Anda di halaman 1dari 80

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang manusia dalam menjalani kehidupannya sejak kecil, remaja, dewasa


hingga lanjut usia memiliki kecendrungan yang relatif serupa dalam
mengahadapi suatu masalah. Apabila diperhatikan, cara atau metode
penyelesaian yang dilakukan seseorang memiliki pola tertentu dan dapat
digunakan sebagai ciri atau tanda untuk mengenal orang tersebut. Hal ini
dikenal sebagai karakter atau kepribadian kepribadian sendiri dapat
didefinisikan sebagai totalitas dari ciri perilaku atau emosi yang merupakan
karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari hari yang biasanya
bersifat stabil dan dapat diramalkan.

Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis


penyakit mental di manacara berpikir, memahami situasi, dan
berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi. Gangguan kepribadian
merupakan penyakit yang cukup sering terjadi dan bersifat kronis. Prevalensi
kasusnya diperkirakan antara 10-20% dari populasi umum, dan durasinya
bervariasi dalam beberapa dekade terakhir. Hampir setengah dari pasien
psikiatri juga memiliki gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian juga
menjadi predisposisi dari gangguan psikiatri lainnya (misalnya penggunaan
NAPZA, bunuh diri, gangguan afek, gangguan pengendalian impuls,
gangguan makan, dan ansietas) yang mana berhubungan dengan hasil terapi
sindrom-sindrom aksis I dan meningkatkan kapasitas personal, morbiditas,
dan mortalitas pasien ini.

Gangguan kepribadian berbeda dari perubahan kepribadian dalam waktu dan


cara terjadinya. Gangguan kepribadian adalah suatu perkembangan yang
muncul waktu masa kanak kanak atau remaja dan berlanjut sampai dewasa.
Gangguan kepribadian bukan keadaan sekunder dari gangguan jiwa lainnya
atau penyakit otak meskipun dapat didahului atau timbul bersamaan gangguan
lain. Sebaliknya, perubahan kepribadian adalah suatu proses yang didapat,
biasanya pada usia dewasa, setelah stress berat atau berkepanjangan, deprivasi
lingkungan yang ekstrem, gangguan jiwa yang parah atau penyakit/trauma
otak. Hal ini yang melatar belakangi penulis dalam menuyusun mengenai
gangguan kepribadian.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan
karakter atau ciri seorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi yang
biasa. Kepribadian bersifat stabil dan dapat diramalkan.

Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel


dan maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna atau penderitaan
subjektif. Orang dengan gangguan kepribadian menunjukkan pola relasi dan
persepsi terhadap lingkungan dan diri sendiri yang bersifat berakar mendalam
tidak fleksibel serta bersifat maladaptif.

Sesuai Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV)


yang telah direvisi, gangguan kepribadian (personality disorders)
didefinisikan sebagai pengalaman subjektif dan sikap yang menetap, yang
menyimpang dari standar kebudayaan, bersifat pervasif, dengan onset remaja
atau dewasa muda, yang stabil seiring dengan waktu, dan menyebabkan
ketidakbahagiaan dan gangguan.

B. Coping Mechanism

Mekanisme koping adalah berbagai usaha yang dilakukan individu untuk


menanggulangi stress yang dihadapinya (Stuart, 2005). Menurut Keliat (1999)
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi
yang mengancam. Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi
menjadi 3 (Stuart dan Laraia, 2005) yaitu :

3
1. Koping yang berpusat pada masalah (Problem Focused Coping
Mechanisms).

Mekanisme koping berpusat pada masalah diarahkan untuk mengurangi


tuntutan - tuntutan situasi yang menimbulkan stress atau
mengembangkan sumber daya untuk mengatasinya. Hal-hal yang
berhubungan dengan mekanisme koping yang berpusat pada masalah
adalah :
a) Koping konfrontasi (Confrontative Coping)
Menggambarkan usaha-usaha untuk mengubah keadaan atau masalah
secara agresif, juga menggambarkan tingkat kemarahan serta
pengambilan resiko.
b) Isolasi
Individu berusaha menarik diri dari lingkungan atau tidak mau tahu
masalah yang dihadapi.
c) Kompromi
Menggambarkan usaha untuk mengubah keadaan secara hati - hati,
meminta bantuan dan kerjasama dengan keluarga dan teman kerja
atau mengurangi keinginannya lalu memilih jalan tengah.

2. Koping yang berpusat pada kognitif (Cognitively Focused Coping


Mechanisms).

Dimana seseorang berusaha untuk mengontrol masalah dan


menyelesaikannya. Contohnya termasuk perbandingan yang positif,
ketidaktahuan memilih, penggantian penghargaan, dan devaluasi dari
keinginan akan tujuan.

3. Koping yang berpusat pada emosi (Emotion Focused Coping


Mechanisms)

4
Koping ini mengarah pada usaha reduksi, pembatasan/menghilangkan
atau toleransi stress subjective (somatis, motori atau afektif) dari stress
emosional yang muncul karena adanya transaksi dengan lingkungan yang
menyulitkan. Jenis-jenis mekanisme koping yang berpusat pada emosi
adalah :
a) Denial
Menolak masalah dengan mengatakan hal tersebut tidak terjadi pada
dirinya.

b) Rasionalisasi
Menggunakan alasan yang dapat diterima oleh akal dan diterima
oleh orang lain untuk menutupi ketidakmampuan dirinya. Dengan
rasionalisasi kita tidak hanya dapat membenarkan apa yang kita
lakukan, tetapi juga merasa sudah selayaknya berbuat demikian
secara adil

c) Kompensasi,
menunjukkan tingkah laku untuk menutupi ketidakmampuan dengan
menonjolkan sifat yang baik, karena frustasi dalam suatu bidang
maka dicari kepuasan secara berlebihan dalam bidang lain.
Kompensasi timbul karena adanya perasaan kurang mampu.

d) Represi
Dengan melupakan masa-masa yang tidak menyenangkan dari
ingatannya dan hanya mengingat waktu-waktu yang menyenangkan

e) Sublimasi
Mengekspresikan atau menyalurkan perasaan, bakat atau
kemampuan dengan sikap positiff.

f) Identifikasi, yaitu meniru cara berfikir, ide dan tingkah laku orang
lain

5
g) Regresi
Sikap seseorang yang kembali ke masa lalu atau bersikap seperti
anak kecil

h) Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain atas kesulitannya sendiri


atau melampiaskan kesalahannya kepada orang lain.

i) Konversi, yaitu mentransfer reaksi psikologi ke gejala fisik

j) Displacement
Reaksi emosi terhadap seseorang kemudian diarahkan kepada orang
lain

C. Etiologi

1. Faktor Genetik
Bukti terbaik dari keterlibatan faktor genetik didapatkan dari penelitian
pada 1500 pasangan kembar di Amerika Serikat. Pada kembar monozigot
beberapa kali lipat dibandingkan kembar dizigot. Gangguan kepribadian
kluster A lebih sering pada kerabat biologis dari pasien skizofren
dibandingkan dengan kelompok krontrol. Gangguan kepribadian kluster B
jelas memiliki dasar genetis. Gangguan kepribadian antisosial
berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol, sedangakan depresi sering
menjadi latar belakang keluarga dengan gangguan kepribadian borderline.
Gangguan kepribadian pada kluster C juga memeiliki kecenderungan
genetis, misalnya obsesif-kompulsif lebih sering pada kembar monozigot
dibadingkan dizigot.

2. Faktor Biologis
a. Hormon
Pasien yang memperlihatkan gejala impulsif sering didapatkan juga
memeiliki kadar testosteron, 17-ekstradiol, dan estrone yang tinggi.
Pada primata yang bukan manusia, androgen meningkatkan

6
kemungkinan agresi dan perilaku seksual, namun peran testosteron
dalam agresi manusia masih belum jelas. Nilai DST abnormal terdapat
pada beberapa pasien gangguan kepribadian borderline yang juga
memiliki gejala depresi.

b. Platelet Monoamin Oksidase


Nilai platelet monoamine oxidase (MAO) yang rendah dikaitkan
dengan aktivitas dan sosiabilitas pada monyet. Mahasiswa dengan
trombosit MAO yang rendah dilaporkan menghabiskan lebih banyak
waktu dalam kegiatan sosial dari pada mahasiswa dengan trombosit
MAO yang tinggi. Trombosit MAO yang rendah juga terlihat pada
beberapa pasien dengan gangguan schizotypal .

c. Smooth pursuit eye movement


Gerakan ini terlihat pada kepribadian introvert, yang rendah diri (low
self-esteem), cenderung menarik diri, dan gangguan kepribadian
schizotypal. Temuan ini tidak diaplikasikan secara klinis, namun
menunjukkan adanya peran genetis.

d. Neurotransmitter
Endorfin memiliki efek yang sama dengan morfin eksogen, misalnya
sebagai analgesik dan menekan gairah. Kadar endorfin endogen yang
tinggi mungkin berhubungan dengan kepribadian phlegmatis.
Penelitian karakter kepribadian serta sistem dopaminergik dan
serotonergik menunjukkan fungsi aktivasi-gairah dari neurotransmitter
ini . Kadar Asam 5- Hidroksiindolasetat (5- HIAA), suatu metabolit
dari serotonin, rendah pada orang yang mencoba bunuh diri dan pada
pasien impulsif dan agresif.

Peningkatan kadar serotonin oleh agen serotonergik seperti fluoxetine


(Prozac) dapat menyebabkan perubahan dramatis dalam beberapa ciri
karakter kepribadian. Pada sebagian besar orang, serotonin menekan

7
depresi, impulsif, dan melamun, dan dapat memberikan rasa
kesejahteraan secara umum. Peningkatan konsentrasi dopamin pada
sistem saraf pusat, yang diakibatkan oleh psikostimulan tertentu
(misalnya, amfetamin) dapat memicu euforia. Efek neurotransmitter
pada ciri kepribadian menarik banyak minat dan kontroversi tentang
apakah ciri-ciri kepribadian dibawa sejak lahir atau diperoleh.

e. Elektrofisiologi
Perubahan konduktansi listrik pada electroencephalogram (EEG)
terjadi pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling
sering pada tipe antisosial dan borderline, perubahan ini muncul
sebagai aktivitas gelombang-lambat pada EEG.

3. Faktor Psikoanalisis
Sigmund Freud menunjukkan bahwa sifat-sifat kepribadian berhubungan
dengan fiksasi pada satu tahap perkembangan psikoseksual. Misalnya,
mereka dengan karakter oral pasif dan dependen karena mereka terpaku
pada tahap oral, ketika ketergantungan pada orang lain untuk makanan
adalah menonjol. Mereka dengan karakter anal keras kepala, pelit, dan
sangat teliti karena perebutan pelatihan toilet selama periode anal.

Wilhelm Reich kemudian menciptakan istilah character armor untuk


menggambarkan karakteristik gaya orang 'defensif untuk melindungi diri
dari impuls internal dan dari kecemasan interpersonal dalam hubungan
yang signifikan. Teori Reich memiliki pengaruh yang luas pada konsep-
konsep kontemporer gangguan kepribadian dan kepribadian. Misalnya,
prangko yang unik setiap manusia dari kepribadian dianggap sangat
ditentukan oleh karakteristiknya atau mekanisme pertahanan dirinya.

Setiap gangguan kepribadian dalam Axis II memiliki sekelompok


pertahanan yang membantu dokter psikodinamik mengenali jenis karakter
patologi yang ada. Orang dengan gangguan kepribadian paranoid,

8
misalnya, menggunakan proyeksi, sedangkan gangguan kepribadian
skizofrenia dikaitkan dengan penarikan. Ketika pertahanan bekerja secara
efektif, orang dengan gangguan kepribadian menguasai perasaan cemas,
depresi, marah, malu, bersalah, dan lainnya mempengaruhi. Mereka sering
melihat perilaku mereka sebagai ego-syntonic. Mereka juga mungkin
enggan untuk terlibat dalam proses pengobatan, karena pertahanan mereka
adalah penting dalam mengendalikan mempengaruhi menyenangkan,
mereka tidak tertarik untuk menyerahkan mereka.

Selain karakteristik pertahanan dalam gangguan kepribadian, fitur lain


yang penting adalah hubungan-hubungan objek internal. Selama
pengembangan, pola-pola tertentu dari diri dalam kaitannya dengan orang
lain diinternalisasikan. Melalui introyeksi, anak-anak menginternalisasi
orang tua atau orang lain yang signifikan sebagai kehadiran internal yang
terus merasa seperti obyek bukan suatu diri. Melalui identifikasi, anak-
anak menginternalisasi orang tua dan orang lain sedemikian rupa sehingga
sifat-sifat dari objek eksternal dimasukkan ke dalam diri dan anak
memiliki ciri-ciri. Representasi diri secara internal dan representasi objek
sangat penting dalam mengembangkan kepribadian dan, melalui
eksternalisasi dan identifikasi proyektif, yang dimainkan di skenario
antarpribadi di mana orang lain yang dipaksa memainkan peran dalam
kehidupan internal seseorang. Oleh karena itu, orang dengan gangguan
kepribadian juga diidentifikasi oleh pola tertentu keterkaitan interpersonal
yang berasal dari pola-pola hubungan internal objek.

D. Penatalaksanaan

Penatalaksaan gangguan kepribadian biasanya sulit, karena bersifat pervasif,


egosintonik, awitannya sejak dewasa muda (diatas 17 tahun) seringkali
individu bangga dengan ciri kepribadiannya. Jenis terapi gangguan
kepribadian yaitu:

9
Psikoterapi
Prinsipnya:
1. Menyadarkan pasien bahwa dampak dari gangguan kepribadiannya
menyebabkan disfungsi diri, hubungan interpersonal dan soasial, jadi
bukan dengan cara menghakimi atau menyalahkan pasien.
2. Membantu agar sifat egosintoniknya menjadi egodistonik
Jenis psikko terapi: terapi kognitif, terapi keluarga

Psikofarmaka:
Diberikan bila individu datang dengan keluhan tertentu, dengan target
pengobatan menghilangkan gejala yang dialami pasien, misalnya depresi,
ansietas, dan lain-lain.

E. Klasifikasi Panduan Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa


(PPDGJ)

Berdasarkan hierarki pada Panduan Penggolongan dan Diagnosis Gangguan


Jiwa (PPDGJ) di Indonesia, gangguan kepribadian dapat dibedakan menjadi
gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi
otak (F07) dan gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa (F60-69)

F07. Gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan,


dan disfungsi otak
F07.0 Gangguan Kepribadian Organik
Pedoman diagnostik:
Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap menunjukkan
adanya penyakit, kerusakan, atau disfungsi otak
Disertai duan atau lebih, gambaran berikut
a. Penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk mempertahankan
aktivitas yang bertujuan (goal-directed activities), terutama yang
memakan waktu lebih lama ataubpenundaan kepuasan

10
b. Perubahan perilaku emosional, ditandai oleh labilitas emosional,
kegembiraan yang dangkal dan tak beralasan (euforia, kejenakaan yang
tidak sepadan), mudah beerubah menjadi iritabilitas atau cetusan
amarah dan agresi sejenak, pada beberapa keadaan apati dapat
merupakan gambaran yang menonjol
c. Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa mempertimbangkan
konsekuensi atau kelaziman sosial (pasien mungkin terlibat dalam
tindakan dissosial, seperti mencuri, bertindak melampaui batas
kesopanan seksual, atau makan secara lahap atau tidak sopan, kurang
memperhatikan kebersihan dirinya)
d. Gangguan proses berpikir, dalam bentuk curiga atau pikiran paranoid,
dan/atau preokupasi berlebihan pada satu tema yang biasanya abstrak
(seperti soal agama, benar dan salah)
e. Kecepatan dan arus pembicaraan berubah dengan nyata, dengan
gambaran seperti berputar-putar (circumtantiality), bicara banyak
(over-inclusiveness), alot (viscosity), dan hipergrafia
f. Perilaku seksual yang berubah (hiposeksualitas atau perubahan selera
seksualitas)

Diagnosis banding:
- Perubahan kepribadian yang berlangsung lama Setelah Mengalami
Katrastofa (F62.0), akibat penyakit psikiatrik (F62.1)
- Sindrom pasca-kontusio (F07.2)
- Sindrom pasca-ensefalitis (F07.1)
- Gangguan kepribadian khas

F07.1 Sindrom Pasca-ensefalitis


Sindrom ini mencakup perubahan perilaku sisa (residual) setelah
kesembuhan dari suatu ensefalitis virus atau bakterial
Gejalanya tidak khas dan berbeda dari satu orang ke orang lain, dari
satu penyebab infeksi ke penyebab infeksi lainnya, dan yang pasti
berkaitan dengan usia pasien saat terkena infeksi.

11
Sindrom ini terjadi sesudah trauma kepala (biasanya cukup hebat
sampai berakibat hilanya kesadaran) dan termasuk beberapa gejala
yang beragam seperti nyeri kepala, pusing (tidak seperti gambrana
vertigo yang asli), kelelahan, iritabilitas, susah berkonsenterasi dan
melakkan suatu tugas mental, hendaya daya ingat, insomnia,
menurunnya toleransi terhadap stress, gejolak emosial, atau terlibat
alkohol.

F07.8. Gangguan Kepribadian dan Perilaku Organik lain Akibat


Penyakit, Kerusakan dan Disfungsi Otak
Sindrom tertentu dan terduga dari perubahan kepribadian dan perilaku
akibat kerusakan, penyakit atau disfungsi otak diluar yang telah
dicantumkan pada F07.0-FF07.2, dan kondisi dengan taraf hendaya
fungsi kognitif ringan yang belum sampai demensia dengan gangguan
mental progesif seperti penyakit Alzheimer, Parkinson, dan
sebagainya.

F07.9 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Organik lain YTT


Akibat Penyakit, Kerusakan dan Disfungsi Otak

F60-69. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa


Kelompok ini mencakup berbagai kondisi klinis yang bermakna dan pola
perilaku yang cenderung menetap, dan merupakan ekspresi dari pola hidup
yang khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan dengan diri sendiri
ataupun orang lain. Beberapa dari kondisi dan pola perilaku tersebut
berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya
sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup,
sedangkan yang lainnya didapat (acquired) pada masa kehidupan
selanjutnya.

12
F60 Gangguan Kepribadian Khas
Gangguan kepribadian khas adalah suatu gangguan berat dalam konstitusi
karakteriologis dan kecenderungan perilaku dari seseorang, biasanya
meliputi beberapa bidang dari kepribadian dan hampir selalu berhubungan
dengan kesulitan pribadi dan sosial.

Pedoman Diagnostik
Kondisi yang tidak berkaitan langsung dengan kerusakan atau penyakit
otak berat (gross brain damaged or disease), atau gangguan jiwa lain
Memenuhi kriteria berikut ini:
a. Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasanya meliputi
beberapa bidang fungsi, misalnya afek, kesiagaan, pengendalian
impuls, cara memandang dan berpikir, serta gaya berhubungan
dengan orang lain
b. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan
tidak terbatas pada episode gangguan jiwa
c. Pola perilaku abnormalnya bersifat pervasif (mendalam) dan
maladaptif yang jelas terhadap berbagai keadaan pribadi dan sosial
luas
d. Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan
berlanjut sampau usia dewasa
e. Gangguan ini menyebabkan penderiataan pribadi (personal
distress) yang cukup berarti, tapi baru menjadi nyata setelah
perjalanan yang lanjut
f. Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berkaitan secara
bermakna dengan masalah-masalah dalam pekerjaan dan kinerja
sosial
Untuk budaya yang berbeda, mungin penting untuk mengambangkan
seprangkat kriteria khas yang berhubungan dengan norma sosial,
peraturan dan kewajiban

13
F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid
Pedoman Diagnostik:
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
a. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan
b. Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya
menolak untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau
masalah kecil
c. Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk
mendistorsikan pengalaman dengan menyalahartikan tindakan
orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap
permusuhan atau penghinaan
d. Perasaan bermusuhan tentang hak pribadi tanpa memperhatikan
situasi yang ada (actual situation)
e. Kecurigaan yang berulang tanpa dasar (justification), tentang
kesetiaan seksual dari pasangannya
f. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan,
yang bermsnifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke sendiri
(self referential attitude)
g. Preokupasi penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak
substantif dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien
sendiri maupun dunia pada umumnya
Untuk diagnosis dibutuhkan minimal tiga dari diatas

F60.1 Gangguan Kepribadian Skizoid

Pedoman Diagnosis
Gangguan kepribadian yang ememnuhi deskrpsi berikut:
a. Sedikit (bila ada) aktifitas yang memberikan kesenangan
b. Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli (deatachement)
c. Kurang mampu untuk mengespresikan kehangatan, kelembutan
atau kemarahan terhadap orang lain
d. Tampak nyata ketidakpedulian atau kecaman

14
e. Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan
orang lain (perhitungkan usia penderita)
f. Hampir selalu memilih aktifitas yang dilakukan sendiri
g. Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang ebrlebihan
h. Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab
(kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin
hubungan seperti itu
i. Sangat tidak sensitif dengan norma dan kebiasaan sosial yang
berlaku
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari diatas

F60.2 Gangguan Kepribadian Dissosial

Pedoman Diagnostik
Ganguuan kepribadian ini biasanya menjadi perhatian disebabkan
adanya perbedaan yang besar antara perilaku dan norma sosial yang
ada, dan ditandai oleh:
a. Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
b. Sikap yang amat tidak bertanggungjawab dan berlangsung terus
menerus (persistent), serta tidak peduli terhadap norma, peraturan,
dan kewajiban sosial
c. Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama,
meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya
d. Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah
untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan
e. Tidak mampu mengalami rasa dan menarik manfaat dari
pengalaman, khususnya dari hukuman
f. Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat
pasien konflik dengan masyarakat
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari diatas

15
F60.3 Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil

Pedoman Diagnostik
Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara
impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensinya bersamaan dengan
ketidakstabilan emosional
Dua varian yang khas adalah berkaitqn dengan impulsivitas dan
kekurangan pengendalian diri

F60.4 Gangguan Kepribadian Histrionik

Pedoman Diagnostik
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
a. Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self-dramatizisation), seperti
bersandiwara (theatricality), yang dibesar-besarkan (exaggerated)
b. Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan
c. Keadaan afektif yang dangkal atau labil
d. Terus menerus mencari kegairahan (excitement), penghargaan
(appreciation) dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi
pusat perhatian
e. Penampilan atau perilaku merangsang (seductive) yang tidak
memadai
f. Terlalu peduli dengan daya tarik fisik
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari diatas

F60.5 Gangguan Kepribadian Anankastik

Pedoman Diagnostik
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
a. Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan
b. Preokupasi dengan hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar,
urutan, organisasi, atau jadwal.

16
c. Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas
d. Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan keterikatan yang
tidak semestinya dengan produktivitas sampai mengabaikan
kepuasan dan hubungan interpersonal
e. Keterpakuan dan ketertarikan berlebihan pada kebiasaan sosial
f. Kaku dan keras kepala
g. Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis
caranya mengerjakan sesuatu, atau keengganan tak beralasan untuk
mengiizinkan orang lain mengerjakan sesuatu
h. Mencampuradukkan oikiran atau dorongan yang memaksa dan
yang enggan
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari diatas

F60.6 Gangguan Kepribadian Cemas (menghindar)


Pedoman Diagnostik
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
a. Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif
b. Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari
orang lain
c. Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam
situasi sosial
d. Keenganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yankin
akan disukai
e. Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik
f. Menghindari aktifitas sosial atau pekerjaan yang banyak
melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak
didukung atau ditolak
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari diatas

F60.7 Gangguan Kepribadian Dependen

Pedoman Diagnostik

17
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
a. Mendorong atau membiarkan orang untuk mengambil sebagian
besar keputusan untuk dirinya
b. Meletakkan kebutusan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada
siapa ia bergantung, dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap
keinginan mereka
c. Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada
oarang dimana tempat ia bergantung
d. Perasaan yang tidak enak atau tidak berdaya apabial sendirian,
karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan
mengurus diri sendiri
e. Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari
tanpa mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang
lain
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari diatas

F60.8 Gangguan Kepribadian Khas Lainnya


F60.9 Gangguan Kepribadian Kepribadiannya YTT

F61 Gangguan Kepribadian Campuran dan Lainnya


Kategori ini dimaksudkan untuk gangguan kepribadian dan kelainan-
kelainan yang seringkali menyulitkan tetapi tidak menunjukkan pola
gejala yang khas menjadi ciri-ciri dan gangguan F60.

F61.0 Gangguan Kepribadian Campuran


Dengan gambaran bebeberapa gangguan pada F60.- tetapi tanpa suatu
kumpulan gejala yang dominan yang memungkinkan suatu diagnosi
yang lebih khas

18
F61.1 Gangguan Kepribadian yang Bermasalah
Tidak dapat diklasifasikan pada F60.- atau F62.- dan dianggap sebagai
sekunder terhadap suatu diagnosis utama beruoa suatu gangguan
afektif atau ansietas yang ada bersamaan.

F62 Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama yang Tidak


Disebabkan oleh Kerusakan atau Penyakit Otak
Kelompok ini meliputi gangguan dari kepribadian dan perilaku dewasa
yang berkembang steelah mengalami katastrofik atau stress yang
sangat berkepanjangan, atau setelah mengalami gangguan jiwa yang
berat, pada penderita yang tanpa gangguan kepribadian sebelumnya
Diagnosis hanya dibuat apabila terbukti adanya perubahan yang jelas
dan berlangsung lama dari pola seseoarng dalam memandang,
berhubungan dengan, atau berpikir tentang lingkungandari dirinya
sendiri
Perubahan kepribadian ini berkaitan dengan perilaku yang menajdi
tidak luwes (infleksibel) dan maladaptif yang mengarah ke kegagalan
dalam fungsi interpersonal, sosial dan pekerjaan

F62.0 Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama Setelah


Mengalami Katastrofa

Pedoman Diagnostik
Perubahan kepribadian harus berlangsung lama dan bermanifestasi
dalam gambaran perilaku yang tidak luwes dan maladaptif nyang
menjurus pada disabilitas dalam hubungan interpersonal, sosial dan
pekerjaan. Perubahan kepribadin ini harus dipastikan dengan
keterangan dari orang-orang terdekat
Untuk mengakkan diagnosis, memantapkan adanya gambaran berikut
(tidak tampak sebelumnya) adalah esensial, misalnya:
a. Bersikap bermusuhan atau tidak percaya terhadap semua orang
b. Menarik diri dari kehidupan masyarakat

19
c. Persaan hampa atau putus asa
d. Perasaan terpojok (on edge) yang kronis, seperti terus menerus
merasa terancam
e. keterasingan
Perubahan kepribadian ini harus sudah berlangsung paling sedikit
selama dua tahun, dan tidak berkaitan dengan gangguan kepribadian
yang sebelumnya sudah ada atau dengan gangguan jiwa (kecuali
gangguan stress pasca-trauma, F34.1)
Harus disingkirkan kemungkinan adanya kerusakan atau penyakit otak
yang dapat memberikan gambaran klinis yang srupa
Termasuk: perubahan kepribadian setelah suatu pengalaman di kamp
konsenterasi, berada dalam sekapan berkepanjangan yang disertai
ancaman kemungkinan dibunuh, sperti menjadi korban terorisma atau
penyiksaan

F62.1 Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama Setelah


Menderita Gangguan Jiwa
Perubahan kepribadian yang disebakan oleh pengalaman traumatik
akibat menderita gangguan jiwa yang berat

Pedoman Diagnostik:
o Temuan diagnostik untuk jenis perubahan kepribadian ini harus
mencakup gambaran klinis sebagai berikut:
a. Ketergangtungan yang berlebihan pada orang lain dan sikap
selalu minta dibantu
b. Tuduhan bahwa dirinya berubah atau cacat oleh karena penyakit
terdahulu, menjurus pada ketidakmampuan membentuk dan
mempertahankan hubungan pribadi yang dekat dan dapat
dipercaya serta isolasi sosial
c. Pasif, minat berkurang, dan menurunnya keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi

20
d. Selalu mengeluh sakit, yang mungkin berhubungan dengan
keluhan hipokondrik dan perilaku sakit
e. Afek yang disforik atau labil, yang tidak disebabkan oleh adanya
gangguan jiwa saat ini atau gangguan jiwa sebelumnya dengan
gejala afektif residual
f. Hendaya yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan
dibandingkan dengan keadaan sebelum sakit
o Manifestasi tersebut diatas harus sudah ada selama kurun waktu 2
tahun atau lebih
o Perubahan bukan terjadi karena kerusakan atau penyakit otak yang
berat. Adanya diagnosis skizofrenia sebelumnya tidak
meningkirkan kemungkinan diagnosis ini.

F62.8 Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama Lainnya


F62.9 Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama YTT

F63 Gangguan Kebiasaan dan Impuls


Kategori ini meliputi gangguan perilaku tertentu yang tidak termasuk
dalam rubrik lain.
Gangguan ditandai oleh tindakan berulang yang tidak mempunyai
motivasi rasional yang jelas, serta yang umumnya merugikan
kepentingan penderita sendiri dan orang lain (maladaptif). Penderita
melaporkan bahwa perilakunya berkaitan dengan impuls untuk
bertindak yang tidak dapat dikendalikan. Terdapat periode prodromal
berupa ketegangan dengan rasa lega pada saat terjadinya tindakan
tersebut
Tidak termasuk: kebiasaan memakai alkohol atau zat psikoaktif yang
berlebihan (F10-F19), gangguan kebiasaan dan impuls mengenai
seksual (F65.-) atau perilaku makan (F52.-), (bukan sekunder terhadap
gangguan jiwa lain)

21
F63.0 Judi Patologis

Pedoman Diagnostik
Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah berjudi secara
berulang yang menetap (persistently repeated gambling), yang
berlanjut dan seringkali seperti miskin, hubungan dalam keluarga
terganggu, dan kekacauan kehidupan pribadi
Judi patologis harus dibedakan dari:
a. Judi dan taruhan untuk kesenangan atau sebagai upaya
mendapatkan uang, orang ini dapat menahan diri apabila kalah
banyak atau ada efek lain yang ,erugikan
b. Judi berlebihan oleh penderita gangguan manik (F30.)
c. Judi pada kepribadian dissosial (F60.2), (disini terdapat lebih
banyak gangguan dalam perilaku sosial lain yang menetap, terlihat
pada tindakan-tindakan agresif atau cara-cara lain yang
menunjukkan sangat kurang peduli terhadap kesejahteraan dan
perasaan orang lain)

F63.1 Bakar Patologis (Piromania)

Pedoman Diagnostik
Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah:
a. Berulang-ulang dilakukan pembakaran tanpa motif yang jelas,
misalnya motif untuk mendapatkan uang, balas dendam, atau
alasan politis
b. Sangat tertarik menonton peristiwa kebakaran, dan
c. Perasaan tegang meningakt sebelum melakukan, dan sangat
terangsang (intense excitement) segera setelah berhasil
dilaksanakan
Bakar patlogis harus dibedakan dari
a. Sengaja dilakukan pembakaran tanpa gangguan jiwa yang nyata
(dalam kasus demikian motifnya jelas)

22
b. Pembakaran oleh anak muda dengan gangguan tingkah laku
(F91.1), dimana didapatkan gangguan perilaku lain seperti
mencuri, agresi, atau membolos sekolah
c. Pembakaran oleh orang dewasa dengan gangguan kepribadian
dissosial (F60.2), dimana didapatkan gangguan perilaku sosial lain
yang menetap seperti agresi, atau indikasi lain perihal kurangnya
peduli terhadap minat dan perasaan orang lain
d. Pembakaran pada skizofrenia (F20.-), dimana kebakaran adalah
khas ditimbulkan sebagai respons terhadap ide-ide waham atau
perintah dari suara (halusinasi)
e. Pembakaran pada gangguan mental organik (F00-F09), diamna
kebakaran ditimbulkan karena kecelakan akibat adanya
kebingungan (confusion), kurangnya daya ingat, atau kurangnya
kesadaran akan konsekuensi dari tindakannya, atau campuran dari
faktor-faktor tersebut

F63.2 Curi Patologis (Kleptomania)

Pedoman Diagnostik
Gambarannya essensial dari gangguan ini adalah:
- Adanya peningkatan rasa tegang sebelum, dan rasa puas selama
dan segera sesudahnya, melakukan tindakan pencurian
- Meskipun upaya untuk menyembunyikan biasanya dilakukan,
tetapi tidak setiap kesempatan yang ada digunakan
- Pencurian biasanya dilakukan sendiri (solitary act), tidak bersama-
sama dengan pembantunya
- Individu mungkin tampak cemas, murung dan rasa bersalah pada
waktu di antara episode pencurian, tetapi hal ini tidak
mencegahnya mengulangi perbuatan tersebut
Curi patologis harus dibedakan dari:

23
a. Pencurian berulang di toko tanpa gangguan jiwa yang nyata,
dimana perbuatannya direncanakan dengan lebih hati-hati dan
terdapat motif keuntungan pribadi yang jelas
b. Gangguan mental organik (F00-F09), dimana berulangkali gagal
untuk membayar barang belanjaan sebagai konsekuensi kurangnya
daya ingat dan kemerosotan fungsi intelektual lain
c. Gangguan depresif dengan pencuran (F30-F33), beberapa
penderita depresi melakukan pencurian dan mungkin akan tetap
mengulanginya selama gangguan depressif masih ada

F63.3 Trikotilomania

Pedoman Diagnostik
Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah:
- Kerontokan rambut kepala yang tampak jelas (noticeable)
disebabkan oleh berulangkali gagal menahan diri terhadap impuls
untuk mencabut rambut
- Pencabutan rambut biasanya didahului oleh ketegangan yang
meningkat dan setelahnya diikuti dengan rasa lega atau puas
Diagnosis ini jangan dibuat apabila sebelumnya sudah ada peradangan
kulit, atau apabila pencabutan rambut adalah respons terhadap waham
atau halusinasi
Tidak termasuk: stereotipi dengan mencabtu rambut

F63.8 Gangguan Kebiasaan dan Impuls Lainnya

Pedoman Diagnostik
Termasuk: gangguan eksplosif intermiten

F63.9 Gangguan Kebiasaan dan Impuls YTT

24
F64 Gangguan Identitas Jenis Kelamin

F64.0 Transeksualisme

Pedoman Diagnostik
Untuk mengakkan diagnisis, identitas transeksual harus sudah menetap
selama minimal 2 tahun, dan harus bukan merupakan gejala dari
gangguan jiwa lain seperti skizofrenia, atau berkaitan dengan kelainan
interseks, genetik atau kromosom

Gambaran identitas tersebut:


- Adanya hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari
kelompok lawan jenisnya, biasanya disertai perasaan risih, atau
ketidakserasian, dengan anatomi seksualnya
- Adanya keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal dan
pembedahan utnuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan
jenis keamin yang diinginakan

F64.1 Tranvetisme Peran Ganda

Pedoman Diagnostik
Mengenakan pakaian dari lawan jenisnya sebagai bagian dari
eksistensi dirinya untuk menikmati sejenak pengalaman sebagai
anggota lawan jenisnya
Tanpa hasrat untuk mengubah jenis kelamin secara lebih permanen
atau berkaitan dengan tindakan bedah
Tidak ada perangsangan seksual yang menyertai pemakaian pakaian
lawan jenis tersebut, yang membedakan gangguan ini dengan
transvertisme fetihistik

25
F64.2 Gangguan Identitas Jenis Kelamin Masa Kanak

Pedoman Diagnostik
Gambaran yang esensial dari diagnosis ini adalah:
- Keinginan anak yang mendalam (pervasive) dan menetap
(persintent) untuk menjadi (atau keteguhan bahwa dirinya adalah)
jenis kelamin lawan jenisnya, disertai penolakan terhadap perilaku,
atribut dan/atau pakaian yang sesuai untuk jenis kelaminnya, tidak
ada rangsangan seksual dari pakaian
- Yang khas adalah bahwa manifestasi pertanma timbul pada usia
prasekolah. Gangguan harus sudah tampak sebelum masa pubertas
- Pada kedua jenis kelamin, kemungkinan ada penyangkalan
terhadap struktur anatomi jenis kelaminnya sendiri, tetapi hal ini
jarang terjadi
- Ciri khas lain, anak dengan gangguan identitas jenis kelamin,
menyangkal bahwa dirinya terganggu, meskipun mereka mungkin
tertekan oleh konflik dengan keinginan orangtua atau kawan
sebayanya dan oleh ejekan dan/atau penolakan oleh orang-orang
yang berhubungan dengan dirinya.

F64.8 Gangguan Identitas Jenis Kelamin Lainnya


F64.9 Gangguan Identitas Jenis Kelamin YTT

F65 Gangguan Preverensi Seksual

F65.0 Fetihisme

Pedoman Diagnostik
Mengandalkan pada beberapa benda mati (non-living object) sebagai
rangsangan untuk membangkitkan keinginan seksual dan memberikan

26
kepuasan seksual. Kebanyakan benda tersebut (objek fetish) adalah
ekstensi dari tubuh manusia, seperti pakaian atau sepatu
Diagnosis ditegakkan apabila objek fetish benar-benar merupakan
sumber yang utama adri rangsangan seksual atau penting sekali untuk
respons seksual yang memuaskan
Fantasi fetihistik adalah lazim, tidak menjadi suatu gangguan kecuali
apabila menjurus kepada sesuatu ritual yang begitu memaksa dan tidak
semestinya sampai mengganggu hubungan seksual dan menyebabkan
penderitaan bagi individu
Fetihisme terbatas hampir hanya pada pria saja

F65.1 Transvetisme Fetihistik

Pedoman Diagnostik
Mengenakan pakaian dari lawan jenis edngan tujuan pokok untuk
mencapai kepuasan seksual
Gangguan ini harus dibedakan dari fetihisme (F65.0) dimana pakaian
sebagai objek fetish bukan hanya sekedar dipakai, tetapi juga untuk
menciptakan penampilan seorang dari lawan jenis kelaminnya.
Biasanya lebih dari satu jenis barang yang diapakai dan seringkali
suatu perlengkapan yang menyeluruh, termasuk rambut palsu dan tata
rias wajah
Transvetisme fetihistik dibedakan dari transvetisme transseksual oleh
adanya hubungan yang jelas dengan bangkitnya gairah seksual dan
keinginan/hasrat yang kuat untuk melepaskan baju tersebut apabila
orgasme sudah terjadi dan rangsangan seksual menurun
Adanya riwayat transvetihisme fetihistik biasanya dilaporkan sebagai
suatu fase awal oleh para penderita transeksualisme dan kemungkinan
merupakan suatu stadium dalam perkembangan transseksualisme.

27
F65.2 Ekshibisionisme

Pedoman Diagnostik
Kecenderungan yang berulang atau meneta untuk memamerkan alat
kelamin kepada asing (biasanya lawan jenis kelamin) atau kepada
orang banyak di tempat umum, tanpa ajakan atau niat untuk
berhubungan lebih akrab
Ekshinisionisme hampir sama sekali terbatas pada laki-laki
heteroseksual yang memamerkan pada wanita, remaja atau dewasa,
biasanya menghadap mereka dalam jarak yang aman di tempat umum.
Apabila menyaksikan itu terkejut, takut, atau terpesona, kegairahan
penderita menjadi meningkat
Pada beberapa penderita, ekshibisionisme merupakan satu-satunya
penyaluran seksual, tetapi pada penderita lainnya kebiasaan ini
dilanjutkan bersamaan (simultaneously) dengan kehidupan seksual
yang aktif dalam suatu jalinan hubungan yang berlangsung lama,
walaupun demikian dorongan menjadi lebih kuat pada saat
menghadapi konflik dalam hubungan tersebut
Kebanyakan penderita ekshibisionisme mendapatkan kesulitan dalam
mengendalikan dorongan tersebut dan dorongan bersifatego-alien
(suatu benda asing bagi dirinya).

F65.3 Voyeurisme

Pedoman Diagnostik
Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk melihat orang yang
sedang berhungan seksual atau berperilaku intim seperti sedang
menanggalkan pakaian
Ha.l ini biasanya menjurus pada rangsangan seksual dan masturbasi,
yang dilakukan tanpa orang yang diintip menyadari

28
F65.4 Pedofilia

Pedoman Diagnostik
Preferensi seksual terhadap anak-anak, biasanya prapubertas atau awal
masa pubertas, baik laki-laki maupun perempuan
Pedofilia jarang ditemukan pada perempuan
Preferensi tersebut harus berulang dan menetap
Termasuk: laki-laki dewasa yang mempunyai preferensi partner
seksual dewasa, tetapi karena mengalami frustasi yang kronis untuk
mencapai hubungan seksual yang diharapkan, maka kebiasaannya
beralih pada anak-anak sebagai pengganti

F65.5 Sadomasokisme

Pedoman Diagnostik
Preferensi terhadap aktivitas seksual melibatkan pengikatan atau
menimbulkan rasa sakit atau penghinaan, (individu yang lebih suka
untuk menjadi resipien dari perangsangan demikian disebut
masochism, sebagai pelaku: sadism)
Seringkali individu mendapatkan rangsangan seksual dari aktifitas
sadistik maupun masokistik
Kategori ini hanya digunakan apabila aktivitas sadomasokistik
merupakan sumber rangsangan yang penting untuk pemuasan seks
Harus dibedakan dari kebrutalan dalam hubungan seksual atau
kemarahan yang tidak berhubungan dengan erotisme

F65.6 Gangguan Preferensi Seksual Multipel


Kombinasi yang paling sering: fetihisme, transvetisme dan masokisme

F65.8 Gangguan Preferensi Seksual Lainnya


F65.9 Gangguan Preferensi Seksual YTT

29
F66 Gangguan Psikologis dan Perilaku yang Berhubungan dengan
Perkembangan dan Orientasi Seksual

Kode lima karakter: F66.x0 : heteroseksualitas


F66.x1 : homoseksualitas
F66.x2 : biseksualitas
F66.x8 : lainnya, termasuk prapubertas

F66.0 Gangguan Maturitas Seksual


Individu menderita karena ketidakpastian tentang identitas jenis
kelaminnya atau orientasi seksualnya, yang menimbulkan kecemasan
atau depresi
Paling sering terjadi pada remaja yang tidak tahu pasti apakah mereka
homoseksual, heteroseksual atau biseksual dalam orientasi seksualnya,
atau pada individu yang sesudah suatu periode orientasi seksual yang
tampak stabil, seringkali dalam jalinan hubungan yang telah
berlangsung lama, menemukan bahwa orientasi seksualnya berubah.

F66.1 Orientasi Seksual Egodistonik


Identitas jenis kelamin atau preferensi seksual tidak diragukan, tetapi
individu mengharapka yang lain disebabkan oleh gangguan psikologis
dan perilaku, serta mencari pengobatan untuk mengubahnya

F66.2 Gangguan Jalinan Seksual


Kelainan dalam iedntitas jenis kelamin atau preferensi seksual
merupakan penyebab kesulitan dalam membentuk atau memelihara
jalinan (relationship) dengan mitra seksual.

F66.8 Gangguan Perkembangan Psikoseksual Lainnya


F66.9 Gangguan Perkembangan Psikoseksual YTT

30
F68 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa Lainnya

F68.0 Elaborasi Gejala Fisik Karena Alasan Psikologis


Gejala fisik sesuai dan semula disebabkan oleh gangguan fisik,
penyakit atau disabilitas menjadi berlebihan atau berkepanjangan
disebabkan oleh keadaan psikologis penderita
Ketidakpuasan terhadap hasil terapi atau pemeriksaan atau kekecewaan
terhadap jumlah perhatian yang diperolehnya di bangsal dan klinik
dapat merupakan suatu faktor motivasi (yang mengelaborasi gejala)
Beberapa kasus tampak jelas dimotivasi oleh kemungkinan untuk
memperoleh kompensasi finansial setelah mengalami kecelakaan atau
trauma, tetapi sindrom tersebut tidak harus cepat menghilang
walaupun sesudah suatu peradian yang sukses

F68.1 Kesengajaan atau Berpura-pura Membuat Gejala atau


Disabilitas, baik Fisik maupun Psikologis (gangguan buatan)
Dengan tidak adanya gangguan fisik atau mental, penyakit atau cacat
yang pasti, individu berpura-pura mempunyai gejala sakit berulang-
ulang dan konsisten.
Untuk gejala fisik mungkin dapat meluas sampai membuat diri sendiri
irisan atau luka untuk menciptakan perdarahan, atau menyuntik diri
dengan bahan beracun
Peniruan nyeri dan penekanan adanya perdarahan dapat begitu
meyakinkan dan menetap sehingga menyebabkan diulanginya
pemeriksaan dan operasi di beberapa klinik dan rumah sakit, meskipun
hasilnya berulang-ulang negatif
Motivasi untuk perilaku ini hampir selalu kabur dan dianggap faktor
internal, dan kondisi ini terbaik dinterpretasikan sebagai gangguan
perilaku sakit dan peran sakit (disorder of illness behavior and the sick
role)

31
Individu dengan pola perilaku demikian biasanya menunjukkan
sejumlah tanda dari kelainan berat lainnya dari kepribadian dan
hubungan dengan lingkungan
Perlu dibedakan dengan malingering, didefinisikan sebagai
kesengajaan atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas, baik
fisik maupun psikologis, yang dimotivasikan oleh stress eksternal atau
insentif (kode Z76.5 dari ICD 10). Motif yang berkaitan dengan stress
eksternal tersebut dapat berupa penghindaran diri dari tuntutan hukum
kriminal, untuk memperoleh obat terlarang, menghindari wajib militer
atau tugas militer yang berbahaya, dan upaya untuk memperoleh
keuntungan karena sakit atau mendapatkan perbaikan taraf hidup.

F68.8 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa Lainnya


YDT
Untuk setiap gangguan khas dari kepribadian dan perilaku dewasa
yang tidak dapat diklasifikasi dalam semua kategori terdahulu

F69 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa YTT


Kode ini harus digunakan hanya sebagai jalanterakhir, kalau adanya
suatu gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa dapat diterima,
tetapi informasi untuk menegakkan diagnosis dan mengalakosikan
dalam kategori khusus tidak tersedia.

F. Klasifikasi DSM IV

Menurut DSM-IV, gangguan kepribadian diklasifikasikan menjadi :


Kluster A dengan gambaran aneh (odd) dan penyendiri (aloof), yaitu
skizotipal, skizoid, dan paranoid
Kluster B dengan gambaran dramatis, impulsif dan tak menentu
(erratic), yaitu narsistik, borderline, antisosial, dan histrionik
Kluster C dengan gambaran gelisah/cemas dan ketakutan, yaitu
obsesif-kompulsif, dependen, dan avoidant

32
Kriteria Diagnostik Umum DSM IV untuk Gangguan Kepribadian
1. Pola pengalaman batin dan perilaku yang menyimpang secara nyata dari
harapan budaya individu tersebut. Pola ini bermanifestasi dalam dua (atau
lebih) dari bidang-bidang berikut:
a. kognisi (misalnya, cara memahami dan menafsirkan diri, orang lain,
dan peristiwa)
b. efektivitas (yaitu, kisaran, intensitas, labilitas, dan kesesuaian respons
emosional)
c. fungsi interpersonal
d. kontrol impuls
2. Pola tersebut tidak fleksibel dan pervasif di berbagai situasi pribadi dan
sosial yang luas.
3. Pola ini menyebabkan distress klinis yang signifikan atau gangguan dalam
bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
4. Pola ini stabil dan berdurasi lama, dan onset yang dapat ditelusuri kembali
setidaknya ke masa remaja atau masa dewasa awal/muda.
5. Pola ini bukan manifestasi atau konsekuensi dari gangguan mental lainnya.
6. Pola ini bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis umum (misalnya, trauma
kepala) .
(Dari American Psychiatric Association Diagnostik dan Statistik Manual of
Mental Disorders 4th ed Text rev Washington , DC : . . American Psychiatric
Association , hak cipta 2000).

Penjelasan mengenani gangguan kepribadian menurut DSM-IV yaitu sebagai


berikut:

1. Gangguan kepribadian paranoid


Gangguan kepribadian paranoid yaitu kecurigaan dan ketidakpercayaan
pada orang lain bahwa orang lain berniat buruk kepadanya, bersifat
pervasif, awitan dewasa muda, nyata dalam perlabagai konteks.

33
a. Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid yaitu 0,5 2,5% dari
seluruh populasi. Orang dengan gangguan ini jarang sekali mencari
pengobatan atas kesadarannya sendiri; ketika diantar oleh pasangan
atau kerabatnya, mereka cenderung menarik diri dan tampak tidak
menderita. Memiliki saudara kandung yang skizofrenia menunjukkan
insiden lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Gangguan ini
lebih sering pada pria dibanding wanita dan tampak tidak berkaitan
dengan model dalam keluarga. Diyakini bahwa lebih sering dialami
oleh kelompok minoritas, imigran, dan orang yang tuna rungu (tuli),
atau orang dengan budaya yang berperilaku sangat hati-hati atau
defensif dibandingkan dengan populasi umum.

b. Gejala klinis
Tanda khas dari gangguan kepribadian paranoid adalah kecurigaan
yang berlebihan dan ketidakpercayaan orang lain yang dinyatakan
sebagai kecenderungan pervasif untuk menafsirkan tindakan orang lain
sebagai sengaja merendahkan, jahat, mengancam, mengeksploitasi,
atau menipu. Kecenderungan ini dimulai dengan awal masa dewasa
dan muncul dalam berbagai konteks. Hampir selalu, orang-orang
dengan gangguan ini mengharapkan untuk dieksploitasi atau dirugikan
oleh orang lain dalam beberapa cara.

Pasien ini sering terlibat dalam sengketa, tanpa pembenaran, teman


atau rekan setia atau kepercayaan. Orang seperti ini sering cemburu
dan, tanpa alasan mempertanyakan kesetiaan pasangan mereka atau
mitra seksual. Orang dengan gangguan ini mengeksternalisasi emosi
mereka sendiri dan menggunakan mekanisme pertahanan proyeksi,
mereka atribut lain impuls dan pikiran bahwa mereka tidak dapat
menerima dalam diri mereka. Ide referensi dan ilusi logis membela
yang umum.

34
c. Diagnosis
Pada pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian
paranoid seringkali kaku dan mengagalkan untuk mencari pertolongan
dari ahli psikiatrik. Ketegangan muskular, ketidakmampuan untuk
rileks, dan keharusan untuk mengamati lingkungan dapat memberi
petunjuk sebagai bukti, dan siap pasien cenderung kurang humoris dan
sangat serius. Walaupun pernyataan dari argumen mereka dapat salah,
namun kemampuan berbicara itu memiliki tujuan terarah dan logis. Isi
pikiran menunjukkan adanya proyeksi, prejudice, dan kadang-kadang
ideas of reference.

Kriteria diagnostik gangguan kepribadian paranoid menurut DSM IV:


1) Sebuah ketidakpercayaan meluas dan kecurigaan orang lain
sehingga motif mereka ditafsirkan sebagai jahat, dimulai dengan
awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh empat (atau lebih) sebagai berikut:
a) kecurigaan, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain
memanfaatkan, membahayakan, atau menipu dia
b) sibuk dengan keraguan yang tidak tepat tentang loyalitas atau
kepercayaan dari teman-teman atau rekan
c) enggan untuk menceritakan pada orang lain karena takut yang
tidak beralasan bahwa informasi tersebut akan digunakan jahat
terhadap dia atau dia
d) membaca arti merendahkan yang tersembunyi atau mengancam
dalam komentar atau peristiwa
e) terus-menerus dendam, menolak memaafkan penghinaan atau
masalah kecil yang menyebabkan hatinya terluka
f) merasakan serangan pada karakter atau reputasinya yang tidak
jelas dan cepat untuk bereaksi dengan marah atau membalas
g) memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pembenaran, tentang
kesetiaan pasangan atau pasangan seksual

35
2) Tidak terjadi secara eksklusif selama skizofrenia, gangguan mood
dengan ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena
efek fisiologis langsung dari suatu kondisi medis umum.
Catatan : apabila kriteria ditemukan sebelum awitan Skizofrenia,
ditambahkan premorbid.

d. Diagnosis banding
Gangguan kepribadian paranoid dapat dibedakan dari gangguan
waham dengan tidak ditemukannya waham yang tidak terbantahkan
(fixed). Tidak seperti orang dengan skizofrenia paranoid, orang dengan
gangguan kepribadian tidak memiliki halusinasi atau gangguan
pikiran. Dibandingkan dengan gangguan kepribadian ambang, pasien
dengan paranoid jarang mampu terlalu terlibat, relasi yang kacau balau
dengan orang lain. Pasien dengan paranoid tidak memiliki riwayat
panjang perilaku antisosial seperti orang dengan karakter antisosial.
Orang dengan gangguan kepribadian skizoid umumnya menarik diri
dan menyendiri dan tidak memiliki pemikiran yang paranoid

e. Prognosis dan perjalanan penyakit


Pada beberapa, gangguan kepribadian paranoid berlangsung seumur
hidup; pada yang lainnya dapat mendahului terjadinya skizofrenia.
Sikap paranoid dapat memberikan cara untuk pembentukan reaksi,
perhatian yang sesuai dengan moralitas, dan sifat mengutamakan orang
lain atau penghilang stress. Secara umum, orang dengan gangguan
kepribadian paranoid memiliki masalah berkaitan dengan pekerjaan
dan berhubungan dengan orang lain seumur hidup. Masalah pekerjaan
dan dalam kehidupan pernikahan juga umum terjadi.

f. Terapi
1) Psikoterapi
Psikoterapi adalah pengobatan pilihan untuk gangguan kepribadian
paranoid. Terapis harus jujur dalam menangani pasien ini. Apabila

36
terapis melakukan ketidaktetapan atau kesalahan, seperti terlambat,
kejujuran dan permintaan maaf lebih disukai untuk penjelasan
defensif. Terapis harus ingat bahwa kepercayaan dan toleransi
keakraban adalah hal yang menjadi perhatian bagi pasien dengan
gangguan ini. Psikoterapi individual membutuhkan gaya yang
profesional dan hangat dari terapis.

Pasien dengan gangguan ini kurang baik dalam psikoterapi


kelompok, walaupun hal ini dapat memperbaiki kemampuan sosial
dan mengurangi kecurigaan melalui role playing. Pasien memiliki
perilaku merasa terancam sehingga terapis harus mengatur atau
membatasi tindakan mereka. Tuduhan delusi harus ditangani
dengan realistis tapi lembut dan tanpa mempermalukan pasien.
Pasien yang paranoid sangat takut ketika merasa bahwa terapis
yang berusaha untuk membantu mereka (pasien) yang lemah dan
tak berdaya, karena itu, terapis tidak harus menawarkan untuk
mengambil kontrol kecuali pasien bersedia dan mampu
melakukannya.

2) Farmakoterapi
Pada banyak kasus, agen anti-ansietas seperti diazepam (Valium)
cukup. Apabila diperlukan, dapat diberikan anti-psikotik seperti
haloperidol (Haldol) dalam dosis kecill dan untuk periode singkat
untuk menangani kegelisahan pasien yang buruk atau pemikiran
seakan-akan delusi. Obat anti-psikotik pimozide (Orap) berhasil
mengurangi pemikiran paranoid pada beberapa pasien.

2. Gangguan kepribadian skizoid


Gangguan kepribadian skizoid yaitu pola perilaku berupa pelepasan diri
dari hubungan sosial disertai kemampuan ekspresi emosi yang terbatas
dalam hubungan interpersonal. Bersifat pervasif, berawal sejak dewasa

37
muda dan nyata dalam berbagai konteks. Pasien umumnya dilihat oleh
orang lain sebagai orang yang aneh, terisolasi, dan kesepian.

a. Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian skizoid belum dibuktikan secara
jelas, tetapi gangguan ini mempengaruhi 7,5% dari seluruh populasi.
Ratio berdasarkan gender juga belum diketahui; beberapa penelitian
melaporkan ratio pria:wanita adalah 2:1. Orang dengan gangguan ini
tertarik pada pekerjaan yang sendirian yang hanya mencakup sedikit
bahkan tidak ada kontak dengan orang lain. Banyak yang lebih
memilih pekerjaan pada malam hari dibandingkan siang, sehingga
mereka tidak harus berhubungan dengan orang lain.

b. Gejala klinis
Orang dengan gangguan kepribadian skizoid tampaknya menjadi
dingin dan menyendiri, mereka tampak terpencil dan menunjukkan
tidak ada keterlibatan dengan peristiwa sehari-hari dan keprihatinan
terhadap orang lain. Mereka tampil tenang, jauh, exclusive, dan tidak
ramah. Mereka mungkin mengejar kehidupan mereka sendiri dengan
kebutuhan sangat sedikit atau kerinduan untuk ikatan emosional, dan
mereka yang terakhir menyadari perubahan dalam mode populer.

Sejarah kehidupan dari orang-orang tersebut mencerminkan


kepentingan soliter dan sukses di nonkompetitif, pekerjaan kesepian
dimana orang lain sulit untuk mentolerir. Kehidupan seksual mereka
mungkin ada secara eksklusif dalam fantasi, dan mereka dapat
menunda tanpa batas seksualitas dewasa. Pria mungkin tidak menikah
karena mereka tidak mampu mencapai keintiman; wanita pasif
mungkin setuju untuk menikah dengan pria yang agresif yang ingin
pernikahan. Orang dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya
mengungkapkan ketidakmampuan seumur hidup untuk
mengekspresikan kemarahan secara langsung. Mereka dapat

38
menginvestasikan energi afektif yang sangat besar dalam kepentingan
yang tidak berkaitan dengan manusia, seperti matematika dan
astronomi, dan mereka mungkin sangat melekat pada hewan. Mode
diet dan kesehatan, gerakan filosofis, dan skema perbaikan sosial,
terutama yang tidak memerlukan keterlibatan pribadi, sering memikat
mereka.

Meskipun orang-orang dengan gangguan kepribadian skizoid muncul


egois dan hilang dalam lamunan, mereka memiliki kapasitas normal
untuk mengenali realitas. Karena tindakan agresif jarang dimasukkan
dalam repertoar respon biasa, ancaman yang paling nyata atau
khayalan, yang ditangani oleh kemahakuasaan-angan atau
pengunduran diri. Mereka sering dilihat sebagai menyendiri, namun
orang-orang seperti kadang-kadang dapat memahami,
mengembangkan, dan memberikan kepada dunia ide-ide benar-benar
asli dan kreatif.

c. Diagnosis
Pada pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian
skizoid dapat tampak sakit dalam keadaan istirahat di tempat. Mereka
jarang mengadakan kontak mata, dan pewawancara dapat menduga
bahwa pasien ingin sekali menyudahi wawancara. Afek terbatas,
menyendiri, atau tidak tepat serius, tetapi di balik sikap acuh tak acuh,
dokter yang sensitif dapat mengenali ketakutan.

Pasien-pasien ini sulit untuk menjadi ceria. Upaya pada humor


mungkin tampak remaja dan melenceng. Kemampuan bicara mereka
terarah, tetapi mereka cenderung memberikan jawaban singkat untuk
pertanyaan dan untuk menghindari percakapan spontan. Mereka
kadang-kadang dapat menggunakan kiasan yang tidak biasa, seperti
metafora aneh, dan mungkin terpesona dengan benda mati atau
konstruksi metafisik. Konten mental mereka dapat mengungkapkan

39
rasa yang tidak beralasan dari keintiman dengan orang-orang yang
mereka tidak tahu siapa mereka baik atau tidak dilihat untuk waktu
yang lama. Kemampuan sensoris utuh, fungsi memori baik, dan
interpretasi pepatah mereka abstrak.

Kriteria diagnostik gangguan kepribadian skizoid menurut DSM IV:


1) Sebuah pola pervasif pelepasan dari hubungan sosial dan ekspresi
emosi yang terbatas dalam hubungan interpersonal, dimulai dengan
awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh empat (atau lebih) sebagai berikut:
a) Tidak ada keinginan atau tidak menikmati hubungan dekat,
termasuk menjadi bagian dari sebuah keluarga
b) hampir selalu memilih kegiatan soliter
c) memiliki sedikit, jika ada, minat memiliki pengalaman seksual
dengan orang lain
d) hanya sedikit aktivitas yang memberikannya kebahagiaan
e) tidak memiliki teman dekat atau kepercayaan selain keluarga
tingkat pertama
f) tidak peduli pada pujian atau kecaman/ kritik dari orang lain
g) menunjukkan emosi yang dingin, afek datar
2) Tidak terjadi secara eksklusif selama skizofrenia, gangguan mood
dengan fitur psikotik, gangguan psikotik, atau gangguan
perkembangan pervasif dan bukan karena efek fisiologis langsung
dari suatu kondisi medis umum.

d. Diagnosis banding
Gangguan kepribadian skizoid dibedakan dari skizofrenia, gangguan
delusi, dan gangguan afektif dengan fitur psikotik berdasarkan periode
dengan gejala psikotik yang positif, seperti delusi dan halusinasi di
bagian kedua. Walaupun pasien gangguan kepribadian paranoid
memiliki banyak kemiripan dengan pasien gangguan kepribadian
skizoid, pasien gangguan paranoid menunjukkan keterlibatan lebih

40
ikatan sosial, sejarah perilaku verbal agresif, dan kecenderungan lebih
besar untuk proyeksi perasaan mereka ke orang lain. Jika hanya secara
emosional terbatas, pasien dengan obsesif-kompulsif dan gangguan
kepribadian menghindar mengalami kesepian sebagai dysphoric,
memiliki sejarah yang lebih kaya dari hubungan-hubungan objek masa
lalu, dan tidak terlibat sebanyak dalam lamunannya autis.

Secara teoritis, perbedaan utama antara pasien dengan gangguan


kepribadian skizotipal dan satu dengan gangguan kepribadian skizoid
adalah bahwa pasien yang skizotipal lebih mirip dengan pasien dengan
skizofrenia dalam keanehan persepsi, pikiran, perilaku, dan
komunikasi. Pasien dengan gangguan kepribadian menghindar
terisolasi tapi sangat ingin berpartisipasi dalam kegiatan, karakteristik
tersebut tidak ditemukan pada mereka dengan gangguan kepribadian
skizoid. Gangguan kepribadian skizoid dibedakan dari gangguan
autistik dan sindrom Asperger dengan lebih interaksi sosial sangat
terganggu dan perilaku stereotip.

e. Perjalanan penyakit dan prognosis


Timbulnya gangguan kepribadian skizoid biasanya terjadi pada anak
usia dini. Seperti dengan semua gangguan kepribadian, gangguan
kepribadian skizoid adalah tahan lama, tetapi belum tentu seumur
hidup. Proporsi pasien yang dikenakan skizofrenia tidak diketahui.

f. Terapi
1) Psikoterapi
Tatalaksana pasien dengan gangguan kepribadian skizoid mirip
dengan penanganan pada orang dengan gangguan kepribadian
paranoid. Pasien dengan skizoid cenderung mengarah introspeksi,
bagaimanapun juga, kecenderungan ini bersifat konsisten dengan
harapan psikoterapis, dan pasien menjadi sangat setia. Seiring
berkembangnya kepercayaan, pasien dengan skizoid dapat dengan

41
kegaduhan yang hebat, menunjukkan fantasi yang sangat banyak,
teman imaginer, dan ketakutan atas ketergantungan yang tidak
tertahankan meskipun bersatu dengan terapis.

Dalam keadaan terapi kelompok, pasien dengan gangguan


kepribadian skizoid dapat diam untuk waktu yang lama; meskipun
demikian, mereka nantinya akan berpartisipasi. Pasien harus
dilindungi terhadap serangan agresif dari anggota kelompok karena
kecenderungannya untuk diam. Seiring waktu, anggota kelompok
akan menjadi penting bagi pasien dengan skizoid dan
menumbuhkan satu-satunya interaksi sosial dalam kehidupannya
yang terisolasi.

2) Farmakoterapi
Farmakoterapi dengan dosis kecil anti-psikotik, anti-depresan, dan
psikostimulan memberikan keuntungan bagi beberapa pasien.
Agen serotonergik membuat pasien kurang sensitif terhadap
penolakan. Benzodiazepine dapat mengurangi kecemasan
interpersonal.

3. Gangguan kepribadian skizotipal


Gangguan kepribadian skizotipal adalah pola defisit dalam hubungan
sosial dan interpersonal; merasa tidak nyaman dan kurang mampu untuk
membina hubungan akrab, disertai distorsi kognitif atau persepsi dan
perilaku yang eksentrik, bersifat pervasif, awitannya dewasa muda, dan
nyata dalam berbagai konteks atau situasi kehidupan. Perlu dicatat bahwa
dalam PPDGJ-3, gangguan skizotipal dikategorikan ke dalam F3 yaitu
kelompok skizofrenia karena ada hubungan genetik dengan skizofrenia,
sedangkan dalam DSM IV, dikategorikan dalam gangguan kepribadian.

42
a. Epidemiologi
Gangguan kepribadian skizotipal terjadi sekitar 3% dari populasi.
Ratio berdasarkan gender tidak diketahui. Hubungan yang lebih kuat
pada kasus dengan hubungan biologis anggoa keluarga pasien
menderita skizofrenia dibandingkan dengan kontrol, dan memiliki
insiden kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik (33:4
dalam suatu studi).

b. Gejala klinis
Pasien dengan gangguan kepribadian schizotypal menunjukkan
terganggunya proses berpikir dan berkomunikasi. Meskipun gangguan
pikiran jelas tidak ada, kemampuan berbicara mereka mungkin khas
atau aneh, mungkin memiliki arti hanya untuk mereka, dan sering
perlu interpretasi. Seperti dengan pasien dengan skizofrenia, orang-
orang dengan gangguan kepribadian schizotypal mungkin tidak tahu
perasaan mereka sendiri dan namun peka atau sensitif, dan sadar,
mengenai perasaan orang lain, terutama dampak negatif seperti
kemarahan.

Pasien-pasien ini mungkin mempercayai kekuatan takhayul dan


mungkin percaya bahwa mereka memiliki kekuatan khusus lainnya
pemikiran dan tilikan. Dunia batin mereka dapat diisi dengan
hubungan imajiner dan ketakutan seperti anak dan fantasi. Mereka
mungkin mengakui ilusi perseptual atau macropsia dan mengakui
bahwa orang lain tampak kaku dan semua sama. Karena orang-orang
dengan gangguan kepribadian schizotypal memiliki hubungan
interpersonal yang buruk dan dapat bertindak tidak tepat, mereka
terisolasi atau memiliki sedikit teman-teman. Pasien mungkin
menampilkan fitur gangguan kepribadian borderline, dan memang,
kedua diagnosis dapat dibuat. Di bawah stres, pasien dengan gangguan
kepribadian schizotypal mungkin dekompensasi dan memiliki gejala

43
psikotik, tetapi ini biasanya singkat. Pasien dengan kasus yang parah
dari gangguan mungkin menunjukkan anhedonia dan depresi berat.

c. Diagnosis
Gangguan kepribadian skizotipal didiagnosa berdasarkan
keganjilan/keanehan pada cara berpikir, perilaku, dan penampilan
pasien. Dalam mengali informasi mungkin ditemukan kesulitan karena
cara komunikasi pasien yang tidak biasa.

Pedoman diagnostik gangguan kepribadian skizotipal berdasarkan


DSM IV:
1) Pola pervasif mengenai defisit sosial dan interpersonal yang
ditandai dengan ketidaknyamanan akut dengan, dan berkurangnya
kapasitas untuk hubungan dekat seperti pada distorsi kognitif dan
persepsi dan keganjilan pada perilaku, yang muncul pada awal
masa dewasa dan terdapat dalam berbagai konteks, yang ditandai
dengan lima (atau lebih) ciri berikut:
a) Ideas of reference (kecuali delusion of reference)
b) Keyakinan yang aneh atau pikiran magis yang mempengaruhi
perilaku dan tidak sesuai dengan norma budaya (contoh
percaya pada tahyul, kepercayaan kemampuan supranatural,
telepati, atau indera keenam; pada anak-anak dan remaja,
fantasi yang berlebihan)
c) Pengalaman persepsi yang tidak biasa, mencakup ilusi secara
fisik
d) Cara berpikir dan berbicara yang aneh
e) Curiga atau pemikiran paranoid
f) Afek yang tidak sesuai atau terbatas
g) Perilaku atau penampilan yang ganjil, eksentrik, atau khas
h) Tidak memiliki teman dekat atau orang kepercayaan selain dari
kerabat derajat satu (first degree relatives)

44
i) Kecemasan sosial berlebihan yang tidak dapat dikurangi
dengan keakraban dan cenderung berhubungan dengan
ketakutan paranoid dibadingkan penilaian negatif tentang diri
sendiri
2) Tidak berlangusng selama perjalanan gangguan skizofrenia,
gangguan mood dengan ciri psikotik, gangguan psikotik lainnya,
atau gangguan perkembangan pervasif.

d. Diagnosis banding
Secara teoritis, orang dengan gangguan kepribadian skizotipal dapat
dibedakan dengan yang mengalami gangguan kepribadian skizoid dan
menghindar (cemas) dengan adanya keganjilan/keanehan dari perilaku,
cara berpikir, persepsi, dan komunikasi dan mungkin dengan riwayat
keluarga yang jelas adanya skizofrenia. Pasien dengan skizotipal
dibedakan dengan skizofrenia dengan tidak adanya psikosis. Apabila
gejala psikosis itu muncul, terjadinya singkat dan terfragmentasi.
Beberapa pasien memenuhi kriteria untuk gangguan kepribadian
skizotipal dan ambang. Pasien dengan gangguan kepribadian paranoid
memiliki karakteristik kecurigaan, tetapi tidak ada perilaku yang aneh
pada pasien dengan skizotipal.

e. Prognosis dan perjalanan gangguan


Penelitian jangka panjang oleh Thomas McGlashan dilaporkan bahwa
10 persen dari orang dengan gangguan kepribadian skizotipal pada
akhirnya bunuh diri. Penelitian retospektif menunjukkan bahwa
banyak pasien berpikir memiliki skizofrenia yang sebenarnya
mengalami gangguan kepribadian skizotipal dan, menurut pemikiran
klinis sekarang ini, skizotype merupakan kepribadian permorbid untuk
skizofrenia. Beberapa, bagaimanapun, memelihara kepribadian
skizotipal selama mereka hidup dan menikah dan bekerja, walaupun
aneh.

45
f. Terapi
1) Psikoterapi
Prinsip tatalaksana gangguan kepribadian skizotipal tidak berbeda
dengan penanganan skizoid, tetapi dokter harus bertindak secara
sensitif dibanding sebelumnya. Pasien ini memiliki keganjilan pada
cara berpikir, dan beberapa berkaitan dengan pemujaan, praktik
keagamaan yang aneh, dan ilmu gaib. Terapis tidak boleh
mencemooh aktivitas terssebut dan menghakimi kepercayaan atau
akhtivitas tersebut.
2) Farmakoterapi
Medikasi anti-psikotik dapat berguna dalam menangani ideas od
reference, ilusi, dan gejala lain dan dapat digabungkan dengan
pskoterapi. Anti-depresan juga berguna ketika komponen depresif
dari kepribadian ditemukan

4. Gangguan kepribadian antisosial


Gangguan kepribadian antisosial yaitu pola perilaku pengabaian dan
perlanggaran berbagai hak orang lain, bersifat pervasif, berawal sejak usia
dewasa muda dan nyata dalam berbagai konteks.

a. Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian antisosial adalah 3% pada pria dan
1% pada wanita. Hal ini paling umum ditemukan di daerah perkotaan
miskin dan antara penduduk yang sering berpindah-pindah. Timbulnya
gangguan adalah sebelum usia 15. Gadis biasanya memiliki gejala
sebelum pubertas, dan anak laki-laki bahkan lebih awal. Dalam
populasi penjara, prevalensi gangguan kepribadian antisosial dapat
setinggi 75%. Apabila terdapat riwayat anggota keluarga yang
menderita gangguan yang sama, gangguan ini lima kali lebih umum di
antara tingkat pertama kerabat laki-laki dengan gangguan dari
kelompok kontrol.

46
b. Gejala klinis
Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial seringkali dapat
tampak normal dan bahkan menawan dan manis. Riwayat mereka
mengungkapkan banyak bidang kehidupan berfungsi teratur.
Berbohong, pembolosan, lari dari rumah, pencurian, perkelahian,
penyalahgunaan zat, dan kegiatan ilegal adalah pengalaman khas yang
pasien laporkan sebagai awal di masa kecil. Pasien-pasien ini
seringkali terhadap dokter dengan jenis kelamin berlawanan
memberikan kesan kepribadian yang berwarna-warni dan bergairah,
tetapi terhadap dokter yang berjenis kelamin sama mungkin mereka
tampak manipulatif dan menuntut.

Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial tidak menunjukkan


kecemasan atau depresi, tampak secara kasar tidak sesuai dengan
situasi mereka, meskipun ancaman bunuh diri dan keluhan somatik
mungkin umum. Penjelasan mereka sendiri mengenai perilaku
antisosial mereka membuatnya tampak ceroboh, tapi konten mental
mereka mengungkapkan tidak adanya delusi dan tanda-tanda lain dari
berpikir irasional. Bahkan, mereka sering memiliki rasa tinggi
pengujian realitas dan seringkali terkesan memiliki kecerdasan lisan
yang baik.

Orang dengan gangguan kepribadian antisosial sangat mewakili apa


yang disebut para penipu. Mereka sangat manipulatif dan sering dapat
berbicara orang lain untuk berpartisipasi dalam skema cara mudah
untuk membuat uang atau untuk mencapai ketenaran. Skema ini
akhirnya dapat memimpin sikap tidak berhati-hati sampai
menimbulkan kekacauan finansial atau rasa malu sosial atau keduanya.
Mereka dengan gangguan ini tidak mengatakan kebenaran dan tidak
dapat dipercaya untuk melaksanakan tugas apapun atau mematuhi
semua standar konvensional moralitas. Pergaulan bebas,
penyalahgunaan pasangan, penganiayaan anak, dan mengemudi dalam

47
keadaan mabuk adalah kejadian umum dalam hidup mereka. Temuan
penting adalah kurangnya penyesalan atas tindakan ini, yaitu, mereka
tampak kurang memiliki hati nurani.

c. Diagnosis
Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial bisa menipu bahkan
dokter paling berpengalaman. Dalam sebuah wawancara, pasien dapat
tampak tenang dan dapat dipercaya, tetapi di balik itu (atau
menggunakan istilah Hervey Cleckley itu, topeng kewarasan)
mengintai ketegangan, permusuhan, mudah marah, dan kemarahan.

Sebuah pemeriksaan diagnostik harus mencakup pemeriksaan


neurologis menyeluruh. Karena pasien sering menunjukkan hasil EEG
abnormal dan tanda-tanda neurologis ringan yang menunjukkan
kerusakan otak minimal dalam masa kanak-kanak, temuan ini dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi kesan klinis.

Kriteria diagnostik gangguan kepribadian antisosial menurut DSM-IV:


1) Ada pola pervasif mengabaikan dan melanggar hak orang lain yang
terjadi sejak usia 15 tahun, seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau
lebih) sebagai berikut:
a) kegagalan untuk mematuhi norma-norma, peraturan, dan
kewajiban sosial
b) tipu daya, seperti ditunjukkan oleh berulang kali berbohong
atau menipu orang lain untuk keuntungan pribadi atau
kesenangan
c) impulsif atau kegagalan untuk merencanakan
d) iritabilitas dan agresivitas, seperti ditunjukkan oleh
perkelahian fisik berulang
e) sembrono mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain
f) secara menetap tidak bertanggung jawab, seperti yang
ditunjukkan oleh kegagalan yang berulang untuk

48
mempertahankan perilaku kerja yang konsisten atau
menghormati kewajiban keuangan
g) kurangnya penyesalan, seperti ditunjukkan dengan menjadi
acuh tak acuh terhadap atau rasionalisasi memiliki terluka,
dianiaya, atau dicuri dari yang lain
2) Individu setidaknya usia 18 tahun.
3) Ada bukti dari gangguan perilaku dengan onset sebelum usia 15
tahun.
4) Terjadinya perilaku antisosial tidak secara eksklusif selama
skizofrenia atau episode manik.

d. Diagnosis banding
Gangguan kepribadian antisosial dapat dibedakan dari perilaku ilegal
yang melibatkan banyak bidang kehidupan seseorang. Dorothy Lewis
menemukan bahwa banyak orang-orang ini memiliki gangguan
neurologis atau mental yang diabaikan atau tidak terdiagnosis. Lebih
sulit membandingkan gangguan kepribadian antisosial dari
penyalahgunaan zat. Ketika kedua penyalahgunaan zat dan perilaku
antisosial dimulai di masa kecil dan berlanjut ke kehidupan dewasa,
kedua gangguan harus didiagnosa.

Ketika perilaku antisosial jelas manifestasi sekunder dari


penyalahgunaan alkohol atau penyalahgunaan zat lain sebelumnya,
diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak dibenarkan. Dalam
mendiagnosis gangguan kepribadian antisosial, dokter harus
menyesuaikan untuk efek distorsi dari status sosial ekonomi, latar
belakang budaya, dan seks. Selanjutnya, diagnosis gangguan
kepribadian antisosial tidak dibenarkan ketika keterbelakangan mental,
skizofrenia, atau mania dapat menjelaskan gejala.

e. Prognosis dan perjalanan gangguan

49
Setelah gangguan kepribadian antisosial berkembang, berjalan tak
henti-hentinya, dengan tingginya perilaku antisosial biasanya terjadi
pada akhir masa remaja. Prognosis bervariasi. Beberapa laporan
menunjukkan bahwa gejala penurunan seiring bertambahnya usia.
Banyak pasien mengalami gangguan somatisasi dan keluhan fisik.
Gangguan depresif, gangguan penggunaan alkohol, dan
penyalahgunaan zat lainnya adalah umum terjadi.

f. Terapi
1) Psikoterapi
Jika pasien dengan gangguan kepribadian antisosial yang tidak
dapat bergerak (misalnya, ditempatkan di rumah sakit), mereka
sering menjadi setuju untuk psikoterapi. Ketika pasien merasa
bahwa mereka dikelilingi rekan-rekan, motivasi untuk berubah
menghilang. Mungkin karena alasan ini, kelompok untuk
membantu diri sendiri lebih berguna daripada penjara dalam
mengurangi gangguan tersebut.

Sebelum pengobatan dapat dimulai, batas tegas sangat penting.


Terapis harus menemukan cara untuk berurusan dengan perilaku
pasien yang merusak diri sendiri. Dan untuk mengatasi ketakutan
pasien akan keintiman, terapis harus menggagalkan keinginan
pasien untuk lari dari pertemuan yang nyata dengan orang lain.
Dengan demikian, terapis menghadapi tantangan memisahkan
kendali dari hukuman dan memisahkan bantuan dan konforntasi
dari isolasi sosial dan retribusi.

2) Farmakoterapi
Farmakoterapi digunakan untuk menangani gejala-gejala seperti
kecemasan, kemarahan, dan depresi, namun karena pasien sering
menyalahgunakan zat, obat-obatan harus digunakan secara
bijaksana. Jika pasien menunjukkan bukti gangguan atensi atau

50
gangguan hiperaktif, psikostimulan seperti methylphenidate
(Ritalin) mungkin berguna. Upaya telah dilakukan untuk
mengubah metabolisme katekolamin dengan obat-obatan dan untuk
mengontrol perilaku impulsif dengan obat antiepilepsi, misalnya,
carbamazepine (Tegretol) atau valproate (Depakote), terutama jika
bentuk gelombang abnormal dicatat pada EEG. -adrenergic
reseptor antagonis telah digunakan untuk mengurangi agresi.

5. Gangguan kepribadian tidak stabil (borderline)


Gangguan kepribadian tidak stabil yaitu bertindak impulsif tanpa
mempetimbangkan dampaknya, afek atau emosi tidak stabil atau kurang
pengendalian diri, dapat menjurus kepada ledakan kemarahan atau
perilaku kekerasan. Dua varian dari gangguan kepribadian ini telah
ditentukan odan keduanya mempunyai persamaan motif umum berupa
impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri.

a. Gejala klinis
Orang dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil hampir
selalu tampak berada dalam keadaan krisis. Suasana hati yang mudah
berubah umum terjadi. Pasien dapat menjadi argumentatif pada satu
saat, depresi berikutnya, dan kemudian mengeluh tidak memiliki
perasaan. Perilaku pasien dengan gangguan kepribadian emosional
tidak stabil sangat tidak terduga, dan prestasi mereka jarang pada
tingkat kemampuan mereka. Sifat yang menyakitkan dari kehidupan
mereka tercermin dalam tindakan berulang merusak diri sendiri. Pasien
tersebut dapat memangkas pergelangan tangan mereka dan melakukan
mutilasi diri lainnya untuk memperoleh bantuan dari orang lain, untuk
mengekspresikan kemarahan, atau untuk menumpulkan dirinya untuk
menenggelamkan afek.

Karena mereka merasa baik bergantung dan bermusuhan, orang


dengan gangguan ini memiliki hubungan interpersonal yang penuh

51
gejolak. Mereka dapat bergantung pada orang-orang dengan siapa
mereka dekat dan, jika merasa frustasi, bisa mengungkapkan
kemarahan besar terhadap teman intim mereka. Pasien dengan
gangguan kepribadian emosional tidak stabil tidak bisa mentolerir
sendirian, dan mereka lebih suka mencari persahabatan secara terburu-
buru, tidak peduli seberapa memuaskan, untuk menemani mereka.
Untuk meredakan kesepian, jika hanya untuk periode singkat, mereka
menerima orang asing sebagai teman. Mereka sering mengeluh tentang
perasaan kekosongan kronis dan kebosanan dan kurangnya rasa
konsisten identitas (difusi identitas), ketika ditekan, mereka sering
mengeluh tentang bagaimana mereka biasanya merasa depresi,
meskipun kesibukan lainnya mempengaruhi.

Otto Kernberg menggambarkan mekanisme pertahanan identifikasi


proyektif yang terjadi pada pasien dengan gangguan kepribadian
emosional tidak stabil. Dalam mekanisme pertahanan primitif, aspek
pada diri sendiri yang tidak bisa ditolerir diproyeksikan ke orang lain;
orang lain diinduksi untuk memainkan peran yang diproyeksikan, dan
dua orang bertindak serempak. Terapis harus menyadari proses ini
sehingga mereka dapat bertindak netral terhadap pasien tersebut.
Kebanyakan terapis setuju bahwa pasien ini menunjukkan kemampuan
penalaran biasa pada tes terstruktur, seperti Skala Kecerdasan Dewasa
Wechsler, dan menunjukkan proses menyimpang hanya pada tes
proyektif tidak terstruktur, seperti tes Rorschach.

Secara fungsional, pasien dengan gangguan kepribadian emosional


tidak stabil merusak hubungan mereka dengan mempertimbangkan
setiap orang untuk menjadi semua baik atau semua buruk. Mereka
melihat orang sebagai figur yang memelihara atau sebagai figur yang
sadis dan dibenci yang menjauhkan mereka dari kebutuhan keamanan
dan mengancam mereka dengan ditinggalkan kapan pun mereka
merasa tergantung. Pergeseran kesetiaan dari satu orang atau

52
kelompok ke kelompok lain sering terjadi. Beberapa dokter
menggunakan konsep panphobia, pananxiety, panambivalence, dan
seksualitas kacau untuk menggambarkan karakteristik pasien.

b. Diagnosis
Menurut DSM-IV-TR, diagnosis gangguan kepribadian emosional
tidak stabil dapat dibuat awal masa dewasa ketika pasien menunjukkan
setidaknya lima kriteria yang tercantum pada kriteria diagnostik. Studi
biologi dapat membantu dalam diagnosis, beberapa pasien dengan
gangguan kepribadian emosional tidak stabil menunjukkan
memendeknya latensi REM dan gangguan tidur kontinuitas, hasil DST
yang abnormal, dan hasil hormon yang abnormal thyrotropin-releasing
test. Perubahan tersebut juga terlihat pada beberapa pasien dengan
gangguan depresi.

Pola pervasif ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan


afek, dan impulsif dengan awitan awal masa dewasa dan hadir dalam
berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih)
sebagai berikut:
1) Upaya yang penuh kegelisahan untuk menghindari keadaan
ditinggalkan yang nyata maupun yang hanya dibayangkan.
Catatan: Tidak meliputi perilaku bunuh diri atau mutilasi diri
tercakup dalam Kriteria 5.
2) pola hubungan interpersonal erat namun tidak stabil
3) gangguan identitas: citra diri atau kesadaran diri yang secara nyata
dan terus menerus tidak stabil
4) impulsif dalam setidaknya dua wilayah yang berpotensi merusak
diri (misalnya, pengeluaran, seks, penyalahgunaan zat, mengemudi
sembrono, makan pesta). Catatan: Tidak meliputi perilaku bunuh
diri atau mutilasi diri tercakup dalam Kriteria 5
5) perilaku bunuh diri berulang, gestur, atau ancaman, atau perilaku
mutilasi diri

53
6) Ketidakstabilan perasaan atau afek yang disebabkan oleh suasana
hati (misalnya, dysphoria episodik intens, lekas marah, atau
kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam dan jarang lebih
dari beberapa hari)
7) Perasaan kosong yang kronis
8) Kemarahan yang tidak pantas, intens atau kesulitan mengendalikan
marah (misalnya, menampilkan sering marah, kemarahan yang
konstan, perkelahian fisik berulang)
9) Pemikiran paranoid yang berkaitan dengan stres berlangsung
singkat gejala disosiatif yang parah

c. Diagnosis banding
Gangguan ini dibedakan dari skizofrenia berdasarkan bahwa pasien
dengan kepribadian emosional tidak stabil tidak memiliki episode
psikotik yang berkepanjangan, gangguan berpikir, dan tanda-tanda
skizofrenia klasik. Pasien dengan gangguan kepribadian schizotypal
menunjukkan keanehan ditandai berpikir, pikiran aneh, dan ideas of
references. Mereka dengan gangguan kepribadian paranoid ditandai
oleh kecurigaan yang ekstrem. Pasien dengan gangguan kepribadian
emosional tidak stabil pada umumnya memiliki perasaan kekosongan
kronis dan episode psikotik singkat; mereka bertindak impulsif dan
menuntut hubungan yang luar biasa, mereka mungkin memutilasi diri
mereka sendiri dan membuat usaha bunuh diri manipulatif.

d. Prognosis dan perjalnan gangguan


Gangguan kepribadian borderline cukup stabil, pasien sedikit
perubahan dari waktu ke waktu. Studi longitudinal tidak menunjukkan
perkembangan ke arah skizofrenia, tetapi pasien memiliki insidensi
tinggi dari episode depresi utama. Diagnosis biasanya dibuatsebelum
usia 40, ketika pasien sedang berusaha untuk membuat pilihan
pekerjaan, perkawinan, dan lainnya dan tidak dapat berurusan dengan
tahap normal dari siklus hidup.

54
e. Terapi
1) Psikoterapi
Psikoterapi untuk pasien dengan gangguan kepribadian emosional
tidak stabil adalah penyelidikan intensif dan telah menjadi terapi
pilihan. Untuk hasil terbaik, farmakoterapi telah ditambahkan ke
rejimen pengobatan. Psikoterapi sulit bagi pasien dan terapis.
Pasien regresi dengan mudah, bertindak impuls, dan menunjukkan
transferences negatif atau positif labil atau tetap, yang sulit untuk
dianalisis. Identifikasi proyektif juga dapat menyebabkan masalah
kontra-transferensi ketika terapis tidak menyadari bahwa pasien
secara tidak sadar mencoba untuk memaksa mereka untuk
bertindak perilaku tertentu.

Mekanisme pertahanan splitting menyebabkan pasien untuk


bergantian menyukai dan membenci terapis dan lain-lain di
lingkungan. Pendekatan yang berorientasi pada realitas cukup
efektif. Terapis telah menggunakan terapi perilaku untuk
mengendalikan impuls pasien dan ledakan marah dan untuk
mengurangi kepekaan mereka terhadap kritik dan penolakan.
Pelatihan keterampilan sosial, terutama dengan pemutaran
rekamanvideo, membantu memungkinkan pasien untuk melihat
bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang lain dan dengan
demikian meningkatkan perilaku interpersonal mereka.

Pasien dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil sering


melakukannya dengan baik di rumah sakit di mana mereka
menerima psikoterapi intensif pada psikoterapi individual dan
secara kelompok. Di rumah sakit, mereka juga dapat berinteraksi
dengan anggota staf terlatih dari berbagai disiplin ilmu dan dapat
diberikan dengan terapi okupasi, rekreasi, dan profesi. Program-
program tersebut sangat membantu ketika lingkungan rumah

55
merugikan rehabilitasi pasien karena konflik dalam keluarga atau
tekanan lain.

Dalam lingkungan yang terlindung di rumah sakit, pasien yang


terlalu impulsif, merusak diri sendiri, atau mutilasi diri dapat
dibatasi, dan tindakan mereka dapat diamati. Dalam situasi yang
ideal, pasien tetap di rumah sakit sampai mereka menunjukkan
tanda perbaikan, sampai dengan 1 tahun di beberapa kasus. Pasien
kemudian dapat dikeluarkan ke sistem suportif khusus, seperti
rumah sakit, rumah sakit malam, dan rumah transisi. Bentuk
khusus dari psikoterapi yang disebut terapi perilaku dialektis
(dialectical behavior therapy - DBT) telah digunakan untuk pasien
dengan gangguan ini, terutama mereka dengan perilaku
parasuicidal, seperti sering memotong.
2) Farmakoterapi
Farmakoterapi berguna untuk menangani dengan fitur kepribadian
tertentu yang mengganggu fungsi keseluruhan pasien. Antipsikotik
telah digunakan untuk mengendalikan kemarahan, permusuhan,
dan episode psikotik singkat. Antidepresan meningkatkan mood
depresi umum pada pasien dengan gangguan kepribadian ini. MAO
inhibitor (MAOI) dapat digunakan pada beberapa pasien dengan
perilaku impulsif. Benzodiazepin, khususnya alprazolam (Xanax),
membantu kecemasan dan depresi, tetapi beberapa pasien
menunjukkan disinhibisi dengan kelas obat ini. Antikonvulsan,
seperti carbamazepine, dapat meningkatkan fungsi global untuk
beberapa pasien. Agen serotonergik seperti serotonin reuptake
inhibitor (SSRI) telah membantu dalam beberapa kasus.

6. Gangguan kepribadian histrionik


Gangguan kepribadian histrionik yaitu pola perilaku berupa emosionalitas
berlebih dan menarik perhatian, bersifat pervasif, berawal sejak usia
dewasa muda, dan nyata dalam berbagai konteks.

56
a. Epidemiologi
Menurut DSM-IV-TR, data terbatas dari studi populasi umum
menunjukkan prevalensi gangguan kepribadian histerik sekitar 2-3%.
Sekitar 10-15 % telah dilaporkan di rawat inap dan rawat jalan pusat
kesehatan mental saat penilaian terstruktur digunakan. Kelainan ini
didiagnosis lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria. Beberapa
studi telah menemukan hubungan dengan gangguan somatisasi dan
gangguan penggunaan alkohol.

b. Gejala klinis
Orang dengan gangguan kepribadian histerik menunjukkan tingkat
tinggi perilaku mencari perhatian. Mereka cenderung melebih-lebihkan
pikiran dan perasaan mereka dan membuat segalanya terdengar lebih
penting daripada yang sebenarnya. Mereka menampilkan amarah, air
mata, dan tuduhan ketika mereka tidak menjadi pusat perhatian atau
tidak menerima pujian atau persetujuan.

Perilaku menggoda adalah umum pada kedua jenis kelamin. Fantasi


seksual tentang orang dengan siapa pasien yang terlibat adalah umum,
tetapi pasien tidak konsisten tentang verbalisasi fantasi ini dan
mungkin malu atau genit daripada agresif secara seksual. Bahkan,
pasien histerik mungkin memiliki disfungsi psikoseksual; wanita
mungkin anorgasmic, dan laki-laki mungkin impoten. Mereka perlu
untuk jaminan tak ada habisnya. Mereka dapat bertindak atas dorongan
seksual mereka untuk meyakinkan diri bahwa mereka menarik bagi
jenis kelamin lain. Hubungan mereka cenderung dangkal,
bagaimanapun, dan mereka dapat sia-sia, egosentris, dan berubah-
ubah. Kebutuhan mereka yang kuat membuat mereka terlalu
ketergantungan percaya dan mudah tertipu.

Pertahanan utama dari pasien dengan gangguan kepribadian histerik


adalah represi dan disosiasi. Dengan demikian, pasien tersebut tidak

57
menyadari perasaan mereka yang sebenarnya dan tidak dapat
menjelaskan motivasi mereka. Di bawah stres, uji realitas dengan
mudah menjadi terganggu.

c. Diagnosis
Dalam wawancara, pasien dengan gangguan kepribadian histrionik
umumnya kooperatif dan ingin memberikan sejarah rinci. Isyarat dan
tanda baca yang dramatis dalam pembicaraan mereka adalah umum.
Tampilan afektif adalah umum, namun, saat ditekan untuk mengakui
perasaan-perasaan tertentu (misalnya, kemarahan, kesedihan, dan
keinginan seksual), mereka mungkin merespon dengan kejutan,
kemarahan, atau penolakan. Hasil pemeriksaan kognitif biasanya
normal, meskipun kurangnya ketekunan dapat ditampilkan pada
aritmatika atau tugas konsentrasi.

Kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik menurut DSM-IV:


Pola pervasif dari emosionalitas yang berlebihan dan mencari
perhatian, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) sebagai
berikut:
1) tidak nyaman dalam situasi di mana dia bukan pusat perhatian
2) interaksi dengan orang lain yang sering ditandai oleh perilaku
seksual menggoda atau provokatif yang tidak sepantasnya
3) menampilkan pergeseran cepat dan ekspresi emosi yang dangkal
4) konsisten menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian
kepada dirinya
5) memiliki gaya bicara yang terlalu impresionis dan kurang rinci
6) menunjukkan dramatisasi diri, sandiwara, dan ekspresi berlebihan
dari emosi
7) mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan
8) menganggap hubungan menjadi lebih intim daripada yang
sebenarnya

58
d. Diagnosis banding
Membedakan antara gangguan kepribadian histrionik dan gangguan
kepribadian emosional tidak stabil sulit, tetapi dalam gangguan
kepribadian emosional tidak stabil, mencoba bunuh diri, difusi
identitas, dan episode psikotik singkat lebih mungkin.

Meskipun kedua kondisi dapat didiagnosis pada pasien yang sama,


dokter harus memisahkan keduanya. Gangguan somatisasi (sindrom
Briquet) dapat terjadi bersamaan dengan gangguan kepribadian
histrionik. Pasien dengan gangguan psikotik singkat dan gangguan
disosiatif mungkin memerlukan diagnosis bersamaan gangguan
kepribadian histrionik.

e. Prognosis dan perjalanan gangguan


Seiring bertambahnya usia, orang dengan gangguan kepribadian
histrionik menunjukkan gejala yang lebih sedikit. Orang dengan
gangguan ini adalah pencari sensasi, dan mereka mungkin
mendapatkan masalah dengan hukum, penyalahgunaan zat, dan
bertindak sembarangan.

f. Terapi
1) Psikoterapi
Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak
menyadari perasaan mereka sendiri yang nyata; klarifikasi dari
perasaan batin mereka adalah proses terapeutik penting.
Psikoterapi dengan orientasi psikoanalitik, baik kelompok atau
individu, mungkin adalah pilihan perawatan untuk gangguan
kepribadian histerik.

2) Farmakoterapi
Farmakoterapi dapat adjunctive bila gejala ditargetkan (misalnya,
penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan somatik, agen

59
anti ansietas untuk kegelisahan, dan antipsikotik untuk derealisasi
dan ilusi).

7. Gangguan kepribadian narsistik


Gangguan kepribadian narsistik yaitu terdapatnya pola rasa kebesaran diri
(dalam fantasi atau perilaku), kebutuhan untuk dikagumi atau disanjung,
kurang mampu berempati. Bersifat pervasif, berawal sejak dewasa muda
dan nyata dalam berbagai konteks.

a. Epidemiologi
Menurut DSM-IV-TR, perkiraan prevalensi gangguan kepribadian
narsistik berkisar 2-16 % dalam populasi klinis dan kurang dari 1 % di
populasi umum. Orang dengan gangguan dapat memberikan rasa yang
tidak realistis tentang kemahakuasaan, kemegahan, keindahan, dan
bakat untuk anak-anak mereka, dengan demikian, keturunan dari orang
tua tersebut mungkin memiliki resiko lebih tinggi daripada biasanya
untuk mengembangkan gangguan itu sendiri. Jumlah kasus gangguan
kepribadian narsistik yang dilaporkan terus meningkat.

b. Diagnosis
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian narsistik berdasarkan DSM-
IV:
Sebuah pola bersifat pervasif tentang kebesaran (dalam khayalan atau
perilaku), membutuhkan kekaguman, dan kurangnya empati, dimulai
dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti
yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) sebagai berikut:
1) secara berlebih merasa dirinya sangat penting (misalnya, melebih-
lebihkan prestasi dan bakat, mengharapkan untuk diakui sebagai
yang unggul tanpa prestasi sepadan)
2) sibuk dengan fantasi kesuksesan tak terbatas, kekuasaan,
kecerdasan, kecantikan, atau kekasih ideal

60
3) percaya bahwa ia adalah istimewa dan unik dan hanya dapat
dipahami oleh, atau harus bergaul dengan orang-orang khusus atau
tinggi status lainnya (atau lembaga)
4) membutuhkan pemujaan berlebihan
5) merasa dirinya mempunyai hak istimewa (contoh menuntut agar
mendapat perlakuan khusus, atau orang lain harus menurut
kehendaknya)
6) tidak memiliki empati: tidak bersedia untuk mengenali atau
mengidentifikasi dengan perasaan dan kebutuhan orang lain
7) sering iri kepada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri
kepadanya
8) bersikap sombong

c. Gejala klinis
Orang dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki rasa megah
diri penting, mereka menganggap diri mereka spesial dan
mengharapkan perlakuan khusus. Rasa memiliki hak istimewa
mencolok. Mereka tidak dapat menerima kritikan dan mungkin
menjadi marah ketika seseorang berani mengkritik mereka, atau
mereka mungkin tampak sama sekali tidak peduli terhadap kritik.
Orang dengan gangguan ini ingin cara mereka sendiri dan sering
ambisius untuk mencapai ketenaran dan keberuntungan.

Hubungan mereka yang rapuh, dan mereka dapat membuat orang lain
marah dengan penolakan mereka untuk mematuhi aturan-aturan
konvensional perilaku. Mereka tidak dapat menunjukkan empati, dan
mereka berpura-pura simpati hanya untuk mencapai tujuan egois
mereka sendiri. Karena harga diri mereka rapuh, mereka rentan
terhadap depresi. Kesulitan interpersonal, masalah pekerjaan,
penolakan, dan kehilangan adalah hasil dari perilaku narsistik mereka.

61
d. Diagnosis banding
Gangguan kepribadian emosional tidak stabil, gangguan kepribadian
histrionik, dan antisosial sering menyertai gangguan kepribadian
narsistik, sehingga diagnosis diferensial sulit. Pasien dengan gangguan
kepribadian narsistik memiliki kecemasan kurang dari mereka dengan
gangguan kepribadian emosional tidak stabil; kehidupan mereka
cenderung kurang kacau, dan mereka cenderung untuk mencoba bunuh
diri. Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial memiliki riwayat
perilaku impulsif, sering dikaitkan dengan alkohol atau
penyalahgunaan zat lainnya, yang sering membuat mereka menjadi
bermasalah dengan hukum. Pasien dengan gangguan kepribadian
histrionik menunjukkan fitur eksibisionisme dan manipulatif
interpersonal yang mirip dengan pasien dengan gangguan kepribadian
narsisistik.

e. Perjalanan gangguan dan prognosis


Gangguan kepribadian narsisistik adalah kronis dan sulit untuk diobati.
Pasien dengan gangguan terus-menerus harus berurusan dengan
pukulan narsisme mereka yang dihasilkan dari perilaku mereka sendiri
atau dari pengalaman hidup. Penuaan ditangani buruk; pasien menilai
keindahan, kekuatan, dan atribut muda, yang mereka pegang teguh
tidaklah tepat. Mereka mungkin lebih rentan mengalami krisis
setengah baya (midlife crises) daripada kelompok lain.

f. Terapi
1) Psikoterapi
Karena pasien harus meninggalkan narsisme mereka untuk
membuat kemajuan, pengobatan gangguan kepribadian narsisistik
adalah sulit. Psikiater seperti Kernberg dan Heinz Kohut
menganjurkan menggunakan pendekatan psikoanalitik untuk efek
berubah, tetapi banyak penelitian diperlukan untuk membuktikan
diagnosis dan untuk menentukan pengobatan terbaik. Beberapa

62
dokter menganjurkan terapi kelompok bagi pasien mereka
sehingga mereka dapat belajar bagaimana berbagi dengan orang
lain dan, dalam keadaan yang ideal, dapat mengembangkan respon
empatik kepada orang lain.

2) Farmakoterapi
Lithium (Eskalith) telah digunakan dengan pasien yang gambaran
klinis mencakup perubahan suasana hati. Karena pasien dengan
gangguan kepribadian narsistik mentoleransi penolakan secara
buruk dan rentan terhadap depresi, antidepresan, obat-obatan
terutama serotonergik, juga dapat digunakan.

8. Gangguan kepribadian mengindar (avoidant)


Gangguan kepribadian menghindar yaitu adanya pola perasaan tidak
nyaman serta keengganan untuk bergaul secara sosial, rasa rendah diri,
hipersensitif terhadap evaluasi negatif. Bersifat pervasif, awitan sejak
dewasa muda, nyata dalam berbagai konteks.

a. Epidemiologi
Gangguan kepribadian menghindar adalah umum. Prevalensi
gangguan adalah 1 sampai 10 % dari populasi umum. Tidak ada
informasi mengenai rasio berdasarkan gender atau pola keluarga. Bayi
diklasifikasikan sebagai memiliki temperamen pemalu mungkin lebih
rentan terhadap gangguan dibandingkan mereka yang mendapat skor
tinggi pada skala pendekatan aktivitas.

b. Gejala klinis
Hipersensitif terhadap penolakan oleh orang lain adalah fitur klinis
utama dari gangguan kepribadian menghindar, dan sifat kepribadian
yang utama pasien adalah timidity. Orang-orang keinginan kehangatan
dan keamanan persahabatan manusia, tetapi membenarkan mereka
menghindari hubungan karena takut diduga mereka penolakan. Ketika

63
berbicara dengan seseorang, mereka mengungkapkan ketidakpastian,
menunjukkan kurangnya kepercayaan diri, dan dapat berbicara dengan
cara merendahkan diri. Karena mereka waspada tentang penolakan,
mereka takut untuk berbicara di depan umum atau untuk membuat
permintaan orang lain. Mereka cenderung salah menafsirkan komentar
orang lain 'sebagai merendahkan atau mengejek. Penolakan dari
permintaan apapun membuat mereka menarik diri dari orang lain dan
merasa terluka.

Di bidang pekerjaan, pasien dengan gangguan kepribadian menghindar


seringkali mengambil pekerjaan di sela-sela. Mereka jarang mencapai
kemajuan pribadi banyak atau otoritas banyak, tapi kelihatan malu dan
bersemangat untuk menyenangkan. Orang-orang umumnya tidak
memasukkan hubungan kecuali mereka diberi jaminan luar biasa kuat
penerimaan tidak kritis. Akibatnya, mereka sering tidak memiliki
teman dekat atau kepercayaan.

c. Diagnosis
Dalam wawancara klinis, aspek pasien yang paling mencolok adalah
kecemasan tentang berbicara dengan seorang pewawancara. Cara
mereka gugup dan tegang muncul pasang surut dengan persepsi
mereka apakah pewawancara menyukai mereka. Mereka tampaknya
rentan terhadap komentar pewawancara dan saran dan mungkin
menganggap klarifikasi atau interpretasi sebagai kritik.

Kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian menghindar


berdasarkan DSM-IV:
Sebuah pola pervasif inhibisi sosial, perasaan tidak mampu, dan
hipersensitivitas terhadap evaluasi negatif, dimulai dengan awal masa
dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan
oleh empat (atau lebih) sebagai berikut:

64
1) menghindari kegiatan kerja yang melibatkan kontak interpersonal
yang signifikan, karena takut kritik, ketidaksetujuan, atau
penolakan
2) tidak mau untuk terlibat dengan orang-orang kecuali merasa yakin
disukai
3) menunjukkan pengendalian diri dalam hubungan intim karena
takut dipermalukan atau ditertawakan
4) Khawatir bila dikritik atau ditolak dalam situasi sosial
5) terhambat dalam interaksi antarpribadi baru karena perasaan tidak
mampu
6) Memandang diri sendiri sebagai tidak layak secara sosial, secara
pribadi tidak menarik, atau lebih rendah daripada orang lain
7) enggan untuk mengambil risiko pribadi atau untuk terlibat dalam
kegiatan yang baru karena mereka mungkin terbukti memalukan

d. Diagnosis banding
Pasien dengan gangguan kepribadian menghindar keinginan interaksi
sosial, tidak seperti pasien dengan gangguan kepribadian skizofrenia,
yang ingin sendirian. Pasien dengan gangguan kepribadian menghindar
tidak seperti menuntut, marah, atau tidak terduga seperti yang dengan
gangguan kepribadian emosional tidak stabil dan histrionik. Gangguan
kepribadian menghindar dan gangguan kepribadian dependen serupa.
Pasien dengan gangguan kepribadian dependen yang dianggap lebih
takut ditinggalkan atau dicintai dibandingkan dengan gangguan
kepribadian menghindar, tetapi gambaran klinis tidak dapat dibedakan.

e. Perjalanan gangguan dan prognosis


Banyak orang dengan gangguan kepribadian menghindar mampu
berfungsi di lingkungan yang terlindung. Beberapa menikah, memiliki
anak, dan hidup mereka dikelilingi hanya oleh anggota keluarga. Harus
mendukung apabila mereka mengalami kegagalan, namun, mereka
cenderung mudah mengalami depresi, kecemasan, dan kemarahan.

65
Penghindaran fobia adalah umum, dan pasien dengan gangguan dapat
memberikan sejarah fobia sosial atau fobia sosial dikenakan dalam
perjalanan penyakit mereka.

f. Terapi
1) Psikoterapi
Pengobatan psikoterapi tergantung pada memperkuat aliansi
dengan pasien. Sebagai kepercayaan berkembang, terapis harus
menyampaikan sikap menerima terhadap ketakutan pasien,
terutama takut ditolak. Terapis akhirnya mendorong pasien untuk
pindah ke dunia untuk mengambil apa yang dianggap sebagai
risiko besar penghinaan, penolakan, dan kegagalan. Tetapi terapis
harus berhati-hati ketika memberikan tugas untuk latihan
keterampilan sosial baru di luar terapi; kegagalan dapat
memperkuat pasien sudah miskin harga diri. Terapi kelompok
dapat membantu pasien memahami bagaimana kepekaan mereka
terhadap penolakan mempengaruhi mereka dan lain-lain. Pelatihan
ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan
pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka
dan untuk memperbesar harga diri mereka.

2) Farmakoterapi
Farmakoterapi telah digunakan untuk mengelola kecemasan dan
depresi ketika mereka berhubungan dengan gangguan tersebut.
Beberapa pasien yang dibantu oleh -adrenergik reseptor
antagonis, seperti atenolol (Tenormin), untuk mengelola
hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi pada
pasien dengan gangguan kepribadian menghindar, terutama ketika
mereka mendekati situasi takut. Agen serotonergik dapat
membantu sensitivitas penolakan. Secara teoritis, obat
dopaminergik bisa menimbulkan hal-hal baru-mencari perilaku

66
pada pasien, namun pasien harus secara psikologis siap untuk
setiap pengalaman baru yang mungkin timbul.

9. Gangguan kepribadian dependen


Gangguan kepribadian dependen yaitu suatu pola perilaku berupa
kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara, yang menyebabkan seorang
individu berperilaku submisif, bergantung kepada orang lain, dan
ketakutan akan perpisahan dengan orang tempat ia bergantung, Besifat
pervasif, berawal sejak usia dewasa muda, dan nyata dalam berbagai
situasi.

a. Epidemiologi
Gangguan kepribadian dependen lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pada pria. Satu studi didiagnosis 2,5% dari semua
gangguan kepribadian jatuh ke dalam kategori ini. Hal ini lebih umum
pada anak-anak daripada yang lebih tua. Orang dengan penyakit fisik
kronis di masa kecil mungkin paling rentan terhadap gangguan ini.

b. Gejala klinis
Gangguan kepribadian dependen ditandai oleh pola perilaku meresap
tergantung dan tunduk. Orang dengan gangguan tersebut tidak dapat
membuat keputusan tanpa saran dan kepastian dari orang lain dengan
jumlah berlebihan. Mereka menghindari posisi tanggung jawab dan
menjadi cemas jika diminta untuk mengambil peran kepemimpinan.
Mereka lebih suka untuk tunduk. Ketika mereka sendiri, mereka
merasa sulit untuk bertahan pada tugas-tugas, tetapi mungkin merasa
mudah untuk melakukan tugas-tugas untuk orang lain.

Karena orang-orang dengan gangguan tersebut tidak suka sendirian,


mereka mencari orang lain pada siapa mereka dapat bergantung;
hubungan mereka, dengan demikian, terdistorsi oleh kebutuhan
mereka harus terpasang ke orang lain. Dalam folie deux (gangguan

67
psikotik bersama), salah satu anggota pasangan biasanya mengalami
gangguan kepribadian dependen; pasangan yang taat mengambil
sistem delusi dari mitra, lebih agresif tegas pada siapa dia bergantung.

Pesimisme, keraguan diri, pasif, dan ketakutan untuk mengekspresikan


perasaan seksual dan agresif semua melambangkan perilaku orang-
orang dengan gangguan kepribadian dependen. Pasangan yang kasar,
tidak setia, atau alkohol dapat ditoleransi untuk waktu yang lama untuk
menghindari mengganggu rasa keterikatan.

c. Diagnosis
Dalam wawancara, pasien tampak penurut. Mereka mencoba untuk
bekerja sama, menyambut pertanyaan spesifik, dan mencari
bimbingan. Kriteria diagnostik gangguan kepribadian dependen
berdasarkan DSM-IV:

Sebuah kebutuhan yang luas dan berlebihan harus diambil untuk


mengarah ke perilaku tunduk dan kelekatan dan ketakutan pemisahan,
dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks,
seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) sebagai berikut:
1) memiliki kesulitan membuat keputusan sehari-hari tanpa saran dan
jaminan dari orang lain dalam jumlah yang berlebihan
2) kebutuhan orang lain untuk bertanggung jawab atas bidang utama
sebagian besar hidupnya
3) mengalami kesulitan mengekspresikan ketidaksetujuan dengan
orang lain karena takut kehilangan dukungan atau persetujuan.
4) mengalami kesulitan memulai proyek-proyek atau melakukan hal-
hal sendiri (karena kurangnya kepercayaan diri dalam penilaian
atau kemampuan daripada kurangnya motivasi atau energi)
5) usaha berlebihan untuk memperoleh pengasuhan dan dukungan
dari orang lain, ke titik sukarela untuk melakukan hal-hal yang
tidak menyenangkan

68
6) merasa tidak nyaman atau tak berdaya ketika sendirian karena
takut yang berlebihan tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri
7) segera mencari hubungan lain sebagai sumber perawatan dan
dukungan ketika hubungan dekat berakhir
8) preokupasi yang tidak realistis dengan kekhawatiran ditinggal
untuk mengurus dirinya sendiri

d. Diagnosis banding
Sifat-sifat ketergantungan ditemukan dalam gangguan kejiwaan
banyak, sehingga diagnosis diferensial sulit. Ketergantungan
merupakan faktor yang menonjol pada pasien dengan gangguan
kepribadian histrionik dan emosional tidak stabil, tetapi mereka
dengan gangguan kepribadian dependen biasanya memiliki hubungan
jangka panjang dengan satu orang, bukan serangkaian orang pada siapa
mereka bergantung, dan mereka tidak cenderung terang-terangan
manipulatif. Pasien dengan gangguan kepribadian skizofrenia dan
schizotypal dapat dibedakan dari orang-orang dengan gangguan
kepribadian menghindar. Perilaku dependen dapat terjadi pada pasien
dengan agoraphobia, tapi pasien ini cenderung memiliki tingkat
kecemasan tinggi terang-terangan atau bahkan panik.

e. Perjalanan gangguan dan prognosis


Sedikit yang diketahui tentang perjalanan gangguan kepribadian
dependen. Berfungsi kerja cenderung dirugikan, karena orang-orang
dengan gangguan tersebut tidak dapat bertindak secara independen dan
tanpa pengawasan ketat. Hubungan sosial terbatas pada orang-orang
pada siapa mereka dapat bergantung, dan banyak menderita pelecehan
fisik atau mental karena mereka tidak dapat menyatakan diri mereka
sendiri. Mereka risiko gangguan depresi besar jika mereka kehilangan
orang pada siapa mereka bergantung, tetapi dengan pengobatan,
prognosis menguntungkan.

69
f. Terapi
1) Psikoterapi
Pengobatan gangguan kepribadian dependen sering berhasil.
Terapi berdasarkan tilikan memungkinkan pasien untuk memahami
anteseden perilaku mereka, dan dengan dukungan dari terapis,
pasien dapat menjadi lebih mandiri, tegas, dan mandiri. Terapi
perilaku, pelatihan ketegasan, terapi keluarga, dan terapi kelompok
semuanya telah digunakan, dengan hasil yang sukses dalam banyak
kasus. Sebuah kesulitan mungkin timbul dalam pengobatan ketika
terapis mendorong pasien untuk mengubah dinamika hubungan
patologis (misalnya, mendukung istri disiksa secara fisik dalam
mencari bantuan dari polisi). Pada titik ini, pasien mungkin
menjadi cemas dan tidak mampu bekerja sama dalam terapi,
mereka mungkin merasa terpecah antara sesuai dengan terapis dan
kehilangan hubungan eksternal patologis. Terapis harus
menunjukkan rasa hormat besar bagi perasaan dependen pasien,
tidak peduli seberapa patologis perasaan ini mungkin tampak.

2) Farmakoterapi
Farmakoterapi telah digunakan untuk menangani gejala-gejala
spesifik, seperti kecemasan dan depresi, yang merupakan fitur yang
berhubungan umum dari gangguan kepribadian dependen. Pasien
yang mengalami serangan panik atau yang memiliki tingkat
kecemasan perpisahan dapat dibantu dengan imipramine
(Tofranil). Benzodiazepin dan agen serotonergik juga telah
berguna. Jika depresi pasien atau gejala penarikan menanggapi
psikostimulan, mereka dapat digunakan.

10. Gangguan kepribadian obsesif kompulsif


Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif adalah pola perilaku berupa
preokupasi dengan keteraturan, peraturan, perfeksionisme, kontrol mental
dan hubungan interpersonal, dengan mengenyampingkan: fleksibilitas,

70
keterbukaan, efisiensi, bersifat pervasif, awitan sejak dewasa muda nyata
dalam berbagai konteks.

a. Epidemiologi
Prevalensi obsesif-kompulsif gangguan kepribadian tidak diketahui.
Hal ini lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita dan
didiagnosis paling sering pada anak tertua. Gangguan juga terjadi lebih
sering pada tingkat pertama keluarga biologis dari orang-orang dengan
gangguan daripada populasi umum. Pasien sering memiliki latar
belakang disiplin yang keras.

b. Gejala klinis
Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif kepribadian disibukkan
dengan aturan, peraturan, ketertiban, kerapian, rincian, dan pencapaian
kesempurnaan. Mereka bersikeras bahwa aturan harus diikuti secara
kaku dan tidak bisa mentolerir apa yang mereka anggap pelanggaran.
Oleh karena itu, mereka kekurangan fleksibilitas dan tidak toleran.
Mereka mampu bekerja lama, asalkan rutin dan tidak memerlukan
perubahan yang mereka tidak dapat beradaptasi.

Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif kepribadian memiliki


keterampilan interpersonal yang terbatas. Mereka bersikap formal dan
serius dan sering kurang rasa humor. Mereka mengasingkan orang,
tidak mampu untuk berkompromi, dan bersikeras bahwa orang lain
tunduk kepada kebutuhan mereka. Mereka ingin menyenangkan orang
yang mereka lihat sebagai lebih kuat dari mereka, bagaimanapun, dan
mereka melaksanakan keinginan orang-orang ini secara otoriter.
Karena mereka takut membuat kesalahan, mereka ragu-ragu dan
memikirkan tentang membuat keputusan. Meskipun pernikahan yang
stabil dan kecukupan pekerjaan umum, orang dengan kepribadian
obsesif-kompulsif memiliki beberapa teman. Apa pun yang
mengancam untuk mengganggu stabilitas atau rutinitas kehidupan

71
mereka dirasakan dapat memicu kecemasan yang dinyatakan terikat
dalam ritual yang mereka paksakan pada kehidupan mereka dan
mencoba untuk memaksakannya pada orang lain.

c. Diagnosis
Dalam wawancara, pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-
kompulsif mungkin memiliki sikap kaku. Afek mereka tidak tumpul
atau datar, tetapi dapat digambarkan sebagai yang terbatas. Mereka
kekurangan spontanitas, dan suasana hati mereka biasanya serius.
Pasien tersebut mungkin cemas tentang tidak terkendali dalam
wawancara. Jawaban mereka untuk pertanyaan luar biasa rinci.
Mekanisme pertahanan yang mereka gunakan adalah rasionalisasi,
isolasi, intelektualisasi, pembentukan reaksi, dan kehancuran. Kriteria
diagnostik untuk gangguan kepribadian obsesif-kompulsif :

Sebuah pola meresap keasyikan dengan keteraturan, perfeksionisme,


dan kontrol mental dan interpersonal dengan mengorbankan
fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi, dimulai dengan awal masa
dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan
oleh empat (atau lebih) berikut :
1) terpaku terhadap rincian, aturan, daftar, urutan, organisasi, atau
jadwal
2) menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian
tugas
3) teliti, berhati-hati berlebihan dan lebih mengutamakan
produktivitas sehingga mengeyampingkan kesenangan dan
hubungan interpersonal
4) teliti dan tidak fleksibel tentang hal-hal moral, etika, atau nilai
(tidak diperhitungkan dengan identifikasi budaya atau agama)
5) tidak mampu untuk membuang benda-benda usang atau tidak
berharga bahkan ketika mereka tidak memiliki nilai

72
6) enggan untuk mendelegasikan tugas atau bekerja dengan orang lain
kecuali mereka tunduk dengan tepatnya atau cara dia melakukan
sesuatu
7) mengadopsi gaya belanja kikir baik terhadap diri dan orang lain,
uang dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun bagi bencana
di masa depan
8) menunjukkan kekakuan dan keras kepala

d. Diagnosis banding
Ketika obsesi berulang atau dorongan yang hadir, obsesif-kompulsif
harus dicatat pada Axis I. Mungkin perbedaan yang paling sulit adalah
antara pasien rawat jalan dengan beberapa sifat obsesif-kompulsif dan
mereka dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif. Diagnosis
gangguan kepribadian diperuntukkan bagi mereka dengan gangguan
signifikan dalam efektivitas mereka pekerjaan atau sosial. Dalam
beberapa kasus, gangguan delusi berdampingan dengan gangguan
kepribadian dan harus dicatat.

e. Perjalanan gangguan dan prognosis


Perjalanan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif adalah bervariasi
dan tak terduga. Dari waktu ke waktu, orang dapat mengembangkan
obsesi atau dorongan dalam perjalanan gangguan mereka. Beberapa
remaja dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif berkembang
menjadi orang dewasa yang hangat, terbuka, dan penuh kasih; pada
orang lain, gangguan dapat berupa pertanda skizofrenia pada dekade
kemudian dan diperburuk oleh proses penuaan atau gangguan depresi
mayor.

Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif kepribadian dapat


berkembang dalam posisi menuntut kerja metodis, deduktif, atau rinci,
namun mereka rentan terhadap perubahan yang tak terduga, dan

73
kehidupan pribadi mereka mungkin tetap tidak bertumbuh. Gangguan
depresi, terutama onset terlambat, umum terjadi.

f. Terapi
1) Psikoterapi
Berbeda pasien dengan gangguan kepribadian lainnya, orang-orang
dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif sering menyadari
penderitaan mereka, dan mereka mencari pengobatan sendiri.
Pengobatan sering berlangsung panjang dan rumit. Terapi
kelompok dan terapi perilaku kadang-kadang menawarkan
keuntungan tertentu. Dalam kedua konteks, mudah untuk
menginterupsi pasien di tengah-tengah interaksi atau penjelasan
maladaptif mereka. Mencegah penyelesaian perilaku kebiasaan
mereka menimbulkan kecemasan pasien dan membuat mereka
rentan terhadap strategi belajar mengatasi yang baru. Pasien juga
dapat menerima hadiah langsung untuk perubahan dalam terapi
kelompok, sesuatu yang kurang sering mungkin dalam psikoterapi
individu.

2) Farmakoterapi
Clonazepam (Klonopin), benzodiazepin dengan penggunaan
antikonvulsan, telah mengurangi gejala pada pasien dengan
obsesif-kompulsif berat. Clomipramine (Anafranil) dan agen
serotonergik seperti fluoxetine, biasanya pada dosis 60 sampai 80
mg sehari, mungkin berguna jika tanda dan gejala obsesif-
kompulsif muncul. Nefazodone (Serzone) mungkin mendapat
manfaat beberapa pasien.

11. Gangguan kepribadian tidak ditentukan (not otherwise specified)


Dalam DSM-IV, gangguan kepribadian yang tidak ditentukan dibentuk
apabila ada gangguan yang tidak masuk ke salah satu kategori ganguan
kepribadian yang telah dijelaskan di atas. Gangguan kepribadian pasif-

74
agresif dan gangguan kepribadian depresif sekarang terdaftar sebagai
contoh dari gangguan kepribadian tidak ditentukan. Sebuah spektrum
sempit perilaku atau sikap tertentu "seperti oppositionalism, sadisme, atau
masochism" juga dapat diklasifikasikan dalam kategori ini. Seorang pasien
dengan fitur lebih dari satu gangguan kepribadian tetapi tanpa kriteria
lengkap dari setiap gangguan yang dapat diberikan klasifikasi ini.

Kategori ini untuk gangguan fungsi kepribadian yang tidak memenuhi


kriteria untuk gangguan kepribadian tertentu. Sebuah contoh adalah
adanya fitur lebih dari satu gangguan kepribadian tertentu yang tidak
memenuhi kriteria penuh untuk gangguan kepribadian seseorang (mixed
personality). Tetapi bersama-sama menyebabkan distress klinis signifikan
atau gangguan dalam satu atau lebih penting area fungsi (misalnya, sosial
atau pekerjaan). Kategori ini juga dapat digunakan ketika hakim dokter
bahwa gangguan kepribadian tertentu yang tidak termasuk dalam
klasifikasi yang sesuai.

a. Gangguan kepribadian pasif-agresif


1) Sebuah pola pervasif sikap negatif dan perlawanan pasif terhadap
tuntutan untuk kinerja yang memadai, dimulai dengan awal masa
dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh empat (atau lebih) sebagai berikut:
a) pasif menolak memenuhi tugas sosial dan pekerjaan rutin
b) mengeluh salah mengerti dan tidak dihargai oleh orang lain
c) cemberut dan argumentatif
d) masuk akal dan scorns mengkritik otoritas
e) mengungkapkan kecemburuan dan kebencian terhadap orang-
orang tampaknya lebih beruntung
f) suara berlebihan dan terus-menerus keluhan kemalangan
pribadi
g) bergantian antara pembangkangan bermusuhan dan penyesalan

75
2) Tidak terjadi secara eksklusif selama episode depresi dan tidak
lebih baik dicatat oleh gangguan dysthymic.

b. Gangguan kepribadian depresif


1) Sebuah pola pervasif kognisi dan perilaku depresif pada awal masa
dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh lima (atau lebih) sebagai berikut:
a) suasana hati yang biasa didominasi oleh kepatahan, kelam
kabut, murung, ketidakbahagiaan
b) konsep diri pusat sekitar keyakinan tidak mampu, tidak
berharga, dan rendah diri
c) sangat penting, menyalahkan, dan menghina terhadap diri
sendiri
d) yang merenung dan diberikan kepada khawatir
e) negatif, kritis, dan menghakimi terhadap orang lain
f) pesimis
g) rentan terhadap perasaan bersalah atau menyesal
2) Tidak terjadi secara eksklusif selama episode depresi dan tidak
lebih baik dicatat oleh gangguan dysthymic.

c. Gangguan kepribadian sadomasokis


Beberapa jenis kepribadian yang ditandai oleh unsur-unsur dari
sadisme atau masokisme atau kombinasi keduanya. Gangguan
kepribadian sadomasokis yang tercantum di sini karena kepentingan
klinis dan sejarah besar dalam psikiatri. Ini bukan kategori diagnostik
resmi dalam DSM-IV-TR atau lampirannya, tetapi dapat didiagnosis
sebagai gangguan kepribadian ini tidak lain diklasifikasikan. Sadisme
adalah keinginan untuk menyebabkan rasa sakit orang lain dengan
menjadi baik seksual melecehkan atau umumnya secara fisik atau
psikologis kasar. Ini adalah nama untuk Marquis de Sade, seorang
penulis akhir abad ke-18 orang yang mengalami erotika
menggambarkan kenikmatan seksual saat menyakiti orang lain. Freud

76
percaya bahwa sadis menangkal kecemasan kastrasi dan mampu untuk
mencapai kenikmatan seksual hanya ketika mereka bisa lakukan untuk
orang lain apa yang mereka takuti akan dilakukan untuk mereka.

Masokisme, nama untuk Leopold von Sacher-Masoch, seorang novelis


abad ke-19 Jerman, adalah pencapaian kepuasan seksual dengan
menimbulkan rasa sakit pada diri. Jadi yang disebut masokis moral
yang umumnya mencari penghinaan dan kegagalan daripada sakit
fisik. Freud percaya bahwa kemampuan masokis untuk mencapai
orgasme terganggu oleh kecemasan dan perasaan bersalah tentang
seks, yang dikurangi dengan penderitaan dan hukuman.

Pengamatan klinis menunjukkan bahwa unsur-unsur perilaku sadis dan


masokis baik biasanya hadir dalam orang yang sama. Pengobatan
dengan psikoterapi berorientasi wawasan, termasuk psikoanalisis, telah
efektif dalam beberapa kasus. Sebagai hasil dari terapi, pasien menjadi
menyadari kebutuhan untuk menghukum diri sendiri sekunder untuk
rasa bersalah yang berlebihan sadar dan juga datang untuk mengenali
impuls agresif mereka yang direpresi, yang berasal dari anak usia dini.

d. Gangguan kepribadian sadistik


Gangguan kepribadian sadis tidak termasuk dalam DSM-IV-TR, tetapi
masih muncul dalam literatur dan mungkin digunakan deskriptif.
Dimulai pada awal masa dewasa, orang dengan gangguan kepribadian
sadistik menunjukkan pola meresap perilaku kejam, merendahkan, dan
agresif yang diarahkan terhadap orang lain. Kekejaman fisik atau
kekerasan digunakan untuk menyakiti orang lain, bukan untuk
mencapai tujuan lain, seperti perampokan seseorang untuk mencuri.
Orang dengan gangguan seperti untuk mempermalukan atau
merendahkan orang di depan orang lain dan biasanya diobati atau
disiplin orang jarang kasar, terutama anak-anak. Secara umum, orang
dengan gangguan kepribadian sadis yang terpesona oleh kekerasan,

77
senjata, cedera, atau penyiksaan. Untuk dimasukkan dalam kategori
ini, orang tersebut tidak dapat semata-mata didorong oleh keinginan
untuk mendapatkan rangsangan seksual dari perilaku mereka, jika
mereka begitu termotivasi, paraphilia dari sadisme seksual harus
didiagnosis.

78
BAB III
KESIMPULAN

Gangguan kepribadian digambarkan sebagai gangguan berat kepribadian dan


perilaku yang dinilai sebagai suatu bentuk penyimpangan dari pola budaya yang
normal. Pedoman diagnostik gangguan kepribadian termasuk gangguan dengan
durasi yang lama pada beberapa fungsi, bersifat pervasif dan maladaptif, onset
pada masa kecil atau remaja; kelanjutan menjadi dewasa; kepribadian distres yang
cukup besar (meskipun kadang-kadang hanya terlihat pada akhir kursus gangguan
itu); dan biasanya , tetapi tidak selalu, masalah yang signifikan dalam pekerjaan
dan dalam perilaku sosial. Pada seorang individu dengan gangguan kepribadian,
terjadi disfungsi dalam hubungan keluarga, pekerjaan, fungsi sosial. Dapat pula
berkaitan dengan tindak kriminal, penyalahgunaan zat, pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan, perceraian, dan lain-lain. Penegakan diagnosis dapat menggunakan
kriteria PPDGJ (Klasifikasi Panduan Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa) ataupun DSM-IV (yang terklasifikasi Kluster A dengan gambaran aneh
(odd) dan penyendiri (aloof), Kluster B dengan gambaran dramatis, Kluster C
dengan gambaran gelisah/cemas dan ketakutan). Tatalaksana biasanya sulit karena
gangguan ini bersifat pervasif, egosintonik, awitannya sejak dewasa muda (di atas
17 tahun) dan seringkali individu bangga dengan ciri kepribadiannya. Tatalaksana
terdiri dari 2 jenis, yaitu psikoterapi (terapi dengan prinsip menyadarkan pasien
mengenai dampak gangguan kepribadian yang ia derita) dan psikofarmaka
(penggunaan psikotropika yang bersifat pengobatan simptomatis).

79
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic And Statistical Manual Of


Mental Disorder Fourth Ed. Washington DC
Departemen Kesehatan R.I. (1993). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312091/bab2.pdf
http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2011/03/mekanisme-koping.html
Keliat, B.A. (1999). Penatalaksanaan stres. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran:
EGC.
Lazarus, S.R. dan Folkman, S. (1985). Stress appraisal and coping. New York:
PublishingCompany.
Mangindaan, Lukas. Ed: Elvira, S. D., & Hadisukanto, G. (2010). Buku Ajar
Psikiatri: Gangguan Kepribadian. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., Grenne Beverly. (2003). Psikologi
Abnormal. Edisi ke-v. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2007). Kaplan & Sadock's Synopsis of
Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New
York: Lippincott William&Wilkins.
Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric
nursing. Sixthedition. St. Louis : Mosby Year Book.

80

Anda mungkin juga menyukai