Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Tujuan
Tujuan dari Praktikum Teknologi Pengolahan Susu Acara III Produk
Olahan Susu adalah:
1. Mengetahui prinsip pembuatan es krim.
2. Mengetahui fungsi bagan-bahan dalam pembuatan es krim.
3. Mengetahui formulasi es krim terbaik yang disukai panelis.
4. Mengetahui proses pembuatan permen susu.
5. Mengetahui pengaruh jenis susu dan jenis pengenyal terhadap
karakteristik sensori permen susu.
6. Mengetahui formulasi permen susu yang disukai panelis berdasarkan uji
kesukaan.
7. Mengetahui cara pembuatan cream cheese.
8. Mengetahui pengaruh penambahan CaCl2 pada berbagai kondisi terhadap
produk cream cheese yang dihasilkan.
9. Mengetahui pengaruh perbedaan komposisi pada beberapa produk cream
cheese terhadap tingkat kesukaan panelis.
B. Tinjauan Pustaka
Es krim merupakan makanan penutup yang biasanya terbuat dari susu
dan sering dicampur dengan komposisi lain seperti perisa. Selain itu, sebahai
bahan tambahan es krim terdiri dari stabilizer, emulsifier, gula, air dan udara.
Pencampuran ini disebut pencampuran es krim. Komposisi dari es krim
bergantung dari bahan penyusun es krim dalam proses pembuatan es krim
(Umelo et al, 2014).
Es krim merupakan makanan yang terkenal. Formulasi dari es krim
meliputi susu dengan lemak, padatan susu, susu tanpa lemak, stabilizer dan
sweetener. Formula dari es krim menentukan sifat dari produk akhir es krim.
Standar dari es krim yaitu, kadar lemak es krim tidak boleh kurang dari 5%
dan kadar solid non lemak es krim tidak boleh kurang dari 7,5%. Selain
komposisi, proses pengolahan es krim dapat mempengaruhi kualitas es krim
(Owni et al, 2009).
Es krim terdiri dari 3 komponen utama yaitu terbuat dari jaringan
globula lemak dan kristal es dan viskositas tinggi dari fase aqueous.
Komponen penyusun es krim sangat mempengaruhi kualitas es krim.
Meskipun untuk produk akhir es krim dapat dipengaruhi oleh proses
pengolahan seperti proses pencampuran dan penyimpanan pada suhu dingin.
Struktur fisik dari es krim dapat mempengaruhi laju kelehan dan kekerasan
dari es krim (Junio dan Lannes, 2011).
Dalam pembuatan es krim dapat menggunakan sistem tekanan tinggi.
Sifat dari es krim yaitu dengan efek es yang dapat terasa dalam mulut, dengan
metode tekanan tinggi dapat memberikan efek tersebut dan mencegah
kristalisasi dari es krim. Dengan menggunakan sistem tekanan tinggi, tanpa
menggunakan stabilizer akan bisa dilakukan dalam pembuatan es krim,
sehingga tidak berpengaruh pada kesehatan konsumen. Stabilizer polisakarida
banyak digunakan dalam pembuatan es krim, namun permintaan konsumen
yaitu bebas dari zat additive. (Hupperts et al, 2010).
Pembuatan es krim akhir-akhir ini dibuat dengan low kalori seperti
pemilihan dalam penggunaan gula. Es krim merupakan sebuah makanan beku
yang dibuat dari susu atau krim. Pembuatan es krim dapat dilakukan dengan
cara didinginkan sambil diaduk untuk mencegah pembentukan kristal es.
Selain itu pembuatan es krim dapat dilakukan dengan cara, es krim dimixer
biasa kemudian ditambahkan larutan nitrogen (Pon dan Chong, 2015)
Confectionery adalah industri berbasis gula. Produk gula sangat populer
di kalangan anak-anak di seluruh dunia karena rasa dan aroma nya.
Confectionery dikenal sebagai bahan dari menu yang seimbang dan memiliki
dampak sosial-ekonomi dan kesehatan yang luas. Bahan confectionery
konvensional umumnya terbuat dari gula, susu bubuk skim, pewarna dan rasa.
Lemak ditambahkan ke permen untuk memperbaiki tekstur dan rasa yang
diinginkan (Soma, 2013).
Permen dibuat dengan mendidihkan campuran gula dan air bersama
dengan bahan pewarna dan pemberi rasa sampai tercapai kadar air kira-kira
3%. Biasanya suhu digunakan sebagai penunjuk kandungan padatan. Sesudah
didihkan sampai mencapai kandungan padatan yang diinginkan (kurang lebih
150C) sirup dituangkan pada cetakan dan dibiarkan tercetak. Kristalisasi
akan terjadi secara spontan tetapi dapat dicegah dengan menggunakan bahan-
bahan termasuk sirup glukosa dan gula invert yang tidak mengkristal tetapi
sangat menghambat terjadinya kristalisasi pada permen (Buckle dkk., 2010).
Permen atau kembang gula merupakan jenis makanan berbentuk padat
yang dibuat dari gula pasir (sukrosa), air atau campuran gula pasir dengan
bahan-bahan lain. Permen ada dua jenis yaitu permen lunak (soft candy) dan
permen keras (hard candy). Permen atau kembang gula (candy) merupakan
jenis makanan berkalori tinggi karena rasanya manis dan disukai oleh semua
lapisan masyarakat baik anak-anak maupun dewasa. Rasa permen
berkembang sedemikian cepat begitu pula jenis permen dari yang kenyal
sampai keras. Salah satu faktor penting dalam pembuatan permen adalah
penambahan gula pasir (sukrosa), bila gula pasir yang ditambahkan terlalu
sedikit maka permen yang dihasilkan kurang manis dan terlalu lunak,
sebaliknya bila ditambahkan terlalu banyak maka permen yang dihasilkan
terlalu manis dan keras (Sularjo, 2010).
Permen susu merupakan produk confectionery berbahan dasar sususaja
sebagai pembentuk citarasa dengan prinsip berdasarkan reaksi karamelisasi.
Pembuatan permen susu diawali dengan memanaskan susu, gula dengan terus
menerus diaduk sampai terbentuk cairan kental. Selanjutnya, tepung agar-
agar dan mentega ditambah sambil terus diaduk. Pemanasan dihentikan
setelah mencapai kekentalan yang diinginkan. Untuk mengetahui adonan
sudah menjadi karamel, masukan sedikit adonan dalam wadah berisi air
dingin, apabila adonan membentuk bulatan yang utuh, maka siap untuk
dicetak. Adonan dibiarkan dingin dan mengeras didalam cetakan (Sistanto
dkk., 2014).
Gula pasir atau sukrosa merupakan bahan baku utama untuk semua
jenis permen berkristal. Untuk membuat permen kristalin, gula dan air
ditambah dengan bahan lain (misalnya pewarna dan cita rasa) dicampur
sesuai resep. Gula pasir (sukrosa) dan suhu pemasakan akan membentuk
komponen-komponen yang menyebabkan tidak terbentuknya kristal
(Koswara, 2009).
Gula mudah larut dalam air, dimana semakin tinggi suhu maka tingkat
kelarutan akan semakin besar. Gula pasir mempunyai rasa manis yang lebih
enak dan tidak berlebihan serta memiliki fungsi sebagai bahan pengawet.
Selain itu gula pasir lebih ekonomis dan mudah didapat serta berperan dalam
memperbaiki cita rasa dan aroma dengan cara membentuk keseimbangan
antara rasa asam, rasa pahit dan rasa asin (Hadiwijaya, 2014).
Gula digunakan pada berbagai produk makanan. Selain memberikan
rasa manis, gula dalam konsentrasi tinggi berperan sebagai pengawet. Kadar
gula yang tinggi (minimal 40%) menyebabkan air dalam bahan pangan
menjadi terikat sehingga menurunkan nilai aktivitas air dan tidak dapat
digunakan mikroba. Konsentrasi gula yang tinggi (sampai 70%) sudah dapat
menghambat pertumbuhan mikroba perusak makanan (Estiasih, 2009).
Glukosa mempengaruhi kelarutan sukrosa dan merintangi pembentukan
kristal sukrosa. Glukosa juga dapat membuat tekstur menjadi krim
(creamy). Glukosa dan atau gula invert biasanya terdapat dalam campuran
bahan permen berkristal. Adanya kedua gula tersebut meningkatkan titik
didih dan berpengaruh terhadap konsistensi produk akhir karena dapat
mencegah kristalisasi sukrosa (Koswara, 2009).
Susu merupakan makanan bergizi tinggi yang berfungsi sebagai media
pertumbuhan yang sangat baik untuk berbagai mikroorganisme. Mikroba
yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan pembusukan produk susu
adalah bakteri, ragi, dan jamur. Analisis mikrobiologi sangat penting untuk
penilaian kualitas dan keamanan, konformasi dengan standar dan spesifikasi,
dan kepatuhan terhadap peraturan. Beberapa keju lebih rentan untuk
terkontaminasi mikroba dan menyebar. Penyebabnya antara kedua yaitu
faktor intrinsik (nutrisi, aktivitas air, pH, faktor yang dihasilkan oleh kultur
starter dan mikroorganisme non-starter, mikroflora kompetitif, dll
menghambat) dan faktor ekstrinsik (kualitas mikroba dari susu mentah, fase
produksi, pematangan dan kondisi kemasan, dll) (Perveen, 2011).
Keju merupakan sumber dari banyak nutrisi dalam susu. Jumlah
berbagai nutrisi dipertahankan dalam dadih dan whey tergantung pada jenis
keju yang diproduksi, jenis susu yang digunakan dan cara koagulasi. Enzim
dan bakteri yang terlibat dalam pematangan setiap jenis keju tertentu juga
dapat mengubah kandungan gizi produk akhir (Enwa, 2013).
Keju rennet-dadih adalah produk yang dibuat melalui pengendalian
destabilisasi enzimatik dan agregasi koloid kalsium fosfat misel kasein dalam
bentuk kalsium fosfat para-kasein gel, menginduksi pengeluaran whey dan
transisi dari gel-padatan rendah ke-padatan tinggi keju dadih. Selama
dehidrasi ini, melibatkan kerusakan dan menyusut gel, struktur gel / matriks
terus menata kembali, sehingga agregasi lebih lanjut dan fusi dari para-kasein.
Karakteristik komposisi susu berkualitas baik untuk pembuatan semua keju
adalah meningkatkan agregasi dalam kondisi pembuatan keju yang
dioptimalkan untuk memberikan keju dengan komposisi yang diinginkan,
hasil yang tinggi dan kualitas sangat baik (Law, 2010).
Cream Cheese adalah produk keju lembut segar asam-digumpalkan,
yang diasamkan oleh strain Lactococcus dan Leuconostoc.Produk Cream
Cheese dikategorikan menjadi dua jenis utama berdasarkan pada kandungan
lemak yang berbeda dalam campuran awal dan komposisi akhir. Ini adalah
double-Cream Cheese dengan setidaknya 9-11% kandungan lemak dalam
campuran awal, dan single-Cream Cheese dengan 4,5-5% kandungan lemak
dalam campuran awal. Krim keju pertama kali dibuat dengan menggunakan
metode memasak-dadih, yang dikembangkan di awal dua puluhan, dan
dikemas dengan cool-pack dan hot-pack yang dikembangkan, dan masih
digunakan saat ini. Produk dengan kualitas tinggi harus memiliki putih
seragam warna light cream dengan asam ringan laktat dan diacetyl rasa dan
aroma. Tekstur produk harus halus tanpa benjolan, butiran, atau indikasi retak
dan wheying off, dan dengan kemampuan untuk menyebar pada suhu kamar
(Phadungath, 2005).
Cream Cheese adalah keju yang tidak matang yang memiliki tekstur
lembut, kaya rasa di-asetil dengan warna putih krem dan konsistensi tekstur
yang halus. Hal ini sangat bergizi karena kaya lemak dan protein susu (kasein
dan whey). Protein membentuk jaringan yang meliputi tetesan lemak. Secara
tradisional, Cream Cheese yang terbuat dari krim atau dari campuran krim
dan susu atau susu skim. Menurut Foodand Drug Administration (FDA)
peraturan Cream Cheese harus memiliki setidaknya 33% lemak akan tetapi isi
air tidak boleh lebih dari 55% (Gulzar, 2015).
Cream Cheese proses pembuatannya lebih mudah daripada keju cottage
atau lainnya. Secara teknis, pada kenyataannya, itu bukan keju tapi curd
kering susu. Susu segar hanya disaring dimana whey dan air akan terpisah
selama tiga atau empat hari, meninggalkan residu sekencang mentega segar
(Brown, 2004).
Fresh Cream Cheese adalah keju yang diperoleh dari homogenisasi
dasar keju segar dengan bahan-bahan lebih lanjut, termasuk gum dan
hidrokoloid, garam dan rempah-rempah lainnya. Keju ini adalah makanan
serbaguna yang memungkinkan penambahan bahan lain, termasuk serat
seperti inulin. Ini memiliki struktur olesan, dan digunakan sebagai olesan
pada roti, di sandwich dan sebagai saus salad. Fresh Cream Cheese adalah
keju mentah, disimpan pada suhu pendingin, dan memiliki umur simpan yang
pendek (Fadaei, 2012).
Panas dapat mempengaruhi proses pembuatan keju yang menggunakan
rennet sebagai bahan penggumpal. Rennet akan memecah kappa kasein susu
menjadi makropeptida kasein dan pembentukan gel. Pemanasan
menyebabkan kemampuan kasein untuk menggumpal menjadi terganggu
sehingga menyebabkan susu masak tidak cocok untuk digunakan dalam
proses pembuatan keju (Sumarmono dan Suhartati, 2012).
Ekstrak abomasum (rennet) merupakan bahan bioaktif yang umum
digunakan sebagai koagulan dalam proses pembuatan keju. Selain dari sapi
muda, rennet juga telah dikembangkan dari hewan ruminansia lain, tanaman
dan mikroba yang direkayasa secara genetik (Genetic Modified Organism =
GMO). Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya memberikan informasi
bahwa ekstrak rennet dari abomasum domba lokal umur dewasa muda dapat
mengkoagulasikan susu dengan baik.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
waktu koagulasi adalah pH, suhu, penambahan Ca2+, dan pengenceran enzim.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesempurnaan koagulasi yaitu jumlah
rennet yang ditambahkan, temperatur, pelapisan k-kasein oleh protein
terdenaturasi atau asam amino bebas yang terlepas oleh proteolisis dan
lipolisis atau interaksi dengan asam-asam amino pada salah satu sisi ikatan
fenilalanina 105 dan metionina 106 di dalam k-kasein(Purnawarman, 2012).
Dalam pembuatan keju apabila susu memiliki kualitas rendah, maka
koagulum akan halus. Hal ini menyebabkan hilangnya kasein dan lemak,
serta sinersis yang buruk selama pembuatan keju. Kelebihan penambahan
kalsium klorida biasanya membuat koagulum begitu keras sehingga sulit
untuk dipotong. Kalsium mempunyai peranan penting dalam proses koagulasi
susu dengan menggunakan rennet. Oleh karena itu, biasanya pada susu untuk
bahan keju ditambahkan CaCl2 sebanyak 0,01% dan untuk membantu
menurunkan pH susu maka ditambahkan kultur starter 1,5-2%. Beberapa
manfaat garam pada proses pembuatan keju yaitu antara lain menghambat
pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme termasuk mikroba patogen
sehingga dapat meningkatkan keamanan produk keju, menghambat aktivitas
dari beberapa enzim dalam keju, mempengaruhi sinersis curd sehingga whey
dapat terpisah dengan sempurna, menyebabkan perubahan pada protein keju
yang berpengaruh pada tekstur keju serta secara langsung dan tidak langsung
mempengaruhi flavor keju (Hutagalung, 2008).
C. Metodologi
1. Alat
a. Es Krim
1) Baskom Besar
2) Baskom Kecil
3) Freezer
4) Kompor
5) Kotak makan
6) Kulkas
7) Mixer
8) Neraca analitik
9) Panci
10) Plastik wrap
11) Spatula
b. Permen Susu
1) Gelas ukur
2) Kompor
3) Loyang
4) Pengaduk kayu
5) Plastik
6) Wajan
c. Cream Cheese
1) Baskom
2) Gelas ukur
3) Kain blacu
4) Karet gelang
5) Panci susu segar
6) Pemberat
7) Pipet Volum
8) Pisau
9) Plastik bersih besar (Plastik PP)
10) Refrigerator
11) Sendok makan
12) Sutil
13) Termometer
14) Timbangan analitik
2. Bahan
a. Es Krim
1) Agar-agar
2) Air
3) CMC
4) Es Batu
5) Garam
6) Gula
7) Susu Full Cream
8) Susu Skim
b. Permen Susu
1) Gelatin
2) Gula pasir
3) Margarin
4) Nutrijel/tepung konjak
5) Susu full cream
6) Susu skim
7) Vanili
c. Cream Cheese
1) Air dingin
2) CaCl 2% (2 gr dalam 1 L adonan)
3) Garam (0,5% dan 0,75%)
4) Krim 500 ml (dibuat dari krim yang dibuat dari susu segar atau
menggunakan whipping cream)
5) Rennet 0,05 gr
6) Susu full cream 500 ml
7) Yoghurt plain (2,5 ml)
3. Cara Kerja
a. Pembuatan Es Krim
Pencampuran
Pemanasan
Gula 75 g Penambahan
Pendinginan
Es Krim
Pengujian Organoleptik
krim-susu
Pengeluaran whey
Pemanasan kembali pada suhu
0
52 C selama 10 menit
Penirisan
cream cheese
cream cheese
krim-susu
Pengeluaran whey
Penirisan
cream cheese
Garam0,5% dan
0,75% Penaburan pada cream cheese
cream cheese
krim-susu
Pengeluaran whey
CaCl2 2%
Penirisan
cream cheese
Garam0,5% dan
0,75% Penaburan pada cream cheese
cream cheese
E. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum Teknologi Pengolahan Susu Acara III
Produk Olahan Susu adalah:
1. Proses pembuatan es krim yaitu melalui tahap pencampuran, pasteurisasi,
homogenisasi, aging, pengemasan dan penyimpanan.
2. Fungsi penambahan susu full cream adalah sebagai lemak pada pembuatan
es krim, karena lemak dapat mempengaruhi tekstur es krim. Sementara susu
skim, yakni susu tanpa lemak digunakan sebagai substitusi. Carboxy Methyl
Cellulose (CMC) digunakan sebagai stabilizer, yang berfungsi sebagai
penstabil atau pengemulsi untuk melembutkan es krim. Gula digunakan
sebagai pemanis dan air sebagai pelarut dari semua bahan. Fungsi garam
dalam pencampuran es batu adalah untuk mempertahankan kebekuan dari es
batu, Sementara fungsi es batu adalah untuk mengkondisikan suhu dalam
proses pencampuran. .
3. Pada parameter warna urutan sampel dari paling disukai hingga yang tidak
disukai adalah sampel 692,821 dan 325. Parameter Aroma, urutan sampel
dari paling disukai hingga yang tidak disukai adalah sampel 692,821 dan
325. Parameter rasa, urutan sampel yang paling disukai hingga yang tidak
disukai adalah dengan kode 325, 692 dan 821. Pada parameter tekstur,
urutan sampel dari yang paling disukai hingga yang tidak disukai yaitu
dengan kode 692, 325 dan 821. Pada parameter overall urutan sampel dari
yang paling disukai hingga yang tidak disukai yaitu dengan kode 692, 325
dan 821.
4. Pembuatan permen susu diawali dengan memanaskan susu sambil terus
menerus diaduk sampai terbentuk cairan kental. Selanjutnya, gula, pegental,
vanili dan mentega ditambah sambi lterus diaduk. Pemanasan dihentikan
setelah mencapai kekentalan yang diinginkan dengan cara memasukan
sedikit adonan dalam wadah berisi air dingin, apabila adonan membentuk
bulatan yang utuh, maka siap untuk dicetak.
5. Pengaruh penggunaan susu dengan kadar lemak yang berbeda pada susu full
cream memperbaiki kualitas permen susu terutama pada atribut aroma dan
rasa, sedangkan susu skim memperbaiki kualitas permen susu terutama pada
atribut warna.
6. Penggunaan pengental atau gelling agent yang berbeda mempengaruhi
kualitas permen susu terutama pada tekstur dari permen susu. Penambahan
tepung konjak dapat menambah sifat kental dan kenyal yang lebih baik dari
gelatin.
7. Cream cheese adalah keju yang tidak matang yang memiliki tekstur lembut,
kaya rasa di-asetil dengan warna putih krem dan konsistensi tekstur yang
halus yang terbuat dari krim atau dari campuran krim dan susu atau susu
skim serta setidaknya memiliki 33% lemak akan tetapi isi air tidak boleh
lebih dari 55%.
8. Pengaruh penambahan CaCl2 yaitu kalsium mempunyai peranandalam
membantu pengeluaran protein (whey) dari koagulan, pengaturan kadar air
dan keasaman keju, pematangan dan pembentukan cita rasa keju, tekstur,
penampakan, jumlah asam laktat dan menghambat pertumbuhan bakteri
pembusuk.
9. Urutan sampel cream cheese dari yang paling disukai dari parameter rasa,
warna dan overall adalah cream cheese merek Kiri dan cream cheese merek
Anchor, kemudian cream cheese merek Yummy. Dari parameter aroma
adalah cream cheese merek Anchor, cream cheese merek Kiri, dan cream
cheese merek Yummy. Sedangkan dari parameter tekstur dan daya oles
adalah cream cheese merek Kiri, cream cheese merek Anchor, dan cream
cheese merek Yummy.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Yan dan Kusnadi, Joni. 2015. Aplikasi Kulit Manggis (Gracinia
mangostana L.) Sebagai Sumber Antioksidan pada Es Krim. Jurnal Pangan
dan Agroindustri vol.3, no. 4: 1263-1271.
Owni, El., O, A dan Khater, Zainab. 2009. Chemical Composition of Ice Cream
Produced in Khartoun State, Sudan. Pakistn Journal of Nutrition 8(2): 158-
160.
Permainy, Army, dkk. 2013. Pengaruh Dosis Rennet yang Berbeda terhadap
Kadar Protein dan Lemak Keju Lunak Susu Sapi. Jurnal Ilmiah Perternakan
Vol 1 No 1 Hal : 208-213.
Perveen, Kahkashan. 2011. Effect Of Temperature On Shelf Life, Chemical
AndMicrobial Properties Of Cream cheese. African Journal of
Biotechnology Vol. 10 No 74 Hal 16929-16936.
Phadungath, Chanokpat. 2005. Cream cheese products: A review. Songklanakarin
Journal of Sci. Technol. Vol 27 No 1 Hal : 191-199.
Pon., Lee dan Chong. 2015. Textural and Rheological Properties of Stevia Ice
Cream. International Food Research Journal 22(4): 1544-1549.
Purnawarman, Trioso. 2012. Pengaruh Waktu Penyimpanan Ekstrak Rennet
Abomasum Domba Lokal Terhadap Kualitas Keju. Jurnal Sains Terapan
Edisi II Vol 2 No 1 Hal 50-56.
Purwanto, Rachmawaty Octavi. 2013. Pengaruh Komposisi Sirup Glukosa dan
Variasi Suhu Pengeringan Terhadap Sifat Fisiko - Kimia dan Inderawi
Dodol Rumput Laut(Eucheuma spinosium). Jurnal Bioproses Komoditas
Tropis Vol. 1 No. 1.
Putri, Kharisma., Zaini Abbas dan Kisworo, Djoko. 2015. Pengaruh Rasio Susu
Full Cream dengan Jagung Manis (Zea mays saccharata) Terhadap Nilai
Gizi, Sifat Fisik dan Organoleptik Es Krim. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Pangan. Vol. 1, no.1: 2443-3446.
Radiati, Lilik Eka. 2010. Pengaruh Enzim dan Emulsifier terhadap Kualitas Keju
Olahan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak Vol 5 No 2 Hal 23-27.
Rahmawati, Reni., Purwadi dan Rosyidi, Djalal. 2012. Tingkat Penambahan
Bahan Pengembang Pada Pembuatan Es Krim Instan Ditinjau Dari Mutu
Organoleptik dan Tingkat Kelarutan. Teknologi Pertanian vol. 9, n0. 1:1-9
Rakhmi, Aliyah. 2010. Pengaruh Jenis Bahan Pengental dalam Pembuatan Es
Krim Sari Wortel Terhadap Kadar Betakaroten dan Sifat Inderawi. Skripsi
Teknologi Jasa dan Produksi. Universitas Negeri Semarang.
Raraswati, Mita Amalia, Kuwat Triyana, Triwahyudi, Abdul Rohman. 2014.
Differentiation of Bovine and Porcine Gelatinsin Soft Candy Based on
Amino Acid Profiles and Chemometrics. Journal Food Phar. Sci. Vol. 14,
No. 2.
Retno, Endah, dkk. 2005. Pembuatan Keju dari Susu Kavang Hijau dengan
Bkateri Lactobacillus Bulgaricus. Ekuilibrium Vol 4 No 2 hal : 58-63.
Santana, Palestina, Nurul Huda, Tajul Aris Yang. 2013. The Addition of
Hydrocolloids (Carboxymethylcellulose, Alginate and Konjac) to Improve
the Physicochemical Properties and Sensory Characteristics of Fish
Sausage Formulated with Surimi Powder. Turkish Journal of Fisheries and
Aquatic Sciences Vol. 13, No. 13.
Sistanto, Edi Soetrisno, Rustama Saepudin. 2014. Sifat Fisikokimia dan
Organoleptik Permen Susu (Karamel) Rasa Jahe (Zingiber officinale
Roscoe) dan Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb).Jurnal Sains
Peternakan Indonesia Vol. 9, No. 2.
Soekotjo, Setiarti. 2003. Proses Pembuatan Keju Lunak. Widyaiswara Pusdiklat
Agribisnis.
Soma, S. 2013. Development and Evaluation of Antioxidant Activity of Tomato
Based Confectionery. International Food Research Journal Vol. 20, No. 6.
Sularjo. 2010. Pengaruh Perbandingan Gula Pasir dan Daging Buah Terhadap
Kualitas Permen Pepaya. Jural Magistra, Vol. 22, No. 74.
Sumarmono, J., F. M. Suhartati. 2012. Yield dan Komposisi Keju Lunak (Soft
Cheese) dari Susu Sapi yang dibuat dengan Teknik Direct Acidification
Menggunakan Ekstrak Buah Lokal. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol.
1 (3).
Sumual, Mergy., Hadju, R., Rotinsulu, M dan Sakul, S. 2014. Sifat Organoleptik
Daging Broiler dengan Lama Perendaman Beberapa dalam perasan Lemon
Cui (Citrus microcarpa). Jurnal Zootek, vol. 34, no. 2: 139-147.
Umelo., Uzoukwu., Odimegwu., Aguwah., Njoku dan Alagbaoso. 2014.
Proximate, Physicochemical and Sensory Evaluation of Ice Cream from
Blend of Cow Milk and Tigernut (Cyperus esculentus) Milk. International
Journal of Scientic Research and Innovative Technology vol, 1 no. 4: 63-76.
Uswatun, Aisyah. 2011. Kandungan Gizi dan Serat pada Pembuatan Es Krim
Kacang Merah. Teknik Boga. Universitas Negeri Yogyakarta.
Violisa, Aviani., Nyoto, Amat dan Nurjanah, Nunung. 2012. Penggunaan Rumput
Laut Sebagai Stabilizer Es Krim Sari Kedelai. Teknologi dan Kejuruan vol,
35, no. 1: 103-114.