ISCHIALGIA
Diajukan untuk
memenuhi sebagian tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat menempuh
program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUD dr. Soewondo
Kendal
Disusun oleh :
Tanty Febriantini
30101206804
Pembimbing Klinik:
dr. Rr. Emmy Kusumawati, Sp. S.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
umumnya menyebabkan nyeri pinggang adalah strain lumbal, iritasi saraf, radiculopaty
lumbar, gangguan pada tulang, kondisi kondisi pada sendi dan tulang, dan kondisi-kondisi
kongenital. Daerah lumbal adalah tempat menerima beban paling tinggi sehingga menerima
gaya dan stress mekanikal yang begitu tinggi. Membuat daerah lumbal menjadi tempat paling
peka untuk peka terhaadap nyeri pinggang. Selain itu kegiatan menganggat dan membawa
dapat menimbulkan cidera pada lumbar spine. Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang
berarti tulang belakang. Spondilosis lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang
belakang dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti
perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari
tulang (osteofit), yang terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang-kadang
posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis (corpus). diantara kondisi-kondisi
yang dapat menyebabkan nyeri pinggang spondilosis lumbalis menduduki peringkat kedua
dengan presentasi 10% dengan peringkat pertama dipegangoleh lumbar strain dengan 70%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
I. Spondilosis
perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan
lateral, dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan inferior vertebra
centralis (corpus).
II. Spondilolistesis
karena adanya defek antara sendi pacet superior dan inferior (pars
interartikularis.
pengobatan. Pada anak dan dewasa muda ini juga penting untuk
sudut slip juga penting. Sudut ini dibentuk oleh garis yang melalui
body. Cara lain dapat dengan mengukur sakral inklinasi, yakni sudut
yang dibentuk antara posterior sakral body cortex dari S1 dan garis
Klassifikasi
I. Dysplastic
II. Isthmic
a. Lytic
III. Degenerative
IV. Traumatic
V. Pathologic
Dysplastic
Isthmic
karena fatique fracture dan paling sering ditemukan pada usia dibawah
50 tahun
Degenerative
terjadi pada level L4-L5 daripada L5-S1. Ditemukan pada usia sesudah
pria. Pada kulit hitam terjadi tiga kali lebih sering dibandingkan kulit
putih
Traumatic
Pathologis
ANATOMI
columna vertebra thoracal, 5 columna vertebra lumbal, 5 columna vertebra sacral dan 4
columna vertebra coccygeal. Vertebra sacral dan cocygeal menyatu menjadi sacrum-coccyx
pada umur 20 sampai 25 tahun. Columna vertebrales juga membentuk saluran untuk spinal
cord. Spinal cord merupakan struktur yang Sangat sensitif dan penting karena
Canalis spinalis dibentuk di bagian anterior oleh discus intervertebralis atau corpus
vertebra, di lateral oleh pediculus, di posterolateral oleh facet joint dan di posterior oleh
lamina atau ligament kuning. Canalis spinalis mempunyai dua bagian yang terbuka di lateral
processus articularis superior dari vertebra inferior, yang merupakan bagian dari facet joint.
Di bagian recessus inilah yang merupakan bagian tersempit. Setelah melengkung secara
lateral mengelilingi pediculus, lalu berakhir di caudal di bagian terbuka yang lebih lebar dari
canalis spinalis di lateral, yaitu foramen intervertebralis. Dinding anterior dari recessus
lateralis dibatasi oleh discus intervertebralis di bagian superior, dan corpus verterbralis di
bagian inferior.
Dinding lateral dibentuk oleh pediculus vertebralis. Dinding dorsal dibatasi oleh
processus articularis superior dari vertebra bagian bawah, sampai ke bagian kecil dari lamina
dan juga oleh ligamen kuning (lamina). Di bagian sempit recessus lateralis, dinding dorsalnya
hanya dibentuk oleh hanya processus lateralis, dan perubahan degeneratif di daerah inilah
Akar saraf yang berhubungan dengan tiap segmen dipisahkan dari kantong dura
setinggi ruang intervertebra lalu melintasi recessus lateralis dan keluar dari canalis spinalis
satu tingkat dibawahnya melalui foramina intervertebralis. Di tiap-tiap titik ini dapat terjadi
penekanan.
Gambar 1. Columna Vertebralis
Sekitar 85,5% orang berusia 45-64 tahun mengalami osteofit pada daerah
lumbar tulang belakang. Rata-rata orang yang terkena spondilosis adalah mereka yang
melakukan aktivitas fisik lebih atau memiliki skor Indeks Massa Tubuh (IMT) yang
tinggi. Laki-laki lebih banyak dan lebih berat keparahannya dalam pembentukan
osteofit.
mengalami prostusi diksus dan 20% lainnya mengalami degenerative tulang belakang
stenosis.
Degeneratif tulang belakang juga ditemui pada anak muda. Sekitar 10%
Spondilosis lumbalis, yang terjadi 80% pada orang berusia >40 tahun, ditemukan 3%
Rasio jenis kelamin pada keadaan ini bervariasi, namun hampir sama secara
bermakna. Spondilosis lumbalis ini sendiri muncul sebagai fenomena penuaan yang
tidak spesifik. Kebanyakan penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
spondilosis dengan gaya hidup, berat badan, tinggi badan, massa tubuh, aktivitas fisik,
C. Etiologi
Faktor usia
penuaan merupakan faktor resiko yang sangat kuat untuk degenerasi tulang khususnya
70 tahun. Begitu pula, degenerasi diskus terjadi sekitar 16% pada usia 20 tahun dan
retrospektif menunjukkan bahwa insiden trauma pada lumbar, indeks massa tubuh,
beban pada lumbal setiap hari (twisting, mengangkat, membungkuk, postur jelek yang
spondylosis.
Peran herediter
diskus. Penelitian Spector and MacGregor menjelaskan bahwa 50% variabilitas yang
bahwa sekitar (47 66%) spondylosis berkaitan dengan faktor genetik dan
lingkungan, sedangkan hanya 2 10% berkaitan dengan beban fisik dan resistance
training.
Adaptasi fungsional
pada diskus berkaitan dengan beban mekanikal dan kinematik vertebra. Osteofit
terjadi tanpa pertumbuhan osteofit. Osteofit dapat terbentuk akibat adanya adaptasi
umum masih terfokus pada faktor predisposisi yakni konginetal dan trauma.
D. Patogenesis
berulang yang menyebabkan robekan di sekeliling lapisan luar dan rasa nyeri,
diinervasi annulus, dan mulai menekan diskus. Robekan bisa bersatu dan menjadi
robekan radial, sehingga lebih mudah mengalami protusi, dan memengaruhi kapasitas
diskus untuk menjaga air, sehingga diskus menjadi lebih kering dan tinggi diskus
memendek. Fisura bisa sampai ke dalam jaringan vascular dan ujung saraf, sehingga
Fase kedua (fase tidak stabil) ditandai dengan hilangnya integritas mekanik,
dengan perubahan progresif pada resorpsi yang progresif pada diskus, gangguan
internal dan robekan tambahan pada annulus, dikombinasikan dengan degenerasi facet
Fase ketiga (fase stabil), penyempitan ruang diskus dan fibrosis terjadi
kerusakan akibat penipisan tulang rawan sendi, tetapi gagal untuk mengatasi
facet joint akan diikuti oleh timbulnya penebalan subchondral yang kemudian terjadi
intervertebral ketika gerakan extensi, sehingga timbul nyeri yang pada akhirnya akan
diterima menurun.
E. Gejala klinis
keluhan nyeri punggung atau nyeri skiatika, spondilosis lumbalis biasanya merupakan
temuan yang tidak ada hubungannya. Biasanya tidak terdapat temuan apa-apa kecuali
saat berdiri atau berjalan. Gejala atau tanda yang mncul saat berjalan berkembang
menjadi claudicatio neurogenik. Dalam beberapa waktu, jarak saat berjalan akan
Gejala yang muncul biasanya akan sedikit sekali bahkan pada pasien yang dengan
kasus lanjut.
Gejala dan tanda yang menetap yang tidak berhubungan dengan postur tubuh
disebabkan oleh penekanan permanen pada akar saraf. Nyeri tungkai bawah, deficit
sensorik motorik, disfungsi sistem kemih atau impotensi seringkali dapat ditemukan.
Gejala dan tanda yang intermiten muncul ketika pasien berdiri, termasuk nyeri
pinggang bawah, nyeri alih, atau kelemahan pada punggung. Gejala-gejala ini
karena itu, gejala-gejala akan dipicu atau diperburuk oleh postur tubuh yang
diperburuk oleh lordosis lumbal, termasuk berdiri, berjalan terutama menuruni tangga
atau jalan menurun, dan termasuk juga memakai sepatu hak tinggi.
Nyeri pinggang bawah adalah keluhan yang paling umum muncul dalam
merupakan keluhan spesifik dari pasien dimana seolah-olah punggung akan copot,
kemungkinan akibat sensasi proprioseptif dari otot dan sendi tulang belakang. Kedua
keluhan, termasuk juga nyeri alih (nyeri pseudoradikuler) disebabkan oleh instabilitas
segmental tulang belakang dan akan berkurang dengan perubahan postur yang
mengurangi posisi lordosis lumbalis : condong ke depan saat berjalan, berdiri, duduk
sebelumnya tidak terkena atau ke tungkai yang lain, menandakan terlibatnya akar
saraf yang lain. Nyeri tungkai bawah dapat berkurang, yang merupakan fenomena
yang tidak dapat dibedakan. Karena pelebaran foramina secara postural, beberapa
pasien dapat mengendarai sepeda tanpa keluhan, pada saat yang sama mengalami
kepada beratnya penyempitan canalis spinalis. Tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada hal tersebut adalah defisit motorik, defisit sensorik, nyeri tungkai bawah, dan
lumbalis yang terfleksikan dapat mengurangi gejala, tapi tidak dalam posisi berdiri,
disebabkan oleh insufisiensi suplai vaskuler pada satu atau lebih akar saraf dari cauda
equina yang terjadi selama aktivitas motorik dan peningkatan kebutuhan oksigen yang
berhubungan dengan hal tersebut. Daerah fokal yang mengalami gangguan sirkulasi
Demielinasi atau hilangnya serat saraf dalam jumlah besar akan berkembang menjadi
kelemahan atau rasa kebal. Efek lain dari penekanan mekanik adalah perlekatan
arachnoid yang akan memfiksasi akar saraf dan menganggu sirkulasi CSF di
F. Diagnosis
Evaluasi awal untuk pasien dengan nyeri punggung bawah dimulai dengan
anamnesis yang akurat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan tes
pasien terhadap rasa nyeri tulang belakang dan kesulitan menentukan regio anatomi
Secara radiografi, apakah film polos, CT, CT myelogram, atau MRI, dapat
dan melokalisasi lesi degeneratif atau bidang kompresi saraf. Namun, pencitraan tidak
bisa mengidentifikasi penyebab LBP. Selain itu, masih sering terdapat perbedaan
antara keparahan gejala dengan derajat perubahan radiografi. Sementara terdapat
elektromiografi (EMG) untuk mengetahui konduksi saraf motorik dan sensorik distal.
Injeksi diagnostik dapat mengetahui lokasi dengan mengisolasi dan menganestesi akar
Anamnesis
1) Anamnesis Umum
Pada anamnesa umum yang perlu ditanyakan adalah penjelasan nama, usia, peranan,
2) Anamnesis Khusus
1. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pada klien dengan spondilosis lumbal adalah nyeri dan
Pada spondilosis biasanya nyeri yang datang dan pergi, kekakuan punggung bawah
pada pagi hari setelah bangun tidur dan nyeri menurun setelah beristirahat atau setelah
melakukan aktivitas.
Pada spondilosis riwayat dari postur yang salah, imobilisasi berkepanjangan setelah
4. Riwayat Keluarga
Pada Spondilosis lumbal perlu di tanyakan faktor genetik yang kemungkinan dapat
5. Riwayat Sosial
Kegiatan sehari-hari dan pekerjaan yang melibatkan gerakan memutar, mengangkat,
membungkuk, dan kesalahan postur yang terus menerus, dan getaran seluruh tubuh (seperti
spondilosis.
Pemeriksaan Fisik
Tanda tanda vital adalah nadi, pernapasan, suhu, dan tekanan darah. Semuanya harus
diukur dalam setiap pemeriksaan yang lengkap dan dalam banyak pertemuan singkat
(Willms, 2003).
Inspeksi
1) Inspeksi Statis
Nampak dari sisi samping lengkungan (kurva) servikal, torakal, dan lumbal. Dari
belakang kolumna vertebra yang tegak dan kesejajaran kedua bahu, krista iliaka, dan
lipatan gluteus.
2) Inspeksi Dinamis
Nampak saat berjalan pasien dengan nyeri punggung bawah memiliki pola jalan gluteus
Palpasi
Pada palpasi yang dilakukan adalah untuk mencari adanya spasme otot, skoliosis, nyeri
tekan, dan deformitas yang lain. Pada spondilosis klien biasanya merasakan nyeri
Pemeriksaan Gerak
1) Gerak Aktif
Pada pemeriksaan gerak aktif informasi yang perlu dicari adalah kualitas gerakan,
rentang gerakan (ROM), perilaku nyeri pada berbagai gerakan. Gerakan aktif dilakukan
dengan pasien berdiri. Pemeriksa mencari rentang gerak (ROM) dan kesediaan pasien
untuk melakukan gerakan. Saat pasien melakukan gerakan aktif, pemeriksa mencari
pembatasan gerak dan penyebabnya, seperti nyeri, kejang, kekakuan. Pada pasien
dengan nyeri punggung, umumnya gerakan terjadi adalah kombinasi dengan pinggul
disertai dengan fleksi lutut, dan kadang kadang dukungan dengan tangan.
2) Gerak Pasif
dilakukan dengan pasien berbaring di sisi dengan pinggul dan lutut tertekuk atau
berdiri. Pada tulang belakang lumbal, gerakan pasif sangat sulit dilakukan karena berat
badan. Gerak pasif digunakan untuk memeriksa endfeel pada saat gerakan tulang
belakang.
3) Gerak Isometrik
Pada gerak isometrik yang perlu dicari adalah mengamati kualitas kontraksi otot untuk
menahan posisi (hal ini dapat dilakukan dengan mata pasien ditutup). Pada lumbal,
gerakan isometrik dilakukan pada posisi netral. Kontraksi harus dilawan sehingga tidak
terjadi gerakan.
Pemeriksaan Saraf
1) Tes Laseigue
Tes ini dilakukan dengan posisi telentang, dengan hip adduksi dan endorotasi, lutut
ekstensi. Tungkai diangkat secara pasif (35-75) (Trisnowiyanto, 2012: 76). Hasil
dikatakan positif bila timbul rasa nyeri sepanjang perjalanan saraf iskhiadikus dan
kemungkinan penekanan akar saraf. Sebaliknya bila tes ini negatif kemungkinan
2) Tes Bragard
Tes ini dilakukan dengan posisi telentang, dengan hip adduksi dan endorotasi, lutut
ekstensi. Tungkai diangkat secara pasif (25-65) disertai dorsi fleksi ankle. Hasil positif
bila terdapat nyeri, nyeri pertama terasa di pantat berarti terdapat penekanan saraf yang
3) Tes Neri
Tes ini dilakukan dengan posisi telentang, dengan hip adduksi dan endorotasi, lutut
ekstensi. Tungkai diangkat secara pasif (25-65) disertai dorsi fleksi ankle dan
mengangkat kepala (fleksi leher). Hasil positif bila terdapat nyeri, nyeri pertama terasa
di pantat berarti terdapat penekanan saraf yang sifatnya central (Trisnowiyanto, 2012:
76).
4) Tes Patrick
Tes ini dilakukan dengan posisi telentang. Diberikan tekanan pada lutut yang
difleksikan. Hasil positif bila terdapat nyeri pada daerah panggul (Trisnowiyanto, 2012:
78).
Tes ini dilakukan dengan posisi terlentang, fleksi dan endorotasi tungkai yang sakit
serta gerakan adduksi dan diberikan tekanan secara pasif pada knee. Hasil positif bila
Diagnosis Banding
radial disertai robekan bagian lateral ligamen longitudinalis posterior. Gejala utama
Stenosis kanal atau stenosis spinal sering disebut sebagai klaudikasio neurogenik.
Stenosis kanal banyak ditemui pada orang usia lanjut akibat diameter kanalis spinalis
menyempit, umumnya akibat degenerasi sekitar diskus dan sendi faset selain
perkapuran dan penebalan ligamen flavum. Gejala berupa rasa panas pada bokong dan
bilateral.
G. Tata Laksana
Terapi Fisik
a) Terapi Latihan
Terapi latihan merupakan salah satu terapi konservatif pada nyeri punggung
bawah kronis. Latihan dapat berupa latihan aerobik, penguatan otot, dan latihan
penderita berbeda tergantung dari berat penyakit dan kemampuan tubuh penderita.
Terapi latihan harus dipatuhi agar menghasilkan kemajuan yang optimal. Hasil yang
optimal juga harus dibantu dari jenis terapi konservatif lainnya, seperti pemberian
b) TENS
nyeri secara noninfasif. Sepertiga penderita yang memakai TENS mengalami iritasi
kulit sedang. Sebuah penelitian mengidentifikasi reduksi nyeri yang segera setelah 1
jam memakai TENS. Penelitian lainnya tidak menemukan peningkatan signifikan
punggung bawah kronik dan juga yang mengalami proses degeneratif tulang
d) Traksi
karena HNP, penyakit degenerative diskus, dan stenosis foraminal. Traksi berguna
untuk menangani sendi yang hipomobilitas, jaringan ikat yang berkontraksi, adhesi,
pertumbukan sendi apofisis, dan spasme otot. Sedangkan, kontraindikasi dari traksi
kompresi saraf (cord), hiatus hernia, nyeri pinggang akut, kehamilan, hipertensi tak
Farmakoterapi
penelitian yang luas telah meneliti efektivitas obat oral yang berbeda dalam
manajemen farmakologis.
OAINS
OAINS secara luas dianggap sebagai langkah pertama yang tepat dalam
keberhasilan dalam pengurangan rasa sakit pada nyeri punggung bawah yang kronis
adalah rendah. Inhibitor COX2 berperan dalam proses analgesik pada LBP kronis dan
pemakaian OAINS harus diatur, karena akan menimbulkan komplikasi GI dan juga
Opioid
untuk pasien yang menderita efek gastrointestinal atau kontrol nyeri yang buruk pada
manajemen NSAID. Praktek resep narkotika untuk penderita nyeri punggung bawah
kronis sangat bervariasi dalam praktisi, dengan kisaran 3-66% pasien LBP kronis
Relaksan Otot
manfaat dalam nyeri punggung bawah kronis dikaitkan pada kondisi degeneratif.
berkaitan dengan nyeri jangka pendek dan fungsi otot secara keseluruhan.
Terapi Injeksi
pengelolaan nyeri aksial kronis dan nyeri radikuler kronis akibat degenerasi tulang
atau pendekatan caudal. Biasanya dengan cara jarum dipandu dibawah fluoroscopy,
kontras, maka anestesi lokal dan steroid yang dimasukkan ke dalam ruang epidural di
tingkat vertebral target dan keluar di akar saraf. Nyeri yang berkurang terjadi melalui
diagnostik cepat, dan terapi dapat memendekkan sikuit siklus nyeri pada spasme dan
memblok transmisi sinyal nyeri. Kortikosteroid juga diakui untuk kemampuan mereka
Injeksi Facet
Sendi facet dipersarafi dari cabang-cabang medial rami dorsal dan, melalui
studi anatomi, memiliki ujung bebas dan dikemas saraf, mechanoreceptors, dan
nociceptors. Peradangan pada sendi menciptakan sinyal rasa sakit yang terlibat dalam
15-45% dari pasien dengan nyeri punggung bawah. Blok diagnostik menyuntikkan
anestesi gabungan langsung ke ruang sendi atau berhubungan medial cabang (MBB).
blok segi diagnostik tunggal memiliki nilai positif-palsu dari 22% menjadi 47% [84]
dan blok cabang medial dari 17-47% di tulang belakang lumbal. Dari hasil
pendekatan didapatkan bahwa terdapat bukti sedang dalam pengurangan rasa nyeri
Tindakan Pembedahan
konservatif. Pembedahan pada spondilosis lumbalis adalah fusi tulang belakang atau
operasi dekompresi tulang belakang. Fusi tulang belakang dipertimbangkan pada
pasien dengan keganasan atau gerakan yang berlebihan dari tulang belakang, seperti
diindikasikan untuk pasien dengan bukti yang jelas dari tumbukan atau pergeseran
saraf, memperbaiki gangguan tulang atau diskus pada tulang belakang atau foraminal
H. Prognosis
nyata. Pada beberapa penderita, terdapat penyempitan kanal akar saraf atau kanal
tulang belakang yang menyebabkan gejala serius, dan bahkan pada beberapa kasus
bisa sampai paralisis atau masalah pada sistem BAB dan BAK.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 44 Tahun
Agama : Islam
No. CM : 378337
Keluhan Utama:
kurang lebih 1 tahun yang lalu pasien telah merasakan nyeri di boyok yang menjalar hingga
kaki kaki pasien. Kedua kaki pasien sering merasakan tebal dan kesemutan. Jika memakai
sendal ketika berjalan sering terlepas dari telapak kaki pasien. Tidak ada keluhan yang lain
yang dirasakan oleh pasien. Pasien juga belum memeriksakan keluhan ini ke dokter. Mual
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit serupa dengan pasien. Disangkal adanya
DATA OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status present
Nadi : 83 x/menit
RR : 22 x/menit
Leher : simetris
Thorax : simetris
Abdomen : peristaltik
b. Status Psikis
Ingatan : baik
Kecerdasan : cukup
c. Status neurologis
Kepala:
Bentuk : mesochepal
Simetria : (+)
Pulsasi : (-)
Leher:
Pergerakan : bebas
Anggota gerak
SUPERIOR INFERIOR
PEMERIKSAAN
KANAN KIRI KANAN KIRI
Pergerakan B B B B
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus N N N N
Klonus - -
Trofi N N N N
Reflek Fisiologis N N N N
Reflek Patologis - - - -
ROM leher
Ekstensi leher B B -
Fleksi leher B B -
Laterofleksi D-S B B +
Rotasi D-S B B +
Pemeriksaan tambahan
Distraksi : (-)
Pemeriksaan Penunjang
Spondylosis lumbalis
1. Assesment
VL 5
2. Planning
- Eperison 2x50mg
- Mecobalamine 1x500 mg
3. Edukasi
- Memberi motivasi pada pasien untuk minum obat secara teratur dan kontrol
- Menghindari bekerja dengan kepala terlalu turun atau satu posisi dalam waktu
yang lama.
-. Menggunakan korset
BAB IV
DISKUSI KASUS
Pasien Yn. S, berusi 44 tahun, pada tanggal 29 mei 2017 datang ke Poli Saraf RSUD
Dr. H. Soewondo Kendal dengan nyeri boyok menjalar hingga kedua kaki kakinya.
Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis dengan GCS 15, TD : 140/80 mmHg,
N: 83 x/menit, RR: 22 x/menit, Suhu: 36,30C. Untuk pengobatan farmakologi, diberikan
golongan NSAID, yaitu natrium diklofenat untuk mengurangi nyeri, mecobalamin untuk
keluhan kesemutan dan obat eperison untuk muscle relaksan. Selain itu, juga diberikan
edukasi pada pasien untuk jangan mengangkat junjung atau menggendong anak terlalu sering,
mengedukasi untuk mengenakan korset dan mengurangi aktifitas yang membuat badan
bungkuk.
DAFTAR PUSTAKA
Ischialgia Dan Low Back Pain Di Klinik Terapi Fisik FIK-UNY, P. 1-25
Www.Backpainforum.Com
5. Idyan, Z. 2008. Hubungan Lama Duduk Saat Perkuliahan Dengan Keluhan Low
Http://Www.Scincedirect.Com/Science.
Http://Www.Emedicine.Com/Neuro/Jnl/Index.Htm
Http://Www.Pubmedcentral.Nih.Gov.
10. Sidharta. 1986. Anatomi Susunan Saraf Pusat Manusia. Dian Rakyat.
Anamnesis Sistem:
Sistem serebrospinal : tidak ada keluhan
Sistem musculoskeletal : Nyeri pinggang kanan dan kiri menjalar sampai ke ujung kaki
DISKUSI I
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi atau
digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (International Association for the Study of
Pain, 1994).
Pada kasus ini nyeri pinggang bawah dirasakan seperti diiris-iris dan ditusuk-tusuk yang
menjalar ke bagian ujung kaki sesuai dengan dermatom sarafnya dengan skala nyeri 8.
Nyeri sudah dirasakan 2 minggu yang lalu sehingga pada kasus ini dikategorikan sebagai
nyeri pinggang bawah akut. Dimana nyeri pinggang bawah dikatakan akut apabila kurang
dari atau sama dengan 3 bulan lamanya.
Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu,
pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam
intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran
nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon
fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak
dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Menurut Smeltzer & Bare (2002), jenis pengukuran nyeri adalah sebagai berikut :
dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang, secara objektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat, secara objektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih
respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3
bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki
onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat
terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan
tumor.
1.3. Penyebab Low Back Pain (LBP)
Beberapa faktor yang menyebabakan terjadinya LBP, antara lain:
Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir
ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan
pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral (Soeharso, 1978).
1. Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V
Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari
vertebra lumbal ke V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum
(Soeharso, 1978).
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan
spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung
sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya
dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan
medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut (Idyan, 2008).
Menurut Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada low back pain yang disebabkan
karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:
1. Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah
rasa nyeri pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan
saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan kaki
pada hip joint terbatas.
1. Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V
dan sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat
menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat
menyebabkan keterbatasan gerak.
1.3.3. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada tempat yang
mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah punggung bagian
bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain
(Soeharso, 1978).
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabkan oleh perubahan jaringan
antara lain:
1. Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-
ototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada
otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang
menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini dapat
menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang (Idyan, 2008).
1. Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit
ini ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri
memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan (Dieppe, 1995 dalam
Idyan, 2008).
1. Penyakit Infeksi
Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008), infeksi pada sendi
terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis,
disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan sendi,
nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.
Pada nyeri punggung bawah perlu diwaspadai adanya Red Flag, yaitu tanda dan gejala
yang menandai adanya kelainan serius yang mendasari nyeri. Red flags dapat diketahui
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Terapi imunosupresan
Kanker atau infeksi
Infeksi saluran kemih, IV drug abuse, demam, menggigil
Saddle anesthesia
Strain (otot/fasia/ligamen)
Fraktur (kompresi/trauma)
Spondilosis
Edema palpebra -/-, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil
isokor diameter 3/3 mm, reflek cahaya Normal/Normal, reflek kornea
Mata : Normal/Normal
Pulmo :
I : Normochest, dinding dada simetris
Cor :
I : Datar, supel
Abdomen : P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar dan lien tidak
teraba membesar, tidak ada nyeri tekan abdomen
P : Timpani
Edema (-), sianosis (-), atrofi otot (-), capillary refill <2detik, akral
Ekstremitas : hangat (+)
Status Psikiatrik
Tingkah Laku : Normal
Orientasi : Normal
Kecerdasan : Normal
Kepala : Normocephal
Saraf otak :
Ptosis -/-
Trismus -/-
Meringis Normal/Normal
Reflek muntah +
Sengau
N.IX Tersedak
Bersuara Normal/Normal
Menelan Normal/Normal
Artikulasi Normal/Normal
Ekstremitas :
T T SDN SDN
Tn : + + Tr : E E
+ + E E
RF : + N +N RP :
+N +N
CL /
Sensibilitas : normal
Refleks Patologis : Babinsky (-/-), Chaddock (-/-), Gordon (-/-), Oppenheim (-/-), Gonda
(-/-), Schaefer (-/-), Hoffman Trommer (-/-).
PEMERIKSAAN KHUSUS
Posisi terlentang :
Lasegue : (+/+)
Braggard : (+/+)
Patrick : (+/+)
Kontra patrick : (+/+)
Valsava : (+)
Hematologi
Darah Rutin
Kimia Klinik
Cholesterol 141
Trigliserid 108
HDL Cholesterol 21
SEROLOGI
HbsAg Non reaktif Non reaktif
X-Foto Vertebrae LumboSacral AP-Lateral :
Kesan :
Spondilosis Lumbalis
Spondilolistesis pada Vertebrae Lumbal 5 posterior terhadap Sacral 1 disertai diastasis
Lumbal 5 terhadap Sacral 1
Positioning
Alih baring
TENS
Mobilisasi bertahap
Pemasangan korset
Edukasi pasien dan keluarga
DISKUSI II
Hasil pemeriksaan fisik neurologis tidak didapatkan adanya kelemahan motorik. Berbagai
pemeriksaan khusus yang dapat membangkitkan nyeri menunjukkan hasil positif, dijumpai
pula adanya spasme otot yang jelas.
Medula spinalis berakhir setinggi corpus vertebra LI-2 (conus terminalis). Di bawah conus
ada sekumpulan radiks yang saling berdekatan yang berjalan ke ventrokaudal, untuk
selanjutnya meninggalkan kanalis spinalis menuju ganglion spinalis melewati kantung
duramater pada pintu keluar foramen. Karena arahnya yang ventrokaudal, maka jika ada
protrusi atau prolaps dorsolateraldari diskus akan lebih menekan segmen berikutnya,
daripada segmen tingkatnya sendiri.
Pada kasus ini, dari hasil rontgen vertebrae lumbosakral ditemukan adanya kelainan pada
L5-S1(spondilosis lumbalis ringan, kompresi ringan korpus vertebralis L5 bagian posterior
dan terdapat penyempitan discus intervertebralis pada L5-S1), sehingga menimbulkan
kelainan berdasarkan dermatomal persarafannya. Pada kasus ini nyeri dirasakan menjalar
sampai ke ujung kaki, sesuai dengan dermatom persarafannya.
DIAGNOSIS AKHIR
Diagnosis Klinik : Low back pain akut menjalar sampai ke kedua kaki
TERAPI
Pada penderita ini diberikan terapi :
1. Farmakologis
Ketorolac 230 mg
Ranitidin 21 amp
Meticobalamin 11 amp
Tab Diazepam 2x2mg
Tramadol 21
2. Non Farmakologis
Tirah baring
Fisioterapi
DISKUSI III
Sebagian besar penderita nyeri punggung bawah akut hanya memerlukan terapi
simptomatis saja. Lebih dari 60% penderita nyeri punggung bawah akut akan menunjukkan
perbaikan yang nyata pada minggu pertama terapi (Bratton, 1999, patel, 2000).
Pada penderita ini didapatkan gejala yang mengarah pada nyeri nosiseptif dan nyeri
neuropati. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya bangkitan nyeri pada prasat pemeriksaan
fisik dan spasme otot yang jelas. Sehingga, pada penderita ini terapi yang digunakan adalah
kombinasi analgesia dan muscle relaxant agent. Pada penderita ini didapatkan adanya
spasme otot paraspinal yang jelas.
Ketorolac 230 mg
Ketorolac adalah obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Indikasi penggunaan ketorolac
adalah untuk inflamasi akut dalam jangka waktu penggunaan maksimal selama 5 hari.
Ketorolac selain digunakan sebagai anti inflamasi juga memiliki efek anelgesik yang bisa
digunakan sebagai pengganti morfin pada keadaan pasca operasi ringan dan sedang. Pada
pasien ini dipakai ketorolac karena obat ini memiliki sifat analgesik yang baik.
Ranitidin 21 amp
Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin
secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Pada
pemberian i.m./i.v. kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50%
perangsangan sekresi asam lambung adalah 3694 mg/mL. Kadar tersebut bertahan
selama 68 jam. Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak
plasma dicapai 23 jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak dipengaruhi secara
nyata oleh makanan dan antasida. Waktu paruh 2 3 jam pada pemberian oral, Ranitidine
diekskresi melalui urin Pada pasien ini ranitidine dipakai untuk gastroprotector..
Meticobalamin 11 amp
Secara biokimia, mecobalamin adalah koenzim yang mengandung vitamin B12 yang ikut
berpartisipasi dalam reaksi transmetilasi. Mecobalamin adalah homolog vitamin B12 yang
paling aktif di dalam tubuh. Mecobalamin bekerja dengan memperbaiki jaringan syaraf yang
rusak. Mecobalamin tidak hanya efektif untuk anemia megaloblastik, namun juga untuk
neuropati perifer.
Diazepam 2x2mg
Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi
neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf
pusat. Dimetabolisme menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan oxazepam.
Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1 2 jam pemberian oral. Waktu paruh
bervariasi antara 20 50 jam sedang waktu paruh desmetildiazepam bervariasi hingga 100
jam, tergantung usia dan fungsi hati. Pada pasien ini diberikan diazepam sebagai muscle
relaxant
Tramadol 21
Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat
secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghambat sensasi
nyeri dan respon terhadap nyeri. Disamping itu tramadol menghambat pelepasan
neurotransmiter dari saraf aferen yang sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri
terhambat. Tramadol peroral diabsorpsi dengan baik dengan bioavailabilitas 75%. Tramadol
dan metabolitnya diekskresikan terutama melalui urin dengan waktu 6,3 7,4 jam.
N 80 88 80 84 88 98 80
R 20 20 20 18 20 20 20
Tanda
Vital 13/05/14 14/05/14 15/05/14 16/05/14 17/05/14 18/05/14 19/05/14
N 92 88 88 80 98 84 92
R 22 20 22 20 20 18 20
Nyeri
pinggang
bawah +++ / ++ +++ / ++ +++/++ ++ / ++ ++ / ++ ++ / ++ ++ / +
Nyeri
tungkai +++ / ++ ++ / ++ ++/++ ++ / ++ ++ / ++ ++ / ++ ++ / +
Nyeri
pinggang
bawah ++ / + ++ / + +/+ ++ / + ++/++ ++ / ++ +/+
Nyeri
tungkai ++ / + ++ / + +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
Tabel Follow Up Objektif (O)
O 6/05/14 7/05/14 8/05/14 9/05/14 10/05/14 11/05/14 12/05/14
Nyeri
tekan ++/++ ++/++ +/- ++/+ +/+ ++/+ +/+
Kontra
patrick +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
Valsava
test + + + + + + +
Nyeri
tekan ++/+ +/+ +/- ++/+ +/+ +/- +/-
Kontra
patrick +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
Valsava
test + + + + + + +
Tabel Follow Up Assessment (A)
A 6/05/14 7/05/14 8/05/14 9/05/14 10/05/14 11/05/14 12/05/14
LBP lbp akut
Inf RL 20 tpm
Inj. Ketorolac 21 amp
Diazepam 22 mg
Tramadol 21
Antasid 31
P 13 14 15 16 17 18 19
Inf RL 20 tpm
Inj. Ketorolac 21 amp
Inj.Meticobalamin 11 amp
Diazepam 22 mg
Tramadol 21
Antasid 31
PROGNOSIS