Anda di halaman 1dari 21

KAJIAN KRITIS TEORI HUKUM PROGRESIF

TERHADAP STATUS ANAK DI LUAR NIKAH


DALAM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI No.46/PUU-VIII/2010

Saifullah

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang


Jl. Gajayana No.50 Malang 65144
Email : saifullahdebab@yahoo.co.id

Abstrak

Kajian kritis Teori Hukum Progresif yang digagas oleh Satjipto Rahardjo telah
diterjemahkan dalam putusan Mahkamah Konstitusi No.46/PUU-VII/2010 tentang
status hukum anak luar nikah sebagai berikut : (a) putusan yang menempatkan
hukum untuk manusia bukan manusia untuk hukum ; (b) putusan yang merespon
keinginan pencari keadilan dan memberikan nilai kesejahteraan dan kebahagiaan
utamanya ibu yang melahirkan dan keluarganya dengan memberikan perlindungan
hak-hak keperdataan bagi anak luar nikah ; (c) putusan yang mengakomodir
keinginan publik dengan melakukan rule breaking oleh hakim dalam
mengaktualisasikan hukum dalam ruang dan waktu yang tepat dengan melakukan
pemaknaan yang kreatif terhadap peraturan yang ada agar hukum juga mengatur dan
menjamin hak-hak keperdatan anak di luar perkawinan dari kedua orangtuanya ; (d)
putusan yang mengejawantahkan nilai kecerdasan moral dan spiritual dengan
kandungan nilai keadilan substantif ; (e) putusan yang mengganti dan menerobos
paradigma bekerjanya hukum sesuai peraturan menuju ke paradigma perilaku
manusia.

Kata kunci: hukum progresif, Satjipto Rahardjo, anak di luar nikah, putusan
Mahkamah Konstitusi, rule breaking

Abstract

Critical Reviews of Progressive Legal Theory initiated by Satjipto Rahardjo has been
translated in the decision of Constitutional Court No : 46/PUU-VII/2010 about the
legal status of illegitimate children out of wedlock as follows : (a) a decision that
puts the law for human, not human for the law ; (b) responding to the decision that in
the search of justice and provide welfare and happiness of its main values that gave
birth mothers and their familes with provide protection for the civil rights of
illegitimate children out of wedlock ; (c) the decision to accommodate the public
desire to perform rule breaking by the judge in the legal actualize in space and time
by performing a creative interpretation of existing regulations that regulate the law
also guarantees the right and civil rights of a natural child of his parents ; (d) the
decision that embody moral intelligence and spiritual values with the substantive
content of justice ; (e) decision to break through the workings of the legal paradigm
in accordance with the human behaviour paradigm.

Keywords: progresive law, Sactipto Rahardja, ex-nuptial child, Constitution


Court decision, rule breaking.
A. Pendahuluan tidak mempunyai kewajiban hukum
Hasil Rapat Musyawarah Hakim untuk memelihara, mengasuh serta
yang dihadiri oleh sembilan orang Hakim membiayai anak yang telah dilahirkan.
Mahkamah Konstitusi dan dibacakan Dikatakan pula bahwa diskriminasi
terbuka untuk umum pada tanggal 17 tersebut telah memberikan beban psikis
Februari 2012 dalam Sidang Pleno terhadap anak dikarenakan tidak adanya
Mahkamah Konstitusi dengan registrasi pengakuan dari bapaknya atas
No : 46/PUU-VII/2010 telah memberikan kehadirannya di dunia, yang
pengaruh yang signifkan tidak saja menimbulkan rasa kecemasan, ketakutan
menjadi perdebatan panjang di kalangan dan ketidaknyamanan anak dalam
akademisi dan praktisi tetapi juga pergaulan di masyarakat. Hak
organisasi sosial dan keagamaan. konstitusional ini terhalangi oleh Pasal 43
Dalil yang disampaikan pemohon ayat (1) UUD 1945.3
adalah hak-hak konstitusional mereka Keterangan dari Pemerintah terkait
yang dijamin oleh Negara melalui pasal uji materiil tersebut menjelaskan bahwa
28B ayat (1) dan pasal 28B ayat (2) UUD pencatatan perkawinan sebagaimana
1945 telah terhalangi berdasarkan pasal dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) UU
51 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Perkawinan sesungguhnya bertujuan
Konstitusi,1 dengan adanya pasal 2 ayat untuk: tertib administrasi perkawinan;
(2) dan pasal 43 ayat (1) UU memberikan kepastian dan perlindungan
Perkawinan. Menurut pemohon terhadap status hukum suami, istri
perkawinan mereka sah menurut rukun maupun anak; dan memberikan jaminan
nikah Islam. Akan tetapi sahnya dan perlindungan terhadap hak-hak
perkawinan tersebut terhalangi oleh pasal tertentu yang timbul karena perkawinan
2 ayat (2) yang mengharuskan sebuah seperti hak waris, hak untuk memperoleh
perkawinan dicatat menurut peraturan akta kelahiran, dan lain-lain. 4 Menurut
perundang-undangan yang berlaku. Di Pemerintah pencatatan bukanlah untuk
samping perlakuan diskriminatif pada hak membatasi hak asasi warga Negara dalam
status hukum anak yang dilahirkan melangsungkan perkawinan, melainkan
karena cara pernikahan yang berbeda sebaliknya yaitu untuk melindungi warga
mengakibatkan status anak di muka Negara dalam membangun keluarga dan
hukum menjadi tidak jelas dan sah. melanjutkan keturunan, serta memberikan
Pemohon menganggap bahwa hal yang kepastian hukum terhadap hak suami,
berbeda telah diperlakukan kepada anak istri dan anak-anaknya.
pemohon, yang mana dihasilkan dari Pemerintah juga menjelaskan
perkawinan yang sah sesuai dengan perihal UU Perkawinan menganut asas
rukun nikah dan norma agama tetapi monogami, akan tetapi tidak menutup
justru dianggap tidak sah oleh UU kemungkinan seorang suami untuk
Perkawinan.2 Pemohon juga merasakan beristri lebih dari satu. Poligami dapat
bahwa anak yang dilahirkan telah dilakukan dengan memenuhi persyaratan
mendapatkan perlakuan diskriminatif yang ditentukan oleh UU Perkawinan
yaitu dengan dihilangkan asal-usul khususnya yang ditentukan dalam pasal 3
kelahirannya dengan cara hanya ayat (2), Pasal 4 dan Pasal 5 serta
mencantumkan nama Ibunya dalam Akta Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
Kelahirannya. Negara juga 1975.5 Perkawinan poligami yang tidak
menghilangkan hak anak untuk memenuhi persyaratan sebagaimana
kelangsungan hidup, tumbuh dan diperintahkan oleh undang-undang akan
berkembang karena dengan hanya mengakibatkan perkawinan tersebut tidak
mempunyai hubungan keperdataan dapat dicatatatkan di Kantor Urusan
dengan ibunya mengakibatkan suami Agama atau Kantor Catatan Sipil dengan
segala akibat hukumnya. Persyaratan dan ketidakpastian hukum adalah anggapan
prosedur perkawinan poligami ini berlaku yang keliru dan tidak berdasar. Kemudian
untuk setiap warga Negara Indonesia dan dalam keterangan tersebut DPR RI
tidak memberikan perlakuan merujuk kepada Putusan Mahkamah
diskriminatif terhadap orang atau Konstitusi Perkara Nomor: 12/PUU-
golongan tertentu termasuk terhadap para V/2007 dalam pertimbangan hukum
Pemohon.6 halaman 97-98 menyebutkan: "bahwa
Pemerintah menanggapi dengan pasal-pasal yang tercantum dalam UU
menyatakan bahwa Pasal 43 ayat (1) UU Perkawinan yang memuat alasan, syarat,
Perkawinan tersebut sebenarnya dan prosedur poligami sesungguhnya
bertujuan untuk memberikan semata-mata sebagai upaya untuk
perlindungan dan kepastian hukum menjamin dapat terpenuhinya hak-hak
terhadap anak dengan ibu serta keluarga istri dan calon istri yang menjadi
ibunya, karena suatu perkawinan yang kewajiban suami yang akan berpoligami
tidak dicatat dapat diartikan bahwa dalam rangka mewujudkan tujuan
peristiwa perkawianan tersebut tidak ada. perkawinan. Oleh karena itu penjabaran
Ketentuan ini merupakan konsekuensi persyaratan poligami tidak bertentangan
logis dari adanya persyaratan pencatatan dengan Pasal 28B ayat (1) UUD Negara
perkawinan yang sah. Adalah tidak logis Republik Indonesia Tahun 1945."
apabila undang-undang memastikan Terdapat 2 (dua) hal pokok yang
hubungan hukum seorang anak yang lahir penting pertimbangan hukum yang
dari seorang perempuan memiliki dinyatakan oleh Majelis Hakim yaitu : (1)
hubungan hukum sebagai seorang anak Bahwa pokok permasalahan hukum
dengan seorang laki-laki yang tidak mengenai pencatatan perkawinan
terikat dalam perkawinan yang sah.7 menurut peraturan perundang-undangan
Keterangan dari DPR RI adalah mengenai makna hukum (legal
memandang bahwa pencatatan meaning) pencatatan perkawinan. Dengan
perkawinan adalah suatu kebutuhan berdasarkan pada Penjelasan UU
formal untuk legalitas atas suatu Perkawinan,9 mengenai kewajiban
peristiwa yang dapat mengakibatkan pencatatan perkawinan, Majelis
suatu konsekuensi yuridis, dan bahwa menyatakan bahwa10 pencatatan
tujuan pencatatan perkawinan yaitu perkawinan bukanlah merupakan faktor
sebagai berikut: untuk tertib administrasi yang menentukan sahnya perkawinan dan
perkawinan; jaminan memperoleh hak- pencatatan merupakan kewajiban
hak tertentu (memperoleh akte kelahiran, administratif yang diwajibkan
membuat Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan peraturan perundang-
membuat Kartu Keluarga, dan lain-lain); undangan. Pentingnya pencatatan
memberikan perlindungan terhadap status perkawinan dapat dipandang dari 2 (dua)
perkawinan; memberikan kepastian perspektif. Pertama, dari perspektif
terhadap status hukum suami, istri negara, pencatatan yang dimaksud
maupun anak; memberikan perlindungan diwajibkan dalam rangka fungsi negara
terhadap hak-hak sipil yang diakibatkan memberikan jaminan perlindungan,
oleh adanya perkawinan.8 Pencatatan pemajuan, penegakan dan pemenuhan
perkawinan dalam bentuk akta hak asasi manusia yang bersangkutan
perkawinan menjadi penting untuk yang merupakan tanggung jawab negara
memberikan jaminan kepastian hukum dan harus dilakukan sesuai dengan
dan perlindungan hukum untuk setiap prinsip negara hukum yang demokratis
perkawinan, sehingga dalil yang yang diatur secara dituangkan dalam
menyatakan Pasal 2 ayat (2) UU peraturan perundang-undangan (vide
Perkawinan telah menimbulkan Pasal 28 I ayat (4) dan ayat (5) UUD'45).
Sehingga persyaratan pencatatan tidak anak dengan laki-laki tersebut sebagai
dapat dipandang sebagai pembatas, bapaknya. Apalagi, dewasa ini
namun lebih kepada untuk menjamin berdasarkan kemajuan teknologi
pengakuan serta penghormatan atas hak memungkinkan pembuktian seorang anak
dan kebebasan orang lain.11 Kedua, apakah ia merupakan anak dari laki-laki
pencatatan secara administratif tertentu. Dengan demikian, hubungan
dimaksudkan sebagai perbuatan hukum anak dengan seorang laki-laki sebagai
penting yang berimplikasi terjadinya bapaknya tidak semata-mata karena
akibat hukum yang sangat luas. Perbuatan adanya ikatan perkawinan, akan tetapi
hukum yang mana dikemudian hari dapat dapat juga berdasarkan pembuktian
dibuktikan dengan alat bukti yang melalui teknologi.
sempurna yaitu akta otentik, sehingga Menurut Majelis, terlepas dari soal
hak-hak yang timbul sebagai akibat administrasi perkawinannya, anak yang
hukum perkawinan dapat terlindungi dan dilahirkan harus mendapat perlindungan
terlayani dengan baik oleh negara. hukum. Karena anak walaupun
Majelis Hakim memberikan contoh dilahirkan diluar perkawinan adalah
misalnya untuk pembuktian asal-usul tidak berdosa. Hukum harus memberikan
anak. Apabila asal usul anak tidak dapat perlindungan karena seringkali anak-
dibuktikan dengan akta otentik, maka anak itu mendapat perlakuanyang tidak
mengenai hal itu akan ditetapkan dengan adil dan stigma di tengah-tengah
putusan pengadilan yang berwenang. masyarakat. Perlindungan diberikan
Pembuktian yang demikian pasti tidak kepada status seorang anak yang
efektif dan efisien karena memakan dilahirkan dan hak-hak yang ada
waktu, uang, tenaga, dan pikiran yang padanya, termasuk terhadap anak yang
lebih banyak dibandingkan dengan lahir meskipun keabsahan
adanya akta otentik sebagai buktinya.12 perkawinannya masih
Pertimbangan hukum yang kedua dipersengketakan.14
adalah, bahwa pokok permasalahan Berdasarkan pertimbangan yang
hukum mengenai anak yang dilahirkan telah diajukan tersebut, maka dalil
diluar perkawinan adalah mengenai Pemohon sepanjang menyangkut Pasal 2
makna hukum (legal meaning) frasa ayat (2) UU Perkawinan oleh Majelis
"yang dilahirkan di luar perkawinan". Hakim dinyatakan tidak beralasan
Majelis mengkaji masalah ini dengan menurut hukum. Sedangkan Pasal 43 ayat
melihat kepada tentang sahnya anak. (1) UU Perkawinan adalah bertentangan
Secara alamiah, tidaklah mungkin dengan UUD 1945 secara bersyarat
seorang perempuan hamil tanpa (conditionally unconstitutional).
terjadinya pertemuan antara ovum dan Dikatakan inkonstitusional sepanjang
spermatozoa baik melalui hubungan ayat tersebut dimaknai menghilangkan
seksual (coitus) maupun melalui cara lain hubungan perdata dengan laki-laki yang
berdasarkan perkembangan teknologi dapat dibuktikan berdasarkan ilmu
yang menyebabkan terjadinya pengetahuan dan teknologi dan/atau alat
13
pembuahan. Oleh karena itu, tidaklah bukti lain menurut hukum mempunyai
tepat dan adil apabila anak diputuskan hubungan darah sebagai ayahnya.15
hanya mempunyai hubungan keperdataan Dalam amar putusannya Majelis
dengan ibunya, jika hanya dikarenakan Hakim juga memutuskan : Pasal 43 ayat
anak itu lahir di luar pernikahan yang sah. (1) UU Perkawinan yang menyatakan,
Tidak adil pula seorang laki-laki bebas Anak yang dilahirkan di luar
dari tanggung jawabnya sebagai seorang perkawinan hanya mempunyai hubungan
bapak dan bersamaan dengan itu hukum perdata dengan ibunya dan keluarga
juga ikut meniadakan hubungan hukum ibunya, bertentangan dengan UUD 1945
sepanjang dimaknai menghilangkan mungkin diderita isteri adalah mengenai
hubungan perdata dengan laki-laki yang status perkawinan, harta gono gini, waris,
dapat dibuktikan berdasarkan ilmu dan hak hak lain yang timbul dari sebuah
pengetahuan dan teknologi dan/atau alat perkawinan.Potensi kerugian terhadap
bukti lain menurut hukum ternyata anak yang lahir dari perkawinan tidak
mempunyai hubungan darah sebagai tercatat juga ada baik secara materiil
ayahnya, sehingga ayat tersebut harus maupun secara sosio psikologis. Tidak
dibaca, Anak yang dilahirkan di luar diakuinya hubungan anak dengan ayah
perkawinan mempunyai hubungan biologisnya tentu akan mengakibatkan
perdata dengan ibunya serta dengan laki- tidak dapat dituntutnya kewajiban laki-
laki sebagai ayahnya yang dapat laki sebagai ayah untuk membiayai
dibuktikan berdasarkan ilmu kehidupan anak dan hak-hak keperdataan
pengetahuan dan teknologi dan/atau alat lainnya. Selain itu, keberadaan anak
bukti lain menurut hukum mempunyai dalam keluarga yang tidak memiliki
hubungan darah termasuk hubungan pengakuan dari ayah biologisnya dapat
perdata dengan keluarga ayahnya memberikan stigma negatif, misalnya
Terhadap putusan tersebut, Hakim sebagai anak haram.17
Konstitusi yang lain yaitu Maria Farida Putusan Hakim Mahkamah
Indrati memiliki alasan yang berbeda konstitusi tersebut menimbulkan banyak
(concurring opinion).16 Menurutnya, tanggapan baik yang pro maupun yang
kebebasan norma agama dan norma kontra.18 Termasuk di dalamnya dunia
hukum dalam suatu peraturan memiliki pendidikan hukum yang secara akademis
potensi untuk saling melemahkan dan tentu saja menimbulkan beragam
bertentangan satu sama lain, sebagaimana pemikiran konseptual maupun
terjadi pada Pasal 2 ayat (1) UU dilakukannya berbagai penelitian.
Perkawinan yang menggunakan norma Putusan MK tersebut sangatlah signifikan
agama dan Pasal 2 ayat (2) UU jika dikaji secara kritis dari pendekatan
Perkawinan yang menitikberatkan pada sosiologi hukum khususnya Teori Hukum
norma hukum. Keberadaan Pasal 2 ayat Progresif yang digagas oleh Satjipto
(2) UU Perkawinan juga telah Rahardjo.
menimbulkan ambiguitas bagi
pemaknaan Pasal 2 ayat (1) UU B. Konsep Dasar Teori Hukum
Perkawinan dikarenakan dalam Progresif
pencatatan yang dimaksud Pasal 2 ayat Teori Hukum Progresif (
(1) UU Perkawinan, tidak ditegaskan selanjutnya disingkat THP) yang digagas
apakah pencatatan itu hanya bersifat oleh Satjipto Rahardjo dimulai dari
administratif. Dengan concurring kegelisahan intelektual beliau yang
opinionnya, Hakim Konstitusi Maria juga melihat kondisi penegakan hukum di
menjelaskan potensi kerugian yang tanah air yang berlarut-larut tanpa ada
mungkin timbul sebagai akibat dari tidak penyelesaian hukum yang tuntas dengan
adanya pencatatan perkawinan yang memegang prinsip keadilan yang menjadi
didasarkan pada UU Perkawinan. cikal bakal kepastian hukum. Hal ini juga
Perlindungan dari Negara kepada wanita disumbang oleh proses pendidikan
sebagai isteri atas kerugian yang dialami hukum di tanah air yang menyebabkan
selama perkawinan, hanya dapat belum beranjak dari paradigma
diberikan oleh Negara jika perkawinan positivistik-legalistik sehingga
dilakukan secara sadar menurut UU mempengaruhi sebagian besar kaum
Perkawinan. Salah satunya yaitu dengan cendikiawan, intelektual dan ilmuwan
melakukan pencatatan perkawinan. hukum. Kondisi ini terjadi ditenggarai
Beberapa contoh potensi kerugian yang karena aparatur penegak hukum belum
tercerahkan yang sebagian besar mereka dilakukan di kalangan penegak hukum
masih menggunakan optic positivistic yang sehari-hari bekerja di dunia hukum
dalam memeriksa dan memutuskan agar mereka mempunyai pandangan yang
perkara hukum. Hal ini juga disumbang menyeluruh (the hole complexs) dalam
oleh proses pendidikan hukum di tanah memeriksa sampai memutuskan perkara
air yang menghasilkan alumni dengan hukum.
menggunakan paradigma positivistik- Satjipto Rahardjo tidak secara baku
legalistik tersebut. 19 menetapkan definisi dan ruang lingkup
Gagasan hukum dan ilmu hukum teori hukum progresif tersebut. Upaya ini
progresif pertama tama didasari oleh sesungguhnya secara filosofis maupun
keprihatinan terhadap kontribusi rendah sosiologis, para akademisi diberi
ilmu hukum di Indonesia dalam untuk kebebasan untuk merumuskan pemikiran
turut mencerahkan bangsa ini untuk masing-masing di sepanjang sejarah
keluar dari krisis, termasuk di bidang pergulatan pemikiran hukum. Sejak
hukum. Ilmu hukum progresif adalah tipe digulirkannya gagasan Teori Hukum
ilmu yang selalu gelisah melakukan Progresif di tahun 2002 dan
pencarian dan pembebasan. 20 Untuk dipublikasikan secara utuh dalam tulisan-
memahami Teori Hukum Progresif tulisan beliau dengan penyebutan Hukum
Satjipto Rahardjo bukanlah semudah Progresif, walaupun menurut pandangan
namanya, karena memerlukan bacaan beliau bahwa roh tentang Hukum
yang lebih dalam mengenai latar Progresif sebenarnya tak dapat dipungkiri
belakang pemikiran munculnya teori bahwa jauh sebelumnya banyak tulisan
tersebut. Teori Hukum Progresif Satjipto beliau sebagai refleksi kritis telah
Rahardjo berawal dari kegelisahannya dilahirkan sebagai embrio ide Hukum
bahwa setelah 60 tahun usia Negara Progresif.
hukum, terbukti tidak kunjung mewujud Sepanjang perjalanan wacana Teori
suatu kehidupan hukum yang lebih baik. Hukum Progresif muncullah beberapa
Bertolak dari kenyataann pahit mengenai tipologi yang merangkum berbagai
kehidupan dan peranan hukum yang ia pemikiran baik itu hasil penelitian
konstatir maka muncullah keinginan maupun olah pikir sosiolog hukum yang
untuk kembali kepada fundamental penulis uraikan di bawah ini :
hukum di negeri ini. Bahkan almarhum Sidharta melakukan telaah atas
memikirkan kemungkinan adanya gagasan dan pemikiran THP tersebut dari
kekeliruan atau kekurangtetapan dalam berbagai sumber data primer maupun
memahami (understanding) fundamental sekunder dan menyimpulkan terdapat
hukum tersebut sehingga almarhum postulat-postulat yang menjadi kata kunci
menegaskan adanya perkembangan pada pemikiran hukum progresif yaitu:23
hukum tidak dapat diarahkan kepada 1. Hukum progresif itu untuk
yang benar. 21 manusia, bukan manusia untuk
Buah pemikiran Satjipto Rahardjo hukum. Pada hakekatnya setiap
yang dituangkan terus bergulir sepanjang manusia itu baik, sehingga sifat
perjalanan kehidupan beliau seiring ini layak menjadi modal dalam
dengan muncul dan tenggelamnya kasus- membangun kehidupan
kasus di tanah air.22 Upaya beliau untuk berhukumnya. Hukum bukan raja
mencerahkan pemikiran generasi muda (segalanya), tetapi sekedar alat
khususnya yang berkecimpung di dunia bagi manusia untuk memberi
akademisi dititipkan khusus agar pola rahmat kepada dunia dan
pikir dalam memahami pendekatan kemanusiaan. Hukum tidak ada
sosiologis utamanya dalam mengkaji untuk dirinya sendiri melainkan
kasus hukum. Pencerahan tersebut juga untuk sesuatu yang lebih luas dan
lebih besar. Maka, setiap ada memobilisasi kekuatan otonom
masalah dalam dan dengan masyarakat (mendorong peran
hukum, hukumlah yang ditinjau publik).
serta diperbaiki, bukan manusia 8. Hukum progresif membangun
yang dipaksa-paksa untuk Negara hukum yang berhati
dimasukkan ke dalam skema nurani. Dalam bernegara hukum,
hukum. yang utama adalah kultur. Kultur
2. Hukum progresif itu harus pro yang dimaksud adalah kultur
rakyat dan pro keadilan. Hukum pembahagiaan rakyat.
itu harus berpihak kepada rakyat. 9. Hukum progresif dijalankan
Keadilan harus didudukkan di dengan kecerdasan spiritual.
atas peraturan. Para penegak Kecerdasan spiritual tidak ingin
hukum harus berani menerobos dibatasi patokan, juga tidak hanya
kekakuan teks peraturan bersifat kontekstual, tetapi ingin
(diistilahkan mobilisasi hukum). keluar dari situasi yang ada dalam
3. Hukum progresif bertujuan usaha mencari kebenaran makna
mengantarkan manusia kepada atau nilai yang lebih dalam.
kesejahteraan dan kebahagiaan. 10. Hukum progresif itu merobohkan,
Hal ini juga sejalan dengan cara mengganti dan membebaskan.
pandang orang Timur yang Hukum progresif menolak sikap
memberikan pengutamaan pada status quo dan submisif. Sikap
kebahagiaan. status quo menyebabkan kita
4. Hukum progresif selalu dalam tidak berani melakukan perubahan
proses menjadi. Hukum bukan dan menganggap doktrin sebagai
institusi yang final, melainkan sesuatu yang mutlak untuk
ditentukan oleh kemampuannya dilaksanakan. Sikap demikian
mengabdi kepada manusia. hanya merujuk kepada maksim
5. Hukum progresif menekankan rakyat untuk hukum.
hidup baik sebagai dasar hukum
yang baik. Dasar hukum terletak Yudi Kristiana lebih
pada perilaku bangsanya sendiri mengkristalkan lagi pola pikirnya dalam
karena perilaku bangsa itulah bentuk tabel di bawah ini dengan
yang mentukan kualitas berhukum melakukan identifikasi secara terperinci
bangsa tersebut. sebagai berikut:
6. Hukum progresif memiliki tipe
responsif. Dalam tipe responsive, Identifikasi Hukum Progresif 24
hukum akan selalu dikaitkan pada Identifikasi Hukum Progresif
tujuan-tujuan di luar narasi Asumsi 1. Hukum untuk manusia
bukan sebaliknya ;
tekstual hukum itu sendiri. Tipe 2. Hukum bukan merupakan
responsive menolak otonomi institusi yang mutlak dan
hukum yang bersifat final dan final tetapi selalu dalam
tidak dapat digugat. proses untuk menjadi (law
7. Hukum progresif mendorong as a process, law in the
making )
peran publik. Mengingat hukum Tujuan Kesejahteraan dan kebahagiaan
memiliki kemampuan yang manusia
terbatas, maka mempercayakan Spirit 1. Pembebasan terhadap tipe,
segala sesuatu kepada kekuatan cara berfikir, asas dan teori
hukum adalah sikap yang tidak yang selama ini dipakai
(mendominasi)
realistis dan keliru. Untuk itu
2. Pembebasan terhadap kultur
hukum progresif sepakat penegakan hukum
(administration of justice ) hukum alam, karena peduli
yang selama ini berkuasa terhadap hal-hal yang meta
dan dirasa menghambat juridical
hukum dalam 6. Hukum progresif memiliki
menyelesaikan persoalan. kedekatan dengan critil
Progresivitas 1. Bertujuan untuk legal studies namun
kesejahteraan dan cakupannya lebih luas.
kebahagiaan manusia dan
oleh karenanya memandang Adapun Romli Atmasasmita
hukum selalu dalam proses
untuk menjadi ( law in menyimpulan terdapat 9 (sembilan)
the making ). pokok pikiran Teori Hukum Progresif
2. Peka terhadap perubahan yang disampaikan oleh Satjipto Rahardjo
yang terjadi di masyarakat, yang berintikan sebagai berikut :
baik lokal, nasional maupun 1. Hukum menolak tradisi analytical
global.
3. Menolak status quo jurisprudence atau
manakala menimbulkan rechtsdogmatiek dan berbagi
dekadensi suasana korup paham dengan aliran seperti legal
dan sangat merugikan relism, freirechtslehre,
kepentingan rakyat, sociological jurisprudence,
sehingga menimbulkan
perlawanan dan interressenjurisprudenz di
pemberontakan yang Jerman, teori hukum alam dan
berujung pada penafsiran critical legal studies.
progresif hukum 2. Hukum menolak pendapat bahwa
Karakter 1. Kajian hukum progresif ketertiban (order) hanya bekerja
berusaha mengalihkan titik
berat kajian hukum yang
melalui institusi-institusi
semula menggunakan optik kenegaraan.
hukum menuju ke perilaku ; 3. Hukum Progresif ditujukan untuk
2. Hukum progresif secara melindungi rakyat menuju kepada
sadar menempatkan ideal hukum.
kehadirannya dalam
hubungan erat dengan
4. Hukum menolak status-quo serta
manusia dan masyarakat, tidak ingin menjadikan hukum
meminjam istilah Nonet dan sebgai teknologi yang tidak
Selznick bertipe responsive; bernurani, melainkan suatu
3. Hukum progresif berbagi institusi yang bermoral.
faham dengan legal realism
karena hukum tidak
5. Hukum adalah suatu institusi
dipandang dari kacamata yang bertujuan mengantarkan
hukum itu sendiri, manusia kepada kehidupan yang
melainkan dilihat dan adil, sejahtera dan membuat
dinilai dari tujuan social manusia bahagia.
yang ingin dicapai dan
akibat yang timbul dari
6. Hukum progresif adalah, hukum
bekerjanya hukum; yang pro rakyat dan hukum
4. Hukum progresif memiliki yang pro keadilan.
kedekatan dengan 7. Asumsi dasar hukum progresif
sociological jurisprudence adalah bahwa hukum adalah
dari Roscoe Pound yang
mengkaji hukum tidak
untuk manusia , bukan
hanya sebatas pada studi sebaliknya. Berkaitan dengan hal
tentang peraturan tetapt tersebut, mka hukum tidak ada
keluar dan melihat efek dari untuk dirinya sendiri , melainkan
hukum dan bekerjanya untuk sesuatu yang lebih luas dan
hukum ;
5. Hukum progresif memiliki
lebih besar. maka setiap kali ada
kedekatan dengan teori maslah dalam dan dengan hukum,
hukumlah yang ditinjau dan secara evolusioner maupun revolusioner.
diperbaiki, bukan manusia yang Nilai progresivitas tersebut menjadi nilai
dipaksakan untuk dimasukkan ke tambah yang mengilhami dan
dalam sistem hukum. memberikan jalan bagi kemana arah
8. Hukum bukan merupakan suatu supremasi hukum itu ingin ditegakkan.
institusi yang absolut dan final Sehingga nilai keadilan substantiflah
melainkan sangat bergantung yang dikedepankan dalam progresivitas
pada bagaimana manusia melihat THP tersebut.
dan menggunakannya. Dengan demikian THP
Manusialah yang merupakan sesungguhnya ingin mengajarkan pada
penentu. teoritisi maupun praktisi hukum di
9. Hukum selalu berada dalam Indonesia untuk melakukan pembebasan
proses untuk terus menjadi (law yang menurut Satjipto Rahardjo bermuara
as proses, law in the making).25 pada dua hal yaitu : (a) pembebasan
Beberapa ulasan di atas terhadap tipe, cara berfikir, asas dan teori
menunjukkan bahwa penelaahan terhadap yang selama ini dipakai (b) pembebasan
Teori Hukum Progresif bukanlah terhadap kultur penegakan hukum
pekerjaan yang sederhana. Sejak gagasan (administration of justice) yang selama
ini digulirkan di kalangan akademisi ini berkuasa dan dirasa menghambat
membawa arus yang sedikit banyak usaha hukum untuk menyelesaikan
melawan arus penegakan hukum di tanah persoalan. Pembebasan ini
air yang cenderung dinilai sangat dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan atas
formalistik dan legalistik. Upaya kualitas cara berhukum kita yang
menerjemahkan gagasan tersebut dalam menafikan nilai keadilan substantif.
ranah hukum yang lebih teknis menuntut Keadilan substantif adalah keadilan
perubahan di tataran filofis kalau tidak sesungguhnya yang bersumber dari mata
dikatakan bersifat mendasar. Upaya hati masyarakat, yang melihat jauh ke
merubah pola pikir dan budaya hukum depan bagaimana keadilan itu
yang berkembang saat ini yang sesungguhnya ditegakkan. Cara
tersistematisasi dalam substansi dan berhukum kita yang menghasilkan pola
struktur hukum membutuhkan waktu penegakan hukum yang sangat jauh dari
yang cukup lama. keadilan substantif inilah yang mendasari
Sejak bergulirnya gagasan Teori juga muncul dan berkembangnya
Hukum Progresif ini menimbulkan pemikiran THP tersebut. Oleh karena
banyak kajian dan penafsiran sampai nilai progresivitas dalam THP ini
pada pandangan-pandangan yang memasuki ranah-ranah yang lebih moral
26
mengkritisi THP tersebut. Memahami dan spiritual sifatnya, maka sebagai
bahkan menerjemahkan THP ke dalam sebuah gagasan THP tetap hidup dan
ranah hukum masing-masing ilmuwan bersinergi dengan perjalanan cara
bahkan praktisi hukum bukanlah berhukum bangsa ini di masa-masa yang
pekerjaan yang sederhana dan mudah. akan datang.
Sebagian pemerhati yang berkecimpung Dalam salah satu tulisan penutup
dalam THP menangkap essensi tentang THP, Satjipto Rahardjo
progresivitas yang terdapat dalam THP mengungkapkan sebagai berikut :
itulah sesungguhnya yang menjadikan Hukum Progresif dan Ilmu Hukum
THP ini bergulir dan menjadi living Pogresif barangkali tidak bisa
law di dalam sanubari dan spritulitas disebut sebagai suatu tipe hukum
bagi ilmuwan atau pegiat hukum yang yang khas dan selesai (distict type
selanjutnya diterjemahkan ke dalam and a finite scheme), melainkan
ranah-ranah profesionalitas mereka baik lebih merupakan gagasan yang
mengalir, yang tidak mau terjebak utamanya perlindungan hukum bagi hak-
ke dalam status quo, sehingga hak keperdataan anak luar nikah dari
menjadi mandek (stagnant). bapak biologisnya.
Hukum progresif selalu ingin setia Sepanjang perjalanan sejarah
pada asas besar, hukum adalah regulasi perkawinan di Indonesia dalam
untuk manusia. Hukum progresif memberikan perlindungan hukum
bisa diibaratkan sebagai papan khususnya hak-hak keperdataan bagi
petunjuk yang selalu anak adalah yang di lahirkan dari
memperingatkan, hukum itu harus perkawinan yang sah. Sah secara agama
terus menerus merobohkan, dan sah secara Negara artinya terdapat
mengganti, membebaskan hukum administrasi pencatatannya. Oleh karena
yang mandek, karena tidak mampu perlindungan anak yang sah dimulai dari
melayani lingkungan yang perkawinan yang sah, maka logika
berubah..27 hukum bisa sebaliknya yaitu anak yang
tidak sah atau anak di luar perkawinan
Dari uraian tersebut maka dapatlah yang tidak sah. Anak yang dilahirkan dari
kita fahami bahwa upaya Satjipto perkawinan yang tidak sah sangatlah
Rahardjo dalam mengulirkan gagasan beragam, bisa anak perkawinan siri, anak
hukum progresif dalam merespon hasil perselingkuhan/perzinaan, anak
penegakan hukum memunculkan banyak yang dilahirkan tanpa ikatan perkawinan
tanggapan. Sebagai sebuah gagasan (semen leven), anak sumbang (incest)
ilmiah yang digulirkan tentunya di masa yang kehadirannya tidak didahului
yang akan datang di uji oleh zaman. dengan perkawinan yang disahkan dan
Menjadi ilmu yang selalu berubah tentu diadministrasikan. Oleh karena anak yang
mengandung risiko sendiri. Risiko yang dilahirkan oleh orangtuanya membawa
harus ditanggung oleh ilmu hukum konsekuensi hukum dan sosial maka
hukum progresif adalah penyebutannya perlindungannya secara HAM adalah
sebagai ilmu yang tidak jelas, bukan mutlak bagi mereka.
ilmu yang konkret dan penamaan lain Selama ini hukum positif belum
yang serupa. Di tengah-tengah konvensi memberikan sanksi perdata apalagi sanksi
(state of the art) dunia ilmu yang pidana dalam peraturan perundang-
menuntut agar sekalian ilmu menjadi undangan bagi orang tua yang melahirkan
disiplin yang jelas, maka ilmu hukum anak di luar perkawinan yang sah dengan
progresif bisa menjadi anomali. Itulah melepaskan tanggungjawabnya. Sifat
resiko suatu tipe ilmu yang konsisten sanksi yang ada hanya sanksi sosial dari
dengan pencarian terhadap kebenaran.28 masyarakat maupun sanksi agama di hari
kemudian. Padahal keberadaan anak yang
C. Kajian Kritis Teori Hukum dilahirkan dalam alam dunia menuntut
Progresif terhadap Putusan banyak konsekuensi HAM karena secara
Mahkamah Konstitusi No : 46/PUU- hukum perdata statusnya sebagai subjek
VII/2010 hukum. Perlindungan hukum positif
Putusan Mahkamah Konstitusi No: keperdataan bagi anak di luar nikah yang
46/PUU-VII/2010 secara konstitusional diakui hanya mempunyai hubungan
memberikan pengaruh yang sangat keperdataan dengan ibu dan keluarga
signifikan terhadap regulasi perkawinan ibunya.
Indonesia khususnya keberadaan hukum Oleh karena efek sosial pada anak
positif : UU No. 1 Tahun 1974. yang dilahirkan di luar perkawinan yang
Kekakuan peraturan maupun banyaknya sah mempengaruhi aspek jiwa dan
kasus yang terjadi di masyarakat tumbuh kembang fisik anak tersebut
mendapat perhatian yang khusus maka perlakuan diskriminasi tidak bisa
dihindari. Pemenuhan hak-hak anak dari publik yang lebih memihak ke rakyat
segi nafkah, pemeliharaan dan (para pencari keadilan) dan menegakkan
perawatan, jaminan pendidikan dan keadilan subtantif. Olah pikir dan
kesehatan, hak waris sampai perhatian perilaku hukum yang secara normatif
dan kasih sayang menjadi persoalan terhadap status anak di luar perkawinan
prinsip dalam hidup. Hal ini sesuai yang bersifat satus quo diterobos dengan
dengan amanah UU No.23 Tahun 2002 kepekaan hakim dalam membebaskan
tentang Perlindungan Anak. Inilah kajian olah pikir dan perilaku hukum yang
awal THP yang menyatakan hukum itu selama ini berjalan. Pengakuan bapak
untuk manusia bukan manusia untuk biologis melalui ipteks dan alat bukti lain
29
hukum, artinya meminimalisir perlakukan menandaskan bahwa Majelis Hakim
diskriminatif tersebut dapat dilakukan yang sangat menentukan dan tidak
dengan cara merubah ketentuan hukum meninggalkan kenormatifan dalam
positif tentang status anak di luar nikah berhukum. Esensi pembuktian di sidang
dengan tanggungjawab hukum pengadilan menjadikan alat bukti tersebut
dibebankan juga pada suami atau bapak menegaskan kembali bahwa tidak ada
biologisnya termasuk keluarga bapak yang dilanggar dalam kode etik profesi
biologisnya. Kecanggihan IPTEKS saat hukum. Sehingga tujuan putusan tersebut
ini dapat dimanfaatkan sebagi salah satu dalam kacamata THP sangat melindungi
alat bukti pendukung dalam hukum rakyat utamanya anak di luar nikah agar
beracara di peradilan dan hal ini bukanlah mereka juga bisa berkehidupan yang adil
sesutau yang asing di era modern seperti serta membuat sejahtera dan bahagia.
sekarang ini. Dengan demikian putusan Majelis Hakim
Perubahan secara mendasar dapat MK ini merupakan upaya penemuan
ditelaah dari pertimbangan Majelis hukum untuk mengisi kekosongan hukum
Hakim yang memutuskan : Pasal 43 ayat dalam upaya melindungi hak keperdataan
(1) UU Perkawinan yang menyatakan, anak luar nikah.
Anak yang dilahirkan di luar Putusan MK terhadap kasus anak
perkawinan hanya mempunyai hubungan luar nikah ini merupakan satu dari sekian
perdata dengan ibunya dan keluarga banyak kasus anak yang dilahirkan dari
ibunya, bertentangan dengan UUD perkawinan yang illegal, dengan kata lain
1945 sepanjang dimaknai menghilangkan kasus yang diputuskan MK adalah salah
hubungan perdata dengan laki-laki yang satu pucuk gunung es yang terpendam.
dapat dibuktikan berdasarkan ilmu Para pencari keadilan selalu berupaya
pengetahuan dan teknologi dan/atau alat menempuh jalur hukum agar bapak
bukti lain menurut hukum ternyata biologis dan keluarganya dapat mengakui
mempunyai hubungan darah sebagai sehingga masa depan anak tersebut dapat
ayahnya, sehingga ayat tersebut harus terjamin, yang selama ini dibebankan
dibaca, Anak yang dilahirkan di luar tanggungjawabnya pada ibu dan
perkawinan mempunyai hubungan keluarganya. Responsifitas Hakim MK
perdata dengan ibunya serta dengan laki- tersebut merupakan bentuk kepedulian
laki sebagai ayahnya yang dapat terhadap perlindungan hak-hak
dibuktikan berdasarkan ilmu keperdataan bagi anak luar nikah.Putusan
pengetahuan dan teknologi dan/atau alat MK tersebut juga membuktikan bahwa
bukti lain menurut hukum mempunyai UU maupun Lembaga Hukum bukanlah
hubungan darah termasuk hubungan institusi yang final dan mutlak, tetapi
perdata dengan keluarga ayahnya selalu dalam proses menjadi (law as a
Inilah makna hukum untuk manusia process) yang lebih baik lagi sesuai
dalam THP yang dalam proses dengan aspirasi masyarakat.
pemaknaannya merespon keinginan
Di satu sisi putusan MK tidak saja bagaimana hukum sangat tergantung pada
memberikan nilai kesejahteraan dan manusia. Manusialah yang merupakan
kebahagaiaan utamanya bagi anak yang penentu. Artinya akal pikiran manusia
dilahirkan di luar perkawinan tetapi juga yang menafsirkan hukum atas realitas
mengakomodir keinginan publik sosial bukanlah satu-satunya instrumen
utamanya ibu yang melahirkan anak di yang sangat menentukan, melainkan
luar perkawinan yang selama ini belum intuisi nurani manusia yang bersangkutan
mendapatkan perlindungan hak-hak juga menentukan.
keperdatannya.Dalam kajian ini perlu Putusan MK telah mengganti dan
dipertegas bahwa status hukum anak luar menerobos paradigma bekerjanya hukum
nikah hanya diperuntukkan bagi anak sesuai peraturan menuju ke paradigma
yang di lahirkan dari perkawinan sirri perilaku manusia, yaitu melihat tujuan
atau sering disebut dengan perkawinan di sosial yang ingin dicapai dari bekerjanya
bawah tangan (yang sah menurut hukum. 31 Pandangan hakim dalam
Syariah) sesuai dengan kronologis yang memutuskan perkara yang mengkaji dan
diajukan oleh pemohon. Sedangkan anak mempertimbangkan permohonan untuk
yang dilahirkan dari hasil melakukan judicial review terhadap Pasal
perselingkuhan/perzinahan, hidup 43 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan
bersama tanpa ikatan perkawinan (semen adalah bertentangan dengan UUD45
leven) maupun hubungan sedarah secara bersyarat (conditionally
(incest/sumbang) tidak dapat diakui.30 unconstitutional). Dikatakan
Ketegasan MK dalam hal ini diperlukan inkonstitusional sepanjang ayat tersebut
pula agar supaya jaminan perlindungan dimaknai menghilangkan hubungan
hak-hak keperdataan juga ditujukan pada perdata dengan laki-laki yang dapat
anak hasil perselingkuhan/perzinahan dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan
maupun hubungan sedarah dan teknologi dan/atau alat bukti lain
(incest/sumbang). menurut hukum mempunyai hubungan
Putusan MK merupakan bentuk darah sebagai ayahnya. Tujuan sosial
dari implementasi kecerdasan moral dan yang ingin dicapai adalah anak di luar
spiritual yang membangun nilai-nilai nikah diberikan perlindungan hukum
keadilan dan dikemas dalam putusan pada hak-hak keperdataannya dengan
yuridis. Kecerdasan moral dan spiritual pembuktian bapak biologisnya. Hal ini
tidak dibatasi pedoman, tidak dibatasi menandaskan bahwa setiap kali ada
oleh tekstual tetapi ingin keluar dari masalah dalam dan dengan hukum,
situasi yang ada yang selama ini menjadi hukumlah yang ditinjau dan diperbaiki,
peristiwa umum di masyarakat untuk bukan manusia yang dipaksakan untuk
diangkat menjadi persoalan yang dapat dimasukkan ke dalam sistem hukum.
dicarikan solusi berdasarkan nilai Mencermati putusan MK tersebut
kebenaran yang dirasakan bagi semua tentunya tidak begitu saja diterima semua
orang. Masa transisi yang dimulai dari pihak. Dalam kacamata ilmuwan hukum,
proses memformulasikan putusan sampai pertimbangan hukum atas putusan
ke putusan final adalah suatu perilaku tersebut sangat memberikan angin segar
yang dipengaruhi oleh budaya hukum bagi kajian hukum di tanah air. Sebagai
Hakim bersangkutan. Pola pikir, akhlak suatu putusan fenomenal dan
dan perilaku Hakim yang memutuskan kontroversial yang ke depan diarahkan
suatu perkara sangat besar pengaruhnya pada yurisprudensial dalam putusan
pada kualitas putusan yang dibuat hakim tentunya hal ini menjadi batu uji
sehingga nantinya berdampak sebagai bagi jajaran hakim-hakim yang ada di
institusi hukum yang bermoral. Hal ini Indonesia, apakah putusan ini bisa diikuti
mengindikasikan bahwa, apa dan pada kasus yang sama atau mereka
mempunyai pandangan atau penafsiran sampai diputuskan. Dalam perkembangan
baru yang berbeda dengan putusan MK kasus hukum di tanah air, hakim selalu
tersebut. Oleh karena perkara perkawinan saja dihadapkan berbagai permasalahan
merupakan ranah hukum perdata yang yang membutuhkan solusi secara teknis
sangat pribadi sifatnya maka seringkali dalam memberikan keadilan bagi para
persoalan agama yang masuk ke ranah pihak yang berperkara. Pengadilan yang
hukum Negara menimbulkan persoalan didalamnya terdapat aparat penegak
yang pelik dan bahkan sangat hukum seperti hakim mempunyai
memungkinkan bernuansa SARA. Inilah kewajiban asasi untuk memberikan rasa
sesungguhnya yang menjadi fokus dalam adil tidak saja para pihak yang berperkara
kajian ilmu hukum utamanya inovasi dan tetapi juga masyarakat umum. Cara
kreatifitas hakim dalam menemukan pandang ini sesungguhnya merupakan
hukum untuk mengisi kekosongan hukum bagian yang sangat essensial apa yang
bukanlah pekerjaan mudah. Pemaknaan disebut dengan keadilan substantif dalam
hukum progresif dalam hal ini bahwa kajian filsafat hukum.35 Menangkap nilai
manusia berada di atas hukum, bukan keadilan substantif inilah yang menjadi
sebaliknya. Hukum adalah sarana untuk tolok ukur keberhasilan putusan hakim
memudahkan segala kebutuhan hidup yang menjamin putusan itu adil tidak saja
manusia. dalam pandangan hukum positif saja
Dengan demikian hukum progresif tetapi juga dalam pandangan mata hati
sangat bertumpu pada manusia yang masyarakat. Tidak banyak hakim-hakim
menjalankan penegakan hukum sehingga di Indonesia yang dengan kebebasan dan
aspek inovasi dan kreatifitas menjadi kata keberaniannya mampu menerapkan dua
kunci dalam mengatasi kekosongan hal tersebut, sedikit diantaranya sebutlah
hukum dengan melakukan terobosan- Hakim Agung Bismar Siregar.36
terobosan hukum bila perlu melakukan Berbagai keputusan lembaga
rule breaking .32 Bagi hukum progresif, peradilan di tanah air mempunyai
proses perubahan tidak lagi berpusat pada pengaruh yang luar biasa utamanya yang
peraturan, tapi pada kreatifitas pelaku sering disebut dengan keputusan yang
hukum mengaktualisasikan hukum dalam kontroversial atau keputusan yang
ruang dan waktu yang tepat. Para pelaku fenomenal, yang menurut pandangan
hukum progresif dapat melakukan umum putusan tersebut merupakan
perubahan dengan melakukan pemaknaan terobosan hukum. Pengaruh putusan
yang kreatif terhadap peraturan yang tersebut tidak saja menjadi berkualitas
ada, tanpa harus menunggu perubahan yurisprudensial bagi hakim lain tetapi
peraturan (changing of law). Peraturan lebih jauh lagi pada generasi mendatang
yang buruk tidak harus menjadi yang menggunakan putusan tersebut
penghalang bagi para pelaku hukum sebagai lahan kajian bagi pendidikan
progresif untuk menghadirkan keadilan hukum di tanah air. Namun hal ini pun
untuk rakyat dan pencari keadilan, karena tidak mudah karena putusan MK ini
mereka dapat melakukan interpretasi membawa konsekuensi logis terjadinya
secara baru setiap kali terhadap suatu pro dan kontra di tanah air. Mulai yang
peraturan. 33 menilai putusan ini adil sampai pada
Di satu sisi sandaran hukum positif putusan ini bertentangan dengan Syariat
harus jelas untuk menjamin kepastian Islam dengan dikeluarkannya Fatwa
hukum,34 di sisi lain adalah kemampuan MUI.37
membaca mata hati masyarakat Memang disadari sepenuhnya
merupakan problematika keadilan yang bahwa jumlah putusan yang kita sebut
harus dapat ditangkap sedini dan seawal berkualitas tersebut tidak begitu banyak
mungkin sejak perkara tersebut diperiksa jumlahnya. Tidak begitu signifikan
dengan kuantitas perkara yang diputuskan menganalisis salah satu problematika
dari sisi kualitasnya. Hal ini ditandai hukum yang dihadapi para hakim di
dengan jumlah putusan yang berkualitas Indonesia dalam memutuskan perkara
sangat dinantikan terutama bagi kalangan yang menyita perhatian publik.
akademisi yang setiap hari bergelut
dibidang kajian hukum maupun para D. Penutup
pekerja hukum yang sehari-hari bergelut Nilai-nilai Progresivitas dalam
dengan masalah-masalah hukum. Upaya Teori Hukum Progresif telah
kearah pembaharuan hukum yang secara diterjemahkan dalam putusan MK di atas
dogmatik membelenggu, dikaji dari optik adalah : (a) putusan MK adalah putusan
sosiologis memberikan nuansa yang hukum untuk anak di luar nikah, artinya
berbeda atas jenis putusan. Perkara yang putusan tersebut menempatkan hukum
diperiksa sampai diputuskan merupakan untuk manusia bukan manusia untuk
gambaran social reality masyarakat yang hukum; (b) putusan MK telah merespon
beraneka ragam cara pandang termasuk keinginan pencari keadilan yang
didalamnya pola penyelesaian kasus memberikan perlindungan hak-hak
hukum. keperdataan bagi anak luar nikah yaitu
Memadukan aliran positifistik dan pengakuan dari bapak biologisnya dengan
aliran sosiologis bukanlah pekerjaan yang pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
mudah bagi seorang hakim.38 Lingkungan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut
kerja yang menutut birokrasi hukum, hukum; (c) putusan MK memberikan
yang bekerja sehari-hari dalam koridor nilai kesejahteraan dan kebahagiaan,
hukum formalistik dan dibahasakan tidak saja bagi ibu yang melahirkan juga
sebagai prosedur hukum, mekanisme keluarga ibunya utamanya bagi anak
hukum. Demikian pula manajemen yang dilahirkan di luar perkawinan yang
hukum yang ada di Mahkamah sah; (d) putusan MK mengakomodir
Konstitusi. Secara prosedural hukum, keinginan publik dengan melakukan rule
nilai-nilai yang dikembangkan di satu sisi breaking oleh hakim dalam
mempertahankan aliran positifistik mengaktualisasikan hukum dalam ruang
namun dalam hati sanubari hakim tidak dan waktu yang tepat dan melakukan
boleh terkontaminasi di luar nilai nilai pemaknaan yang kreatif terhadap
keadilan dalam memutuskan perkara peraturan yang ada, tanpa harus
yang ditanganinya. Sesunguhnya menunggu perubahan peraturan
parameter untuk menilai kinerja hakim (changing of law). Tujuannya adalah
bukan saja seberapa bisa menyelesaikan agar hukum juga mengatur dan menjamin
tumpukan perkara setiap bulan dan setiap hak-hak keperdatan anak di luar
tahunnya tetapi bagaimana kualitas perkawinan yang selama ini belum
putusan terhadap perkara yang ditangani, mendapatkan perlindungan hukum; (e)
apalagi mahkamah merupakan puncak putusan MK telah mengejawantahkan
para pencari keadilan di Indonesia. sebuah putusan yang memiliki
Birokrasi hukum yang digeluti sehari-hari kecerdasan moral dan spiritual dengan
seringkali membuat para pekerja hukum kandungan nilai keadilan substantif yang
melupakan nilai-nilai substansial dari lebih dalam.(f) putusan MK telah
hukum yaitu keadilan substantif. mengganti dan menerobos paradigma
Betapapun keadilan yang diperjuangkan bekerjanya hukum sesuai peraturan
hakim, jika masih dengan kacamata menuju ke paradigma perilaku manusia,
positifistik mesti berdampak pada yaitu melihat tujuan sosial yang ingin
ketidakpuasan para pihak utamanya dicapai dari bekerjanya hukum.
mereka yang merasa dirugikan. Inilah Putusan MK merupakan
sinergi yang dapat kita lihat dalam gambaran satu kasus dari sekian banyak
kasus perkawinan yang illegal yang tetapi tidak ada peraturan yang
mengahasilkan sangat banyak jumlah mengharuskan bapak biologis untuk
anak yang dilahirkan. Mengkaji persoalan melakukan hal tersebut maka dapat
ini maka diperlukan riset yang dipastikan masalah pembuktian akan
menelusuri tentang multiplayer effect dari berlarut-larut bahkan mungkin tidak akan
penelantaran ibu dan anak di luar pernah terbukti. Sehingga perlu adanya
perkawinan yang tidak sah. Regulasi peraturan teknis yang lebih jelas dan
peraturan perundang-undangan tentang terinci mengenai kedudukan anak di luar
perkawinan yang ada sesuungguhnya perkawinan, khususnya masalah
berfungsi memberikan jaminan pengakuan dan pembuktian sebagai efek
kesetaraan dan perlindungan yang dari putusan MK tersebut.
menyeluruh bagi segenap persoalan Pemerintah diharapkan segera melakukan
perkawinan yang ada di tanah air. langkah-langkah konkret bahwa putusan
Kekosongan hukum tersebut tentulah MK tersebut hanya berlaku pada anak
menimbulkan persoalan yang berlarut-
yang dilahirkan pada perkawinan siri atau
larut, padahal fungsi pemerintah adalah
memberikan kepastian dan jaminan perkawinan di bawah tangan yang secara
perlindungan hukum bagi warganya. Syariah adalah sah. Sehingga putusan
Sebutlah misalnya perkawinan campuran MK tersebut tidak dijadikan dasar bagi
dan perkawinan beda agama. pelaku perzinaan/perselingkuhan maupun
Meskipun nantinya terdapat semen leven untuk melakukan
putusan Pengadilan yang menetapkan perlindungan hukum bagi anak yang
laki-laki sebagai bapak biologis dari anak
dilahirkan.
luar kawin untuk melakukan tes DNA,

Tentang Perkawinan. Lembaran Negara Tahun


Catatan Akhir: 1975 Nomor 12.
6
Putusan Mahkamah Konstitusi
No.46/PUU-VII/2010 , hlm. 21.
1 7
UU No. 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Putusan Mahkamah Konstitusi
atas UU No 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah No.46/PUU-VII/2010 , hlm. 22.
8
Konstitusi, Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor Putusan Mahkamah Konstitusi
70. Hak Konstitusional adalah hak-hak yang No.46/PUU-VII/2010, hlm. 27.
9
diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Bahwa perkawinan adalah sah apabila
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat dilakukan menurut hukum masing-masing agama
(1) yang mengatur bahwa setiap orang berhak dan kepercayaannya itu dan tiap-tiap perkawinan
membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan dicatat menurut peraturan perundang-undangan
melalui perkawinan yang sah. Dan pasal 28B ayat yang berlaku. Pencatatan tiap-tiap perkawinan
(2) adalah bahwa setiap anak berhak atas adalah sama halnya pencatatan peristiwa-
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang peristiwa penting dalam kehidupan seseorang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan misalnya kelahiran, kematian yang dinyatakan
dan diskriminasi. Berdasarkan kedua pasal ini, dalam-surat-surat keterangan, suatu akta yang
para pemohon berpendapat bahwa hak-hak juga dimuat dalam daftar pencatatan.
konstitusionalnya adalah untuk mendapatkan 10
Putusan Mahkamah Konstitusi
pengesahan atas pernikahan dan status hukum No.46/PUU-VII/2010, hlm. 33-34.
anaknya. 11
2 Putusan Mahkamah Konstitusi
Putusan Mahkamah Konstitusi No.46/PUU-VII/2010, hlm. 34.
No.46/PUU-VII/2010 , hlm. 8. 12
3 Putusan Mahkamah Konstitusi
Putusan Mahkamah Konstitusi No.46/PUU-VII/2010 , hlm. 34.
No.46/PUU-VII/2010 , hlm. 9. 13
4 Putusan Mahkamah Konstitusi
Putusan Mahkamah Konstitusi No.46/PUU-VII/2010 , hlm. 34
No.46/PUU-VII/2010 , hlm. 20. 14
5 Putusan Mahkamah Konstitusi
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun No.46/PUU-VII/2010 , hlm. 35.
1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974
15 Mahkamah Konstutusi (Jakarta: Kencana Prenada
Putusan Mahkamah Konstitusi
No.46/PUU-VII/2010, hlm. 36. Media Group, 2013) serta D.Y .Witanto, Hukum
16
Pendapat para hakim yang setuju Keluarga: Hak dan Kedudukan Anak Luar Kawin
dengan putusan tetapi berbeda argumentasi yang Pasca Keluarnya Putusan MK tentang Uji
mendasari putusan disebut pendapat yang Materiil UU Perkawinan (Jakarta : Pustakaraya,
concurring. Lihat dalam Tata Wiyata dan Herry 2012).
19
Firmansyah, Perbedaan Pendapat dalam Putusan Untuk memahami THP dapat dikaji
Pengadilan (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011) beberapa buku dan artikel jurnal yang ditulis oleh
dan Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Satjipto Rahardjo diantaranya: Membedah Hukum
Edisi Revisi (Jakarta: Prenada Media Grup, 2013), Progresif (Jakarta: Kompas, 2006) ; Hukum
hlm. 88. dalam Jagat Ketertiban (Jakarta: UKI Press,
17
Lihat dalam Putusan Mahkamah 2006); Biarkan Hukum Mengalir (Jakarta:
Konstitusi No.46/PUU-VII/2010, hlm. 43-44. Kompas, 2007); Hukum dan Perilaku (Jakarta:
Lebih lanjut lagi pendapat yang dikemukakan Kompas, 2009); Hukum Progresif: Sebuah
oleh Hakim Konstitusi Maria, bahwa keberadaan Sintesa Hukum Indonesia (Yogyakarta: Genta
Pasal 2 ayat (2) UU Perkawinan menutup Publishing, 2009); Penegakan Hukum Progresif
kemungkinan bagi anak yang lahir diluar (Jakarta: Kompas, 2010); Hukum Progresif:
perkawinan untuk mempunyai hubungan Hukum yang Membebaskan, Jurnal Hukum
keperdataan dengan ayah biologisnya. Hal Progresif, Vol. I. No.1/April 2005, Program
tersebut adalah resiko dari perkawinan yang tidak Doktor Ilmu Hukum Undip Semarang.
20
dicatatkan,tapi tidaklah pada tempatnya jika anak Ide dasar atau gagasan orisinil Teori
harus ikut menanggung kerugian yang Hukum Progresif (THP) muncul kepermukaan
diakibatkan oleh perbuatan kedua orang tuanya. dalam berbagai tulisan lepas Satjipto Rahardjo (
Dengan kata lain, potensi kerugian akibat selanjutnya disingkat SR) di Koran Kompas sejak
perkawinan yang tidak dicatatkan merupakan tahun 2002. Dimulai tulisan di Kompas 15 Juli
resiko bagi laki-laki dan wanita yang melakukan 2002 yang berjudul Indonesia Inginkan
perkawinan, tetapi bukan resiko yang harus Penegakan Hukum Progresif yang penulis kutip
ditanggung oleh anak karena dalam sistem hukum sebagai berikut : Indonesia tidak bisa lebih lama
Negara maupun agama tidak dikenal adanya berlarut larut dalam cara penegakan hukum,
dosa turunan. Sehingga menurut beliau, sebagimana selama ini dijalankan. Indonesia kini
pemenuhan hak-hak anak yang terlahir dari membutuhkan suatu tipe penegakan hukum yang
suatu perkawinan, terlepas dari sah atau tidaknya ingin disebut progresif (Penegakan Hukum
perkawinan tersebut menurut hukum Negara, progresif.PHP) Pengamatan selama ini
tetap menjadi kewajiban kedua orang tua kandung menunjukkan, miski bangsa ini meneriakkan
atau kedua orang tua biologisnya. Berkenaan supremasi hukum dengan keras, hasilnya tetap
dengan isi putusan di atas maka Mahkamah mengecewakan. Untuk menagani masalah
Konstitusi selanjutnya mengeluarkan berita pers korupsi, misalnya hamper tak ada hasil yang
sebagai bahan penjelasan kepada masyarakat yang ditunjukkan. Kata orang banyak korupsi terjadi,
berjudul "Rasionalitas Putusan Nomor: tetapi para koruptor dan armada hukumnya lebih
46/PUU/VIII/2010 Tanggal 17 Februari 2012 pintar mematahkan jurus-jurus hukum yang ingin
tentang Anak Yang Lahir di Luar Perkawinan dikenakan kepada mereka. ..PHP adalah suatu
(Hasil Rapat Permusyawaratan Hakim pada Senin pekerjaan dengan banyak dimensi, anatara lain :
13 Februari 2012)". Mahkamah memberikan Pertama, dimensi dan factor manusia pelaku
beberapa penegasan dan penjelasan terkait tiga dalam PHP. Kedua, kebutuhan akan semacam
hal: pertama adalah mengenai perspektif alamiah kebangunan di kalangan akademisi, intektual dan
dan konstitusionalitas putusan MK dimaksud. ilmuwan serta teoritisi hukum Indonesia.Selama
Kedua adalah makna hukum (legal meaning) lebih kurang seratus tahun mereka telah menjadi
putusan MK. Ketiga adalah penjelasan dari murid yang baik dari filsafat hukum liberal.Kini
perspektif UU Perkawinan. Lihat dalam mereka ditantang oleh kebutuhan dan
"Rasionalitas Putusan MK Nomor: penderitaan bangsanya untuk berani
46/PUU/VIII/2010 Tanggal 17 Februari 2012 membebaskan diri dari ajaran dan doktrin yang
tentang Anak Yang Lahir di Luar Perkawinan selama ini dijalankan. Walaupun SR sendiri
(Hasil Rapat Permusyawaratan Hakim pada Senin belum menyebutkan spesifik Teori Hukum
13 Februari 2012)". Progresif namun menjadi wacana yang
18
Analisis terhadap putusan MK tersebut menggelinding dan membentuk opini masyarakat
juga ditelaah oleh Taufiqurrahman Syahuri, akademik terutama yang berkecimpung di bidang
Legislasi Hukum Perkawinan di Indonesia. Pro sosiologi hukum sampai dibentuk Satjipto
Kontra Pembentukannya Hingga Putusan Rahardjo Institute setelah kepulangan beliau
keharibaan Ilahi. Tentang Perjalanan Teori
Hukum Progresif dapat ditelaah tulisan yang 23
Tulisan Shidarta dalam Posisi
dibuat oleh Mahmud Kusuma, Menyelami pemikiran hukum progresif dalam konfigurasi
Semangat Hukum Progresif: Terapi Paradigmatik aliran-aliran filsafat hukum : Sebuah diagnosis
Bagi Lemahnya Hukum Indonesia (Yogyakarta: awal dimuat dalam Satjipto Rahardjo dan
Penerbit Antonylib dan LSHP Indonesia, 2009); Hukum Progresif , hlm. 55-58.
Anthon F.Susanto, Satjipto Rahardjo Dari DNA 24
Tulisan Yudi Kristiana dalam Menanti
Hukum Progresif Menuju Ruang Ontologism Progresivitas Kejaksaan dimuat dalam Satjipto
yang Reduksionis dalam Satjipto Rahardjo dan Rahardjo dan Hukum Progresif, hlm. 237-238.
Hukum Progresif Urgensi dan Kritik (Jakarta: Identifikasi THP ini merupakan hasil riset
Penerbit Epistema Institute dan Huma, 2011), Disertasi Yudi Kristiana di PDIH UNDIP
hlm. 110. Lihat dalam.Satjipto Rahardjo dalam Semarang dengan judul : Rekonstruksi Birokrasi
Hukum Progresif sebagai Dasar Pembangunan Kejaksaan dengan Pendekatan Hukum Progresif:
Ilmu Hukum Indonesia dimuat dalam buku Studi Penyelidikan, Penyidikan dan Penuntutan
Menggagas Hukum Progresif Indonesia, Tindak Pidana Korupsi, tahun 2007.
Penyunting Ahmad Gunawan dan Muamar 25
Ramadhan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006). Romli Atmasasmita, Teori Hukum
Beberapa tulisan memang belum ada kesepakatan Integratif, hlm. 88.
26
tentang penamaan hukum progresif. Ada yang Bernard.L.Tanya menyatakan bahwa
menggunakan teori, ilmu dan ada yang hukum pembaharuan yang ditawarkan oleh hukum
saja, hal ini tentunya tergantung dari teks yang progresif membutuhkan sebuah model atau
dimaksud oleh penulis masing-masing diarahkan kerangka kerja yang dapat memandu mereka
kemana maksud dan tujuan penulisannya. dalam menjalankan hukum progresif tersebut.
Menurut Otje Salman dan Anthon F.Susanto, Tanpa panduan atau model yang jelas yang
pemikiran Satjipto Rahardjo tentang Hukum berfungsi sebagai platform, sulit kekuatan hukum
Progresif mengarah pada pembentukan teori progresif disatukan dalam satu komitmen.
hukum. Lihat dalam Otje Salman dan Anthon Bernard L.Tanya mengajukan 3 pertimbangan dan
F.Susanto, Teori Hukum (Mengingat, 3 perangkat lunak untuk mendukung THP
Mengumpulkan dan Membuka Kembali) tersebut. Lihat dalam Bernard L. Tanya, Hukum,
(Bandung: Refika Aditama, 2005), hlm .139. Politik dan KKN (Surabaya: Srikandi, 2005),
21
Lihat dalam Romli Atmasasmita, Teori hlm. 6-8.
27
Hukum Integratif : Rekonstruksi terhadap Teori Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif:
Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Sebuah Sintesa Hukum Indonesia, Genta
Progresif (Yogyakarta: Genta Publishing, 2012), Publishing Yogyakarta, 2009.hlm. 84-85. Secara
hlm. 86-87. garis besar, gagasan hukum progresif
22
Khuzaifah Dimyati, menempatkan merefleksikan pertarungan keyakinan yang ada
Satjipto Rahardjo sebagai tokoh yang dalam diri beliau, di tengah serbuan dogmatis
mengembangkan pemikiran di Indonesia Periode terhadap cara berhukum Indonesia, ditambah
Ketiga, pada dekade 1970-1990 bersama Mochtar dengan diamnya kaum intelektual terhadap situsi
Kusumaatmaja, Sunaryati Hartono dan ini. Karena itulah beliau menyuarakan
Mohammad Koesnoe. Tipologi pemikiran hukum gagasannya. Lihat dalam Anthon. F. Susanto,
pada periode ini dapat dipandang sebagai Satjipto Rahardjo: Dari DNA Hukum Progresif
pemikiran yang bersifat transformatif. Artinya, Menuju Ruang Ontologism yang Reduksionis
pemikir transformatif bukan hanya menyentuh dalam Satjipto Rahardjo dan Hukum Progresif.,
aspek-aspek normatif dan doktrinal semata-mata, hlm. 111
28
melainkan berusaha menstransformasikan Lihat Satjipto Rahardjo, Hukum
fenomena-fenomena hukum dari arah empiris Progresif, hlm. 2-3. Teori Hukum Progresif yang
yang dikonstruksikan ke dalam tataran teoritik digagas oleh Satjipto Rahardjo sesungguhnya
filosofis. Lihat Khuzaifah Dimyati, Teorisasi tidak hanya berlaku di Indonesia. Karena ide
Hukum: Studi tentang Perkembangan Pemikiran gagasan ini berupa teori maka sifat general dan
Hukum di Indonesia 1945 1990 (Yogyakarta: universal dapat digunakan juga pada THP ini di
Genta Publishing, 2010), hlm. 235-237. negara lain. Walaupun THP ini bermula dari
Sedangkan Bernard L.Tanya menempatkan persoalan penegakan hukum yang khas ke
Satjipto Rahardjo masuk dalam pencetus Teori Indonesiaan. Hal ini juga tidak berbeda jauh
Hukum di Masa Transisi. Lihat dalam Bernard dengan Teori Hukum Pembangunan dari Mochtar
L.Tanya dkk., Teori Hukum: Strategi Tertib Kusuma Atmadja. Ada banyak contoh pemikir
Manusia Lintas Ruang dan Generasi hukum yang mendasarkan pandangan teoritisnya
(Yogyakarta: Genta Publishing, 2010), hlm. 204- dari titik beranjak pada sistem hukum negaranya
212. sendiri seperti : Lawrence M.Friedman, Richard
A.Posner maupun Brian Tamanaha. Lihat dalam
Shidarta (ed), Mochtar Kusuma-Atmadja dan keadilan .(2) pencarian makna lebih dalam
Teori Hukum Pembangunan: Eksistensi dan hendaknya menjadi ukuran baru dalam
Implikasi (Jakarta: Epistima Institute dan Huma, menjalankan hukum dan bernegara
2012), hlm. 58. hukum.Masing-masing pihak yang terlibat dalam
29
Penjelasan adanya ilmu pengetahuan dan proses penegakan hukum didorong untuk selalu
teknologi tidak hanya test DNA, juga alat bukti bertanya kepada hati nurani masing-masing
lain dalam hukum acara perdata terdapat dalam makan hukum yang lebih dalam. (3) hukum
pasal 284 RBg/164 HIR/1866 KUH Perdata yaitu hendaknya dijalankan tidak menurut prinsip
: bukti surat, bukti saksi, persangkaan, pengakuan logika saja, tetapi dengan perasaan, kepedulian
dan sumpah. Sedangkan menurut Pasal 100 dan keterlibatan (compassion) kepada kelompok
sampai dengan 106 dalam UU No.5 Tahun 1986 yang lemah. Lihat dalam Yusriyadi,Paradigma
tentang Peradilan TUN : surat atau tulisan, Sosiologis dan Implikasinya terhadap
keterangan ahli, keterangan saksi, pengakuan para Pengembangan Ilmu Hukum dan Penegakan
pihak dan pengetahuan hakim. Dalam Hukum Hukum di Indonesia, Pidato Pengukuhan sebagai
Acara Mahkamah Konstitusi sebagaimana Guru Besar FH UNDIP, Semarang tahun 2006,
disebutkan dalam UU No.8 tahun 2011 tentang hlm. 32-33.
Perubahan UU No. 24 tahun 2003 tentang 33
Bernard L. Tanya dkk., Teori
Mahkamah Konstitusi pada Pasal 36 ayat (1) alat Hukum.Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan
bukti terdiri atas : surat atau tulisan, keterangan Generasi (Yogyakarta: Genta Publishing, 2010),
saksi, keterangan ahli, keterangan para pihak, hlm. 212-213.
petunjuk dan alat bukti lain berupa informasi yang 34
Satjipto Rahardjo tidak menampik
diucapkan, dikirim, diterima atau disimpan secara keberadaan hukum tertulis, misalkan konstitusi
elektronik dengan optik atau yang serupa dengan tertulis. Tetapi konstitusi tertulis itu harus dibaca
itu. secara bermakna agar bisa menyelami moral yang
30
Sebagai perbandingan dalam KUH ada di balik konstitusi tertulis. Gagasan ini
Perdata disebutkan bahwa anak luar kawin dapat merujuk kepada pemikiran Ronald Dworkin
diakui jika dilakukan proses pengakuan dan tentang the moral reading of the constitution.
pengesahan oleh bapak biologisnya. Lihat Lihat dalam Yance Arizona, Negara hukum
ketentuan dalam Pasal 270 sd.Pasal 289 KUH bernurani, dalam Satjipto Rahardjo dan Hukum
Perdata. Progresif., hlm. 134.
31 35
Pendekatan positivistik yang lebih Keadilan substantif dapat didefiniskan
mementingkan aspek-aspek umum, fakta-fakta sebagai the truth justice (sebenar keadilan,
empirik yang merupakan bagian luar saja dari keadilan yang sebenarnya). Pertimbangan utama
realitas sebenarnya telah membawa kekeliruan pencarian keadilan substansial bukan lagi aspek
mendasar dalam memahami hukum. Dalam teori formal (state law) dan materiil (living law) hukum
chaos/non sistematik, realitas hukum harus melainkan aspek hakikat hukum, yakni
dipahami, dihayati dan dimakanai secara dilibatkannya pertimbangan moral, ethic and
mendalam karena hanya melalui cara tersebut, religion. Werner Menski dalam Comparative Law
realitas hukum yang sesungguhnya dapat in Global Context (2006) menyebut keadilan
diungkap. Lihat dalam Anthon F. Susanto, Ilmu substantif sebagai perfect justice. Pencarian
Hukum Non Sistematik: Fondasi Filsafat keadilan substantif hanya dapat dicapai dengan
Pengembangan Ilmu Hukum Indonesia penggunaan pendekatan legal pluralism. Lihat
(Yogyakarta: Genta Publishing, 2010), hlm. 10. dalam Suteki, Desain Hukum di Ruang Sosial
32
Rule Breaking didefinisikan sebagai (Yogyakarta: Thafa Media, 2013), hlm. 217.
suatu terobosan hukum yang bertujuan untuk 36
Hakim Agung Bismar Siregar (Alm)
mengatasi adanya kebuntuan atau kemacetan dijadikan contoh oleh Satjipto Rahardjo untuk
hukum dalam rangka mewujudkan tujuan ideal mendiskusikan relasi pengadilan dan perilaku
dan nilai-nilai hukum. Lihat dalam M. Hakim. Lihat dalam Satjipto Rahardjo, Sosiologi
Syamsudin, Konstruksi Baru Budaya Hukum Hukum: Perkembangan, Metode dan Pilihan
Hakim (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Masalah (Surakarta: UMM Press, 2002), hlm.
2012), hlm. 272. Menurut Satjipto Rahardjo, ada 115. Perilaku Hakim Agung Bismar Siregar,
tiga cara untuk melakukan rule breaking , yaitu : dijadikan lahan riset oleh Antonius Sudirman,
(1) mempergunakan kecerdasan spiritual untuk dengan judul Hati Nurani Hakim dan
membangun dari keterpurukan hukum ini Putusannya.Suatu Pendekatan dari Perspektif
memberikan pesan penting bagi kita untuk berani Ilmu Hukum Perilaku (Behavioral Jurisprudence)
mencari jalan baru (rule breaking) dan tidak Kasus Hakim Bismar Siregar (Bandung: Citra
membiarkan diri terkekang cara lama , Aditya Bakti, 2007). Sebagai perbandingan kajian
menjalankan hukum yang lama dan tradisional tentang kebebasan hakim dapat dibaca tulisan dari
yang jelas-jelas lebih banyak melukai rasa
Ahmad Kamil, Filsafat Kebebasan Hakim 1945 1990. Yogyakarta: Genta
(Jakarta: Kencana, 2012). Publishing, 2010.
37
Lihat dalam Fatwa MUI Nomor : 11 Gunawan, Ahmad dan Ramadhan,
Tahun 2012 tentang Kedudukan Anak Hasil Zina
dan Perlakuan Terhadapnya pada tanggal 10 Muammar. Menggagas Hukum
Maret 2012. Progresif Indonesia. Yogyakarta:
38 Pustaka Pelajar, 2006.
Dalam salah satu tulisannya Satjipto
Rahardjo menulis pentingnya penafsiran hukum Hunt, Alan. The Sociological Movement
yang progresif yaitu peraturan sebagai sesuatu in Law. The Macmillan Press
yang legal dan kenyataan sebagai sesuatu yang LTD, 1978.
sociological, empirical, bukan dua hal yang
terpisah dan bisa dipisahkan secara mutlak. Pada ________. Explorations in Law and
waktu kita berbicara mengenai penafsiran, maka Society. London: Routledge,
keduanya akan saling memasuki. Peraturan akan 1993.
melihat kepada kenyataan sedang kenyataan Hutchinson, Allan. C. Critical Legal
melihat kepada peraturan. Maka pekerjaan Studies. USA : Rowman &
penafsiran menjadi bukan semata-mata membaca
peraturan menggunakan logika peraturan Littlefield Publishers Inc, 1989.
melainkan juga membaca kenyataan atau apa Kamil, Ahmad. Filsafat Kebebasan
yang terjadi di masyarakat. Kedua pembacaan itu Hakim. Kencana: Jakarta, 2012.
disatukan dan dari situ akan muncul kreatifitas, Kusuma, Mahmud, Menyelami Semangat
inovasi dan progresivisme. Lihat dalam Satjipto Hukum Progresif: Terapi
Rahardjo, Hukum dalam Jagat Ketertiban
(Jakarta: UKI Press, 2006), hlm. 170-171. Paradigmatik Bagi Lemahnya
Hukum Indonesia. Yogyakarta:
Penerbit Antonylib dan LSHP
DAFTAR PUSTAKA Indonesia, 2009.
Luhmann, Niklas. A Sociological Theory
Alschuler, A. W. Law Without Values. of Law. London: Routledge dan
Chicago: The University of Kegan Paul, 1985.
Chicago Press, 2000. Marwan, Awaludin. Studi Hukum Kritis,
Altman, Audrew. Critical Legal Studies, Dari Modern, Posmodern hingga
A Liberal Critique. Paris: Posmarxis. Yogyakarta: Satjipto
Princeton University Press, 1990. Rahardjo Institute dan Thafa
Atmasasmita, Romli. Teori Hukum Media, 2012.
Integratif: Rekonstruksi terhadap Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian
Teori Hukum Pembangunan dan Hukum. Jakarta: Prenada Media Grup,
Teori Hukum Progresif. 2013.
Yogyakarta: Genta Publishing, Rahardjo, Satjipto. Sosiologi Hukum:
2012. Perkembangan, Metode dan
Carter, Lief. H. Reason in Law. Canadam Pilihan Masalah. Surakarta:
Little, Brown & Company, 1984. UMM Press, 2002.
Davitt, Thomas. E. Nilai-Nilai Dasar di ________. Hukum Progresif: Hukum
Dalam Hukum. Menganalisa yang Membebaskan, Jurnal
Implikasi-implikasi Legal-Etik Hukum Progresif, Vol. I. No. 1 /
Psikologi dan Antropologi bagi April 2005, Program Doktor Ilmu
Lahirnya Hukum, terj. Yudi Hukum Undip Semarang.
Santoso. Yogyakarta: Pallmal, ________. Membedah Hukum Progresif.
2012. Jakarta: Kompas, 2006.
Dimyati, Khuzaifah. Teorisasi Hukum: ________. Hukum dalam Jagat
Studi tentang Perkembangan Ketertiban. Jakarta: UKI Press, 2006.
Pemikiran Hukum di Indonesia ________. Biarkan Hukum Mengalir.
Jakarta: Kompas, 2007.
________. Hukum dan Perilaku: Hidup Indonesia. Yogyakarta: Genta
Yang Baik adalah Dasar Hukum Publishing, 2010.
Yang Baik. Jakarta: Kompas. ________. Dekonstruksi Hukum:
2009. Eksplorasi Teks dan Model
________. Hukum Progresif: Sebuah Pembacaan. Yogyakarta: Genta
Sintesa Hukum Indonesia. Publishing, 2010.
Yogyakarta: Genta Publishing, Suteki. Desain Hukum di Ruang Sosial.
2009. Yogyakarta: Thafa Media, 2013.
________. Penegakan Hukum Progresif. Syahuri, Taufiqurrahman. Legislasi
Jakarta: Kompas, 2010. Hukum Perkawinan di Indonesia:
Rifai, Ahmad. Penemuan Hukum oleh Pro Kontra Pembentukannya
Hakim dalam Perspektif Hukum Hingga Putusan Mahkamah
Progresif. Jakarta: Sinar Grafika, Konstutusi. Jakarta: Kencana
2010. Prenada Media Group, 2013.
Saifullah. Refleksi Sosiologi Hukum. Syamsudin, M. Konstruksi Baru Budaya
Bandung: Refika Aditama, 2007. Hukum Hakim. Jakarta: Kencana
Safitri, Myrna, et.al. Satjipto Rahardjo Prenada Media Group, 2012.
dan Hukum Progresif.Urgensi Tanya, Bernard. L. Hukum, Politik dan
dan Kritik, Jakarta: Penerbit KKN.Surabaya: Srikandi, 2005.
Epistema Institute dan Huma, Tanya, Bernard L. dkk. Teori Hukum:
2011. Strategi Tertib Manusia Lintas
Salman, Otje dan Anthon F.Susanto. Ruang dan Generasi. Yogyakarta:
Teori Hukum (Mengingat, Genta Publishing, 2010.
Mengumpulkan dan Membuka Teubner, Gunther. Dilemmas of Law in
Kembali). Bandung: Refika the Welfare State. Berlin: Walter
Aditama, 2005. de Gruyter & Co., 1985.
Sampford, Charles. The Disorder of Law: Unger, Roberto Mangabeira. The Critical
Critical Legal Theory. New York: Legal Studies Movement.
Basil Blackwell Inc, 1989. Cambridge Mass: Harvard
Shidarta (Ed). Mochtar Kusumaatmadja University Press, 1986.
dan Teori Hukum Pembangunan: Witanto, D.Y. Hukum Keluarga: Hak
Eksistensi dan Implikasi. Jakarta: dan Kedudukan Anak Luar
Epistima Institute dan Huma, Kawin.Pasca Keluarnya Putusan
2012. MK tentang Uji Materiil UU
So, Alvin.Y. Social Change and Perkawinan. Jakarta: Pustakaraya,
Development: Modernization, 2012.
Dependency, and World System Wignjosoebroto, Soetandyo. Hukum:
Theories. Sage Publications Inc., Paradigma, Metode dan
1990. Dinamika Masalahnya. Jakarta:
Sudirman, Antonius. Hati Nurani Hakim Elsam dan Huma, 2002.
dan Putusannya: Suatu Wiyata, Tata dan Herry Firmansyah.
Pendekatan dari Perspektif Ilmu Perbedaan Pendapat dalam
Hukum Perilaku (Behavioral Putusan Pengadilan. Yogyakarta:
Jurisprudence) Kasus Hakim Pustaka Yustisia, 2011.
Bismar Siregar. Bandung: Citra Yusriyadi. Paradigma Sosiologis dan
Aditya Bakti, 2007. Implikasinya terhadap
Susanto, Anthon F. Ilmu Hukum Non Pengembangan Ilmu Hukum dan
Sistematik: Fondasi Filsafat Penegakan Hukum di Indonesia,
Pengembangan Ilmu Hukum Pidato Pengukuhan sebagai Guru
Besar FH UNDIP, Semarang Lembaran Negara Tahun 2001
2006. Nomor 70.
Fatwa MUI Nomor : 11 Tahun 2012 Putusan Mahkamah Konstitusi
tentang Kedudukan Anak Hasil No.46/PUU-VII/2010.
Zina dan Perlakuan Terhadapnya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
pada tanggal 10 Maret 2012. 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1
UU No. 8 Tahun 2011 tentang perubahan Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
atas UU No 24 Tahun 2003 Lembaran Negara Tahun 1975 Nomor 12.
tentang Mahkamah Konstitusi,

Anda mungkin juga menyukai