Isi Syok Pada Anak
Isi Syok Pada Anak
PENDAHULUAN
Syok merupakan penyebab dari angka kesakitan dan kematian pada populasi
anak. Di seluruh dunia pada tahun 2013, 2,6 juta neonatus dibawah 1 bulan mati,
dengan angka kejadian paling sering disebabkan karena ensefalopati neonatal, sepsis
pada neonatal, anomali kongenital, dan infeksi pernafasan bawah.Di tahun yang
sama, pada anak usia 1-59 bulan, 3,7 juta anak meninggal, dengan 3 penyebab
tersering, infeksi pernafasan bawah, malaria dan diare. Walaupun penyebab kematian
ini karena bermacam-macam sebab, namun diduga sepsis dari infeksi dan
hipovolemik dari gastroenteritis merupakan penyebab tersering syok pada negara
berkembang.1
1
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas ilmu kesehatan anak.
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien
syok
Mahasiswa mampu melakukan penanganan dan penatalaksanaan yang tepat
pada pasien syok.
1.3 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menggunakan ini sebagai bahan acuan dalam memahami dan
mempelajari mengenai syok pada anak.
b. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat terutama yang mengalami syok akan menambah pengetahuan
mengenai penyakit ini beserta pengobatannya. Dengan demikian penderita dapat
mengetahui bagaimana tindakan selanjutnya apabila mengalami gejala-gejala
yang mengarah pada penyakit tersebut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Epidemiologi
Kejadian syok pada anak dan remaja sekitar 2% pada rumah sakit di Amerika
serikat, dimana angka kematian sekitar 20-50% kasus. Hampir seluruh pasien tidak
meninggal pada fase hipotensi tapi karena hasil dari satu atau lebih komplikasi akibat
syok. Disfungsi multiple organ meningkatkan resiko kematian (satu organ 25%
kematian, dua organ 60% kematian, tiga organ atau lebih >85%). Angka kematian
syok pada anak menurun sebanding dengan tingkat edukasi yang baik, dimana
pengenalan awal syok dan management yang baik dan cepat memberi kontribusi
lebih.2
3
2.3 Patofisiologi
Metabolisme aerobic sel bisa menghasilkan 36 Adenosin Triphosphate,
sedangkan pada sel yang kekurangan oksigen (syok) sel akan merubah system
metabolisme aerobic menjadi anaerobic, yang mana hanya menghasilkan 2 ATP
molekul tiap molekul glukosa dan hasil pembentukan dan penimbunan asam laktat.
Akhirnya metabolisme sel tidak cukup menghasilkan energi homeostasis sel,
sehingga mengakibatkan gangguan pertukaran ion melalui membrane sel. Dimana
terjadi akumulasi sodium didalam sel dengan pengeluaran potassium dan
penumpukan cytosolic calsium. Sel menjadi membengkak, membrane sel hancur, dan
terjadilah kematian sel. Kematian yang luas dari sel menghasilkan kegagalan pada
banyak organ, jika irreversible maka pasien meninggal. Kekacauan metabolic sel
mungkin terjadi dari kekurangan oksigen yang absolute ( hipoksia syok ) atau
kombinasi hipoksia dan kekurangan substrat khususnya glukosa, disebut sebagai
iskemic syok. 2
Anak-anak bukan orang dewasa yang kecil. Kalimat ini harus dipahami
dengan benar ketika membicarakan distribusi total cairan tubuh dan respon
kompensasi kardiovaskular pada anak-anak selama keadaan insufisiensi sirkulasi
yang progresif. Gejala dan tanda syok yang dapat dengan mudah dilihat pada orang
dewasa mungkin tidak akan terlihat pada anak, mengakibatkan terlambatnya
pengenalan dan mengabaikan keadaan syok yang parah. Walaupun anak lebih besar
persentase total cairan tubuhnya tapi untuk melindungi mereka dari kolaps
kardiovaskular, peningkatan sisa metabolik rata-rata, peningkatan insensible water
loss, dan penurunan renal concentrating ability biasanya membuat anak lebih mudah
terjadi hipoperfusi pada organ. Gejala dan tanda awal dari berkurangnya volume
dapat tidak diketahui pada anak-anak, tapi sejalan dengan perkembangan penyakit,
penemuan gejala dan tanda menjadi dapat ditemukan sama seperti orang dewasa. 2
4
Respon kompensasi kardiovaskular pada anak dengan keadaan penurunan
ventrikular preload, melemahkan kontraksi miokard, dan perubahan dalam pembuluh
darah berbeda dari yang terjadi pada dewasa. pada pasien anak, CO lebih tergantung
pada heart rate daripada stroke volume oleh karena kekurangan massa otot ventrikel.
Takikardi adalah yang terpenting pada anak untuk mempertahankan CO yang adekuat
pada kondisi penurunan ventricular preload, kelemahan kontraksi miokard, atau
kelainan jantung congenital yang digolongkan oleh anatomi left-to-right shunt. Stroke
volume tergantung oleh pengisian ventrikel (preload), ejeksi ventrikel (afterload), dan
fungsi pompa intrinsik (myocardial contractility). 2
Tambahan pada CO, pengatur utama dari tekanan darah adalah SVR. Anak
memaksimalkan SVR untuk mempertahankan tekanan darah yang normal, pada
keadaan penurunan CO yang signifikan. Peningkatan SVR oleh karena vasokontriksi
perifer yang dipengaruhi system saraf simpatis dan angiotensin. Hasilnya, aliran
darah diredistributsi dari pembuluh nonessential seperti kulit, otot skelet, ginjal dan
organ splanknik ke otak, jantung, paru-paru dan kelenjar adrenal. Sesuai pengaturan
dari pembuluh darah, endogen atau eksogen melalui zat-zat vasoaktif, dapat
menormalkan tekanan darah tanpa tergantung dari CO. Karena itu, pada pasien anak,
tekanan darah merupakan indicator yang jelek dari hemostatis kardiovaskular.
Evaluasi heart rate dan perfusi end-organ, termasuk capillary refill, kualitas dari
5
denyut perifer, kesadaran, urine output, dan status asam-basa, lebih bernilai daripada
tekanan darah dalam menentukan status sirkulasi anak. 2
Pada dasarnya, syok merupakan suatu keadaan dimana tidak adekuatnya
suplai oksigen dan substrat untuk memenuhi kebutuhan metabolic jaringan. Akibat
dari kekurangan oksigan dan substrat-substrat penting, maka sel-sel ini tidak dapat
mempertahankan produksi O2 aerobik secara efisien. Pada keadaan normal,
metabolisme aerobik menghasilkan 6 molekul adenosine trifosfat (ATP) tiap 1
molekul glukosa. Pada keadaan syok, pengiriman O2 terganggu, sehingga sel hanya
dapat menghasilkan 2 molekul ATP tiap 1 molekul glukosa, sehingga terjadi
penumpukan dan produksi asam laktat. Pada akhirnya metabolisme seluler tidak lagi
bisa menghasilkan energi yang cukup bagi komponen hemostasis seluluer, sehingga
terjadi kerusakan pompa ion membran dan terjadi penumpukan natrium intraseluler,
pengeluaran kalium dan penumpukan kalsium sitosol. 2
Sel membengkak, membran sel rusak, dan akhirnya terjadi kematian sel.
Kematian sel yang luas menyebabkan gagal multi sistem organ dan apabila
ireversibel, dapat terjadi kematian. 2
Kerusakan metabolik ini dapat disebabkan karena defisiensi absolut dari
transpor oksigen (syok hipoksik) atau disebabkan karena defisiensi transport substrat,
biasanya glukosa ( syok iskemik). Yang paling sering terjadi adalah kombinasi dari
kedua hal diatas yaitu hipoksik dan iskemik. Atas dasar hal tersebut diatas, maka
sangatlah penting untuk memberikan oksigen pada keadaan syok. 2
Pengiriman oksigen (Oxygen Delivery = DO2) adalah jumlah oksigen yang
dibawa ke jaringan tubuh permenit. DO2 tergantung pada jumlah darah yang
dipompa oleh jantung permenit (Cardiac Output = CO) dan kandungan O2 arteri
(CaO2), sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut : 2
DO2 =CO (L/menit) x CaCO2 (ml/mL/cc)
CaCO2 tergantung pada banyaknya O2 yang terkandung di Hb (Saturasi O2 = SaO2),
sehingga didapatkan persamaan:
CaO2 = Hb (g/100ml) x SaO2 x 1,34 ml O2/g
6
Keadaan syok dapat terlihat secara klinis apabila terdapat gangguan pada
CaCO2, baik karena hipoksia, yang dapat menyebabkan penurunan SaO2 maupun
karena anemia yang menyebabkan penurunan kadar Hb sehingga menurunkan
kapasitas total pengiriman O2. Cardiac output tergantung pada 2 keadaan, yaitu
jumlah darah yang dipompa tiap denyut jantung (Stroke Volume = SV) dan laju
jantung (Heart Rate = HR). Stroke volume dipengaruhi oleh volume pengisian
ventrikel akhir diastolik (ventricular preload), kontaktilitas otot jantung dan
afterload. Tiap variabel yang mempengaruhi cardiac output diatas, pada keadaan
syok, dapat mengalami gangguan atau kerusakan. 2
7
Stadium Syok
Syok merupakan kelaianan yang prgresif, tetapi syok secara umum dapat
dibagi menjadi 3 fase : yaitu kompensasi, dekompensasi dan ireversibel. Tiap fase
mempunyai karakteristik manisfestasi klinik patologi dan hasil (outcome), tetapi pada
BBL tidak mungkin dibedakan. Fase tersebut adalah : 2
Gejala Klinis Kompensasi Dekompensasi Irreversibel
Kehilangan Darah % 25% 25-40% >40%
Frekuensi Jantung Takikardia + Takikardia ++ Takikardia/Bradikardi
Volume Nadi Normal/Menurun Menurun + Menurun ++
Pengisian Kapiler Normal/Meningkat Meningkat + Meningkat ++
Kulit Dingin, pucat Dingin, mottled Pucat mati
RR Takipnue + Takipnue ++ Sighing respiration
Tingkat Kesadaran Agitasi ringan Berkooperasi Bereaksi hanya pada
rasa sakit atau tidak
responsive
Kompensasi
Pada syok yang terkompensasi, perfusi organ vital seperti jantung, otak dan
kelenjar adrenal diatur oleh reflek simpatetis, yang meningkatkan ketahahan arteri
sistemik. Tanda vital seperti frekuensi jantung, frekuensi nafas, tekanan darah dan
suhu tidak terganggu atau terjadi gangguan minimal. Peningkatan sekresi
angiotensi dan vasopressin menyebabkan ginjal menyimpan air dan garam,
pelepasan katekolamin dan meningkatkan kontraktilitas miokardium dan
penurunan aktivitas spontan menurunkan pemakaian oksigen. Tanda klinis pada
saat ini adalah pucat, takikardi, kulit perifer lembab dan waktu pengisian kapiler
(capillary refill) memanjang. Bila mekanisme homeostatis sudah jenuh atau
menjadi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan terjadi fase
dekompensasi. 2
8
Dekompensasi
Selama terjadi syok yang tidak terkompensasi, pengiriman oksigen dan nutrisi
ke jaringan menjadi sedikit atau tidak mencukupi kebutuhan. Metabolisme
anaerob menjadi sumber penghasil energy utama dan produksi asam laktat akan
berlebihan yang akan mengakibatkan asidosis metabolik sistemik. Asidosis
menurunkan kontraktilitas miokardium dan mengganggu respons terhadap
katekolamin. Beberapa mediator kimia, enzim dan zat lain dilepaskan termasuk
histamine, sitokin (terutama tumor necrosis factor dan interleukin-1), xanthin
oxsidase (yang menghasilkan oksigen radikal bebas faktor agregasi platelet dan
toksin bakteri pada syok septic. Urutan (cascade) dari perubahan metabolik
tersebut makin lama akan menurunkan perfusi jaringan dan fosforilasi oksidatif. 2
Hasil lebih lanjut dari metabolism anaerob adalah kegagalan pompa natrium-
kalium (yang tergantung energi), yang mempertahankan keadaan hemeostatis
normal dimana sel berfungsi. Keutuhan endotel kapiler terganggu dan protein
plasma bocor sehingga tekanan onkotik menghilang dan cairan intravaskuler
hilang ke ruang ekstra vaskuler. 2
Aliran darah yang lambat dan perubahan kimia pada pembuluh darah kecil
menyebabkan adesi platelet dan aktivasi kaskade koagulasi, yang akhirnya akan
menyebabkan perdarahan dan pengosongan volume darah. Secara klinis
gambaran penderita syok yang tidak terkompensasi adalah tekanan darah makin
menurun, capillary refill yang memanjang, takikardi, kulit ringan, nafas cepat
(untuk mengkonpensasi asidosis metabolik) dan jumlah urin yang berkurang atau
tidak ada jika intervensi efektif tidak dilaksanakan dengan cepat, akan diikuti
terjadinya syok yang irreversible. 2
Irreversible
Diagnosis syok irreversible sebenarnya retrospektif. Organ vital utama, seperti
jantung dan otak, mengalami kerusakan yang luas sehingga kematian terjadi
daripada terjadi perbaikan sirkulasi yang adekuat. Pengenalan diri dan
penanganan efektif dari syok sangat penting. 2
9
2.4 Klasifikasi dan Etiologi Syok2
Tipe Septic Cardiogenic distributive hypovolemic Obstructive
Shock
Karakteri Infeksi Kegagalan -Kelainan Menurunnya Cardiac
stik organisme Jantung dalam saraf: jumlah Output
melepaskan memompa Mengganggu cairan : rendah;sianosi
toksin darah untuk keseimbangan Menyebabkan ;
yang memenuhi cairan menurunnya tekanan
mempengaruhi kebutuhan sehingga cardian nadi rendah
distribusi tubuh memudahkan output;
darah, terjadinya asidosis
cardiac output sidosis metabolic
dan lainnya - overdosis membuat
dosis obat volume
yang intravaskuler
mengganggu berkurang
distribusi dan perfusi
cairan kejaringan
menurun;
gangguan
keseimbangan
elektrolit
Etiologi Bacteri Cardiomyopath Anafilaksis Enteritis Tension
Virus y Toxin Perdarahan pneumotorax
Jamur Congenital Reaksi Luka bakar Pericardial
heart disease Alergi Diabetes tamponade
Ischemic insipidus
Insult Defisinsi
adrenal
10
2.5 Tanda dan Gejala Syok:
1. Sistem Kardiovaskuler
a. Gangguan sirkulasi perifer mengakibatkan pucat, ekstremitas dingin.
Kurangnya pengisian vena perifer lebih bermakna dibandingkan
penurunan tekanan darah. Nadi cepat dan halus. 2
b. Tekanan darah rendah. Hal ini kurang bisa menjadi pegangan, karena
adanya mekanisme kompensasi sampai terjadi kehilangan 1/3 dari volume
sirkulasi darah. 2
Periksa dengan betul cara penggunaan mansetnya. Manset harus
meliputi sekitar 20-25% dan diameter ekstremitasnya yang digunakan.
Manset yang terlalu besar akan mengakibatkan kesalahan dari hasil yang
terlalu rendah dan manset yang terlalu rendah akan mengakibatkan
kesalahan hasil yang terlalu tinggi2
Pengukuran melalui jalur arteri (arterial line) hanya dapat diterima
apabila transduser yang digunakan sudah dilakukan kalibrasi dan bentuk
gelombangnya baik serta harus dipasang setinggi atrium kanan. 2
c. Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian yang paling baik. 2
d. CVP rendah. 2
2. Sistem Respirasi
a. Pernapasan cepat dan dangkal.
3. Sistem saraf pusat
a. Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan darah
rendah sampai menyebabkan hipoksia otak, pasien menjadi gelisah sampai
tidak sadar. Obat sedatif dan analgetika jangan diberikan sampai yakin
bahwa gelisahnya pasien memang karena kesakitan. 2
4. Sistem Saluran Cerna
a. Bisa trjadi mual dan muntah. 2
5. Sistem Saluran kemih
a. Produksi urin berkurang. Normal rata-rata produksi urin pasien dewasa
adalah 60 ml/jam (1/5-1 ml/kg/jam). Pada anak 1-2ml/kg/jam. 2
11
2.6 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis shock berhubungan dengan tahap dan proses. 2
2.6.1 Syok Hipovolemik
Ini adalah shock yang paling umum ditemui, terjadi karena kekurungan
volume sirkulasi yang disebabkan karena kehilangan darah dan juga cairan tubuh.
Kehilangan darah dibagi menjadi dua yaitu perdarahan yang tampak dan tidak
tampak. Perdarahan yang tampak misal perdarahan dari luka dan hematemesis,
sedangkan perdarahan yang tak tampak misal perdarahan pada saluran cerna seperti
perdarahan tukak duodenum, cedera limpa, patah tulang. Kehilangan cairan terjadi
pada luka bakar yang luas dimana terjadi kehilangan cairan pada permukaan kulit
yang hangus atau terkumpul didalam kulit yang melepuh. Muntah hebat dan diare
juga mengakibatkan kehilangan banyak cairan intrvaskuler. Obstruksi ileus juga bisa
menyebabkan banyak kehingan cairan, juga pada sepsis berat dan peritonitis bisa
menyebabkan kehingan cairan. 6
12
b. Jenis cairan yang hilang pada shock hipovolemic6
1. darah
2. plasma
3. cairan ekstrasel
c. Penyebab6
1. perdarahahn
2. luka bakar
3. cedera yang luas
4. dehidrasi
5. kehilangan cairan pada muntah,diare, ileus
d. Patofisiologi syok hipovolemic6
Hipovolemic syok yaitu syok yang terjadi karena kekurangan sirkulasi
didalam pembuluh darah oleh berbagai sebab, berkurangnya sirkulasi ini
mengakibatkan darah yang kembali ke jantung melalui vena akan berkurang.
Akibatnya darah yang masuk ke atrium kanan juga menurun, sebagai kompensasi atas
hal ini frekuansi jantung akan meningkat untuk menyesuaikan agar perfusi sistemik
dapat dipenuhi. Gejalanya akan tampak tekanan darah sistolik menurun dan denyut
nadi yang cepat. 6
Menurunya perfusi sistemik mengakibatkan organ mengalami iskemia,
sehingga akan merubah siklus metabolic dari aerobic menjadi anaerobic dimana
siklus ini menghasilkan residu asam laktat, asam amino dan asam fosfat di jaringan.
Hal ini menimbulkan asidosis metabolic yang menyebabkan pecahnya membrane
lisosom sehingga menimbulkan kematian sel. Hipoksia dan asidosis metabolic juga
menyebabkan vasokonstriksi arteri dan vena pulmonalis, hal ini menimbulkan
peninggiian tahanan pulmonal yang mengganggu perfusi dan pengembangan paru.
Akibatnya dapat terjadi kolaps paru, kongesti pembuluh darah paru, edema interstisial
dan alveolar. Maka pada penderita dengan syok hipovolemik terlihat gangguan
pernafasan. Iskemia pada otak akan menimbulkan edema otak dengan segala
akibatnya. Pada ginjal, iskemia ini akan menyebabkan gagal ginjal. 6
13
Sebagai mekanisme kompensasi terhadap hipovolemia, cairan interstisial akan
masuk kedalam pembuluh darah sehingga hematokrit menurun. Karena cairan
interstisial jumlahnya berkurang akibat masuknya cairan tersebut kedalam ruang
intraseluler, maka penambahan cairan sangat mutlak diperlukan untuk memperbaiki
gangguan metabolik dan hemodinamik ini. Pada syok juga terjadi peninggian sekresi
kortisol 5-10 kali lipat. Kortisol mempunyai efek inotrofik positif pada jantung dan
memperbaiki metabolism karbohidrat, lemak dan protein. Sekresi renin dari sel-sel
juksta glomerulus ginjal meningkat sehingga pelepasan angiotensin I dan II juga
meningkat. Angiotensin II ialah vasokonstriktor yang kuat dan merangsang pelepasan
kalium oleh ginjal. 6
Meningginya sekresi norepinefrin akan mengakibatkan vasokonstriksi, selain
itu juga mempunyai sedikit efek inotropik positif pada miokardium. Efineprin
disekresikan hampir tiga kali lipat daripada norepinefrin, terutama menyebabkan
peninggian isi sekuncup dan denyut jantung. Kerja kedua katekolamin ini
dipotensiasi oleh aldosteron. Peninggian sekresi hormone antidiuretik (ADH) dari
hipofisis posterior mengakibatkan resorpsi air ditubulus distal meningkat. 6
14
2. Anaphylactik shock : disebabkan karena reaksi anfilaktik terhadap allergen,
antigen, obat, benda asing yang menyebabkan pelepasan histamine yang
menyebabkan vasodilatasi. Juga memudahkan terjadinya hipotensi dan
peningkatan permeabilitas kapiler6
Tanda dan gejala shock anaphylactic :
a. erupsi kulit dan
b. edema local terutama pada muka
c. nadi cepat dan lemah
d. batu dan sesak nafas karena penyumbatan jalan nafas dan radang tenggorok
3. Neurogenik shock : ini adalah shock yang jarang terjadi. Disebabkan oleh trauma
pada medulla spinalis, terjadi kehilangan mendadak pada reflek otonom dan
motorik dibawah lesi. Tanpa adanya stimulasi simpatis, dinding pembuluh darah
vasodilatasi yang tak terkontrol, hasilnya penurunan resistensi pembuluh darah
perifer sehingga menyebabkan vasodilatasi dan hypotensi. Tanda dan gejala
shock neurogenik sama dengan shock hypovolemic. 6
15
3. emboli massive paru : mengurangi aliran darah dari paru ke jantung, cardiac
output menurun shock
4. stenosis aorta : sebabkan aliran darah keluar dari ventrikel terhambat
perfusi berkurang shock
5. Tanda dan gejala sama dengan shock hypovolemic tapi ditambah dengan
6. peningkatan JVP
7. pulsus paradoksus karena tamponade jantung
16
Kebutuhan tekanan darah minimum dapat ditentukan dengan mengetahui persentil
kelima dari tekanan darah sistolik pada anak sehat dan perfusi baik. American Heart
Association dengan PALS (Pediatric Advance Life Support) menentukan persentil
kelima dari tekanan darah anak-anak adalah sebagai berikut : 6
Anak dengan perfusi yang buruk dan tekanan darahnya di bawah parameter
seperti tabel 3, dapat dikatakan menderita syok yang tidak terkompensasi. Keadaan
ini apabila tidak cepat ditangani maka akan mengarah kepada kerusakan organ dan
terjadi syok ireversibel bahkan kematian. Pada anak-anak dengan tekanan darah
sistoliknya masih adekuat, namun keadaan klinisnya syok, maka ini disebut sebagai
syok yang terkompensasi. Sehingga, apabila perfusi pada organ-organ vital seperti
jantung dan otak masih adekuat, namun organ vital lainnya mengalami hipoperfusi
dan rentan akan kerusakan, apabila tidak segera diberikan terapi maka keadaan ini
akan berlanjut menjadi syok yang tidak terkompensasi. Maka dalam menegakkan
diagnosis diperlukan banyak indikator untuk menentukan keadaan syok, antara lain : 6
Denyut Jantung
Cardiac output dapat dipengaruhi oleh stroke volume dan heart rate, sehingga
apabila terjadi penurunan stroke volume maka tubuh akan berusaha mempertahankan
cardiac output dengan cara meningkatkan heart rate. Namun, ada keadaan-keadaan
tertentu dimana heart rate tidak daat meningkat, yaitu pada blokade farmakologik dan
kerusakan neurologik. 6
Pasien pada tahap awal syok akan mengalami takikardi. Namun tanda ini
tidak signifikan pada anak-anak, karena anak-anak dapat mengalami takikardi pada
17
keadaan lain, seperti demam, nyeri dan agitasi. Namun demikian, diluar pengecualian
keadaan-keadaan tersebut, takikardi biasa muncul pada tahap awal dan merupakan
temuan yang penting pada syok yang terkompensasi maupun yang tidak
terkompensasi. 6
Perfusi Kulit
Kulit dapat dianggap sebagi bagian yang non vital. Pasien yang memiliki
kemampuan untuk mengkompensasi penurunan DO2 dengan menarik darah dari
organ yang non vital (selain otak dan jantung), menunjukkan tanda-tanda penurunan
perfusi kulit. Hal ini dikenali dengan adanya tanda-tanda denyut nadi distal yang
menghilang, kulit akan teraba dingin dan pengisian ulang kapiler memanjang (>5
detik), yang pada keadaan normal biasanya dapat terisi dalam 2-3 detik. Cara
pengukuran pengisian ulang kapiler ini yaitu dengan menekan ujung jari(kuku)
hingga pucat (kurang lebih selama 5 detik), kemudian dilepas dan dihitung waktunya
pada saat ujung jari(kuku) menjadi merah kembali. Pada pasien dengan fase awal
syok distributif (anafilaksis, sepsis) akan terjadi vasodilatasi, sehingga kulit akan
teraba hangat, denyut nadi akan teraba kuat dan terdapat pengisian ulang kapiler yang
cepat (1-2 detik). Pada keadaan ini, perfusi kulit tidak dapat dipercaya untuk
menegakkan diagnosis, sehingga harus dicari gangguan metabolik lain seperti
lactoacidosis, hal ini dapat mendukung bahwa telah terjadi gangguan DO2. 6
18
Status Asam Basa
Adanya asidosis metabolik atau penurunan serum bikarbonat dapat membatu
untuk mendiagnosa syok. Asidosis metabolik dapat timbul karena hilangnya serum
bikarbonat seperti pada diare, yang dapat terjadi bersamaan dengan syok dan
dehidrasi. Dengan dilakukannya pengukuran level serum laktat, maka dapat diketahui
kehilangan bikarbonat akibat asidosis laktat karena syok6
19
Monitoring yang di lakukan :6
1. Non Invasif : yakni memonitor tanda tanda vital, tekanan darah, nadi , PaO2
, jumlah urin, ECG, intake serta output.
2. Invasif : monitoring meliputi kateterisasi arteri,CVP, dan kateter pulmonalis.
3. Metabolik : asam laktat
2.9 Tatalaksana Syok
Pengenalan awal akan syok membutuhkan pemahaman tentang kebiasaan
anak yang normal dan keadaan anak yang memang menderita shock. Pucat ringan,
ekstremintas dingin, mengantuk ringan atau acuh terhadap sekitar, takikardia yang
taksesuai dan factor lain seperti cemas, demam dan hal lain yang penting sering
terabaikan. Oliguria adalah tanda yang penting, anak dengan trauma berat atau sepsis
membutuhkan pemasangan kateter untuk menghitung secara cermat cairan yang
keluar dan kebutuhancairan secara akurat. Nilai normal nadi dan tekanan darah
berbeda untuk tiap umur, terkadang nilai normal sering tak sesuai dengan panduan
ketika anak mengalami distress. 5
Pada tahap awal, shock memerlukan penanganan yang segera untuk
mempertahankan hidup, bagaimanapun penanganan shock tergantung seberapa cepat
untuk bisa mendapat pertolongan di rumah sakit. 5
20
Tatalaksana shock dimulai dengan tindakan umum untuk memulihkan perfusi
jaringan dan oksigenasi sel. Tindakan ini tidak tergantung pada penyebab syok.
Diagnosa harus segera dibuat sehingga dapat diberikan pertolongan sesuai dengan
kausa. 5
21
akhirnya dapat merembes ke ruang interstisial akibat hilangnya
integritas vaskular. Resusitasi pada syok septik memerlukan
kombinasi cairan kristaloid dan koloid untuk mengembalikan perfusi
yang adekuat. 5
3) Pada syok distributif, pemberian cairan kristaloid yang cepat telah
terbukti menyelamatkan jiwa pasien. 5
4) Pada syok endokrin gangguan yang terjadi diperbaiki. Hipotiroid
membutuhkan levothyroxine, pada hyperthyroid produksi hormon
thyroid dihambat oleh sitostatika seperti methimazole (tapazole) atau
PTU (propylthiouracil). Insufisiensi adrenal diobati dengan suplemen
kortikosteroid. 5
b. Obat vasoaktif
Ada beberapa obat yang dapat digunakan sebagai penunjang dalam
penanganan syok bila resusitasi cairan belum cukup untuk menstabilkan
system kardiovaskular. Obat inotropik meningkatan kontraktilitas miokard
dan obat kronotropik meningkatkan frekuensi jantung. Obat vasoaktif yang
paling banyak digunakan adalah golongan amin simpatomimetik yaitu
golongan katekolamin, epinefrin, norepinefrin, dopamine endogen,
dobutamin, dan isoproternol sintetis. Obat ini bekerja merangsang
adenilsiklase yang menyebabkan terjadinya sintetis AMP siklik, aktifasi
kinase protein, fosforilasi protein intrasel, dan peningkatan kalsium intrasel.
Obat tersebut bekerja memperbaiki tekanan darah dengan konsekuensi
peningkatan resistensi vaskuler dan penurunan aliran darah. Obat vasoaktif ini
diberikan bila pemberian cairan danoksigenasi alveolar telah maksimal. 5
Beberapa obat vasoaktif yang dapat diberikan berikut dosisnya dapat
dilihat dalam table dibawah ini. 5
Tabel. Dosis dan efek klinis beberapa obat vasoaktif5
Obat Dosis Efek klinis
Dobutamin 2-20 g/kg/menit Memperbaiki konraktilitas miokard
22
Berguna pada gagal jantung dengan syok
Dopamine 2-20 g/kg/menit Dosis rendah (4-5 g/kg/menit):
memperbaiki
aliran darah ginjal
Dosis tinggi: efek
Memperbaiki kontraktilitas miokard bila
dosis
ditingkatkan
Efinefrin 0,05-1 g/kg/menit Dosis rendah: efek
Dosis tinggi: efek
Berguna bila dikombinasi dengan
dopamine
dosis rendah
Norefinefrin 0,05-1 g/kg/menit Efek sangat kuat
Hipotensi refrakter
Amrinon 0,75-4 mg/kg/kali Kombinasi dengan katekolamin
5-20 g/kg/menit Memperbaiki fungsi miokard
Milrinon 50-75 g/kg/kali Kombinasi dengan katekolamin
0,5-1 g/kg/kali Memperbaiki fungsi miokard
23
untuk mencegah gagal jantung kongestif, kecuali bila proses kehilangan darah
masih berlangsung.
24
Dalam keadaan normal, sedikit air dibuang melalui saluran pencernaan. Pada
muntah yang berkepanjangan atau diare yang berat, sebanyak 3,84 l air bisa hilang
melalui saluran pencernaan. Bila asupan cairan sesuai dengan cairan yang hilang,
cairan tubuh akan tetap seimbang. Untuk menjaga keseimbangan cairan, orang sehat
dengan fungsi ginjal yang normal dan tidak berkeringat berlebihan, harus minum
sedikitnya 1 l cairan/hari. Untuk mencegah dehidrasi dan pembentukan batu ginjal,
dianjurkan untuk minum cairan sebanyak 1,5-2 l/hari. Bila otak dan ginjal berfungsi
dengan baik, tubuh dapat mengatasi perubahan yang ekstrim dalam asupan cairan.
Seseorang biasanya dapat minum cairan yang cukup untuk menggantikan kehilangan
air yang berlebihan dan mempertahankan volume darah dan konsentrasi dari garam-
garam mineral yang terlarut (elektrolit) dalam darah. Jika seseorang tidak dapat
minum air yang cukup untuk menggantikan kehilangan air yang berlebihan (seperti
yang terjadi pada muntah berkelanjutan atau diare hebat), maka bisa mengalami
dehidrasi. 5
Jumlah air dalam tubuh berkaitan erat dengan jumlah elektrolit tubuh.
konsentrasi natrium darah merupakan indikator yang baik dari jumlah cairan dalam
tubuh. Tubuh berusaha untuk mempertahankan jumlah total cairan tubuh sehingga
kadar natrium darah tetap stabil. Jika kadar natrium terlalu tinggi, tubuh akan
menahan air untuk melarutkan kelebihan natrium, sehingga akan timbul rasa haus dan
lebih sedikit mengeluarkan air kemih. Sedangkan jika kadar natrium terlalu rendah,
ginjal mengeluarkan lebih banyak air untuk mengembalikan kadar natrium kembali
ke normal. 5
25
1. larutan kristaloid dapat mengurangi gagal ginjal
2. larutan kristaloid dapat mengurangi menurunnya fungsi paru secara progresif
secara cepat dari intravaskuler dan interstitial volume dari kristaloid 2-4 kali lebih
tinggi dari koloid yang di butuhkan untuk mempertahankan hemodinamik , namun
CVP ( central venous pressure ) menjadi berkurang dan cairan berkumpuldi
interstitial sehinggamenghambat oksigenasi jaringan, memperlambat penyembuhan
luka, mengurangi gerakan gastrointestinal dan daya obstruksi. Pada syok hipovolemik
cairan berkumpul, intra vascular, dan pemberian cairan kristaloid dapat mengatasi
deficit cairan, karena itu lebih banyak di gunakan kristaloid daripada koloid karena di
perlukan cairan terus menerus. 5
Cairan koloid
Cairan koloid yang dapat di gunakan pada syok adalah hemasel, gelofusin,
dekstran 70, hespan, albumin 4,5% dan albumin 20%. Penggunaan cairan koloid yang
lebih besar di butuhkan untuk mempertahankan volume plasma untuk meningkatkan
fungsi kardiovaskuler dan oksigen konsumsi, begitu pula dengan cairan koloid dapat
di kurangi pengumpulan cairan interstitial dan cairan intravascular. 5
26
Apabila permeabilitas cairan bertambah zat ini keluar dari intravascular dan
menyebabkan meningginya tekanan onkotik interstitialdan menyebabkan terjadinya
udem. Di samping itu koloid juga menghambat diuresis oleh karena itu masih
menjadi pertanyaan penggunaan cairan koloid karena bahayanya terutama bila
permeabilitas kapiler bertambah. Dalam keadaan kritis cairan koloid harus di berikan
sebanyak kristaloid , yang dapat merupakan cairan : 5
1. Albumin
2. Dekstran
3. Hemasel
4. HAS ( Human Albumin Solution )
Ad. 1 Albumin
Albumin terdapat sebagai donor plasma. Albumin sama dengan osmotic
koloid plasma dengan masa tengah 10 15 hari. Dapat terjadi reaksi anafilaktoid
walaupun jarang dan tidak rutin di gunakan. Keadaan hipoalbuminemi dapat
bersamaan dengan hipovolemi, edema, dan ascites di berikan albumin 20%.5
Ad.2 Dekstran
Dekstran merupakan polimer polisakarida dalam dekstrosea 5% atau NaCl
0,9% dengan berat molekul 40.000. dekstran dengan cepat di keluarkan oleh
ginjaldan dapat membentuk kompleks dengan fibrinogen sehingga menyebabkan
koagulopati. Dua bentuk dekstran : dekstran 40 dan dekstran 70. Dekstran 40 lebih
sering di gunakan dan terdapat kemungkinan alergi. 5
Ad.3 Hemasel
Hemasel mengandung kalsium 10kali lebih banyak 6,3 mmol/l, dan kalium
5,1mmol/l. pemberian dalam jumlah banyak tidak di anjurkan karena menyebabkan
defek koagulasi dan tidak mempengaruhi fungsi ginjal. Pemberian dalam jumlah
besar dalam bentuk gelatin kompleks dapat menyebabkan kebocoran pada kapiler dan
menyebabkan edema paru. 5
Ad.4 HAS ( Human Albumin Solution )
27
HAS di bebaskan melalui ginjal melalui hidrolisis dengan amylase.HAS juga
tersimpan dalam RES. 5
28
tes paru, lama penggunaan ventilator, masa rawat inap dan kelangsungan
hidup5
e. Kombinasi NaCl hipertonik dan dekstran juga telah di kaji karena bukti
terdahulu bahwa kombinasi ini dapat memperbaiki kontraktilitas jantung dan
sirkulasi.Segera setelah infuse kombinasi NaCl 7,5% dan 6% dekstran 70,
ekspansi volume plasma adalah 7kali dari volume infus. Efek cairan masih di
perdebatkan. Kajian kajian di Amerika dan Jepang telah gagalmembuktikan
adanya perbedaan bila kombinasi ini di bandingkan dengan NaCl isotonic atau
Ringer laktat. Jadi, sekalipun banyak tersedia cairan resusitasi, rekomendasi
mutakhir masih menganjurkan penggunaan NaCl 0.9% atau Ringer laktat. 5
Kristaloid Koloid
Keunggulan 1. lebih mudah tersedia dan 1. ekspansi volume plasma tanpa
murah ekspansi interstitial
2. komposisi serupa dengan 2. ekspansi volume lebih besar
plasma (Ringer asetat / Ringer 3. durasi lebih lama
laktat ) 4. oksigenasi jaringan lebih baik
3. bisa disimpan di suhu kamar 5.gradien oksigen leveolar
4. bebas dari reaksi anafilaktik arterial lebih sedikit insiden
5. komplikasi minimal 6. edema paru dan / atau
edema sistemik lebih rendah
Kekurangan 1. edema bisa mengurangi 1. anafilaksis
ekspansibilitas dinding dada 2. koagulopati
2. oksigenasi jaringan terganggu 3. albumin bisa memperberat
karena bertambahnya jarak depresi miokard pada pasien
kapiler dan sel syok (mungkin dengan mengikat
3. memerlukan volume 4 kali kalsium, mengurangi kadar ion
lebih banyak kalsium)
29
2.11 Terapi Farmakologi
Obat-obatan inotropik dapat meningkatkan kontraktilitas miokard dan
memiliki berbagai macam efek pada resisten vaskular perifer. Obat-obatan inotropik
antara lain adalah vasokonstriktor (misalnya, epinefrin, norepinefrin), vasodilator
(misalnya, dobutamine, milrinon). Indikasi penggunaan obat-obatan ini adalah
apabila pasien memerlukan perbaikan fungsi kontraksi atau pada pasien dengan syok
yang tidak terkompensasi yang tidak respon hanya dengan terapi cairan. 5
2.11.1 Dopamin
Dopamin sering digunakan pada pasien dengan syok septik, baik hanya
dopamin saja maupun dikombinasi dengan obat inotropik lainnya. Dopamin berguna
dalam fungsi vasodilatornya untuk perfusi end-organ seperti pembuluh darah di ginjal
maupun di intestinal dengan dosis rendahnya (2-5 mcg/kg/min IV). Pada dosis
intermediet (5-10 mcg/kg/min IV) obat ini dapat meningkatkan kontraktilitas miokard
bersama dengan efek obat agonis-beta1. Pada dosis tinggi (10-20 mcg/kg/min IV),
obat ini dapat meningkatkan vasokonstriksi perifer dan meningkatkan tekanan darah
sentral. 5
2.11.2 Epinefrin
Epinefrin menstimulasi kedua reseptor alfa dan beta, sehingga dapat
meningkatkan kontraktilitas miokard dan meningkatkan vasokonstriksi perifer. Dosis
pemberian biasanya diawali dengan 0.1 mcg/kg/min IV. Pada kasus berat, pasien
dapat menerima 2-3 mcg/kg/min IV atau lebih. 5
2.11.3 Dobutamin
Dobutamin merupakan agen inotropik murni, dengan efek beta-1 agonis yang
dapat meningkatkan kontraktilitas jantung. Obat ini juga dapat memberikan efek beta-
2 ringan, yaitu vasodilatasi perifer yang akan mengurangi tahanan vaskuler sistemik
dan afteload, juga dapat meningkatkan perfusi jaringan. Karena itu, dobutamin
30
merupakan obat yang cukup baik bagi pasien dengan syok kardiogenik dengan tujuan
untuk meningkatkan kontraktilitas otot jantung.
Dobutamin jarang menyebabkan disritmia ventrikular dibandingkan dengan
epinefrin. Dosis pemberian awal adalah 5 mcg/kg/menit IV dan dapat ditingkatkan
perlahan-lahan hingga 20 mcg/kg.menit IV. 5
2.11.4 Norepinefrin
Norepinefrin merupakan agonis alfa yang dapat memberikan efek
vasokonstriksi perifer dan meningkatkan tahanan vaskular perifer. Efek utamanya
adalah sebagai pressor agent untuk meningkatkan tekanan darah di sekitar muka pada
keadaan syok setelah diberikan terapi cairan.
Beberapa ahli menyarankan untuk mengkombinasi norepinefrin dengan
dobutamin untuk mendapatkan efek vasokonstriksi melalui reseptor alfa dan
mendapatkan efek peningkatan kontraktilitas otot jantung. Penggunaan norepinefrin
diawali dengan dosis 0.1 mcg/kg/menit IV. 5
31
2.11.5 Glukosa
Bayi dan anak-anak memiliki simpanan glikogen yang terbatas yang dapat
cepat berkurang pada keadaan syok sehingga terjadi hipoglikemia. Karena glukosa
merupakan substrat yang penting, maka harus segera dilakukan pemeriksaan kadar
glukosa pada pasien syok. Apabila didapatkan kadar gula yang rendah maka berikan
dextrosa IV. Dosis pemberian dextrose adalah 0.5-1 gr/kg IV. Dextrosa sangat baik
diberikan secara IV. 5
32
Pemberian bikarbonat dapat dihitung sebagai berikut :
HCO3- (mEq) = Defisit basa x berat badan pasien (kg) x 0,3
Jumlah pemberian awal merupakan setengah dari hasil hitungan di atas dan
dapat diulangi sambil memantau perkembangan pasien. Atau, bikarbonat dapat juga
diberikan 0.5-1 mEq/kg/dosis IV selama 1-2 menit. Penelitian pada pasien dengan
cardiovascular arrest, gagal untuk menunjukkan perbaikan setelah diberikan terapi
bikarbonat. 5
2.11.7 Kalsium
Kalsium merupakan mediator coupling reaksi eksitasi-kontraksi dalam sel,
termasuk sel jantung. Syok dapat menyebabkan perubahan dalam kadar ion kalsium
serum. Pemberian produk darah (yang mengandung sitrat) dapat mengikat kalsium
bebas, sehingga dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium. Karena itu, pemberian
kalsium berguna pada pasien syok dengan hipkalsemia. Pemberian kalsium juga
diindikasikan untuk pasien syok yang disebabkan oleh aritmia akibat hiperkalemia,
hipermagnesemia, atau toksisitas calcium channel bloker. Kalsium dapat diberikan
dalam bentuk kalsium glukonat atau kalsium klorida. Kalsium klorida merupakan
obat terpilih pada kasus syok, karena kalsium klorida memiliki efek yang dapat lebih
meninggikan dan mempertahankan kadar kalsium dalam darah. Dosis yang
direkomendasikan adalah 10-20mg/kg (0,1- 0,2 ml/kg kalsium klorida 10%) IV,
dimasukan bersama cairan ifus dengan kecepatan tetesan tidak lebih dari
100mg/menit IV.5
33
BAB III
KESIMPULAN
34
DAFTAR PUSTAKA
1. http://emedicine.medscape.com/article/1833578-overview#showall diakses
tanggal 2 Januari 2016
2. http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/15-5-9.pdf diunduh tanggal 2 Januari 2016
3. C.PEARCE ELYN, 2007.Anatomi dan Fisiologi untuk
paramedis.PT.Gramedia,Jakarta
4. Kliegman, R. M, Marcdante, K. J, Jenson, H. B., Behrman, R. E. 2007.
NelsonEssentials of Pediatrics, Edisi ke-6, Elsevier Publications, hal. 166-70
5. No.:004/Rek/PP IDAI/III/2014tentangTata Laksana Syok
6. Depkes RI, 2008, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, hal.8-
18,Departemen Kesehatan RI, Jakarta
35