Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PERAPOTEKAN

Defenisi Pengelolaan adalah proses yang membantu KBBI online


merumuskan, memberikan pengawasan pada
semua hal yang terlat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan dan pencapaian tujuan
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian PP 51 tahun 2009 tentang
tempat dilakukan praktek kefarmasian pekerjaan kefarmasian
Apotek adalah tempat tertentu, dilakukan Kepmenkes no 1027 tahun
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran 2004 tentang standar
sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya pelayanan apotek
kepada masyarakat
Persyaratan Bangunan : alamat, luas bangunan, bangunan Kepmenkes no 1332 tahun
apotek (ruang tunggu, ruang peracikan dan 2002 tentang ijin apotek
penyerahan obat, ruang administrasi& kamar
kerja apoteker, ruang tempat pencucian alat,
WC), keadaan bangunan (dinding, langit-
langit, atap dan lantai), kelengkapan
bangunan (sumber air, penerangan, alat
pemadam kebakaran, ventilasi, dan sanitasi),
perlengkapan alat pembuat, pengolahan dan
peracikan ( gelas ukur 10, 100, 250 ml, labu
erlenmeyer 100, 250ml, 1 lt, gelas piala 100,
500 ml, 1 lt, panci pengukur, corong berbagai
ukuran, timbangan& anak timbangan,
thermometer, mortir, spatel, cawan penguap
porselen, batang pengaduk.), perlengkapan
dan alat perbekalan farmasi (botol, lemari dan
rak untuk penyimpanan obat, lemari untuk
menyimpan racun, narkotika, dan bahan obat
berbahaya lainnya), wadah pengemas ( etiket,
dan wadah pengemas dan pembungkus), alat
administrasi (blanko pemesanan obat, blanko
kartu stok, blanko salinan resep, blanko faktur
dan blanko nota penjualan, buku pembelian,
buku pengiriman, buku pembukuan keuangan,
buku pencatatan narkotika, form laporan obat
narkotika, buku pencatatan penyerahan racun,
alat tulis dan kertas, buku strandar yang
diwajibkan, kumpulan perUU tentang apotek,
tempat penyimpanan khusus narkotika.

Personalia meliputi nama dan SIK APA, Kepmenkes no 1332 tahun


apoteker pendamping, AA dan nama PSA, 2002 tentang ijin apotek
dan tenaga lainnya yang meliputi
administrasi, juru racik dan keamanan
Persyaratan 1 SDM Kepmenkes no 1027 tahun
pengelolaan a. Apoteker yang profesional 2004 ttg Standar Pelayanan
apotek b. Asisten Apoteker Apotek
c. Juru Racik
2 Sarana dan Prasarana
a. Berlokasi yang mudah dikenali oleh
TUGAS PERAPOTEKAN

masyarakat
b. Papan petunjuk apotek yang jelas
c. Dapat mudah diakses oleh masyarakat
d. Pelayanan produk farmasi terpisah dg
produk lainnya
e. Lingkungan apotek harus bersih,
memiliki suplai listrik yang konstan
untuk lemari pendingin.
f. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
g. Tempat untuk mendisplay informasi bagi
pasien
h. Ruangan tertutup untuk konseling bagi
pasien
i. Ruang racikan
j. Keranjang sampah staf dan pasien
Pengelolaan Pengelolaan persediaan farmasi dan Kepmenkes no 1027 tahun
sediaan farmasi perbekalan kesehatan lainnya dilakukan 2004 ttg Standar Pelayanan
dan perbekalan sesuai ketentuan perundangan-undangan yang Apotek
kesehatan lainnya berlaku meliputi: perencanaan, pengadaan,
penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran
obat memakai sistim FIFO (First In First
Out) dan FEFO (First Expire First Out).

Perencanaan Kepmenkes no 1027 tahun


Pengadaan sediaan farmasi memperhatikan 2004 ttg Standar Pelayanan
a Pola penyakit Apotek
b Kemampuan masyarakat
c Budaya masyarakat
Pengadaan Kepmenkes no 1027 tahun
Untuk menjamin kualitas pelayanan 2004 ttg Standar Pelayanan
kefarmasian maka pengadaan sediaan Apotek
farmasi harus melalui jalur resmi

Pelaku usaha dilarang memperdagangkan


sediaan faramsi dan pangan yang rusak, UU no 8 thn 1999 ttg
cacat atau bekas dan tercemar dg/tnp perlindungan konsumen
memberikan informasi scr lengkap dan
benar
Penyimpanan
1. Bila dlm keadaan darurat obat - Kepmenkes no 1027
dipindahkan pada wadah lain harus tahun 2004 ttg Standar
dicegah terjadinya kontaminasi dan Pelayanan Apotek
harus ditulis informasi yang jelas pada (Bab II)
wadah.
2. Obat/bahan obat harus disimpan
dalam wadah asli dari pabrik
3. Wadah sekurang kurangnya memuat
nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluarsa.
4. Semua bahan obat harus disimpan
TUGAS PERAPOTEKAN

pada kondisi yang sesuai, layak dan


menjamin kestabilan bahan.
Pengelolaan Khusus - Pelaporan (UU no. 5 Th
- Psikotropika 1997;

- Narkotika - (UU No. 35 Th 2009 ttg


Narkotika, Pasal 14 ayat
1)
Administrasi Kepmenkes no 1027 tahun
Administrasi Umum : pencatatan, 2004 ttg Standar Pelayanan
pengarsipan, pelaporan narkotika, Apotek
psikotropika dan dokumentasi

Administrasi pelayanan : pengarsipa resep,


pengarsipan catatan pengobatan pasien,
pengarsipan hasil monitoring penggunaan
obat.

Jenis-jenis 1. Pelayanan Resep Kepmenkes no 1027 tahun


Pelayanan di 2. Promosi dan edukasi 2004 ttg Standar Pelayanan
Apotek 3. Pelayanan residensial (Home Care) Apotek (BAB III)

DETAIL PELAYANAN DI APOTEK


A. Pengeolaan Resep
1. Pelayanan Resep
1.1 Skrining Resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi :
1.1.1 Persyaratan Administratif :
Nama, SIP dan alamat dokter
Tanggal penulisan resep
Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
Cara pemakaian yang jelas
Informasi lainnya
1.1.3 Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian
1.1.3 Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian
(dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap
resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan
memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila
perlumenggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

1.2 Penyiapan obat.


1.2.1 Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan menimbang, mencampur, mengemas
dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat
harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan
jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.
TUGAS PERAPOTEKAN

1.2.2 Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

1.2.3 Kemasan Obat yang Diserahkan


Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok
sehingga terjaga kualitasnya.

1.2.4 Penyerahan Obat


Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir
terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan
oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada
pasien.

1.2.5 Informasi Obat


Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat
pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan
dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

1.2.6 Konseling
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,
pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari
bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah.
Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC,
asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling
secara berkelanjutan.

1.2.7 Monitoring Penggunaan Obat


Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.

2. Promosi dan Edukasi


Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus memberikan edukasi
apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan
dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif
dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara
lain dengan penyebaran leaflet /brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.

3. Pelayanan Residensial (Home Care)


Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian
yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan
pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat
catatan berupa catatan pengobatan (medication record).
TUGAS PERAPOTEKAN

B. Salinan Resep
Kepmenkes No. 280 tahun 1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotek,
disebutkan bahwa salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotek, yang selain
memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli, harus memuat pula:
Nama dan alamat Apotek
Nama dan nomor Surat Izin Pengelola Apotek
Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek
Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan; tanda nedet atau ne
detur untuk obat yang belum diserahkan
Nomor resep dan tanggal pembuatan

Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 17 menyebutkan bahwa:


Ayat 1 : Salinan resep harus ditandatangani apoteker

Ayat 3 : Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan
atau petugas lain yang berwenang merut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Penyimpana dan pemusnahan resep


Di Apotek, bila obatnya sudah diserahkan kepada penderita, menurut Peraturan
Pemerintah kertas resep harus disimpan, diatur menurut urutan tanggal dan nomor
urut pembuatan, serta harus disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun.
Kegunaan hal akhir ini adalah untuk memungkinkan penelusuran kembali bila
setelah sekian waktu terjadi suatu akibat dari obat yang diberikan. Setelah lewat
waktu tiga tahun, resep-resep oleh Apotek boleh dimusnahkan dengan membuat
proses verbal (berita acara) pemusnahan. (SK Menkes RI no.
280/MenKes/SK/V/1981 mengenai penyimpanan Resep di Apotek).
Secara jelas dalam pasal 7 Kepmenkes No. 280 Tahun 1981 mengatur tentang tata
cara penyimpanan dan pemusnahan resep sebagai berikut:
Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan
tanggal dan nomor urutan penerimaan resep dan harus disimpan sekurangkurangnya
tiga tahun.
Resep yang mengandung Narkotika harus dipisahkan dengan resep lainnya.
Pemusnahan resep dimaksud dalam ayat 3 pasal ini, dilakukan dengan cara dibakar
atau dengan cara lain yang memadai oleh Apoteker Pengelola Apotek bersama
dengan sekurangkurangnya petugas apotek.
Pada pemusnahan resep, harus dibuat Berita cara pemusnahan sesuai dengan bentuk
yang telah ditentukan dalam rangkap empat dan ditandatangani oleh mereka yang
dimaksud pada ayat 4 pasal ini.
TUGAS PERAPOTEKAN

PELAYANAN OBAT WAJIB APOTEK (OWA)

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 347/ MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib


Apotik, mendefenisikan Obat Wajib Apotek (OWA) yaitu obat keras yang dapat diserahkan
oleh Apoteker kepada pasien di Apotik tanpa resep dokter. Yang pada diktum ke dua pada
putusan, dijelaskan bahwa Obat yang termasuk dalam OBAT WAJIB APOTIK ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan.

Permenkes No. 919 tahun 1993 juga mengatur tentang kriteria obat yang dapat diserahkan
tanpa resep yakni sebagai berikut:
Tidak dikontaraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawa usia 2
tahun dan orang tua diatas 65 tahun
Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan
penyakit
Penggunaannya tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan
Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
Obat dimaksud memiliki resiko khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan
untuk pengobatan sendiri

Pada diktum ke empat dalam putusan Menteri Kesehatan Nomor : 347/


MenKes/SK/VII/1990, juga di tuliskan Apoteker di Apotik dalam melayani pasien yang
memerlukan obat dimaksud diktum kedua (Obat yang termasuk dalam OBAT WAJIB
APOTIK ditetapkan oleh Menteri Kesehatan) diwajibkan :
Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam Obat
Wajib Apotik yang bersangkutan.
Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping
dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

Jenis obat yang temasuk dalam daftar OWA, tertulis dalam kepmenkes tentang OWA 1,
OWA 2, dan OWA 3. Dalam OWA 2 merupakan tambahan dari daftar obat yang telah
ditetapkan dalam OWA 1, demikian juga OWA 3, merupakan tambahan dari OWA 1 dan
OWA 2.

PELAYANAN OBAT BEBAS (OB) DAN OBAT BEBAS TERBATAS (OBT)

Obat Bebas (OB) di defenisikan sebagai obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam
Obat bebas Terbatas (OBT) didefenisikan sebagai; obat yang sebenarnya termasuk obat
keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan
tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
TUGAS PERAPOTEKAN

PELAYANAN PSIKOTROPIKA
UU No. 5 Th 1997 tentang Psikotropika

Pasal 14
Ayat (2)
Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada:
Apotek lainnya
Rumah sakit
Puskesmas
Balai pengobatan
Dokter
Pengguna/pasien

Ayat (4)
Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas dan balai pengbatan
dilaksanakan berdasarkan resep dokter.

Ayat (5)
Penyerahan psikotropika oleh dokter dilaksanakan dalam hal:
Menjalankan praktek terapi dan diberikan melalui suntikan
Menolong orang sakit dalam keadaan darurat
Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek

Pasal 53
Ayat (1)
pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal :
Berhubungan dengan tindak pidana
Diproduksi tanpa memenuhi tandar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat
digunakan dalam proses produksi psikotropika
Kadaluarsa
Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan / atau untuk
kepentingan ilmu pengetahuan.

PENGELOLAAN NARKOTIKA
UU no 22 tahun 1997 tentang narkotika

Pasal 39
Ayat (2)
Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada :
Runah sakit
Puskesmas
Apotek lainnya
Balai pengobatan
Dokter
Pasien
TUGAS PERAPOTEKAN

Ayat (3)
Rumah sakit, apotek, puskesmas dan balai pengobatan hanya dapat menyerahkan narkotika
kepada pasien berdasarkan resep dokter

Ayat (4)
Penyerahan narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan dalam hal;
Menjalankan praktek dokter dan diberikan melalui suntikan
Menolong orang sakit dalam keadaan darurat
Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.

Ayat (5)
Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu yang diserahkan dokter hanya dapat
diperoleh dari apotek.

Pemusnahan narkotika
Pasal 60
Pemusnahan dilakukan dalam hal :
Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat
digunakan dalam proses produksi;
Kadaluarsa
Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau untuk
pengembangan ilmu pngetahuan; atau
Berkaitan dengn tindak pidana.

Pasal 61

1. Pemusnahan narkotika sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 huruf a, b, dan c


dilaksanakan oleh pemerintah, orang, atau badan yang bertanggungjawab atas produksi
dan atau peredaran narkotika, sarana kesehatan tertentu, serta lembaga ilmu pengetahuan
tertentu dengan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk menteri kesehatan.
2. Pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan pembuatan berita
acara yang sekurang-kurangnya memuat :
nama, jenis, sifat, dan jumlah;
keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun, dilakukan pemusnahan; dan
tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan
pemusnahan
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemusnahan narkotika
TUGAS PERAPOTEKAN

PENGERTIAN

1. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
mengucapkan sumpah berdasarkan praturan perundangan ang telah berlaku dan berhak
melakukan pekerjaan kefarmasina sebagai apoteker.
2. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
3. Alat kesehatan adalah bahan, instrumen aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat oran sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untk
membentuk struktur dan memperbaiki fungi tubuh.
4. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan
yang berlaku
Pasal 15 ayat 1 Permenkes No. 922 tahun 1993 Apotek wajib melayani resep dokter,
dokter gigi dan dokter hewan.
5. Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan
kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek.
6. Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung
jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk menungkatkan
kualitas hidup pasien.
7. Medication record adalah catatan pengobatan setiap pasien.
8. Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama
dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah.
9. Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan
pasien untuk mengidentifikasi dan menyerahkan masalah yang berkaitan dengan obat
dan pengobatan.
10. Pelayanan residensial (Home care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam
pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien
dengan pengobatan terapik kronis lainnya.

Anda mungkin juga menyukai