Anda di halaman 1dari 5

Appendisitis Akut

Definisi
Appendisitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendiks
vermiformis, penyebab sumbatan lumen yang paling sering adalah fecolit, diikuti
hiperplasia jaringan limfoid submukosa yang dikenal dengan gut associate limphoid
tissue (GALT), tumor, parasit usus atau benda asing seperti biji buah-buahan atau bubur
barium dari pemeriksaan radiologi sebelumnya. Faktor lain yang sangat berperan dalam
perjalanan penyakit appendisitis akut adalah kuman dalam lumen appendiks. Kuman
yang ada dalam lumen apendiks sama dengan kuman yang ada di dalam kolon, seperti
kuman E.coli, Klebsiella, Pseudomonas, Peptostrepcoccus, dll.
Setelah terjadi obstruksi lumen, appendiks akan menyerupai suatu kantong
tertutup yang disebut closed loop, di dalam lumen akan terjadi penumpukan sekret
appendiks dan pada saat bersamaan terjadi perkembangbiakan kuman-kuman dalam
lumen, yang mengakibatkan terjadinya reaksi peradangan dan distensi appendiks.
Distensi ini mengakibatkan bendungan aliran limfe, aliran vena dan arteri, yang pada
akhir proses peradangan ini akan mengenai seluruh dinding appendiks.

Patogenesis
Pada tahap awal terjadinya reaksi peradangan appendiks, yang mengalami
iritasi baru mukosa dari appendiks sehingga pada saat ini keluhan nyeri semata hanya
akibat distensi dari appendiks atau akibat kontraksi otot polos appendiks dalam usaha
menghilangkan sumbatan lumen tadi. Secara patologi stadium ini disebut stadium
kataral atau akut fokal. Jika reaksi peradangan telah sampai ke serosa disertai adanya
proses supuratif akibat ekspansi kuman ke dinding disebut appendisitis supurativa.
Stadium selanjutnya bila telah terdapat daerah yang mengalami gangren makan disebut
appendisitis akut stadium gangrenosa, yang jika tidak dilakukan pertolongan akan
menjadi appendisitis perforasi.
Perjalanan penyakit appendisitis akut bisa terhenti pada stadium akut fokal,
namun mukosa yang telah mengalami iritasi akan menyisakan jaringan parut dalam
proses penyembuhannya, sehingga hal ini akan mengakibatkan keluhan nyeri sekitar
pusar berulang, secara patologi stadium ini disebut appendisitis kronis. Pada stadium
supuratif gangrenosa atau mikroperforasi akibat adanya daya tahan tubuh yang baik
yang salah satu tandanya adanya proses pendindingan dari appendiks yang meradang
oleh omentum (walling off) makan akan terbentuk suatu infiltrasi di kanan bawah yang
disebut appendisitis infiltrat.

Manifestasi Klinis
Gejala utama pada apendisitis akut adalah nyeri abdomen. Pada mulanya
terjadi nyeri visceral, yaitu nyeri yang sifatnya hilang timbul seperti kolik yang dirasakan
di daerah umbilikus dengan sifat nyeri ringan sampai berat. Hal tersebut timbul oleh
karena apendiks dan usus halus mempunyai persarafan yang sama, maka nyeri visceral
itu akan dirasakan mula-mula di daerah epigastrium dan periumbilikal. Secara klasik,
nyeri di daerah epigastrium akan terjadi beberapa jam (4-6 jam) seterusnya akan menetap
di kuadran kanan bawah dan pada keadaan tersebut sudah terjadi nyeri somatik yang
berarti sudah terjadi rangsangan pada peritoneum parietale dengan sifat nyeri yang lebih
tajam, terlokalisir serta nyeri akan lebih hebat bila batuk ataupun berjalan kaki.
Hampir tujuh puluh lima persen penderita disertai dengan vomitus akibat
aktivasi N.vagus, namun jarang berlanjut menjadi berat dan kebanyakan vomitus hanya
sekali atau dua kali. Penderita apendisitis juga mengeluh obstipasi sebelum datangnya
rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, hal tersebut timbul biasanya pada
letak apendiks pelvikal yang merangsang daerah rektum. Gejala lain adalah demam yang
tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,50 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga
telah terjadi perforasi.

Pemeriksaan Fisik
Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc
Burney. Nyeri lepas muncul karena rangsangan peritoneum, sementara rebound
tenderness (nyeri lepas tekan) adalah rasa nyeri yang hebat (dapat dengan melihat mimik
wajah) di abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah
sebelumnya dilakukan penekanan yang perlahan dan dalam di titik Mc Burney. Pada
apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya
rasa nyeri. Dengan pemeriksaan Rectal Toucher akan ditemukan nyeri tekan pada arah
jam11. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih
ditujukan untuk mengetahui letak apendiks. Rigiditas psoas dapat ditemukan bila
appendiks letak retrocaecal, terutama bila appendiks melekat pada otot psoas.
Pemeriksaan jumlah leukosit membantu menegakkan diagnosis apendisitis
akut. Pada kebannyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan
komplikasi.

Diagnosis
Gejala dan pemeriksaan fisik appendisitis bisa dinilai untuk menegakkan
diagnosa appendisitis dengan menggunakan Alvarado Score.
Skor Alvarado
Semua penderita dengan suspek Appendicitis akut dibuat skor Alvarado dan
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: skor <6 dan >6. Selanjutnya dilakukan
Appendectomy, setelah operasi dilakukan pemeriksaan PA terhadap jaringan Appendix
dan hasilnya diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: radang akut dan bukan radang
akut.

Keterangan:
0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil
5-6 : bukan diagnosis Appendicitis
7-8 : kemungkinan besar Appendicitis
9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka
tindakan bedah sebaiknya dilakukan.
Penatalaksanaan
Bila diagnosis appendisitis telah ditegakkan, maka tindakan yang paling tepat
adalah appendektomi dan merupakan pilihan terbaik. Penundaan tindakan bedah sambil
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada appendisitis yang
diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi, maka dianjurkan melakukan
pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi
Penatalaksanaan pasien yang dicurigai Appendicitis :
- Puasakan
- Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan untuk mengurangi gejala.
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian analgetik tidak akan menyamarkan
gejala saat pemeriksaan fisik.
- Pertimbangkan KET terutama pada wanita usia reproduksi.
- Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan yang
membutuhkan Laparotomy
- Perawatan appendicitis tanpa operasi
Penelitian menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat berguna untuk
Appendicitis acuta bagi mereka yang sulit mendapat intervensi operasi (misalnya untuk
pekerja di laut lepas), atau bagi mereka yang memilki resiko tinggi untuk dilakukan
operasi .
- Rujuk ke dokter spesialis bedah.
- Antibiotika preoperative
Pemberian antibiotika preoperative efektif untuk menurunkan terjadinya infeksi
post operasi. Diberikan antibiotika broadspectrum dan juga untuk gram negative dan
anaerob. Antibiotika preoperative diberikan dengan order dari ahli bedah. Antibiotik
profilaksis harus diberikan sebelum operasi dimulai. Biasanya digunakan antibiotik
kombinasi, seperti Cefotaxime dan Clindamycin, atau Cefepime dan Metronidazole.
Kombinasi ini dipilih karena frekuensi bakteri yang terlibat, termasuk Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus, Streptococcus viridans, Klebsiella, dan
Bacteroides.

Prognosis
Kematian dari appendisitis di Amerika Serikat telah terus menurun dari tingkat 9,9 per
100.000 pada tahun 1939, dengan 0,2 per 100.000 pada 1986. Diantara faktor-faktor yang
bertanggung jawab adalah kemajuan dalam anestesi, antibiotik, cairan intravena, dan produk
darah. Faktor utama dalam kematian adalah apakah pecah terjadi pengobatan sebelum bedah
dan usia pasien. Angka kematian keseluruhan untuk anestesi umum adalah 0,06%. Angka
kematian keseluruhan dalam apendisitis akut pecah adalah sekitar 3%-peningkatan 50 kali
lipat. Tingkat kematian appendisitis perforasi pada orang tua adalah sekitar 15% peningkatan
lima kali lipat dari tingkat keseluruhan

Anda mungkin juga menyukai