Anda di halaman 1dari 15

MIDAZOLAM

Midazolam pertama kali dibuat pada tahun 1976 oleh Fryer dan Walser.
Midazolam merupakan water soluble benzodiazepine yang terikat dalam albumin
plasma. Akumulasi terjadi pada hepar yang sakit oleh karena metabolismenya
terjadi di hepar.

Midazolam memiliki nama dagang Versed ( US Brand name ), Hipnovel,


dan Dormicum. Midazolam adalah derivat benzodiazepine yang memiliki masa
kerja sangat pendek.

FARMAKOLOGI
Midazolam merupakan benzodiazepine yang larut air dengan struktur cincin
imidazole yang stabil dalam larutan dan metabolisme yang cepat. Obat ini telah
menggantikan diazepam selama operasi dan memiliki potensi 2-3 kali lebih kuat.
Selain itu affinitas terhadap reseptor GABA 2 kali lebih kuat dibanding diazepam.
Efek amnesia pada obat ini lebih kuat diabanding efek sedasi sehingga pasien dapat
terbangun namun tidak akan ingat kejadian dan pembicaraan yang terjadi selama
beberapa jam.

Larutan midazolam dibuat asam dengan pH < 4 agar cincin tidak terbuka
dan tetap larut dalam air. Ketika masuk ke dalam tubuh, akan terjadi perubahan pH
sehingga cincin akan menutup dan obat akan menjadi larut dalam lemak. Larutan
midazolam dapat dicampur dengan ringer laktat atau garam asam dari obat lain.

FARMAKOKINETIK
Midazolam diserap cepat dari saluran cerna dan dengan cepat melalui sawar
darah otak. Namun waktu equilibriumnya lebih lambat dibanding propofol dan
thiopental. Hanya 50% dari obat yang diserap yang akan masuk ke sirkulasi
sistemik karena metabolisme porta hepatik yang tinggi. Sebagian besar midazolam
yang masuk plasma akan berikatan dengan protein. Waktu durasi yang pendek
dikarenakan kelarutan lemak yang tinggi mempercepat distribusi dari otak ke
jaringan yang tidak aktif begitu juga dengan klirens hepar yang cepat.
Waktu paruh midazolam adalah antara 1-4 jam, lebih pendek daripada
waktu paruh diazepam. Waktu paruh ini dapat meningkat pada pasien tua dan
gangguan fungsi hati. Pada pasien dengan obesitas, klirens midazolam akan lebih
lambat karena obat banyak berikatan dengan sel lemak. Akibat eliminasi yang cepat
dari midazolam, maka efek pada CNS akan lebih pendek dibanding diazepam.

1
Awitan aksi : IV 30 detik-1 menit; IM 15 menit; PO/rektal menit; intranasal < 10
menit; intranasal < 5 menit

Efek Puncak: IV 3-5 menit; IM 15-30 menit; PO 30 menit; intranasal 10 menit;


rektal 20-30 menit
Lama aksi : IV/IM 15-80 menit; PO/rectal 2-6 jam

Interaksi/toksisitas : Efek depresi SSP dan sirkulasi dipotensiasi oleh alkohol,


narkotik, sedatif,anestesik volatil, menurunkan MAC untuk anestesik volatil;
efeknya diantagonis oleh flumazenil.

Metabolisme
Midazolam dimetabolisme dengan cepat oleh hepar dan enzim cytochrome
P-450 usus halus menjadi metabolit yang aktif dan tidak aktif. Metabolit utama
yaitu 1-hidroksimidazolam yang memiliki separuh efek obat induk. Metabolit ini
dengan cepat dikonjugasi dengan asam glukoronat menjadi 1-hidroksimidazolam
glukoronat yang dieskresikan melalui ginjal. Metabolit lainnya yaitu 4-
hidroksimidazolam tidak terdapat dalam plasma pada pemberian IV.
Metabolisme midazolam akan diperlambat oleh obat-obatan penghambat
enzim sitokrom P-450 seperti simetidin, eritromisin, calsium channel blocker, obat
anti jamur.Kecepatan klirens hepatic midazolam lima kali lebih besar daripada
lorazepam dan sepuluh kali lebih besar daripada diazepam.

INDIKASI
* Intramuskular atau intravena untuk sedasi pra operasi / anxiolysis / amnesia;
* Intravena sebagai agen untuk sedasi / anxiolysis / amnesia sebelum atau selama
prosedur diagnostik, terapeutik atau endoskopi, seperti bronkoskopi, gastroskopi,
cystoscopy, angiografi koroner dan kateterisasi jantung, onkologi prosedur,
prosedur radiologis, jahitan dari luka dan prosedur lainnya baik sendiri atau
dikombinasikan dengan depresan SSP lain;
* Intravena untuk induksi anestesi umum, sebelum pemberian agen anestesi lain.
Dengan penggunaan narkotik premedikasi, induksi anestesi dapat dicapai dalam
rentang dosis yang relatif sempit dan dalam waktu singkat. Midazolam intravena
juga dapat digunakan sebagai komponen suplementasi intravena nitrous oxide dan
oksigen (anestesi seimbang);
* Infus intravena terus menerus untuk sedasi pasien intubasi dan ventilasi
mekanik sebagai komponen anestesi atau selama perawatan dalam pengaturan
perawatan kritis.

2
KONTRAINDIKASI
1. Midazolam merupakan kontraindikasi pada pasien dengan
hipersensitivitas dikenal untuk obat. Benzodiazepines kontraindikasi
pada pasien dengan glaukoma sudut sempit akut. Benzodiazepine dapat
digunakan pada pasien dengan glaukoma sudut terbuka-hanya jika
mereka menerima terapi yang sesuai. Pengukuran tekanan intraokular
pada pasien tanpa penyakit mata menunjukkan induksi berikut moderat
menurunkan dengan midazolam.
2. Kehamilan
3. Hipersensitif
4. Syok
5. Hipotensi
6. Pemakai narkoba

PENGGUNAAN KLINIK
Midazolam sering digunakan sebagai premedikasi pada pasien pediatrik
sebagai sedasi dan induksi anestesia. Midazolam juga memiliki efek antikonvulsan
sehingga dapat digunakan untuk mengatasi kejang grand mal.

a) Premedikasi

Sebagai premedikasi midazolam 0,25 mg/kg diberikan secara oral berupa


sirup (2 mg/ml) kepada anak-anak untuk memberiksan efek sedasi dan anxiolisis
dengan efek pernapasan yang sangat minimal. Pemberian 0,5 mg/kg IV 10 menit
sebelum operasi dipercaya akan memberikan keadaan amnesia retrograd yang
cukup.

b) Sedasi intravena

Midazolam dosis 1-2,5 mg IV (onset 30-60 detik, waktu puncak 3-5 menit,
durasi 15-80 menit) efektif sebagai sedasi selama regional anestesi. Dibanding
dengan diazepam, midazolam memiliki onset yang lebih cepat, amnesia yang lebih
baik dan sedasi post operasi yang lebih rendah namun waktu pulih sempurna tetap
sama. Efek samping yang ditakutkan dari midazolam adalah adanya depresi napas
apalagi bila diberikan bersama obat penekan CNS lainnya.

c) Induksi anestesi

Induksi anestesi dapat diberikan midazolam 0,1-0,2 mg/kg IV selama 30-60


detik. Walaupun thiopental memberikan waktu induksi lebih cepat 50-100%
dibanding midazolam. Dosis yang digunakan akan semakin kecil apabila

3
sebelumnya diberikan obat penekan CNS lain seperti golongan opioid. Pasien tua
juga membutuhkan lebih sedikit dosis dibanding pasien muda.

d) Rumatan anestesi

Midazolam dapat diberikan sebagai tambahan opioid, propofol dan anestesi


inhalasi selama rumatan anestesi. Pemberian midazolam dapat menurunkan dosis
anestesi inhalasi yang dibutuhkan. Sadar dari post operasi dengan induksi
midazolam akan lebih lama 1-2,5 kali dibanding penggunaan thiopental sebagai
induksi.

e) Sedasi post operasi

Pemberian jangka panjang midazolam secara intravena (dosis awal 0,5-4


mg IV dan dosis rumatan 1-7 mg/jam IV) akan mengakibatkan klirens midazolam
dari sirkulasi sistemik lebih bergantung pada metabolisme hepatik. Efek
farmakologis dari metabolit akan terakumulasi dan berlangsung lebih lama setelah
pemberian intravena dihentikan sehingga waktu bangun pasien menjadi lebih lama.
Penggunaan opioid dapat mengurangi dosis midazolam yang dibutuhkan sehingga
waktu pulih lebih cepat. Waktu pulih akan lebih lama pada pasien tua, obese dan
gangguan fungsi hati berat.

f) Gerakan pita suara paradoks

Gerakan pita suara paradoks adalah penyebab nonorganik obstruksi saluran


napas atas dan stridor sebagai manifestasi post operasi. Midazolam 0,5-1 mg IV
mungkin efektif untuk mengatasinya.

EFEK SAMPING
Midazolam tidak harus digunakan tanpa individualisasi dosis terutama bila
digunakan dengan obat lain yang mampu menghasilkan depresi sistem saraf pusat.
Sebelum midazolam intravena dalam dosis apapun, segera ketersediaan oksigen,
obat pernafasan, usia dan ukuran peralatan yang sesuai untuk tas / katup / mask
ventilasi dan intubasi, dan personel yang terampil untuk pemeliharaan jalan napas
paten dan dukungan ventilasi harus dijamin. Pasien harus terus dipantau dengan
beberapa alat deteksi untuk tanda-tanda awal hipoventilasi, obstruksi jalan napas,
atau apnea, yaitu, oksimetri pulsa. Hipoventilasi, obstruksi jalan napas, dan apnea
dapat menyebabkan hipoksia dan / atau serangan jantung kecuali tindakan
pencegahan yang efektif segera diambil. Ketersediaan segera agen pembalikan
tertentu (flumazenil) sangat dianjurkan.
Tanda-tanda vital harus terus dipantau selama periode pemulihan. Karena
midazolam intravena menekan respirasi dan karena agonis opioid dan obat
penenang lainnya dapat menambah depresi ini, midazolam harus diberikan sebagai

4
agen induksi hanya oleh orang yang terlatih dalam anestesi umum dan harus
digunakan untuk sedasi / anxiolysis / amnesia hanya di hadapan tenaga terampil
dalam deteksi dini hipoventilasi, mempertahankan jalan napas paten dan
mendukung ventilasi. Ketika digunakan untuk sedasi / anxiolysis / amnesia,
midazolam harus selalu dititrasi perlahan-lahan pada pasien dewasa atau anak.
peristiwa hemodinamik samping telah dilaporkan pada pasien pediatrik dengan
ketidakstabilan kardiovaskular; pemberian intravena cepat juga harus dihindari
pada populasi .Pasien Pediatri untuk informasi lengkap

Reaksi seperti agitasi, gerakan tak terkendali (termasuk tonik / gerakan


klonik dan tremor otot), hiperaktif, dan combativeness telah dilaporkan di kedua
dewasa dan pasien anak. Reaksi-reaksi ini mungkin karena dosis yang tidak
memadai atau berlebihan atau administrasi yang tidak benar dari midazolam,
namun, pertimbangan harus diberikan untuk kemungkinan hipoksia otak atau reaksi
paradoksal benar. Jika reaksi tersebut terjadi, respon terhadap setiap dosis
midazolam dan semua obat-obatan lainnya, termasuk obat bius lokal, harus
dievaluasi sebelum melanjutkan. Pembalikan tanggapan tersebut dengan flumazenil
telah dilaporkan pada pasien anak.

Penggunaan bersamaan dari barbiturat, alkohol atau depresan sistem saraf


pusat dapat meningkatkan risiko hipoventilasi, obstruksi saluran napas,
desaturation, atau apnea dan dapat menyebabkan mendalam dan / atau efek obat
yang berkepanjangan. Narkotika premedikasi juga menekan respon ventilasi
terhadap rangsangan karbon dioksida.

Pada anak-anak memerlukan dosis yang lebih rendah, maupun tidak obat
penenang seiring telah diberikan. Dewasa atau pasien anak dengan PPOK yang luar
biasa sensitif terhadap efek depresan pernafasan midazolam. Pediatrik dan dewasa
pasien yang menjalani prosedur yang melibatkan saluran udara bagian atas seperti
endoskopi atas atau perawatan gigi, sangat rentan terhadap episode desaturation dan
hipoventilasi karena obstruksi jalan napas parsial. Dewasa dan pasien pediatrik
dengan gagal ginjal kronis dan pasien dengan gagal jantung kongestif
menghilangkan midazolam lebih lambat. Karena pasien lanjut usia sering memiliki
fungsi efisien dari satu atau lebih sistem organ dan karena kebutuhan dosis telah
terbukti menurunkan dengan usia, mengurangi dosis awal dianjurkan midazolam,
dan kemungkinan efek mendalam dan / atau berkepanjangan harus
dipertimbangkan.
Keputusan untuk ketika pasien yang telah menerima midazolam suntik,
terutama secara rawat jalan, sekali lagi mungkin terlibat dalam kegiatan yang
memerlukan kewaspadaan mental selesai, mengoperasikan mesin berbahaya atau

5
mengendarai kendaraan bermotor harus individual. tes Bruto pemulihan dari efek
dari midazolam tidak dapat diandalkan untuk memprediksi waktu reaksi di bawah
tekanan. Disarankan bahwa tidak ada pasien yang berbahaya mengoperasikan
mesin atau kendaraan bermotor sampai efek obat, seperti mengantuk, telah surut
atau sampai satu hari penuh setelah anestesi dan operasi, mana yang lebih lama. .
Cepat injeksi harus dihindari pada populasi neonatal. Midazolam cepat
diberikan sebagai injeksi intravena (kurang dari 2 menit) telah dikaitkan dengan
hipotensi berat pada neonatus, terutama jika pasien juga telah menerima fentanil.
Demikian juga, hipotensi parah telah diamati pada neonatus menerima infus
kontinu midazolam yang kemudian menerima suntikan intravena cepat fentanil.
Kejang telah dilaporkan di beberapa neonatus setelah pemberian intravena cepat.

Efek pada Sistem Organ


Midazolam menurunkan kebutuhan metabolik oksigen otak dan aliran darah
ke otak seperti barbiturat dan propofol. Namun terdapat batasan besarnya
penurunan kebutuhan metabolik oksigen otak dengan penambahan dosis
midazolam. Midazolam juga memiliki efek yang kuat sebagai antikonvulsan untuk
menangani status epilepticus.

a) Pernapasan

Penurunan pernapasan dengan midazolam sebesar 0,15 mg/kg IV setara


dengan diazepam 0,3 mg/kg IV. Pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis
memiliki resiko lebih besar terjadinya depresi pernapasan walaupun pada orang
normal depresi pernapasan tidak terjadi sama sekali. Pemberian dosis besar (>0,15
mg/kg) dalam waktu cepat akan menyebabkan apneu sementara terutama bila
diberikan bersamaan dengan opioid. Benzodiazepine juga menekan refleks menelan
dan penuruna aktivitas saluran napas bagian atas.

b) Sistem kardiovaskuler

Midazolam 0,2 mg/kg IV sebagai induksi anestesi akan menurunkan


tekanan darah dan meningkatkan denyut jantung lebih besar daripada diazepam 0,5
mg/kg IV dan setara dengan thiopental 3-4 mg/kg IV. Penurunan tekanan darah
disebabkan oleh penurunan resistensi perifer dan bukan karena gangguan cardiac
output. Efek midazolam pada tekanan darah secara langsung berhubungan dengan
konsentrasi plasma benzodiazepine.

Interaksi obat
Pengaruh obat penenang midazolam intravena dititikberatkan oleh setiap
obat diberikan bersamaan, yang menekan sistem saraf pusat, terutama narkotika

6
(misalnya, morfin, meperidin dan fentanil) serta secobarbital dan droperidol.
Akibatnya, midazolam dosis harus disesuaikan sesuai dengan jenis dan jumlah obat
yang diberikan bersamaan dan respon klinis yang diinginkan.

Perhatian disarankan ketika midazolam diberikan bersamaan dengan obat


yang diketahui menghambat sistem enzim P450 3A4 seperti cimetidine (tidak
ranitidin), eritromisin, diltiazem, verapamil, ketokonazol dan itraconazole.
Interaksi obat dapat menyebabkan sedasi berkepanjangan akibat penurunan
clearance plasma midazolam.

Pengaruh dosis tunggal oral simetidin 800 mg dan 300 mg ranitidine pada
konsentrasi kondisi mapan midazolam diuji dalam sebuah studi crossover acak (n
= 8). Cimetidine meningkatkan konsentrasi midazolam berarti kondisi mapan 57-
71 ng / mL. Ranitidine meningkatkan konsentrasi steady-state berarti 62 ng / mL.
Tidak ada perubahan dalam waktu reaksi pilihan atau indeks sedasi terdeteksi
setelah dosis dengan antagonis reseptor H2.

Dalam studi terkontrol plasebo, eritromisin diberikan sebagai dosis 500 mg, tid,
untuk 1 minggu (n = 6), mengurangi clearance midazolam setelah tunggal 0,5 mg
/ kg dosis IV. Waktu paruh sekitar dua kali lipat.

Pengaruh diltiazem (60 mg tid) dan verapamil (80 mg tid) pada


farmakokinetik dan farmakodinamik midazolam diselidiki dengan cara tiga-cross-
over studi (n = 9). Setengah-hidup midazolam meningkat dari 5 hingga 7 jam ketika
midazolam diambil dalam hubungannya dengan verapamil atau diltiazem. Tidak
ada interaksi diamati pada subyek sehat antara midazolam dan nifedipin.

Penurunan moderat dalam persyaratan dosis induksi thiopental (sekitar


15%) telah mencatat berikut menggunakan midazolam intramuskular untuk
premedikasi pada orang dewasa.

Meskipun kemungkinan efek interaktif kecil belum sepenuhnya diteliti,


midazolam dan pankuronium telah digunakan bersama-sama pada pasien tanpa
mencatat klinis perubahan signifikan dalam dosis, onset atau lamanya pada orang
dewasa. Midazolam tidak melindungi terhadap perubahan peredaran darah
karakteristik dicatat setelah pemberian succinylcholine atau pankuronium dan
tidak melindungi terhadap tekanan intrakranial meningkat mencatat setelah
pemberian succinylcholine. Midazolam tidak menyebabkan perubahan klinis
signifikan dalam dosis, onset atau lama intubasi dosis tunggal succinylcholine,

7
tidak ada penelitian serupa telah dilakukan pada pasien anak-anak tetapi tidak ada
alasan ilmiah untuk mengharapkan bahwa pasien anak-anak akan merespon secara
berbeda daripada orang dewasa.

Tidak merugikan interaksi yang signifikan dengan premedications umum


digunakan atau obat yang dipakai selama anestesi dan pembedahan (termasuk
atropin, skopolamin, glycopyrrolate, diazepam, hydroxyzine, d-tubocurarine,
succinylcholine dan relaksan otot nondepolarizing) atau bius lokal topikal
(termasuk lidokain, HCl dyclonine dan benzokain ) telah diamati pada orang
dewasa atau pasien anak. Pada neonatus, bagaimanapun, hipotensi berat telah
dilaporkan dengan administrasi seiring fentanil. Efek ini telah diamati pada
neonatus pada infus midazolam yang menerima suntikan cepat fentanil dan pada
pasien infus fentanil yang telah menerima suntikan cepat midazolam.

Perhatian disarankan ketika midazolam diberikan untuk pasien yang


menerima eritromisin karena hal ini dapat mengakibatkan penurunan clearance
plasma

OVERDOSIS
Somnolen
Mental confusion
Hipotensi
Koma

Dosis maximal : 825 mg/kg BB

Overdosis midazolam memerlukan penanganan yang cepat dan harus diperhatikan


oleh tim medis. Antidotum yang tepat ( atau golongan benzodiazepine yang lain)
adalah flumazenil.

8
Deskripsi Fentanil

Fentanil adalah sebuah analgesik opioid yang potent. Nama kimiawinya


adalah N-Phenyl-N-(1-2-phenylethyl-4-piperidyl) propanamide. Fentanil
merupakan zat sintetik seperti petidin dengan kekuatan 100X morfin. Lebih larut
dalam lemak dibanding petidin dan menembus sawar jaringan dengan mudah.
Tetapi fraksi terbesarnya dirusak di paru-paru ketika pertama kali melewatinya.
Dimetabolisme oleh hati dan diekskresikan keluar tubuh melalui urin.
Pertama kali disintesa di Belgia pada akhir tahun 1950. Fentanil memiliki
besar potensi analgeik 100 kali lebih baik daripada Morfin, dikenalkan pada

praktek kedokteran pada tahun 1960-an sebagai anestesi intravena dengan


nama merek dagang Sublimaze. Kemudian dikenalkan juga analog dari Fentanil
yaitu alfentanil dan Sufentanil di mana Sufentanil memiliki potensi lebih baik
daripada Fentanil yakni sebesar 5 sampai 10 kali, dan Sufentanil ini biasanya
digunakan di dalam operasi jantung.
Saat ini, Fentanil digunakan untuk anestesi dan analgesik. Sebagai contoh,
Duragesic adalah Fentanil transdermal dalam bentuk koyo yang digunakan untuk
terapi nyeri yang kronis, dan Actiq adalah Fentanil yang larut perlahan-lahan di
dalam mulut, di mana obat ini efektif untuk terapi nyeri pada pasien yang menderita
kanker. Carfentanil adalah analog dari Fentanil dengan potensi analgesik 10.000
kali lebih besar dibandingkan dengan Morfin, dan obat ini digunakan dalam praktek
dokter hewan untuk melumpuhkan hewan-hewan yang berukuran besar.

Farmakodinamik

Fentanyl memberikn efek khas opioid dengan agonismenya pada reseptor


opioid. Potensinya yang kuat daripada morfin disebabkan karena kelarutannya yang
tinggi pada lemak sehingga lebih mudah masuk ke sistem saraf pusat. Fentanyl
mengikat reseptor protein G yang mana akan menginhibisi neurotransmiter nyeri
dengan mengurangi level Ca2+ di inttraseluler
Analgesia

Efek analgesia Fentanil serupa dengan efek analgesik Morfin. Efek analgesik
Fentanil mulai timbul 15 menit setelah pemberian per oral dan mencapai puncak
dalam 2 jam. Efek analgesik timbul lebih cepat setelah pemberian subkutan atau
intramuskulus yaitu dalam 10 menit, mencapai puncak dalam waktu 1 jam dan masa
kerjanya 3-5 jam. Efektivitas Fentanil 75-100 g parenteral kurang lebih sama
dengan Morfin 10 mg. Karena bioavaibilitas oral 40-60 % maka efektifitas sebagai
analgesik bila diberikan peroral setengahnya dari bila diberikan parenteral. Sedasi,

9
euphoria dan eksitasi Pada dosis ekuianalgesik, sedasi yang terlihat sama dengan
sedasi pada Morfin. Pemberian Fentanil kepada pasien yang menderita nyeri atau
cemas, akan menimbulkan euphoria.

Berbeda dengan Morfin, dosis toksik Fentanil kadang-kadang menimbulkan


perangsangan SSP misalnya tremor, kedutan otot, dan konvulsi. Saluran Napas
Fentanil dalam dosis ekuianalgesik menimbulkan depresi napas sama kuat dengan
Morfin dan mencapai puncaknya dalam 1 jam setelah suntikan IM. Kedua obat ini
menurunkan kepekaan pusat nafas terhadap CO2 dan mempengaruhi pusat napas
yang mengatur irama napas dalam pons. Berbeda dengan Morfin, Fentanil terutama
menurunkan tidal volume, sehingga efek depresi nafas oleh Fentanil tidak disadari.
Depresi napas oleh Fentanil dapat dilawan oleh Nalokson dan antagonis opioid lain.
Efek Neural Lainnya

Pemberian Fentanil secara sistemik menimbulkan anestesi kornea, dengan


akibatnya menghilangnya reflek kornea. Berbeda dengan Morfin, Fentanil tidak
mempengaruhi diameter pupil dan refleks pupil. Seperti Morfin dan Metadon,
Fentanil meningkatkan kepekaan alat keseimbangan yang merupakan dasar
timbulnya mual, muntah dan pusing pada mereka yang berobat jalan. Seperti
Morfin dan Metadon, Fentanil tidak berefek antikonvulsi. Fentanil menyebabkan
penglepasan ADH.
Sistem Kardiovaskular

Pemberian dosis terapi Fentanil pada pasien yang berbaring tidak


mempengaruhi kardiovaskular, tidak menghambat kontraksi miokard dan tidak
mengubah gambaran EKG. Penderita berobat jalan mungkin menderita sinkop
disertai penurunan tekanan darah, tetapi gejala ini cepat hilang jika penderita
berbaring. Sinkop timbul pada penyuntikan cepat Fentanil IV karena terjadi
vasodilatasi perifer dan penglepasan Histamine. Seperti Morfin, Fentanil dapat
menaikkan kadar CO2 darah akibat depresi napas; kadar CO2 yang tinggi ini
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak sehingga timbul kenaikan tekanan
cairan serebrospinal.
Efek spasmogenik

Fentanil terhadap lambung dan usus kecil lebih lemah daripada Morfin.
Kontraksi propulsif dan non-propulsif saluran cerna berkurang, tetapi dapat timbul
spasme secara tiba-tiba serta peninggian tonus usus. Seperti Morfin, Kodein dan
Metadon, Fentanil lebih aman daripada Morfin, tetapi lebih kuat daripada Kodein
dalam menimbulkan spasme saluran empedu. Fentanil tidak menimbulkan
konstipasi sekuat Morfin, sehingga Fentanil tidak berguna untuk pengobatan
simtomatik diare.

10
Otot Bronkus

Fentanil dapat menghilangkan bronkhospasme oleh Histamin dan Metakolin,


namun pemberian dosis terapi Fentanil tidak banyak mempengaruhi otot bronchus
normal. Dalam dosis besar justru dapat menimbulkan bronkokonstriksi.
Ureter

Setelah pemberian Fentanil dosis terapi, peristaltik ureter berkurang. Hal ini
disebabkan berkurangnya produksi urine akibat dilepaskannya ADH dan
berkurangnya laju filtrasi glomerulus.
Uterus
Fentanil sedikit sekali merangsang uterus dewasa yang tidak hamil. Aktivitas
uterus hamil tua tidak banyak dipengaruhi oleh Fentanil, dan pada uterus yang
hiperaktif akibat Oksitosin, Fentanil meningkatkan tonus, menambah frekuensi dan
intensitas kontraksi uterus. Jika Fentanil diberikan sebelum pemberian oksitoksin,
obat ini tidak mengantagonis efek oksotosin. Dosis terapi Fentanil yang diberikan
sewaktu partus tidak memperlambat kelangsungan partus dan tidak mengubah
kontraksi uterus. Fentanil tidak mengganggu kontraksi atau involusi uterus pasca
persalinan dan tidak menambah frekuensi perdarahan pasca persalinan.

Farmakokinetik

Fentanil larut dalam lemak dan menembus sawar jaringan dengan mudah.
Setelah suntikan intravena ambilan dan distribusinya secara kualitatif hampir sama
dengan Morfin, tetapi fraksi terbesar dirusak oleh paru ketika pertama kali
melewatinya. Dimetabolisir oleh hati dengan N-dealkilasi dan hidroksilasi serta sisa
metabolismenya dikeluarkan lewat urine.

Indikasi
Beberapa indikasi penggunaan Fentanil, yakni :
1. Sebagai suplemen narkotik-analgesik dalam anestesi umum atau anestesi
regional.
2. Pemberian bersama obat neuroleptik seperti droperidol untuk premedikasi
anestesi sebelum induksi anestesi dan sebagai tambahan dalam maintenance
anestesi umum atau anestesi regional.
3. Untuk neuroleptik analgesia bersama oxygen dalam kasus khusus pasien
resiko tinggi yang menjalani bedah mayor.

11
Kontra Indikasi

Beberapa kontra indikasi penggunaan Fentanil yaitu; adanya gangguan atau


depresi pernafasan, hipotensi yang tidak terkoreksi, alergi terhadap zat-zat narkotik.
Pasien-pasien dengan curiga klinis cedera kepala, dada, atau cedera perut. Fentanyl
jangan diberikan kepada pasien yang diketahui tidak toleran terhadap efek obat ini
maupun obat-obat golongan morfin atau komponennya, seperti pethidin.
Efek Samping

Susunan Saraf Pusat : sedasi, somnolen, perasaan berkabut, euforia, pusin,


halusinasi, kecemasan, sakit kepala depresi.

Kardiovaskular : hipotensi, hipertensi, aritmia, nyeri dada, bradikardi


Gastrointestinal : mual, muntah, konstipasi, ileus, nyeri abdomen
Respirasi : depresi pernafasan, hipoventilasi, dispnea, apnea
Kulit :pruritus.

Interaksi Obat

Penggunaan secara bersamaan Fentanil transdermal dengan Ritonavir atau


Poten 3A4 inhibitor seperti Ketoconazole, Itraconazole, Troleandomycin,
Clarithromycin, Nelfinavir, and Nefazadone, bisa menghasilkan peningkatan
konsentrasi Fentanil dalam plasma, di mana hal tersebut bisa meningkatkan atau
memperpanjang efek obat yang merugikan dan bisa potensial menyebabkan depresi
pernafasan yang fatal.

Penggunaan secara bersamaan Fentanil transdermal dengan CYP34A


inhibitor bisa menghasilkan peningkatan konsentrasi Fentanil dalam plasma, di
mana hal tersebut bisa meningkatkan atau memperpanjang efek obat dan bisa
menyebabkan depresi pernafasan yang serius. Pada situasi seperti ini, dibutuhkan
penangan pasien yang khusus dan juga terus memonitor pasien.
Depresi Susunan Saraf Pusat

Penggunaan secara bersamaa Fentanil transdermal dengan depresan sistem


saraf pusat lainnya, tidak terbatas pada opioid-opioid lainnya, obat-obat sedative,
hipnotik, transquilizer (misal Benzodiazepine), anestesi umum, Phenothiazine, obat
pelemas otot, dan alkohol bisa menyebabkan depresi pernafasan, hipotensi, dan
sedasi yang dalam, atau berpotenisal menyebabkan koma ataupun kematian. Ketika
obat-obat tersebut dikombinasikan, dosis salah satu atau kedu obat tersebut secara
signifikan akan berkurang.

12
Intoksikasi

Gambaran Klinis
Manifestasi dari intoksikasi Fentanil adalah perluasan dari efek farmakologi
dari Fentanil sendiri yakni dengan efek hipoventilasi yang signifikan.

Penatalaksanaan
Manajemen intoksikasi dapat diberikan obat antagonis narkotik seperti
Nalokson dan bisa diulang dalam waktu 30 menit sampai 80 menit (waktu paruh
Nalokson 30-80 menit).Selalu diyakinkan jalan nafas bebas dan tetap memelihara
bebasnya jalan nafas, pemberian oksigenasi dan respirasi dikontrol serta
menggunakan oropharing atau endotracheal tube jika dibutuhkan.

Pengawasan temperature tubuh dan terapi cairan. Jika terjadi hipotensi berat
atau menetap, harus dipikirkan bisa terjadinya syok hipovolemik dan harus diterapi
dengan terapi cairan parenteral.

Dosis

Anak-anak
Anestesi atau sedasi Dosis: 1-3 g/kg/dose (maksimal : 50 g) IV or IM Bisa
diulang (dengan dosis yang sama). Kebanyakan pasien memerlukan 3-5 dosis
Fentanil (3-5 g/kg)

Dewasa
Untuk dosis sedasi dan anestesi sama seperti anak yakni 1-3 g/kg/dose.
Fentanil Transdermal

1. Jumlah yang diperbolehkan : 25, 50, 75, 100 g/hour


2. Onset untuk berefek penuh hanya setelah 24 jam.
3. Ganti koyo Fentanil setiap 3 hari sekali.
Tablet Transmucosal

1. Jumlah yang diperbolehkan : 200, 400, 800, 1200, 1600 g


2. Maksimal : 4 tablet sehari.

Tindakan Pencegahan

Fentanil bisa menyebabkan depresi pernafasan, sediakan selalu peralatan


resusitasi. Bisa menyebabkan mual dan atau muntah. Dosis tinggi bisa
menyebabkan kekakuan otot yang menimbulkan kesulitan ventilasi. Dosis Fentanil
100 g ekuivalen dengan 10 mg Morfin.

13
Pasien yang telah menjalani anestesi dengan pemberian fentanyl tidak
diperkenankan mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin, sampai
beberapa hari pasca bedah. Fentanyl jangan dicampurkan dengan obat lain dalam 1
spuit, tapi fentanyl dapat diencerkan dalam cairan infuse NaCl 0,9 % atau dextrose
5 % atau 10 % dan larutan ini harus dibuat segar dan digunakan dalam waktu 24
jam. Fentanyl dapat dilarutkan dalam cairan infuse dalam tabung plastic dan tidak
terserap oleh plastik.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Prakis Anestesiologi. Edisi
Kedua. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 2002.
2. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R. Anestesiologi. Jakarta: Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 1989.
3. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology. 4th Ed. Lange
Medical Books-Mc Graw-Hill. 2006
4. Omorgui, S. Buku Saku Obat-obatan Anestesi. Edisi II, EGC, Jakarta, 1997.
5. Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Ed. 5. Jakarta : Erlangga.
6. Setiawati, Arini dkk. 2001. Farmakologi dan Terapi ed. 4. Jakarta : FKUI.

15

Anda mungkin juga menyukai