisis
Sigmund Freud menunjukkan bahwa sifat-sifat kepribadian berhubungan
dengan fiksasi pada satu tahap perkembangan psikoseksual. Misalnya,
mereka dengan karakter oral pasif dan dependen karena mereka terpaku
pada tahap oral, ketika ketergantungan pada orang lain untuk makanan
adalah menonjol. Mereka dengan karakter anal keras kepala, pelit, dan
sangat teliti karena perebutan pelatihan toilet selama periode anal.
8
misalnya, menggunakan proyeksi, sedangkan gangguan kepribadian
skizofrenia dikaitkan dengan penarikan. Ketika pertahanan bekerja secara
efektif, orang dengan gangguan kepribadian menguasai perasaan cemas,
depresi, marah, malu, bersalah, dan lainnya mempengaruhi. Mereka sering
melihat perilaku mereka sebagai ego-syntonic. Mereka juga mungkin
enggan untuk terlibat dalam proses pengobatan, karena pertahanan mereka
adalah penting dalam mengendalikan mempengaruhi menyenangkan,
mereka tidak tertarik untuk menyerahkan mereka.
D. Penatalaksanaan
9
Psikoterapi
Prinsipnya:
1. Menyadarkan pasien bahwa dampak dari gangguan kepribadiannya
menyebabkan disfungsi diri, hubungan interpersonal dan soasial, jadi
bukan dengan cara menghakimi atau menyalahkan pasien.
2. Membantu agar sifat egosintoniknya menjadi egodistonik
Jenis psikko terapi: terapi kognitif, terapi keluarga
Psikofarmaka:
Diberikan bila individu datang dengan keluhan tertentu, dengan target
pengobatan menghilangkan gejala yang dialami pasien, misalnya depresi,
ansietas, dan lain-lain.
10
b. Perubahan perilaku emosional, ditandai oleh labilitas emosional,
kegembiraan yang dangkal dan tak beralasan (euforia, kejenakaan yang
tidak sepadan), mudah beerubah menjadi iritabilitas atau cetusan
amarah dan agresi sejenak, pada beberapa keadaan apati dapat
merupakan gambaran yang menonjol
c. Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa mempertimbangkan
konsekuensi atau kelaziman sosial (pasien mungkin terlibat dalam
tindakan dissosial, seperti mencuri, bertindak melampaui batas
kesopanan seksual, atau makan secara lahap atau tidak sopan, kurang
memperhatikan kebersihan dirinya)
d. Gangguan proses berpikir, dalam bentuk curiga atau pikiran paranoid,
dan/atau preokupasi berlebihan pada satu tema yang biasanya abstrak
(seperti soal agama, benar dan salah)
e. Kecepatan dan arus pembicaraan berubah dengan nyata, dengan
gambaran seperti berputar-putar (circumtantiality), bicara banyak
(over-inclusiveness), alot (viscosity), dan hipergrafia
f. Perilaku seksual yang berubah (hiposeksualitas atau perubahan selera
seksualitas)
Diagnosis banding:
- Perubahan kepribadian yang berlangsung lama Setelah Mengalami
Katrastofa (F62.0), akibat penyakit psikiatrik (F62.1)
- Sindrom pasca-kontusio (F07.2)
- Sindrom pasca-ensefalitis (F07.1)
- Gangguan kepribadian khas
11
Sindrom ini terjadi sesudah trauma kepala (biasanya cukup hebat
sampai berakibat hilanya kesadaran) dan termasuk beberapa gejala
yang beragam seperti nyeri kepala, pusing (tidak seperti gambrana
vertigo yang asli), kelelahan, iritabilitas, susah berkonsenterasi dan
melakkan suatu tugas mental, hendaya daya ingat, insomnia,
menurunnya toleransi terhadap stress, gejolak emosial, atau terlibat
alkohol.
12
F60 Gangguan Kepribadian Khas
Gangguan kepribadian khas adalah suatu gangguan berat dalam konstitusi
karakteriologis dan kecenderungan perilaku dari seseorang, biasanya
meliputi beberapa bidang dari kepribadian dan hampir selalu berhubungan
dengan kesulitan pribadi dan sosial.
Pedoman Diagnostik
Kondisi yang tidak berkaitan langsung dengan kerusakan atau penyakit
otak berat (gross brain damaged or disease), atau gangguan jiwa lain
Memenuhi kriteria berikut ini:
a. Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasanya meliputi
beberapa bidang fungsi, misalnya afek, kesiagaan, pengendalian
impuls, cara memandang dan berpikir, serta gaya berhubungan
dengan orang lain
b. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan
tidak terbatas pada episode gangguan jiwa
c. Pola perilaku abnormalnya bersifat pervasif (mendalam) dan
maladaptif yang jelas terhadap berbagai keadaan pribadi dan sosial
luas
d. Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan
berlanjut sampau usia dewasa
e. Gangguan ini menyebabkan penderiataan pribadi (personal
distress) yang cukup berarti, tapi baru menjadi nyata setelah
perjalanan yang lanjut
f. Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berkaitan secara
bermakna dengan masalah-masalah dalam pekerjaan dan kinerja
sosial
Untuk budaya yang berbeda, mungin penting untuk mengambangkan
seprangkat kriteria khas yang berhubungan dengan norma sosial,
peraturan dan kewajiban
13
F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid
Pedoman Diagnostik:
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
a. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan
b. Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya
menolak untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau
masalah kecil
c. Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk
mendistorsikan pengalaman dengan menyalahartikan tindakan
orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap
permusuhan atau penghinaan
d. Perasaan bermusuhan tentang hak pribadi tanpa memperhatikan
situasi yang ada (actual situation)
e. Kecurigaan yang berulang tanpa dasar (justification), tentang
kesetiaan seksual dari pasangannya
f. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan,
yang bermsnifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke sendiri
(self referential attitude)
g. Preokupasi penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak
substantif dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien
sendiri maupun dunia pada umumnya
Untuk diagnosis dibutuhkan minimal tiga dari diatas
Pedoman Diagnosis
Gangguan kepribadian yang ememnuhi deskrpsi berikut:
a. Sedikit (bila ada) aktifitas yang memberikan kesenangan
b. Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli (deatachement)
c. Kurang mampu untuk mengespresikan kehangatan, kelembutan
atau kemarahan terhadap orang lain
d. Tampak nyata ketidakpedulian atau kecaman
14
e. Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan
orang lain (perhitungkan usia penderita)
f. Hampir selalu memilih aktifitas yang dilakukan sendiri
g. Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang ebrlebihan
h. Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab
(kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin
hubungan seperti itu
i. Sangat tidak sensitif dengan norma dan kebiasaan sosial yang
berlaku
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari diatas
Pedoman Diagnostik
Ganguuan kepribadian ini biasanya menjadi perhatian disebabkan
adanya perbedaan yang besar antara perilaku dan norma sosial yang
ada, dan ditandai oleh:
a. Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
b. Sikap yang amat tidak bertanggungjawab dan berlangsung terus
menerus (persistent), serta tidak peduli terhadap norma, peraturan,
dan kewajiban sosial
c. Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama,
meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya
d. Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah
untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan
e. Tidak mampu mengalami rasa dan menarik manfaat dari
pengalaman, khususnya dari hukuman
f. Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat
pasien konflik dengan masyarakat
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari diatas
15
F60.3 Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil
Pedoman Diagnostik
Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara
impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensinya bersamaan dengan
ketidakstabilan emosional
Dua varian yang khas adalah berkaitqn dengan impulsivitas dan
kekurangan pengendalian diri
Pedoman Diagnostik
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
a. Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self-dramatizisation), seperti
bersandiwara (theatricality), yang dibesar-besarkan (exaggerated)
b. Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan
c. Keadaan afektif yang dangkal atau labil
d. Terus menerus mencari kegairahan (excitement), penghargaan
(appreciation) dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi
pusat perhatian
e. Penampilan atau perilaku merangsang (seductive) yang tidak
memadai
f. Terlalu peduli dengan daya tarik fisik
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari diatas
Pedoman Diagnostik
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
a. Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan
b. Preokupasi dengan hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar,
urutan, organisasi, atau jadwal.
16
c. Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas
d. Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan keterikatan yang
tidak semestinya dengan produktivitas sampai mengabaikan
kepuasan dan hubungan interpersonal
e. Keterpakuan dan ketertarikan berlebihan pada kebiasaan sosial
f. Kaku dan keras kepala
g. Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis
caranya mengerjakan sesuatu, atau keengganan tak beralasan untuk
mengiizinkan orang lain mengerjakan sesuatu
h. Mencampuradukkan oikiran atau dorongan yang memaksa dan
yang enggan
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari diatas
Pedoman Diagnostik
17
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
a. Mendorong atau membiarkan orang untuk mengambil sebagian
besar keputusan untuk dirinya
b. Meletakkan kebutusan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada
siapa ia bergantung, dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap
keinginan mereka
c. Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada
oarang dimana tempat ia bergantung
d. Perasaan yang tidak enak atau tidak berdaya apabial sendirian,
karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan
mengurus diri sendiri
e. Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari
tanpa mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang
lain
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari diatas
18
F61.1 Gangguan Kepribadian yang Bermasalah
Tidak dapat diklasifasikan pada F60.- atau F62.- dan dianggap sebagai
sekunder terhadap suatu diagnosis utama beruoa suatu gangguan
afektif atau ansietas yang ada bersamaan.
Pedoman Diagnostik
Perubahan kepribadian harus berlangsung lama dan bermanifestasi
dalam gambaran perilaku yang tidak luwes dan maladaptif nyang
menjurus pada disabilitas dalam hubungan interpersonal, sosial dan
pekerjaan. Perubahan kepribadin ini harus dipastikan dengan
keterangan dari orang-orang terdekat
Untuk mengakkan diagnosis, memantapkan adanya gambaran berikut
(tidak tampak sebelumnya) adalah esensial, misalnya:
a. Bersikap bermusuhan atau tidak percaya terhadap semua orang
b. Menarik diri dari kehidupan masyarakat
19
c. Persaan hampa atau putus asa
d. Perasaan terpojok (on edge) yang kronis, seperti terus menerus
merasa terancam
e. keterasingan
Perubahan kepribadian ini harus sudah berlangsung paling sedikit
selama dua tahun, dan tidak berkaitan dengan gangguan kepribadian
yang sebelumnya sudah ada atau dengan gangguan jiwa (kecuali
gangguan stress pasca-trauma, F34.1)
Harus disingkirkan kemungkinan adanya kerusakan atau penyakit otak
yang dapat memberikan gambaran klinis yang srupa
Termasuk: perubahan kepribadian setelah suatu pengalaman di kamp
konsenterasi, berada dalam sekapan berkepanjangan yang disertai
ancaman kemungkinan dibunuh, sperti menjadi korban terorisma atau
penyiksaan
Pedoman Diagnostik:
o Temuan diagnostik untuk jenis perubahan kepribadian ini harus
mencakup gambaran klinis sebagai berikut:
a. Ketergangtungan yang berlebihan pada orang lain dan sikap
selalu minta dibantu
b. Tuduhan bahwa dirinya berubah atau cacat oleh karena penyakit
terdahulu, menjurus pada ketidakmampuan membentuk dan
mempertahankan hubungan pribadi yang dekat dan dapat
dipercaya serta isolasi sosial
c. Pasif, minat berkurang, dan menurunnya keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi
20
d. Selalu mengeluh sakit, yang mungkin berhubungan dengan
keluhan hipokondrik dan perilaku sakit
e. Afek yang disforik atau labil, yang tidak disebabkan oleh adanya
gangguan jiwa saat ini atau gangguan jiwa sebelumnya dengan
gejala afektif residual
f. Hendaya yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan
dibandingkan dengan keadaan sebelum sakit
o Manifestasi tersebut diatas harus sudah ada selama kurun waktu 2
tahun atau lebih
o Perubahan bukan terjadi karena kerusakan atau penyakit otak yang
berat. Adanya diagnosis skizofrenia sebelumnya tidak
meningkirkan kemungkinan diagnosis ini.
21
F63.0 Judi Patologis
Pedoman Diagnostik
Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah berjudi secara
berulang yang menetap (persistently repeated gambling), yang
berlanjut dan seringkali seperti miskin, hubungan dalam keluarga
terganggu, dan kekacauan kehidupan pribadi
Judi patologis harus dibedakan dari:
a. Judi dan taruhan untuk kesenangan atau sebagai upaya
mendapatkan uang, orang ini dapat menahan diri apabila kalah
banyak atau ada efek lain yang ,erugikan
b. Judi berlebihan oleh penderita gangguan manik (F30.)
c. Judi pada kepribadian dissosial (F60.2), (disini terdapat lebih
banyak gangguan dalam perilaku sosial lain yang menetap, terlihat
pada tindakan-tindakan agresif atau cara-cara lain yang
menunjukkan sangat kurang peduli terhadap kesejahteraan dan
perasaan orang lain)
Pedoman Diagnostik
Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah:
a. Berulang-ulang dilakukan pembakaran tanpa motif yang jelas,
misalnya motif untuk mendapatkan uang, balas dendam, atau
alasan politis
b. Sangat tertarik menonton peristiwa kebakaran, dan
c. Perasaan tegang meningakt sebelum melakukan, dan sangat
terangsang (intense excitement) segera setelah berhasil
dilaksanakan
Bakar patlogis harus dibedakan dari
a. Sengaja dilakukan pembakaran tanpa gangguan jiwa yang nyata
(dalam kasus demikian motifnya jelas)
22
b. Pembakaran oleh anak muda dengan gangguan tingkah laku
(F91.1), dimana didapatkan gangguan perilaku lain seperti
mencuri, agresi, atau membolos sekolah
c. Pembakaran oleh orang dewasa dengan gangguan kepribadian
dissosial (F60.2), dimana didapatkan gangguan perilaku sosial lain
yang menetap seperti agresi, atau indikasi lain perihal kurangnya
peduli terhadap minat dan perasaan orang lain
d. Pembakaran pada skizofrenia (F20.-), dimana kebakaran adalah
khas ditimbulkan sebagai respons terhadap ide-ide waham atau
perintah dari suara (halusinasi)
e. Pembakaran pada gangguan mental organik (F00-F09), diamna
kebakaran ditimbulkan karena kecelakan akibat adanya
kebingungan (confusion), kurangnya daya ingat, atau kurangnya
kesadaran akan konsekuensi dari tindakannya, atau campuran dari
faktor-faktor tersebut
Pedoman Diagnostik
Gambarannya essensial dari gangguan ini adalah:
- Adanya peningkatan rasa tegang sebelum, dan rasa puas selama
dan segera sesudahnya, melakukan tindakan pencurian
- Meskipun upaya untuk menyembunyikan biasanya dilakukan,
tetapi tidak setiap kesempatan yang ada digunakan
- Pencurian biasanya dilakukan sendiri (solitary act), tidak bersama-
sama dengan pembantunya
- Individu mungkin tampak cemas, murung dan rasa bersalah pada
waktu di antara episode pencurian, tetapi hal ini tidak
mencegahnya mengulangi perbuatan tersebut
Curi patologis harus dibedakan dari:
23
a. Pencurian berulang di toko tanpa gangguan jiwa yang nyata,
dimana perbuatannya direncanakan dengan lebih hati-hati dan
terdapat motif keuntungan pribadi yang jelas
b. Gangguan mental organik (F00-F09), dimana berulangkali gagal
untuk membayar barang belanjaan sebagai konsekuensi kurangnya
daya ingat dan kemerosotan fungsi intelektual lain
c. Gangguan depresif dengan pencuran (F30-F33), beberapa
penderita depresi melakukan pencurian dan mungkin akan tetap
mengulanginya selama gangguan depressif masih ada
F63.3 Trikotilomania
Pedoman Diagnostik
Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah:
- Kerontokan rambut kepala yang tampak jelas (noticeable)
disebabkan oleh berulangkali gagal menahan diri terhadap impuls
untuk mencabut rambut
- Pencabutan rambut biasanya didahului oleh ketegangan yang
meningkat dan setelahnya diikuti dengan rasa lega atau puas
Diagnosis ini jangan dibuat apabila sebelumnya sudah ada peradangan
kulit, atau apabila pencabutan rambut adalah respons terhadap waham
atau halusinasi
Tidak termasuk: stereotipi dengan mencabtu rambut
Pedoman Diagnostik
Termasuk: gangguan eksplosif intermiten
24
F64 Gangguan Identitas Jenis Kelamin
F64.0 Transeksualisme
Pedoman Diagnostik
Untuk mengakkan diagnisis, identitas transeksual harus sudah menetap
selama minimal 2 tahun, dan harus bukan merupakan gejala dari
gangguan jiwa lain seperti skizofrenia, atau berkaitan dengan kelainan
interseks, genetik atau kromosom
Pedoman Diagnostik
Mengenakan pakaian dari lawan jenisnya sebagai bagian dari
eksistensi dirinya untuk menikmati sejenak pengalaman sebagai
anggota lawan jenisnya
Tanpa hasrat untuk mengubah jenis kelamin secara lebih permanen
atau berkaitan dengan tindakan bedah
Tidak ada perangsangan seksual yang menyertai pemakaian pakaian
lawan jenis tersebut, yang membedakan gangguan ini dengan
transvertisme fetihistik
25
F64.2 Gangguan Identitas Jenis Kelamin Masa Kanak
Pedoman Diagnostik
Gambaran yang esensial dari diagnosis ini adalah:
- Keinginan anak yang mendalam (pervasive) dan menetap
(persintent) untuk menjadi (atau keteguhan bahwa dirinya adalah)
jenis kelamin lawan jenisnya, disertai penolakan terhadap perilaku,
atribut dan/atau pakaian yang sesuai untuk jenis kelaminnya, tidak
ada rangsangan seksual dari pakaian
- Yang khas adalah bahwa manifestasi pertanma timbul pada usia
prasekolah. Gangguan harus sudah tampak sebelum masa pubertas
- Pada kedua jenis kelamin, kemungkinan ada penyangkalan
terhadap struktur anatomi jenis kelaminnya sendiri, tetapi hal ini
jarang terjadi
- Ciri khas lain, anak dengan gangguan identitas jenis kelamin,
menyangkal bahwa dirinya terganggu, meskipun mereka mungkin
tertekan oleh konflik dengan keinginan orangtua atau kawan
sebayanya dan oleh ejekan dan/atau penolakan oleh orang-orang
yang berhubungan dengan dirinya.
F65.0 Fetihisme
Pedoman Diagnostik
Mengandalkan pada beberapa benda mati (non-living object) sebagai
rangsangan untuk membangkitkan keinginan seksual dan memberikan
26
kepuasan seksual. Kebanyakan benda tersebut (objek fetish) adalah
ekstensi dari tubuh manusia, seperti pakaian atau sepatu
Diagnosis ditegakkan apabila objek fetish benar-benar merupakan
sumber yang utama adri rangsangan seksual atau penting sekali untuk
respons seksual yang memuaskan
Fantasi fetihistik adalah lazim, tidak menjadi suatu gangguan kecuali
apabila menjurus kepada sesuatu ritual yang begitu memaksa dan tidak
semestinya sampai mengganggu hubungan seksual dan menyebabkan
penderitaan bagi individu
Fetihisme terbatas hampir hanya pada pria saja
Pedoman Diagnostik
Mengenakan pakaian dari lawan jenis edngan tujuan pokok untuk
mencapai kepuasan seksual
Gangguan ini harus dibedakan dari fetihisme (F65.0) dimana pakaian
sebagai objek fetish bukan hanya sekedar dipakai, tetapi juga untuk
menciptakan penampilan seorang dari lawan jenis kelaminnya.
Biasanya lebih dari satu jenis barang yang diapakai dan seringkali
suatu perlengkapan yang menyeluruh, termasuk rambut palsu dan tata
rias wajah
Transvetisme fetihistik dibedakan dari transvetisme transseksual oleh
adanya hubungan yang jelas dengan bangkitnya gairah seksual dan
keinginan/hasrat yang kuat untuk melepaskan baju tersebut apabila
orgasme sudah terjadi dan rangsangan seksual menurun
Adanya riwayat transvetihisme fetihistik biasanya dilaporkan sebagai
suatu fase awal oleh para penderita transeksualisme dan kemungkinan
merupakan suatu stadium dalam perkembangan transseksualisme.
27
F65.2 Ekshibisionisme
Pedoman Diagnostik
Kecenderungan yang berulang atau meneta untuk memamerkan alat
kelamin kepada asing (biasanya lawan jenis kelamin) atau kepada
orang banyak di tempat umum, tanpa ajakan atau niat untuk
berhubungan lebih akrab
Ekshinisionisme hampir sama sekali terbatas pada laki-laki
heteroseksual yang memamerkan pada wanita, remaja atau dewasa,
biasanya menghadap mereka dalam jarak yang aman di tempat umum.
Apabila menyaksikan itu terkejut, takut, atau terpesona, kegairahan
penderita menjadi meningkat
Pada beberapa penderita, ekshibisionisme merupakan satu-satunya
penyaluran seksual, tetapi pada penderita lainnya kebiasaan ini
dilanjutkan bersamaan (simultaneously) dengan kehidupan seksual
yang aktif dalam suatu jalinan hubungan yang berlangsung lama,
walaupun demikian dorongan menjadi lebih kuat pada saat
menghadapi konflik dalam hubungan tersebut
Kebanyakan penderita ekshibisionisme mendapatkan kesulitan dalam
mengendalikan dorongan tersebut dan dorongan bersifatego-alien
(suatu benda asing bagi dirinya).
F65.3 Voyeurisme
Pedoman Diagnostik
Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk melihat orang yang
sedang berhungan seksual atau berperilaku intim seperti sedang
menanggalkan pakaian
Ha.l ini biasanya menjurus pada rangsangan seksual dan masturbasi,
yang dilakukan tanpa orang yang diintip menyadari
28
F65.4 Pedofilia
Pedoman Diagnostik
Preferensi seksual terhadap anak-anak, biasanya prapubertas atau awal
masa pubertas, baik laki-laki maupun perempuan
Pedofilia jarang ditemukan pada perempuan
Preferensi tersebut harus berulang dan menetap
Termasuk: laki-laki dewasa yang mempunyai preferensi partner
seksual dewasa, tetapi karena mengalami frustasi yang kronis untuk
mencapai hubungan seksual yang diharapkan, maka kebiasaannya
beralih pada anak-anak sebagai pengganti
F65.5 Sadomasokisme
Pedoman Diagnostik
Preferensi terhadap aktivitas seksual melibatkan pengikatan atau
menimbulkan rasa sakit atau penghinaan, (individu yang lebih suka
untuk menjadi resipien dari perangsangan demikian disebut
masochism, sebagai pelaku: sadism)
Seringkali individu mendapatkan rangsangan seksual dari aktifitas
sadistik maupun masokistik
Kategori ini hanya digunakan apabila aktivitas sadomasokistik
merupakan sumber rangsangan yang penting untuk pemuasan seks
Harus dibedakan dari kebrutalan dalam hubungan seksual atau
kemarahan yang tidak berhubungan dengan erotisme
29
F66 Gangguan Psikologis dan Perilaku yang Berhubungan dengan
Perkembangan dan Orientasi Seksual
30
F68 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa Lainnya
31
Individu dengan pola perilaku demikian biasanya menunjukkan
sejumlah tanda dari kelainan berat lainnya dari kepribadian dan
hubungan dengan lingkungan
Perlu dibedakan dengan malingering, didefinisikan sebagai
kesengajaan atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas, baik
fisik maupun psikologis, yang dimotivasikan oleh stress eksternal atau
insentif (kode Z76.5 dari ICD 10). Motif yang berkaitan dengan stress
eksternal tersebut dapat berupa penghindaran diri dari tuntutan hukum
kriminal, untuk memperoleh obat terlarang, menghindari wajib militer
atau tugas militer yang berbahaya, dan upaya untuk memperoleh
keuntungan karena sakit atau mendapatkan perbaikan taraf hidup.
F. Klasifikasi DSM IV
32
Kriteria Diagnostik Umum DSM IV untuk Gangguan Kepribadian
1. Pola pengalaman batin dan perilaku yang menyimpang secara nyata dari
harapan budaya individu tersebut. Pola ini bermanifestasi dalam dua (atau
lebih) dari bidang-bidang berikut:
a. kognisi (misalnya, cara memahami dan menafsirkan diri, orang lain,
dan peristiwa)
b. efektivitas (yaitu, kisaran, intensitas, labilitas, dan kesesuaian respons
emosional)
c. fungsi interpersonal
d. kontrol impuls
2. Pola tersebut tidak fleksibel dan pervasif di berbagai situasi pribadi dan
sosial yang luas.
3. Pola ini menyebabkan distress klinis yang signifikan atau gangguan dalam
bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
4. Pola ini stabil dan berdurasi lama, dan onset yang dapat ditelusuri kembali
setidaknya ke masa remaja atau masa dewasa awal/muda.
5. Pola ini bukan manifestasi atau konsekuensi dari gangguan mental lainnya.
6. Pola ini bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis umum (misalnya, trauma
kepala) .
(Dari American Psychiatric Association Diagnostik dan Statistik Manual of
Mental Disorders 4th ed Text rev Washington , DC : . . American Psychiatric
Association , hak cipta 2000).
33
a. Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid yaitu 0,5 2,5% dari
seluruh populasi. Orang dengan gangguan ini jarang sekali mencari
pengobatan atas kesadarannya sendiri; ketika diantar oleh pasangan
atau kerabatnya, mereka cenderung menarik diri dan tampak tidak
menderita. Memiliki saudara kandung yang skizofrenia menunjukkan
insiden lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Gangguan ini
lebih sering pada pria dibanding wanita dan tampak tidak berkaitan
dengan model dalam keluarga. Diyakini bahwa lebih sering dialami
oleh kelompok minoritas, imigran, dan orang yang tuna rungu (tuli),
atau orang dengan budaya yang berperilaku sangat hati-hati atau
defensif dibandingkan dengan populasi umum.
b. Gejala klinis
Tanda khas dari gangguan kepribadian paranoid adalah kecurigaan
yang berlebihan dan ketidakpercayaan orang lain yang dinyatakan
sebagai kecenderungan pervasif untuk menafsirkan tindakan orang lain
sebagai sengaja merendahkan, jahat, mengancam, mengeksploitasi,
atau menipu. Kecenderungan ini dimulai dengan awal masa dewasa
dan muncul dalam berbagai konteks. Hampir selalu, orang-orang
dengan gangguan ini mengharapkan untuk dieksploitasi atau dirugikan
oleh orang lain dalam beberapa cara.
34
c. Diagnosis
Pada pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian
paranoid seringkali kaku dan mengagalkan untuk mencari pertolongan
dari ahli psikiatrik. Ketegangan muskular, ketidakmampuan untuk
rileks, dan keharusan untuk mengamati lingkungan dapat memberi
petunjuk sebagai bukti, dan siap pasien cenderung kurang humoris dan
sangat serius. Walaupun pernyataan dari argumen mereka dapat salah,
namun kemampuan berbicara itu memiliki tujuan terarah dan logis. Isi
pikiran menunjukkan adanya proyeksi, prejudice, dan kadang-kadang
ideas of reference.
35
2) Tidak terjadi secara eksklusif selama skizofrenia, gangguan mood
dengan ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena
efek fisiologis langsung dari suatu kondisi medis umum.
Catatan : apabila kriteria ditemukan sebelum awitan Skizofrenia,
ditambahkan premorbid.
d. Diagnosis banding
Gangguan kepribadian paranoid dapat dibedakan dari gangguan
waham dengan tidak ditemukannya waham yang tidak terbantahkan
(fixed). Tidak seperti orang dengan skizofrenia paranoid, orang dengan
gangguan kepribadian tidak memiliki halusinasi atau gangguan
pikiran. Dibandingkan dengan gangguan kepribadian ambang, pasien
dengan paranoid jarang mampu terlalu terlibat, relasi yang kacau balau
dengan orang lain. Pasien dengan paranoid tidak memiliki riwayat
panjang perilaku antisosial seperti orang dengan karakter antisosial.
Orang dengan gangguan kepribadian skizoid umumnya menarik diri
dan menyendiri dan tidak memiliki pemikiran yang paranoid
f. Terapi
1) Psikoterapi
Psikoterapi adalah pengobatan pilihan untuk gangguan kepribadian
paranoid. Terapis harus jujur dalam menangani pasien ini. Apabila
36
terapis melakukan ketidaktetapan atau kesalahan, seperti terlambat,
kejujuran dan permintaan maaf lebih disukai untuk penjelasan
defensif. Terapis harus ingat bahwa kepercayaan dan toleransi
keakraban adalah hal yang menjadi perhatian bagi pasien dengan
gangguan ini. Psikoterapi individual membutuhkan gaya yang
profesional dan hangat dari terapis.
2) Farmakoterapi
Pada banyak kasus, agen anti-ansietas seperti diazepam (Valium)
cukup. Apabila diperlukan, dapat diberikan anti-psikotik seperti
haloperidol (Haldol) dalam dosis kecill dan untuk periode singkat
untuk menangani kegelisahan pasien yang buruk atau pemikiran
seakan-akan delusi. Obat anti-psikotik pimozide (Orap) berhasil
mengurangi pemikiran paranoid pada beberapa pasien.
37
muda dan nyata dalam berbagai konteks. Pasien umumnya dilihat oleh
orang lain sebagai orang yang aneh, terisolasi, dan kesepian.
a. Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian skizoid belum dibuktikan secara
jelas, tetapi gangguan ini mempengaruhi 7,5% dari seluruh populasi.
Ratio berdasarkan gender juga belum diketahui; beberapa penelitian
melaporkan ratio pria:wanita adalah 2:1. Orang dengan gangguan ini
tertarik pada pekerjaan yang sendirian yang hanya mencakup sedikit
bahkan tidak ada kontak dengan orang lain. Banyak yang lebih
memilih pekerjaan pada malam hari dibandingkan siang, sehingga
mereka tidak harus berhubungan dengan orang lain.
b. Gejala klinis
Orang dengan gangguan kepribadian skizoid tampaknya menjadi
dingin dan menyendiri, mereka tampak terpencil dan menunjukkan
tidak ada keterlibatan dengan peristiwa sehari-hari dan keprihatinan
terhadap orang lain. Mereka tampil tenang, jauh, exclusive, dan tidak
ramah. Mereka mungkin mengejar kehidupan mereka sendiri dengan
kebutuhan sangat sedikit atau kerinduan untuk ikatan emosional, dan
mereka yang terakhir menyadari perubahan dalam mode populer.
38
menginvestasikan energi afektif yang sangat besar dalam kepentingan
yang tidak berkaitan dengan manusia, seperti matematika dan
astronomi, dan mereka mungkin sangat melekat pada hewan. Mode
diet dan kesehatan, gerakan filosofis, dan skema perbaikan sosial,
terutama yang tidak memerlukan keterlibatan pribadi, sering memikat
mereka.
c. Diagnosis
Pada pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian
skizoid dapat tampak sakit dalam keadaan istirahat di tempat. Mereka
jarang mengadakan kontak mata, dan pewawancara dapat menduga
bahwa pasien ingin sekali menyudahi wawancara. Afek terbatas,
menyendiri, atau tidak tepat serius, tetapi di balik sikap acuh tak acuh,
dokter yang sensitif dapat mengenali ketakutan.
39
rasa yang tidak beralasan dari keintiman dengan orang-orang yang
mereka tidak tahu siapa mereka baik atau tidak dilihat untuk waktu
yang lama. Kemampuan sensoris utuh, fungsi memori baik, dan
interpretasi pepatah mereka abstrak.
d. Diagnosis banding
Gangguan kepribadian skizoid dibedakan dari skizofrenia, gangguan
delusi, dan gangguan afektif dengan fitur psikotik berdasarkan periode
dengan gejala psikotik yang positif, seperti delusi dan halusinasi di
bagian kedua. Walaupun pasien gangguan kepribadian paranoid
memiliki banyak kemiripan dengan pasien gangguan kepribadian
skizoid, pasien gangguan paranoid menunjukkan keterlibatan lebih
40
ikatan sosial, sejarah perilaku verbal agresif, dan kecenderungan lebih
besar untuk proyeksi perasaan mereka ke orang lain. Jika hanya secara
emosional terbatas, pasien dengan obsesif-kompulsif dan gangguan
kepribadian menghindar mengalami kesepian sebagai dysphoric,
memiliki sejarah yang lebih kaya dari hubungan-hubungan objek masa
lalu, dan tidak terlibat sebanyak dalam lamunannya autis.
f. Terapi
1) Psikoterapi
Tatalaksana pasien dengan gangguan kepribadian skizoid mirip
dengan penanganan pada orang dengan gangguan kepribadian
paranoid. Pasien dengan skizoid cenderung mengarah introspeksi,
bagaimanapun juga, kecenderungan ini bersifat konsisten dengan
harapan psikoterapis, dan pasien menjadi sangat setia. Seiring
berkembangnya kepercayaan, pasien dengan skizoid dapat dengan
41
kegaduhan yang hebat, menunjukkan fantasi yang sangat banyak,
teman imaginer, dan ketakutan atas ketergantungan yang tidak
tertahankan meskipun bersatu dengan terapis.
2) Farmakoterapi
Farmakoterapi dengan dosis kecil anti-psikotik, anti-depresan, dan
psikostimulan memberikan keuntungan bagi beberapa pasien.
Agen serotonergik membuat pasien kurang sensitif terhadap
penolakan. Benzodiazepine dapat mengurangi kecemasan
interpersonal.
42
a. Epidemiologi
Gangguan kepribadian skizotipal terjadi sekitar 3% dari populasi.
Ratio berdasarkan gender tidak diketahui. Hubungan yang lebih kuat
pada kasus dengan hubungan biologis anggoa keluarga pasien
menderita skizofrenia dibandingkan dengan kontrol, dan memiliki
insiden kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik (33:4
dalam suatu studi).
b. Gejala klinis
Pasien dengan gangguan kepribadian schizotypal menunjukkan
terganggunya proses berpikir dan berkomunikasi. Meskipun gangguan
pikiran jelas tidak ada, kemampuan berbicara mereka mungkin khas
atau aneh, mungkin memiliki arti hanya untuk mereka, dan sering
perlu interpretasi. Seperti dengan pasien dengan skizofrenia, orang-
orang dengan gangguan kepribadian schizotypal mungkin tidak tahu
perasaan mereka sendiri dan namun peka atau sensitif, dan sadar,
mengenai perasaan orang lain, terutama dampak negatif seperti
kemarahan.
43
psikotik, tetapi ini biasanya singkat. Pasien dengan kasus yang parah
dari gangguan mungkin menunjukkan anhedonia dan depresi berat.
c. Diagnosis
Gangguan kepribadian skizotipal didiagnosa berdasarkan
keganjilan/keanehan pada cara berpikir, perilaku, dan penampilan
pasien. Dalam mengali informasi mungkin ditemukan kesulitan karena
cara komunikasi pasien yang tidak biasa.
44
i) Kecemasan sosial berlebihan yang tidak dapat dikurangi
dengan keakraban dan cenderung berhubungan dengan
ketakutan paranoid dibadingkan penilaian negatif tentang diri
sendiri
2) Tidak berlangusng selama perjalanan gangguan skizofrenia,
gangguan mood dengan ciri psikotik, gangguan psikotik lainnya,
atau gangguan perkembangan pervasif.
d. Diagnosis banding
Secara teoritis, orang dengan gangguan kepribadian skizotipal dapat
dibedakan dengan yang mengalami gangguan kepribadian skizoid dan
menghindar (cemas) dengan adanya keganjilan/keanehan dari perilaku,
cara berpikir, persepsi, dan komunikasi dan mungkin dengan riwayat
keluarga yang jelas adanya skizofrenia. Pasien dengan skizotipal
dibedakan dengan skizofrenia dengan tidak adanya psikosis. Apabila
gejala psikosis itu muncul, terjadinya singkat dan terfragmentasi.
Beberapa pasien memenuhi kriteria untuk gangguan kepribadian
skizotipal dan ambang. Pasien dengan gangguan kepribadian paranoid
memiliki karakteristik kecurigaan, tetapi tidak ada perilaku yang aneh
pada pasien dengan skizotipal.
45
f. Terapi
1) Psikoterapi
Prinsip tatalaksana gangguan kepribadian skizotipal tidak berbeda
dengan penanganan skizoid, tetapi dokter harus bertindak secara
sensitif dibanding sebelumnya. Pasien ini memiliki keganjilan pada
cara berpikir, dan beberapa berkaitan dengan pemujaan, praktik
keagamaan yang aneh, dan ilmu gaib. Terapis tidak boleh
mencemooh aktivitas terssebut dan menghakimi kepercayaan atau
akhtivitas tersebut.
2) Farmakoterapi
Medikasi anti-psikotik dapat berguna dalam menangani ideas od
reference, ilusi, dan gejala lain dan dapat digabungkan dengan
pskoterapi. Anti-depresan juga berguna ketika komponen depresif
dari kepribadian ditemukan
a. Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian antisosial adalah 3% pada pria dan
1% pada wanita. Hal ini paling umum ditemukan di daerah perkotaan
miskin dan antara penduduk yang sering berpindah-pindah. Timbulnya
gangguan adalah sebelum usia 15. Gadis biasanya memiliki gejala
sebelum pubertas, dan anak laki-laki bahkan lebih awal. Dalam
populasi penjara, prevalensi gangguan kepribadian antisosial dapat
setinggi 75%. Apabila terdapat riwayat anggota keluarga yang
menderita gangguan yang sama, gangguan ini lima kali lebih umum di
antara tingkat pertama kerabat laki-laki dengan gangguan dari
kelompok kontrol.
46
b. Gejala klinis
Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial seringkali dapat
tampak normal dan bahkan menawan dan manis. Riwayat mereka
mengungkapkan banyak bidang kehidupan berfungsi teratur.
Berbohong, pembolosan, lari dari rumah, pencurian, perkelahian,
penyalahgunaan zat, dan kegiatan ilegal adalah pengalaman khas yang
pasien laporkan sebagai awal di masa kecil. Pasien-pasien ini
seringkali terhadap dokter dengan jenis kelamin berlawanan
memberikan kesan kepribadian yang berwarna-warni dan bergairah,
tetapi terhadap dokter yang berjenis kelamin sama mungkin mereka
tampak manipulatif dan menuntut.
47
keadaan mabuk adalah kejadian umum dalam hidup mereka. Temuan
penting adalah kurangnya penyesalan atas tindakan ini, yaitu, mereka
tampak kurang memiliki hati nurani.
c. Diagnosis
Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial bisa menipu bahkan
dokter paling berpengalaman. Dalam sebuah wawancara, pasien dapat
tampak tenang dan dapat dipercaya, tetapi di balik itu (atau
menggunakan istilah Hervey Cleckley itu, topeng kewarasan)
mengintai ketegangan, permusuhan, mudah marah, dan kemarahan.
48
mempertahankan perilaku kerja yang konsisten atau
menghormati kewajiban keuangan
g) kurangnya penyesalan, seperti ditunjukkan dengan menjadi
acuh tak acuh terhadap atau rasionalisasi memiliki terluka,
dianiaya, atau dicuri dari yang lain
2) Individu setidaknya usia 18 tahun.
3) Ada bukti dari gangguan perilaku dengan onset sebelum usia 15
tahun.
4) Terjadinya perilaku antisosial tidak secara eksklusif selama
skizofrenia atau episode manik.
d. Diagnosis banding
Gangguan kepribadian antisosial dapat dibedakan dari perilaku ilegal
yang melibatkan banyak bidang kehidupan seseorang. Dorothy Lewis
menemukan bahwa banyak orang-orang ini memiliki gangguan
neurologis atau mental yang diabaikan atau tidak terdiagnosis. Lebih
sulit membandingkan gangguan kepribadian antisosial dari
penyalahgunaan zat. Ketika kedua penyalahgunaan zat dan perilaku
antisosial dimulai di masa kecil dan berlanjut ke kehidupan dewasa,
kedua gangguan harus didiagnosa.
49
Setelah gangguan kepribadian antisosial berkembang, berjalan tak
henti-hentinya, dengan tingginya perilaku antisosial biasanya terjadi
pada akhir masa remaja. Prognosis bervariasi. Beberapa laporan
menunjukkan bahwa gejala penurunan seiring bertambahnya usia.
Banyak pasien mengalami gangguan somatisasi dan keluhan fisik.
Gangguan depresif, gangguan penggunaan alkohol, dan
penyalahgunaan zat lainnya adalah umum terjadi.
f. Terapi
1) Psikoterapi
Jika pasien dengan gangguan kepribadian antisosial yang tidak
dapat bergerak (misalnya, ditempatkan di rumah sakit), mereka
sering menjadi setuju untuk psikoterapi. Ketika pasien merasa
bahwa mereka dikelilingi rekan-rekan, motivasi untuk berubah
menghilang. Mungkin karena alasan ini, kelompok untuk
membantu diri sendiri lebih berguna daripada penjara dalam
mengurangi gangguan tersebut.
2) Farmakoterapi
Farmakoterapi digunakan untuk menangani gejala-gejala seperti
kecemasan, kemarahan, dan depresi, namun karena pasien sering
menyalahgunakan zat, obat-obatan harus digunakan secara
bijaksana. Jika pasien menunjukkan bukti gangguan atensi atau
50
gangguan hiperaktif, psikostimulan seperti methylphenidate
(Ritalin) mungkin berguna. Upaya telah dilakukan untuk
mengubah metabolisme katekolamin dengan obat-obatan dan untuk
mengontrol perilaku impulsif dengan obat antiepilepsi, misalnya,
carbamazepine (Tegretol) atau valproate (Depakote), terutama jika
bentuk gelombang abnormal dicatat pada EEG. -adrenergic
reseptor antagonis telah digunakan untuk mengurangi agresi.
a. Gejala klinis
Orang dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil hampir
selalu tampak berada dalam keadaan krisis. Suasana hati yang mudah
berubah umum terjadi. Pasien dapat menjadi argumentatif pada satu
saat, depresi berikutnya, dan kemudian mengeluh tidak memiliki
perasaan. Perilaku pasien dengan gangguan kepribadian emosional
tidak stabil sangat tidak terduga, dan prestasi mereka jarang pada
tingkat kemampuan mereka. Sifat yang menyakitkan dari kehidupan
mereka tercermin dalam tindakan berulang merusak diri sendiri. Pasien
tersebut dapat memangkas pergelangan tangan mereka dan melakukan
mutilasi diri lainnya untuk memperoleh bantuan dari orang lain, untuk
mengekspresikan kemarahan, atau untuk menumpulkan dirinya untuk
menenggelamkan afek.
51
gejolak. Mereka dapat bergantung pada orang-orang dengan siapa
mereka dekat dan, jika merasa frustasi, bisa mengungkapkan
kemarahan besar terhadap teman intim mereka. Pasien dengan
gangguan kepribadian emosional tidak stabil tidak bisa mentolerir
sendirian, dan mereka lebih suka mencari persahabatan secara terburu-
buru, tidak peduli seberapa memuaskan, untuk menemani mereka.
Untuk meredakan kesepian, jika hanya untuk periode singkat, mereka
menerima orang asing sebagai teman. Mereka sering mengeluh tentang
perasaan kekosongan kronis dan kebosanan dan kurangnya rasa
konsisten identitas (difusi identitas), ketika ditekan, mereka sering
mengeluh tentang bagaimana mereka biasanya merasa depresi,
meskipun kesibukan lainnya mempengaruhi.
52
kelompok ke kelompok lain sering terjadi. Beberapa dokter
menggunakan konsep panphobia, pananxiety, panambivalence, dan
seksualitas kacau untuk menggambarkan karakteristik pasien.
b. Diagnosis
Menurut DSM-IV-TR, diagnosis gangguan kepribadian emosional
tidak stabil dapat dibuat awal masa dewasa ketika pasien menunjukkan
setidaknya lima kriteria yang tercantum pada kriteria diagnostik. Studi
biologi dapat membantu dalam diagnosis, beberapa pasien dengan
gangguan kepribadian emosional tidak stabil menunjukkan
memendeknya latensi REM dan gangguan tidur kontinuitas, hasil DST
yang abnormal, dan hasil hormon yang abnormal thyrotropin-releasing
test. Perubahan tersebut juga terlihat pada beberapa pasien dengan
gangguan depresi.
53
6) Ketidakstabilan perasaan atau afek yang disebabkan oleh suasana
hati (misalnya, dysphoria episodik intens, lekas marah, atau
kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam dan jarang lebih
dari beberapa hari)
7) Perasaan kosong yang kronis
8) Kemarahan yang tidak pantas, intens atau kesulitan mengendalikan
marah (misalnya, menampilkan sering marah, kemarahan yang
konstan, perkelahian fisik berulang)
9) Pemikiran paranoid yang berkaitan dengan stres berlangsung
singkat gejala disosiatif yang parah
c. Diagnosis banding
Gangguan ini dibedakan dari skizofrenia berdasarkan bahwa pasien
dengan kepribadian emosional tidak stabil tidak memiliki episode
psikotik yang berkepanjangan, gangguan berpikir, dan tanda-tanda
skizofrenia klasik. Pasien dengan gangguan kepribadian schizotypal
menunjukkan keanehan ditandai berpikir, pikiran aneh, dan ideas of
references. Mereka dengan gangguan kepribadian paranoid ditandai
oleh kecurigaan yang ekstrem. Pasien dengan gangguan kepribadian
emosional tidak stabil pada umumnya memiliki perasaan kekosongan
kronis dan episode psikotik singkat; mereka bertindak impulsif dan
menuntut hubungan yang luar biasa, mereka mungkin memutilasi diri
mereka sendiri dan membuat usaha bunuh diri manipulatif.
54
e. Terapi
1) Psikoterapi
Psikoterapi untuk pasien dengan gangguan kepribadian emosional
tidak stabil adalah penyelidikan intensif dan telah menjadi terapi
pilihan. Untuk hasil terbaik, farmakoterapi telah ditambahkan ke
rejimen pengobatan. Psikoterapi sulit bagi pasien dan terapis.
Pasien regresi dengan mudah, bertindak impuls, dan menunjukkan
transferences negatif atau positif labil atau tetap, yang sulit untuk
dianalisis. Identifikasi proyektif juga dapat menyebabkan masalah
kontra-transferensi ketika terapis tidak menyadari bahwa pasien
secara tidak sadar mencoba untuk memaksa mereka untuk
bertindak perilaku tertentu.
55
merugikan rehabilitasi pasien karena konflik dalam keluarga atau
tekanan lain.
56
a. Epidemiologi
Menurut DSM-IV-TR, data terbatas dari studi populasi umum
menunjukkan prevalensi gangguan kepribadian histerik sekitar 2-3%.
Sekitar 10-15 % telah dilaporkan di rawat inap dan rawat jalan pusat
kesehatan mental saat penilaian terstruktur digunakan. Kelainan ini
didiagnosis lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria. Beberapa
studi telah menemukan hubungan dengan gangguan somatisasi dan
gangguan penggunaan alkohol.
b. Gejala klinis
Orang dengan gangguan kepribadian histerik menunjukkan tingkat
tinggi perilaku mencari perhatian. Mereka cenderung melebih-lebihkan
pikiran dan perasaan mereka dan membuat segalanya terdengar lebih
penting daripada yang sebenarnya. Mereka menampilkan amarah, air
mata, dan tuduhan ketika mereka tidak menjadi pusat perhatian atau
tidak menerima pujian atau persetujuan.
57
menyadari perasaan mereka yang sebenarnya dan tidak dapat
menjelaskan motivasi mereka. Di bawah stres, uji realitas dengan
mudah menjadi terganggu.
c. Diagnosis
Dalam wawancara, pasien dengan gangguan kepribadian histrionik
umumnya kooperatif dan ingin memberikan sejarah rinci. Isyarat dan
tanda baca yang dramatis dalam pembicaraan mereka adalah umum.
Tampilan afektif adalah umum, namun, saat ditekan untuk mengakui
perasaan-perasaan tertentu (misalnya, kemarahan, kesedihan, dan
keinginan seksual), mereka mungkin merespon dengan kejutan,
kemarahan, atau penolakan. Hasil pemeriksaan kognitif biasanya
normal, meskipun kurangnya ketekunan dapat ditampilkan pada
aritmatika atau tugas konsentrasi.
58
d. Diagnosis banding
Membedakan antara gangguan kepribadian histrionik dan gangguan
kepribadian emosional tidak stabil sulit, tetapi dalam gangguan
kepribadian emosional tidak stabil, mencoba bunuh diri, difusi
identitas, dan episode psikotik singkat lebih mungkin.
f. Terapi
1) Psikoterapi
Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak
menyadari perasaan mereka sendiri yang nyata; klarifikasi dari
perasaan batin mereka adalah proses terapeutik penting.
Psikoterapi dengan orientasi psikoanalitik, baik kelompok atau
individu, mungkin adalah pilihan perawatan untuk gangguan
kepribadian histerik.
2) Farmakoterapi
Farmakoterapi dapat adjunctive bila gejala ditargetkan (misalnya,
penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan somatik, agen
59
anti ansietas untuk kegelisahan, dan antipsikotik untuk derealisasi
dan ilusi).
a. Epidemiologi
Menurut DSM-IV-TR, perkiraan prevalensi gangguan kepribadian
narsistik berkisar 2-16 % dalam populasi klinis dan kurang dari 1 % di
populasi umum. Orang dengan gangguan dapat memberikan rasa yang
tidak realistis tentang kemahakuasaan, kemegahan, keindahan, dan
bakat untuk anak-anak mereka, dengan demikian, keturunan dari orang
tua tersebut mungkin memiliki resiko lebih tinggi daripada biasanya
untuk mengembangkan gangguan itu sendiri. Jumlah kasus gangguan
kepribadian narsistik yang dilaporkan terus meningkat.
b. Diagnosis
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian narsistik berdasarkan DSM-
IV:
Sebuah pola bersifat pervasif tentang kebesaran (dalam khayalan atau
perilaku), membutuhkan kekaguman, dan kurangnya empati, dimulai
dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti
yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) sebagai berikut:
1) secara berlebih merasa dirinya sangat penting (misalnya, melebih-
lebihkan prestasi dan bakat, mengharapkan untuk diakui sebagai
yang unggul tanpa prestasi sepadan)
2) sibuk dengan fantasi kesuksesan tak terbatas, kekuasaan,
kecerdasan, kecantikan, atau kekasih ideal
60
3) percaya bahwa ia adalah istimewa dan unik dan hanya dapat
dipahami oleh, atau harus bergaul dengan orang-orang khusus atau
tinggi status lainnya (atau lembaga)
4) membutuhkan pemujaan berlebihan
5) merasa dirinya mempunyai hak istimewa (contoh menuntut agar
mendapat perlakuan khusus, atau orang lain harus menurut
kehendaknya)
6) tidak memiliki empati: tidak bersedia untuk mengenali atau
mengidentifikasi dengan perasaan dan kebutuhan orang lain
7) sering iri kepada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri
kepadanya
8) bersikap sombong
c. Gejala klinis
Orang dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki rasa megah
diri penting, mereka menganggap diri mereka spesial dan
mengharapkan perlakuan khusus. Rasa memiliki hak istimewa
mencolok. Mereka tidak dapat menerima kritikan dan mungkin
menjadi marah ketika seseorang berani mengkritik mereka, atau
mereka mungkin tampak sama sekali tidak peduli terhadap kritik.
Orang dengan gangguan ini ingin cara mereka sendiri dan sering
ambisius untuk mencapai ketenaran dan keberuntungan.
Hubungan mereka yang rapuh, dan mereka dapat membuat orang lain
marah dengan penolakan mereka untuk mematuhi aturan-aturan
konvensional perilaku. Mereka tidak dapat menunjukkan empati, dan
mereka berpura-pura simpati hanya untuk mencapai tujuan egois
mereka sendiri. Karena harga diri mereka rapuh, mereka rentan
terhadap depresi. Kesulitan interpersonal, masalah pekerjaan,
penolakan, dan kehilangan adalah hasil dari perilaku narsistik mereka.
61
d. Diagnosis banding
Gangguan kepribadian emosional tidak stabil, gangguan kepribadian
histrionik, dan antisosial sering menyertai gangguan kepribadian
narsistik, sehingga diagnosis diferensial sulit. Pasien dengan gangguan
kepribadian narsistik memiliki kecemasan kurang dari mereka dengan
gangguan kepribadian emosional tidak stabil; kehidupan mereka
cenderung kurang kacau, dan mereka cenderung untuk mencoba bunuh
diri. Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial memiliki riwayat
perilaku impulsif, sering dikaitkan dengan alkohol atau
penyalahgunaan zat lainnya, yang sering membuat mereka menjadi
bermasalah dengan hukum. Pasien dengan gangguan kepribadian
histrionik menunjukkan fitur eksibisionisme dan manipulatif
interpersonal yang mirip dengan pasien dengan gangguan kepribadian
narsisistik.
f. Terapi
1) Psikoterapi
Karena pasien harus meninggalkan narsisme mereka untuk
membuat kemajuan, pengobatan gangguan kepribadian narsisistik
adalah sulit. Psikiater seperti Kernberg dan Heinz Kohut
menganjurkan menggunakan pendekatan psikoanalitik untuk efek
berubah, tetapi banyak penelitian diperlukan untuk membuktikan
diagnosis dan untuk menentukan pengobatan terbaik. Beberapa
62
dokter menganjurkan terapi kelompok bagi pasien mereka
sehingga mereka dapat belajar bagaimana berbagi dengan orang
lain dan, dalam keadaan yang ideal, dapat mengembangkan respon
empatik kepada orang lain.
2) Farmakoterapi
Lithium (Eskalith) telah digunakan dengan pasien yang gambaran
klinis mencakup perubahan suasana hati. Karena pasien dengan
gangguan kepribadian narsistik mentoleransi penolakan secara
buruk dan rentan terhadap depresi, antidepresan, obat-obatan
terutama serotonergik, juga dapat digunakan.
a. Epidemiologi
Gangguan kepribadian menghindar adalah umum. Prevalensi
gangguan adalah 1 sampai 10 % dari populasi umum. Tidak ada
informasi mengenai rasio berdasarkan gender atau pola keluarga. Bayi
diklasifikasikan sebagai memiliki temperamen pemalu mungkin lebih
rentan terhadap gangguan dibandingkan mereka yang mendapat skor
tinggi pada skala pendekatan aktivitas.
b. Gejala klinis
Hipersensitif terhadap penolakan oleh orang lain adalah fitur klinis
utama dari gangguan kepribadian menghindar, dan sifat kepribadian
yang utama pasien adalah timidity. Orang-orang keinginan kehangatan
dan keamanan persahabatan manusia, tetapi membenarkan mereka
menghindari hubungan karena takut diduga mereka penolakan. Ketika
63
berbicara dengan seseorang, mereka mengungkapkan ketidakpastian,
menunjukkan kurangnya kepercayaan diri, dan dapat berbicara dengan
cara merendahkan diri. Karena mereka waspada tentang penolakan,
mereka takut untuk berbicara di depan umum atau untuk membuat
permintaan orang lain. Mereka cenderung salah menafsirkan komentar
orang lain 'sebagai merendahkan atau mengejek. Penolakan dari
permintaan apapun membuat mereka menarik diri dari orang lain dan
merasa terluka.
c. Diagnosis
Dalam wawancara klinis, aspek pasien yang paling mencolok adalah
kecemasan tentang berbicara dengan seorang pewawancara. Cara
mereka gugup dan tegang muncul pasang surut dengan persepsi
mereka apakah pewawancara menyukai mereka. Mereka tampaknya
rentan terhadap komentar pewawancara dan saran dan mungkin
menganggap klarifikasi atau interpretasi sebagai kritik.
64
1) menghindari kegiatan kerja yang melibatkan kontak interpersonal
yang signifikan, karena takut kritik, ketidaksetujuan, atau
penolakan
2) tidak mau untuk terlibat dengan orang-orang kecuali merasa yakin
disukai
3) menunjukkan pengendalian diri dalam hubungan intim karena
takut dipermalukan atau ditertawakan
4) Khawatir bila dikritik atau ditolak dalam situasi sosial
5) terhambat dalam interaksi antarpribadi baru karena perasaan tidak
mampu
6) Memandang diri sendiri sebagai tidak layak secara sosial, secara
pribadi tidak menarik, atau lebih rendah daripada orang lain
7) enggan untuk mengambil risiko pribadi atau untuk terlibat dalam
kegiatan yang baru karena mereka mungkin terbukti memalukan
d. Diagnosis banding
Pasien dengan gangguan kepribadian menghindar keinginan interaksi
sosial, tidak seperti pasien dengan gangguan kepribadian skizofrenia,
yang ingin sendirian. Pasien dengan gangguan kepribadian menghindar
tidak seperti menuntut, marah, atau tidak terduga seperti yang dengan
gangguan kepribadian emosional tidak stabil dan histrionik. Gangguan
kepribadian menghindar dan gangguan kepribadian dependen serupa.
Pasien dengan gangguan kepribadian dependen yang dianggap lebih
takut ditinggalkan atau dicintai dibandingkan dengan gangguan
kepribadian menghindar, tetapi gambaran klinis tidak dapat dibedakan.
65
Penghindaran fobia adalah umum, dan pasien dengan gangguan dapat
memberikan sejarah fobia sosial atau fobia sosial dikenakan dalam
perjalanan penyakit mereka.
f. Terapi
1) Psikoterapi
Pengobatan psikoterapi tergantung pada memperkuat aliansi
dengan pasien. Sebagai kepercayaan berkembang, terapis harus
menyampaikan sikap menerima terhadap ketakutan pasien,
terutama takut ditolak. Terapis akhirnya mendorong pasien untuk
pindah ke dunia untuk mengambil apa yang dianggap sebagai
risiko besar penghinaan, penolakan, dan kegagalan. Tetapi terapis
harus berhati-hati ketika memberikan tugas untuk latihan
keterampilan sosial baru di luar terapi; kegagalan dapat
memperkuat pasien sudah miskin harga diri. Terapi kelompok
dapat membantu pasien memahami bagaimana kepekaan mereka
terhadap penolakan mempengaruhi mereka dan lain-lain. Pelatihan
ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan
pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka
dan untuk memperbesar harga diri mereka.
2) Farmakoterapi
Farmakoterapi telah digunakan untuk mengelola kecemasan dan
depresi ketika mereka berhubungan dengan gangguan tersebut.
Beberapa pasien yang dibantu oleh -adrenergik reseptor
antagonis, seperti atenolol (Tenormin), untuk mengelola
hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi pada
pasien dengan gangguan kepribadian menghindar, terutama ketika
mereka mendekati situasi takut. Agen serotonergik dapat
membantu sensitivitas penolakan. Secara teoritis, obat
dopaminergik bisa menimbulkan hal-hal baru-mencari perilaku
66
pada pasien, namun pasien harus secara psikologis siap untuk
setiap pengalaman baru yang mungkin timbul.
a. Epidemiologi
Gangguan kepribadian dependen lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pada pria. Satu studi didiagnosis 2,5% dari semua
gangguan kepribadian jatuh ke dalam kategori ini. Hal ini lebih umum
pada anak-anak daripada yang lebih tua. Orang dengan penyakit fisik
kronis di masa kecil mungkin paling rentan terhadap gangguan ini.
b. Gejala klinis
Gangguan kepribadian dependen ditandai oleh pola perilaku meresap
tergantung dan tunduk. Orang dengan gangguan tersebut tidak dapat
membuat keputusan tanpa saran dan kepastian dari orang lain dengan
jumlah berlebihan. Mereka menghindari posisi tanggung jawab dan
menjadi cemas jika diminta untuk mengambil peran kepemimpinan.
Mereka lebih suka untuk tunduk. Ketika mereka sendiri, mereka
merasa sulit untuk bertahan pada tugas-tugas, tetapi mungkin merasa
mudah untuk melakukan tugas-tugas untuk orang lain.
67
psikotik bersama), salah satu anggota pasangan biasanya mengalami
gangguan kepribadian dependen; pasangan yang taat mengambil
sistem delusi dari mitra, lebih agresif tegas pada siapa dia bergantung.
c. Diagnosis
Dalam wawancara, pasien tampak penurut. Mereka mencoba untuk
bekerja sama, menyambut pertanyaan spesifik, dan mencari
bimbingan. Kriteria diagnostik gangguan kepribadian dependen
berdasarkan DSM-IV:
68
6) merasa tidak nyaman atau tak berdaya ketika sendirian karena
takut yang berlebihan tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri
7) segera mencari hubungan lain sebagai sumber perawatan dan
dukungan ketika hubungan dekat berakhir
8) preokupasi yang tidak realistis dengan kekhawatiran ditinggal
untuk mengurus dirinya sendiri
d. Diagnosis banding
Sifat-sifat ketergantungan ditemukan dalam gangguan kejiwaan
banyak, sehingga diagnosis diferensial sulit. Ketergantungan
merupakan faktor yang menonjol pada pasien dengan gangguan
kepribadian histrionik dan emosional tidak stabil, tetapi mereka
dengan gangguan kepribadian dependen biasanya memiliki hubungan
jangka panjang dengan satu orang, bukan serangkaian orang pada siapa
mereka bergantung, dan mereka tidak cenderung terang-terangan
manipulatif. Pasien dengan gangguan kepribadian skizofrenia dan
schizotypal dapat dibedakan dari orang-orang dengan gangguan
kepribadian menghindar. Perilaku dependen dapat terjadi pada pasien
dengan agoraphobia, tapi pasien ini cenderung memiliki tingkat
kecemasan tinggi terang-terangan atau bahkan panik.
69
f. Terapi
1) Psikoterapi
Pengobatan gangguan kepribadian dependen sering berhasil.
Terapi berdasarkan tilikan memungkinkan pasien untuk memahami
anteseden perilaku mereka, dan dengan dukungan dari terapis,
pasien dapat menjadi lebih mandiri, tegas, dan mandiri. Terapi
perilaku, pelatihan ketegasan, terapi keluarga, dan terapi kelompok
semuanya telah digunakan, dengan hasil yang sukses dalam banyak
kasus. Sebuah kesulitan mungkin timbul dalam pengobatan ketika
terapis mendorong pasien untuk mengubah dinamika hubungan
patologis (misalnya, mendukung istri disiksa secara fisik dalam
mencari bantuan dari polisi). Pada titik ini, pasien mungkin
menjadi cemas dan tidak mampu bekerja sama dalam terapi,
mereka mungkin merasa terpecah antara sesuai dengan terapis dan
kehilangan hubungan eksternal patologis. Terapis harus
menunjukkan rasa hormat besar bagi perasaan dependen pasien,
tidak peduli seberapa patologis perasaan ini mungkin tampak.
2) Farmakoterapi
Farmakoterapi telah digunakan untuk menangani gejala-gejala
spesifik, seperti kecemasan dan depresi, yang merupakan fitur yang
berhubungan umum dari gangguan kepribadian dependen. Pasien
yang mengalami serangan panik atau yang memiliki tingkat
kecemasan perpisahan dapat dibantu dengan imipramine
(Tofranil). Benzodiazepin dan agen serotonergik juga telah
berguna. Jika depresi pasien atau gejala penarikan menanggapi
psikostimulan, mereka dapat digunakan.
70
keterbukaan, efisiensi, bersifat pervasif, awitan sejak dewasa muda nyata
dalam berbagai konteks.
a. Epidemiologi
Prevalensi obsesif-kompulsif gangguan kepribadian tidak diketahui.
Hal ini lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita dan
didiagnosis paling sering pada anak tertua. Gangguan juga terjadi lebih
sering pada tingkat pertama keluarga biologis dari orang-orang dengan
gangguan daripada populasi umum. Pasien sering memiliki latar
belakang disiplin yang keras.
b. Gejala klinis
Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif kepribadian disibukkan
dengan aturan, peraturan, ketertiban, kerapian, rincian, dan pencapaian
kesempurnaan. Mereka bersikeras bahwa aturan harus diikuti secara
kaku dan tidak bisa mentolerir apa yang mereka anggap pelanggaran.
Oleh karena itu, mereka kekurangan fleksibilitas dan tidak toleran.
Mereka mampu bekerja lama, asalkan rutin dan tidak memerlukan
perubahan yang mereka tidak dapat beradaptasi.
71
mereka dirasakan dapat memicu kecemasan yang dinyatakan terikat
dalam ritual yang mereka paksakan pada kehidupan mereka dan
mencoba untuk memaksakannya pada orang lain.
c. Diagnosis
Dalam wawancara, pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-
kompulsif mungkin memiliki sikap kaku. Afek mereka tidak tumpul
atau datar, tetapi dapat digambarkan sebagai yang terbatas. Mereka
kekurangan spontanitas, dan suasana hati mereka biasanya serius.
Pasien tersebut mungkin cemas tentang tidak terkendali dalam
wawancara. Jawaban mereka untuk pertanyaan luar biasa rinci.
Mekanisme pertahanan yang mereka gunakan adalah rasionalisasi,
isolasi, intelektualisasi, pembentukan reaksi, dan kehancuran. Kriteria
diagnostik untuk gangguan kepribadian obsesif-kompulsif :
72
6) enggan untuk mendelegasikan tugas atau bekerja dengan orang lain
kecuali mereka tunduk dengan tepatnya atau cara dia melakukan
sesuatu
7) mengadopsi gaya belanja kikir baik terhadap diri dan orang lain,
uang dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun bagi bencana
di masa depan
8) menunjukkan kekakuan dan keras kepala
d. Diagnosis banding
Ketika obsesi berulang atau dorongan yang hadir, obsesif-kompulsif
harus dicatat pada Axis I. Mungkin perbedaan yang paling sulit adalah
antara pasien rawat jalan dengan beberapa sifat obsesif-kompulsif dan
mereka dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif. Diagnosis
gangguan kepribadian diperuntukkan bagi mereka dengan gangguan
signifikan dalam efektivitas mereka pekerjaan atau sosial. Dalam
beberapa kasus, gangguan delusi berdampingan dengan gangguan
kepribadian dan harus dicatat.
73
kehidupan pribadi mereka mungkin tetap tidak bertumbuh. Gangguan
depresi, terutama onset terlambat, umum terjadi.
f. Terapi
1) Psikoterapi
Berbeda pasien dengan gangguan kepribadian lainnya, orang-orang
dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif sering menyadari
penderitaan mereka, dan mereka mencari pengobatan sendiri.
Pengobatan sering berlangsung panjang dan rumit. Terapi
kelompok dan terapi perilaku kadang-kadang menawarkan
keuntungan tertentu. Dalam kedua konteks, mudah untuk
menginterupsi pasien di tengah-tengah interaksi atau penjelasan
maladaptif mereka. Mencegah penyelesaian perilaku kebiasaan
mereka menimbulkan kecemasan pasien dan membuat mereka
rentan terhadap strategi belajar mengatasi yang baru. Pasien juga
dapat menerima hadiah langsung untuk perubahan dalam terapi
kelompok, sesuatu yang kurang sering mungkin dalam psikoterapi
individu.
2) Farmakoterapi
Clonazepam (Klonopin), benzodiazepin dengan penggunaan
antikonvulsan, telah mengurangi gejala pada pasien dengan
obsesif-kompulsif berat. Clomipramine (Anafranil) dan agen
serotonergik seperti fluoxetine, biasanya pada dosis 60 sampai 80
mg sehari, mungkin berguna jika tanda dan gejala obsesif-
kompulsif muncul. Nefazodone (Serzone) mungkin mendapat
manfaat beberapa pasien.
74
agresif dan gangguan kepribadian depresif sekarang terdaftar sebagai
contoh dari gangguan kepribadian tidak ditentukan. Sebuah spektrum
sempit perilaku atau sikap tertentu "seperti oppositionalism, sadisme, atau
masochism" juga dapat diklasifikasikan dalam kategori ini. Seorang pasien
dengan fitur lebih dari satu gangguan kepribadian tetapi tanpa kriteria
lengkap dari setiap gangguan yang dapat diberikan klasifikasi ini.
75
2) Tidak terjadi secara eksklusif selama episode depresi dan tidak
lebih baik dicatat oleh gangguan dysthymic.
76
percaya bahwa sadis menangkal kecemasan kastrasi dan mampu untuk
mencapai kenikmatan seksual hanya ketika mereka bisa lakukan untuk
orang lain apa yang mereka takuti akan dilakukan untuk mereka.
77
senjata, cedera, atau penyiksaan. Untuk dimasukkan dalam kategori
ini, orang tersebut tidak dapat semata-mata didorong oleh keinginan
untuk mendapatkan rangsangan seksual dari perilaku mereka, jika
mereka begitu termotivasi, paraphilia dari sadisme seksual harus
didiagnosis.
78
BAB III
KESIMPULAN
79
DAFTAR PUSTAKA
80