Anda di halaman 1dari 15

Refarat

Perhitungan Gizi Ibu Hamil Pada Trimester III

Oleh :

TIUR SINTA SIMAMORA (16010041)

DESRUN KAMSI PAHINGGA BANGUN(16010044)

Dokter Pembimbing :
dr. Martuani Hutabarat, Sp. OG
dr. Sahat Siburian, Sp. OG, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS) ILMU OBGIN


RUMAH SAKIT UMUM HKBP BALIGE
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2016

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul PERHITUNGAN IBU GIZI HAMIL TRIMESTER III
ini. Dimana makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu
Penyakit Obstetri dan ginekologi di RS HKBP Balige.

Makalah ini dapat dibuat dan diselesaikan tidak lepas dari bantuan dari banyak pihak.
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dr. Martuani Hutabarat, Sp.OG dan dr. Sahat
Siburian, Sp. OG, M.Kes sebagai pembimbing pada Poliklinik yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan dalam proses penyusunan makalah ini. Selain itu terima kasih juga
penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah memberikan saran dan bantuan dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6

2.1 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil ....................................................................... 6

2.1.1 Energi .............................................................................................. 7

2.1.2 Protein .............................................................................................. 8

2.1.3 Vitamin dan Mineral ........................................................................ 9

2.1.3.1 Zat Besi ................................................................................ 9

2.1.3.2 Asam Folat ......................................................................... 10

2.1.3.3 Kalsium ............................................................................... 10

2.2 Pola Makan Ibu Hamil ............................................................................. 11

BAB III KESIMPULAN ............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 14


4

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara
berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi penyebab kematian ibu dan anak
secara tidak langsung yang sebenarnya masih dapat dicegah. Rendahnya asupan gizi dan
status gizi ibu hamil selama kehamilan dapat mengakibatkan berbagai dampak tidak baik
bagi ibu dan bayi. Salah satunya adalah bayi lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR), yaitu berat badan lahir di bawah 2500 gram. Bayi yang terlahir BBLR memiliki
peluang meninggal 35 kali lebih tinggi dibandingkan dengan berat badan lahir di atas
2500 gram.1 Penurunan kejadian BBLR dapat dicapai melalui pengawasan pada ibu
hamil dengan menemukan dan memperbaiki faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin dan neonatus.2
Angka kejadian BBLR di Indonesia tahun 2010 sebesar 11,1% dari 84,8% bayi yang
ditimbang.3 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan persentase BBLR
tahun 2011 sebesar 3,73%, meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 2,69%. Data
pemantauan berat badan lahir di Puskesmas Suruh, Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang menunjukkan prevalensi BBLR sebesar 2% di tahun 2011, sedangkan
pemantauan terakhir tahun 2012 meningkat menjadi 4,2%.3
Kejadian BBLR erat kaitannya dengan status gizi. Status gizi ibu hamil baik sebelum
maupun selama hamil, dapat menggambarkan ketersediaan zat gizi dalam tubuh ibu
untuk mendukung pertumbuhan janin. Prediktor status gizi ibu selama hamil dapat
dilakukan dengan pengukuran lingkar lengan atas (LLA) dan pemeriksaan hemoglobin.4
Pengukuran LLA pada ibu hamil berkaitan dengan kekurangan energi kronik (KEK).
KEK merupakan masalah yang sering terjadi pada ibu hamil. LLA < 23,5 cm harus
mendapatkan penanganan agar tidak terjadi komplikasi pada janin. Gizi kurang pada ibu
hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu, seperti anemia, perdarahan
5

dan berat badan ibu tidak bertambah secara normal serta terkena penyakit infeksi. Ibu
yang mengalami KEK akan lebih berisiko melahirkan BBLR.5
Masalah lain yang sering terjadi selama kehamilan adalah penurunan kadar
hemoglobin akibat peningkatan volume plasma yang lebih banyak daripada volume sel
darah merah. Penurunan ini terjadi pada usia kehamilan 8 sampai 32 minggu. Anemia
dapat menyebabkan pengangkutan oksigen menjadi terganggu sehingga nutrisi ke janin
berkurang.6
Anemia pada ibu hamil dapat terjadi karena kekurangan beberapa zat gizi mikro,
salah satunya adalah besi (Fe). Terbukti bahwa penduduk Indonesia pada umumnya
mengkonsumsi Fe yang berasal dari sumber nabati, yang mempunyai daya serap rendah
dibanding sumber hewani. Kebutuhan janin akan Fe terakumulasi pada trimester terakhir
sehingga diperlukan penambahan suplemen Fe. Keadaan kurang Fe dapat menimbulkan
gangguan pada pertumbuhan janin, baik sel tubuh maupun sel otak.7
Zat gizi mikro yang juga berperan dalam kehamilan adalah folat. Folat digunakan
untuk pertumbuhan sel dan replikasi pada janin atau plasenta. Kekurangan folat terjadi
karena konsumsi kurang atau kebutuhan metabolik yang meningkat. Kekurangan folat
dalam waktu yang lama dapat memicu terjadinya anemia defisiensi folat, belum
matangnya sel darah merah. Kekurangan folat selama kehamilan berhubungan dengan
peningkatan risiko kelahiran prematur, berat lahir rendah dan terganggunya pertumbuhan
janin.8
Berat lahir juga berhubungan dengan pemenuhan nutrisi selama kehamilan, salah
satunya adalah kebutuhan zat gizi makro. Kebutuhan gizi meningkat seiring
bertambahnya usia kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin bersama dengan
perubahan jaringan serta metabolisme tubuh ibu. Pertumbuhan dan perkembangan janin
semakin cepat pada kehamilan trimester ketiga sehingga diperlukan asupan energi dan
protein yang cukup. Tingkat kecukupan gizi selama hamil berpengaruh terhadap berat
badan lahir.9.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil


Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan selama masa kehamilan karena faktor
gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu gunapertumbuhan dan perkembangan
janin. Menurut Hendrawan Nasedul yang dikutip oleh Mitayani (2010), gizi pada saat kehamilan
adalah zat makanan atau menu yang takaran semua zat gizinya dibutuhkan oleh ibu hamil setiap
hari dan mengandung zat gizi seimbang dengan jumlah sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan.
Kondisi kesehatan ibu sebelum dan sesudah hamil sangat menentukan kesehatan ibu hamil.
Sehingga demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan
baik, dan selama hamil harus mendapat tambahan energi, protein, vitamin, dan mineral
(Kusmiyati, 2009). Perubahan kebutuhan gizi ibu hamil tergantung dari kondisi kesehatan si ibu.
Kusmiyati (2009) mengungkapkan dasar pengaturan gizi ibu hamil adalah adanya penyesuaian
faali selama kehamilan, yaitu sebagai berikut :
a. Peningkatan basal metabolisme dan kebutuhan kalori. Metabolisme basal pada masa 4
bulan pertama mengalami peningkatanan kemudian menurun 20-25% pada 20 minggu
terakhir.
b. Perubahan fungsi alat pencernaan karena perubahan hormonal, peningkatan HCG,
estrogen, progesteron menimbulkan berbagai perubahan seperti mual muntah, motilitas
lambung sehingga penyerapan makanan lebih lama, peningkatan absorbsi nutrien, dan
motilitas usus sehingga timbul masalah obstipasi.
c. Peningkatan fungsi ginjal sehingga banyak cairan yang dieksresi pada pertengahan
kehamilan dan sedikit cairan dieksresi pada bulan-bulan terakhir kehamilan.
d. Peningkatan volume dan plasma darah hingga 50%, jumlah erytrosit 20-30% sehingga
terjadi penurunan hemodilusi dan konsentrasi hemoglobin. Ibu hamil harus mendapatkan
gizi yang adekuat baik jumlah maupun susunan menu serta mendapat akses pendidikan
7

kesehatan tentang gizi. Malnutrisi kehamilan akan menyebabkan volume darah menjadi
berkurang, aliran darah ke uterus dan plasenta berkurang dan transfer nutrien melalui
plasenta berkurang sehingga janin pertumbuhan janin menjadi terganggu.
Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam meningkatkan kebutuhan gizi pada ibu hamil
adalah (Aritonang, 2010):
1. Buruknya status gizi ibu
2. Usia ibu yang masih sangat muda
3. Kehamilan kembar
4. Jarak kehamilan yang rapat
5. Tingkat aktivitas fisik yang tinggi
6. Penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan malabsorbsi
7. Konsumsi rokok dan alkohol
8. Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat ilegal (narkoba).
Peningkatan berat badan sangat menentukan kelangsungan hasil akhir kehamilan. Bila ibu hamil
sangat kurus makan akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) dan bayi
prematur. Sebab-sebab terjadinya penurunan atau peningkatan berat badan pada ibu hamil yaitu
edema, hipertensi kehamilan, dan makan yang banyak/berlebihan (Salmah dkk, 2006).
Menurut Kusmiyati (2009), proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah sebagai berikut :
a. Pada trimester I kenaikan berat badan ibu lebih kurang 1 kg yang hampir seluruhnya
merupaka kenaikan berat badan ibu.
b. Pada trimester II sekitar 3 kg atau 0,3 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat badan
ini disebabkan pertumbuhan jaringan ibu.
c. Pada Trimester III sekitar 6 kg atau 0,3-0,5 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat
badan ini karena pertumbuhan jaringan janin.

2.1.1. Energi
Seorang wanita selama kehamilan memiliki kebutuhan energi yang meningkat. Energi ini
digunakan untuk pertumbuhan janin, pembentukan plasenta, pembuluh darah, dan jaringan yang
baru (Almatsier, 2009). Selain itu, tambahan kalori dibutuhkan sebagai cadangan lemak serta
untuk proses metabolisme jaringan baru (Mitayani, 2010). Ibu hamil memerlukan sekitar 80.000
8

tambahan kalori pada kehamilan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan
penambahan sebesar 300 kkal/hari untuk ibu hamil trimester ketiga.
Dengan demikian dalam satu hari asupan energi ibu hamil trimester ketiga dapat mencapai
2300 kkal/hari. Kebutuhan energi yang tinggi paling banyak diperoleh dari bahan makanan
sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula
murni (Almatsier, 2009)

2.1.2.Protein
Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan protein yang disebabkan oleh peningkatan
volume darah dan pertumbuhan jaringan baru (Aritonang, 2010). Jumlah protein yang harus
tersedia sampai akhir kehamilan adalah sebanyak 925 gr yang tertimbun dalam jaringan ibu,
plasenta, serta janin. Widyakarya Pangan dan Gizi VIII 2004 menganjurkan penambahan
sebanyak 17 gram untuk kehamilan pada trimester ketiga atau sekitar 1,3 g/kg/hr. Dengan
demikian, dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 67-100 gr. Menurut Aritonang (2010),
perkiraan faktorial protein terhadap komponen-komponen pertambahan pada kehamilan normal
cukup bulan dapat dilihat dalam tabel 2.1

Tabel 2.1. Perkiraan Faktorial Protein Terhadap Komponen-Komponen


Pertambahan Pada Kehamilan Normal Cukup Bulan
Komponen Pertambahan Berat (gr) Protein (gr)
Janin 3400 440
Plasenta 650 100
Cairan amnion 800 3
Rahim 970 166
Darah 1250 81
Cairan Ekstrasellular 1680 135
Total 8750 925
Sumber : Kebutuhan Gizi Ibu Hamil, Aritonang 2010
9

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam hal jumlah maupun
mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, dan kerang. Selain sumber hewani, ada juga yang
berasal dari nabati seperti tempe, tahu, serta kacang-kacangan (Almatsier, 2009)

2.1.3. Vitamin dan Mineral


Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral seperti
vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium, dan zink. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan oleh
Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 untuk tambahan gizi ibu hamil pada trimester ketiga adalah
vitamin A +300 RE, vitamin C +10 mg, tiamin +0,3 mg, riboflavin +0,3 mg, niasin +4 mg, asam
folat +200 g, vitamin B12 +0,2 g, kalsium +150 mg, magnesium +40 mg, zat besi +13 mg,
zink +10,2 mg, serta iodium +50 g.

2.1.3.1. Zat Besi


Selama hamil, zat besi banyak dibutuhkan untuk mensuplai pertumbuhan janin dan
plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah merah ibu. Zat besi merupakan senyawa yang
digunakan untuk memproduksi hemoglobin yang berfungsi untuk :
1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
2. Sintesis enzim yang terkait besi
3. Penggunaan oksigen untuk produksi energi sel (Aritonang, 2010).
Arisman (2004) menyatakan total besi yang diperlukan selama hamil adalah 1040 mg.
Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang.
Sebanyak 300 mg ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450
mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 13 mg untuk
kehamilan pada trimester ketiga.
Dengan demikian, angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil trimester ketiga
adalah 39 mg/hari. Menurut Aritonang (2010), ada dua bentuk besi yang terdapat dalam pangan,
yaitu besi heme yang terdapat dalam produk-produk hewani dan besi nonheme yang terdapat
dalam produk-produk nabati. Makanan dari produk hewani seperti hati, ikan dan daging yang
harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh kebanyakan masyarakat
Indonesia. Selain sumber hewani, ada juga makanan nabati yang kaya akan zat besi seperti
10

singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau lainnya. Namun, zat besi dalam makanan
tersebut lebih sulit penyerapannya. Dibutuhkan porsi besar sumber nabati untuk mencukupi
kebutuhan besi sehari (Almatsier, 2009).
Menurut Aritonang (2010), makanan-makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi
selama hamil diantaranya sebagai berikut :
1. Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi, yaitu daging,sayur, dan buah
yang kaya vitamin C.
2. Menghindari penghambat (inhibitor) absorpsi besi seperti teh dan kopi. Kebutuhan akan zat
besi yang besar terutama pada kehamilan yang menginjak usia trimester ketiga tidak akan
mungkin tercukupi hanya melalui diet. Oleh karena itu, suplementasi zat besi sangat penting
sekali, bahkan kepada ibu hamil status gizinya sudah baik.

2.1.3.2. Asam Folat


Asam folat berperan dalam berbagai proses metabolik seperti metabolism beberapa asam
amino, sintesis purin, dan timidilat sebagai senyawa penting dalam sintesis asam nukleat
(Aritonang, 2010). Selain itu Almatsier (2009) menyebutkan bahwa asam folat juga dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sum-sum tulang belakang dan
untuk pendewasaannya. Sekitar 24-60% wanita baik di negara berkembang maupun yang telah
maju mengalami kekurangan asam folat karena kandungan asam folat di dalam makanan mereka
sehari-hari tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka disaat hamil. Kekurangan asam folat
berkaitan dengan tingginya insiden komplikasi kehamilan seperti aborsi spontan, toxemia,
prematur, pendeknya usia kehamilan dan hemorrhage (pendarahan), (Aritonang, 2010).
Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 200 g untuk
ibu hamil, yang dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi suplemen. Suplementasi sebaiknya
diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari pertama kehamilan. Besarnya
suplementasi adalah 280, 660, dan 470 g per hari, masing-masing pada trimester I, II, dan III
(Arisman, 2004). Jenis makanan yang banyak mengandung asam folat antara lain ragi, hati,
brokoli, sayuran hijau, kacangkacangan, ikan, daging, jeruk, dan telur.
11

2.1.3.3. Kalsium
Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium untuk menunjang perrtumbuhan tulang dan
gigi serta persendian janin. Selain itu kalsium juga digunakan untuk membantu pembuluh darah
berkontrkasi dan berdilatasi. Jika kebutuhan kalsium tidak tercukupi dari makanan, kalsium yang
dibutuhkan bayi akan diambil dari tulang ibu yang mengakibatkan tulang ibu menjadi keropos
atau osteoporosis (Sophia, 2009).
Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebesar 150 mg kalsium
untuk ibu hamil trimester ketiga. Dengan demikian kebutuhan kalsium yang harus dipenuhi oleh
ibu hamil adalah 950 mg/hari. Makanan yang menjadi sumber kalsium diantaranya ikan teri,
udang, sayuran hijau, dan berbagai produk olahan susu seperti keju dan yoghurt. Kekurangan
kalsium selama hamil akan menyebabkan tekanan darah ibu menjadi meningkat.

2.2. Pola Makan Ibu Hamil


Keadaan kesehatan ibu hamil tergantung dari pola makannya sehari-hari yang dapat
ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan (Sediaoetama, 1996). Pola makan adalah suatu
cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.
Menurut Margaret Mead yang dikutip oleh Almatsier (2009), pola makan (food patern) diartikan
sebagai cara seseorang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan
sosio-ekonomi yang dialaminya dan dikaitkan dengan kebiasaan makan. Sedangkan Husada
(2009) menyebutkan, pengertian pola makan pada dasarnya mendekati definisi pengertian diet
dalam ilmu gizi. Diet diartikan sebagai pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan agar
seseorang tetap sehat. Untuk mencapai pola makan sehat tersebut tidak terlepas dari masukan
gizi yang merupakan proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi melalui proses
digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ serta
menghasilkan energi. Di dalam susunan pola makan seseorang ada satu bahan makanan yang
dianggap penting, dimana satu hidangan dianggap tidak lengkap apabila bahan
makanan tersebut tidak ada, bahan makanan tersebut adalah bahan makanan pokok. Di Indonesia
12

bahan makanan pokok adalah beras dan di beberapa daerah menggunakan jagung, sagu, dan ubi
jalar (Almatsier, 2009).
Pola makan di suatu daerah berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor ataupun
kondisi setempat yang dapat dibagi dalam dua bagian :
1. Faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan pangan. Dalam
kelompok ini termasuk geografi, iklim, kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi jenis
tanaman dan jumlah produksinya di suatu daerah.
2. Faktor adat istiadat yang berhubungan dengan konsumen. Taraf sosio-kultural setempat
memegang peranan penting dalam konsumsi pangan penduduk. Menurut Den Hartog dan
Hautvast (1980) dalam Almatsier (2009), fungsi makanan menurut aspek sosio-kultural
adalah sebagai fungsi kenikmatan (gastronomik), untuk menyatakan jati diri, fungsi religi
(magis), fungsi komunikasi, dan status ekonomi. Jumlah penduduk adalah kunci utama
yang menentukan tinggi rendahnya jumlah konsumsi bahan pangan di suatu daerah.
Demikian juga dalam hal keluarga, jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi pola
konsumsi anggota keluarga. Apalagi dengan pengetahuan, pendapatan yang rendah dan
jumlah anak yang banyak cenderung pola konsumsi berkurang pula (Khumaidi, 1994).

Adapun aspek-aspek yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang yaitu :


1. Jumlah makanan, yaitu banyaknya makanan yang dimakan atau diminum yang dihitung untuk
mendapatkan gambaran secara kuantitatif mengenai asupan zat gizi tertentu.
2. Jenis makanan, yaitu bahan makanan yang diolah, disusun, dan dihidangkan yang dibagi
kedalam kelompok makanan pokok, kelompok lauk-pauk, kelompok sayur, dan kelompok
buah cuci mulut
3. Frekuensi makanan, yaitu tingkat keseringan mengkonsumsi sejumlah bahan makanan
tertentu atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, dan tahun.
Frekuensi makanan menggambarkan pola konsumsi makanan secara kualitatif
13

Angka Kecukupan Gizi Ibu Hamil


Zat Gizi Kebutuhan Wanita Tidak Hamil Kebutuhan Wanita Hamil
Energi 1900 kal (19-24 thn) Trimester I + 180 kal
1800 kal (30-49 thn) Trimester II,III + 300 kal
Protein 50 g + 17 g
Vitamin A 500 mikrogram RE + 300 mikrogram RE
Vitamin D 5 mikrogram/hr -
Vitamin B1 0,5 mg/1000 kal + 0,4 mg
Niasin 1,4 mg + 4 mg
Vitamin B6 1,3 mg + 0,4 mg
Vitamin B12 2,4 mikrogram + 0,2 mikrogram
Asam folat 400 mikrogram + 200 mikrogram
Vitamin C IOM 75 mg/hr + 10 mg/ hr
Yodium 150 mikrogram + 50 mikrogram
Zat besi/Fe 26 mg Trimester I + 9 mg
Trimester II + 13 mg
Seng/Zn 9 mg Trimester I + 1,7 mg
Trimester II + 4,2 mg
Trimester III + 9,8 mg
Selenium/Se 30 mikrogram + 5 mikrogram
Kalsium/Ca 800 mg + 150 mg
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi 2004

BAB III
KESIMPULAN
1. Dasar pengaturan gizi Ibu hamil adalah Peningkatan basal metabolisme dan kebutuhan
kalori, perubahan fungsi alat pencernaan, peningkatan fungsi ginjal, peningkatan volume
dan plasma darah.
2. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan gizi pada ibu hamil adalah buruknya
status gizi, usia ibu yang masih sangat muda, Kehamilan kembar, Jarak kehamilan yang
14

rapat, Tingkat aktivitas fisik yang tinggi, Penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan
malabsorbsi, Konsumsi rokok dan alcohol, Konsumsi obat legal (antibiotik dan
phenytoin) maupun obat ilegal (narkoba).
3. Kenaikan berat badan pada ibu hamil trimester I adalah 1 kg, trimester II 3 kg (0.3
kg/minggu) dan trimester III 6 kg ( 0.3 0.5 kg/minggu).
4. Asupan kebutuhan gizi pada Ibu hamil adalah energi, protein,vitamin dan mineral (zat
besi,asam folat, dan kalsium)
5. Aspek aspek yang mempengaruhi pola makan ibu hamil adalah jumlah, jenis dan
frekuensi makanan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pantiawati I. Bayi dengan berat badan lahir rendah. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
hal.6-20
2. UNICEF. A world fit for children. USA: United Nation General Assembly; 2002.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Laporan hasil
riset kesehatan dasar 2010. Jakarta;2010. Hal 140,170,187.
15

4. Arisman MB. Gizi dalam daur kehidupan. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2009. hal 4-20.
5. Mutalazimah. Hubungan lingkar lengan atas (LLA) dan kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil
dengan berat bayi lahir di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal
Penelitian Sains & Teknologi 2005; 6(2): hal 114126.
6. Mitchell MK. Nutrition across the life span. 2nd ed. USA: Elsevier; 2003.p.145- 167.
7. Williamson CS. Nutrition in pregnancy. British Nutrition Foundation Nutrition Bulletin;
2006: 31, p.28-59.
8. Charles DHM, Ness AR, Campbell D, Smith GD, Whitley E, Hall MH. Folic acid
supplements in pregnancy and birth outcome: re-analysis of a large randomised
controlled trial and update of Cochrane review. Pediatric and Perinatal Epidemiology;
2005: 19, p.112-124.
9. Arkkola T. Diet during pregnancy:dietary pattern and weight gain rate among finnish
pregnant women. Universitasis Ouluensis : D medika 1037; 2009

Anda mungkin juga menyukai