Bedah Albiner PDF
Bedah Albiner PDF
ALBINER SIMARMATA
BAB I
PENDAHULUAN
1. 2. Perumusan Masalah
Apakah ada perbedaan nyeri akibat perbedaan tehnik operasi.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Sejarah
Hernia inguinal sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak
tahun 1500 sebelum Masehi dan merngalami banyak sekali perkembangan
seiring bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada regio inguinal
(Abrahamson, 1997). Cooper 1804 menyatakan no disease of the human
body belonging to the province of surgeons require in its treatment agreater
combination of accurate anatomical knowlodge with surgical skill than hernia
in all varieties karena selama kurun waktu itu didapat laporan yang sangat
bervariasi dalam penatalaksanaannya (Wantz, 1994). Era modern
penatalaksanaan hernia inguinal dimulai sejak tahun 1887 oleh E. Bassini
dengan mengembalikan fungsi anatomis dinding belakang kanalis inguinal.
Berbagai variasi tehnik Bassini, khususnya shouldice mendapat tempat yang
luas pada komunitas bedah di Amerika Utara. Karena memberikan hasil yang
lebih baik. Pada tahun 1993 Lichtenstein melaporkan konsep baru penguatan
dinding belakang kanalis inguinal degan bahan sintetis, memberikan hasil
yang lebih dibanding cara konvensional selama 10 tahun penelitiannya.
Konsep ini merapakan kemajuan terpenting dalam penatalasanaan hernia
inguinal dan dianggap sebagai suatu revolusi (Abrahamson,1997). Telah
terjadi perubahan pola pikir dalam pengelolaan hernia inguinal, mencakup:
(Fitzgibbons, 2000)
- penggunaan bahan sintetis
- penerimaan tehnik tension free
- penggunaan laparoskopi
Menurut Litwin tindakan hernioplasty pada era modern harus dapat dievaluasi
dan memberikan hasil yang lebih baik mencakup: (Wexler, 1997)
- Kesulitan tehnik
- Komplikasi yang terjadi
- Waktu pemulihan
- Rehabilitasi termasuk: -periode nyeri pasca operasi
- Kembali kepekerjaan
- Rekurensi
- Beban ekonomi
3.2. Definisi
Hernia inguinalis adalah suatu penonjolan abnormal organ perut
melalui daerah yang lemah (defek) atau adanya kombinasi suatu defek dan
kantong sedang protrusi tidak selalu harus ada (Divilio, 1997).
3.4. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia inguinal masih diliputi berbagai
kontroversi, tetapi diyakini ada tiga penyebab :
- Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
- Adanya kerlemahan jaringan /otot.
- Tersedianya kantong.
3.5. Klasifikasi
Dari berbagai klasifikasi yang ada, Divilio (1997) menganjurkan
menggunakan klasifikasi menurut Gilbert karena aplikasi klinis yang lebih
mudah:
1. cincin internal sempit.
2. cincininternal ada celah 1 jari
3. cincin internal ada celah 2 jari
4. kelemahan dinding posterior
5. ada defek 1 jari pada dinding posterior
6. pentaloon hernia
7. femoral hernia.
Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring.
Ini merupakan defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk
huruf U dan V dan terletak di bagian lateral dan superior. Batas
cincin interna adalah pada bagian atas muskulus transversus
abdominis, iliopublik tract dan interfoveolar (Hasselbach) ligament
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hernioplasty
Uraian Lichtenstein Shouldice
Jumlah penderita n = 30 n = 30
Umur penderita 53,8 (22 73) 44,9 (20-70)
Jenis hernia inguinal
a. Lateral 28 27
b. Medialis 2 2
c. Bilateral - 1
Tindakan anastesi
General 18 30
Spinal 12 -
Lamanya operasi (menit)
Unilateral 62,6 (45-90) 69,1 (60 90
Bilateral - 120
Uraian L S Total
20 29 1 8 9
30 39 1 4 5
40 49 7 5 13
50 59 11 8 19
60 69 5 2 7
> 70 5 3(1B) 8
n 30 30
x 53,8 44,9
SD 12,9 15,4
Uraian L S
41 50 5 -
51 60 18 16
61 70 4 3
71 80 1 4
81 90 2 6
> 91 - 1(B)
30 30
x 62,6 69,1
SD 10,5 12,0
Penderita Hari
0 I II III V VII
1 2 2 3 1 1 0
2 2 2 4 1 1 1
3 2 2 4 2 1 0
4 2 2 3 1 0 0
5 1 2 3 1 0 0
6 2 2 3 1 0 0
7 2 2 4 1 1 0
8 1 2 3 2 1 0
9 2 3 4 2 2 1
10 1 3 4 3 1 0
11 2 2 4 2 1 0
12 2 2 3 2 1 1
13 3 4 4 2 2 1
14 3 3 4 2 1 0
15 2 3 4 2 1 1
16 3 4 5 1 1 0
17 2 3 4 1 1 1
18 3 3 4 2 1 0
19 2 3 4 2 1 0
20 2 3 5 1 1 0
21 2 3 5 1 1 1
22 2 3 4 1 1 0
23 2 3 5 2 1 1
24 2 3 4 2 1 1
25 2 3 4 2 1 1
26 2 3 4 3 2 1
27 2 3 4 3 3 3
28 2 3 4 2 1 1
29 2 4 4 2 1 1
30 2 3 4 2 1 1
61 83 118 52 32 17
X 2,03 2,77 3,93 1,73 1,07 0,57
SD 0,49 0,63 0,58 0,64 0,58 0,68
Hari
Penderita
0 I II III V VII
1 4 4 5 3 2 1
2 3 4 5 3 2 1
3 3 3 5 3 1 1
4 3 4 4 3 2 1
5 3 3 4 2 1 1
6 3 4 4 2 2 1
7 2 2 3 2 1 0
8 3 3 4 2 2 2
9 3 4 4 1 1 1
10 2 3 4 1 1 0
11 3 3 4 2 2 1
12 3 3 4 2 1 1
13 3 3 4 2 1 1
14 3 4 3 2 1 1
15 3 3 5 3 2 1
16 2 3 3 2 2 1
17 2 3 4 2 1 0
18 2 3 3 1 1 0
19 3 3 3 2 1 0
20 3 3 4 2 1 0
21 3 3 5 2 1 1
22 3 4 3 2 1 0
23 3 4 4 2 1 0
24 3 4 4 2 1 0
25 3 4 5 2 1 1
26 3 4 4 2 1 1
27 4 4 5 3 2 1
28 4 4 5 2 1 1
29 3 4 4 2 2 2
30 4 3 5 2 2 1
89 103 123 63 41 23
Penderita Hari
0 I II III V VII
1 2 2 3 1 1 0
2 2 2 4 1 1 1
3 2 2 4 2 1 0
4 2 2 3 1 0 0
5 1 2 3 1 0 0
6 2 2 3 1 0 0
7 2 2 4 1 1 0
8 1 2 3 2 1 0
9 2 3 4 2 2 1
10 1 3 4 3 1 0
11 2 2 4 2 1 0
12 2 2 3 2 1 1
21 26 42 19 10 3
X 1,75 2,17 3,5 1,58 0,83 0,25
SD 0,45 0,39 0,52 0,67 0,55 0,45
Dari data terlihat peningkatan intensitas nyeri yang dirasakan penderita pada hari 0
II dengan sangat bermakna (p< 0,001) dari hari ke hari. Sebaliknya pada hari ke
III, V, hari terakhir pengamatan terjadi penurunan intensitas nyeri yang dirasakan
penderita dengan sangat bermakna (p<0,001) dari hari ke hari.
Penderita Hari
0 I II III V VII
1 3 4 4 2 2 1
2 3 3 4 2 1 0
3 2 3 4 2 1 1
4 3 4 5 1 1 0
5 2 3 4 1 1 1
6 3 3 4 2 1 0
7 2 3 4 2 1 0
8 2 3 5 1 1 0
9 2 3 5 1 1 1
10 2 3 4 1 1 0
11 2 3 5 2 1 1
12 2 3 4 2 1 1
13 2 3 4 2 1 1
14 2 3 4 3 2 1
15 2 3 4 3 3 3
16 2 3 4 2 1 1
17 2 4 4 2 1 1
18 2 3 4 2 1 1
40 57 76 33 22 14
Dari data terlihat peningkatan intensitas nyeri yang dirasakan penderita pada
hari 0II dengan sangat bermakna (p < 0,001) dari hari ke hari. Sebaliknya pada
hari ke III, V, hari terakhir pengamatan terjadi penurunan intensitas nyeri yang
dirasakan penderita dengan sangat bermakna (p<0,001) dari hari ke hari.
5.2. Pembahasan
Insiden hernia inguinal yang sebenarnya di dunia termasuk di
Indonesia belum diketahui, diperkirakan 1015 % dari populasi dewasa.
Insiden hernia inguinal menurut usia diperkirakan meningkat seiring
pertambahan usia yaitu pada rentang 2540 tahun 58 %, di atas 75 tahun
45 %. Sedang menurut jenis kelamin insiden hernia inguinal pada pria 25 x
lebih banyak dijumpai dari pada wanita (Abrahamson, 1997). Pada penelitian
ini rata-rata usia penderita pada kelompok Lichtenstein adalah 53,8 12,9
tahun dan pada kelompok Shouldice 44,9 15,4 tahun. Dari Tabel 2 diketahui
2 dari 30 penderita kelompok Lichtenstein dan 12 dari 30 pada kelompok
Shouldice berusia < 40 tahun, sayangnya pada penelitian ini tidak dijumpai
penderita > 75 tahun.
Dari Tabel 3 dipaparkan rata-rata waktu yang diperlukan untuk tindakan
hernioplasty menurut Lichtenstein 62,6 10,5 menit, Shouldice 69,1 12,0
menit, sedangkan bilateral diperlukan waktu 120 menit.
Diperkirakan saat ini penggunaan mesh mencapai 80 % dari semua
tindakan hernioplasty karena mudah untuk dipelajari dengan waktu relatif
lebih singkat, namun demikian Bendavid (2001) menyatakan tehnik shouldice
tetap perlu dilakukan oleh residen untuk pengenalan struktur anatomi. Bagi
staf senior yang terlatih dapat mengerjakan dengan waktu yang relatif
singkat 26,8 menit (1249) untuk Lichtenstein 27,5 menit (9-51) untuk
Shouldice (Prior, 1998).
Pada penelitian waktu yang diperlukan masih jauh lebih lama, hal ini
mungkin disebabkan metode Lichtenstein belum menjadi prosedur tetap
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA