a. Utang Dagang
Utang dagang adalah utang yang terjadi dari transaksi pembelian barang dan jasa yang
diperlukan dalam kegiatan usaha normal. Jadi perkiraan hutang dagang mencakup kewajiban
karena perolehan bahan baku, peralatan, prasarana, reparasi dan banyak lagi jenis barang dan
jasa lainnya yang telah diterima sebelum akhir tahun.
Hutang dagang tidak dicatat pada waktu pemesanan dilakukan, tetapi hanya pada saat hak
pemilikan atas barang-barang tersebut beralih kepada pembeli. Apabila terdapat potongan
pembelian secara tunai, maka hutang dagang harus dilaporkan sebesar jumlah hutang dagang
setelah dikurangi potongan tunai. Selain itu apabila dalam pembelian terdapat PPN (Pajak
Pertambahan Nilai) maka Hutang dagang dilaporkan termasuk nilai PPN.
Contoh:
Tanggal 15 Januari 2000 dibeli barang kena pajak Rp. 10.000.000. Tanggal 10 Pebruari 2000
hutang itu dilunasi.
10 Pebruari 2000:
Hutang Dagang 11.000.000
Kas 11.000.000
Jika ada potongan tunai maka utang dagang diukur dan diakui sebesar harga beli netto
setelah dikurangi potongan tunai yang diharapkan akan direalisasi.
Contoh:
PT Ritelindo tanggal 26 Desember 2004 membeli barang dagangan Rp 500.000.000,-
dengan syarat pembayaran 2/10, n/30, jurnal yang dibuat sebagai berikut:
Netto: Persediaan barang dagang Rp 490.000.000
Utamg dagang Rp 490.000.000
Bruto: Persediaan barang dagang Rp 500.000.000
Utang Dagang Rp 500.000.000
b. Utang Wesel
Utang wesel adalah kewajiban kepada pihak lain yang dibuktikan dengan janji tertulis tanpa
syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal yang telah ditentukan. Utang wesel
dapat dijual oleh pemegangnya. Sekalipun wesel ini dapat dijual oleh pemegangnya, namun
jumlah utang yang harus dibayar tidak berubah.
Utang wesel ada dua yaitu:
- Utang wesel yang tidak berbunga, yaitu utang wesel yang pada tanggal jatuh tempo
pelunasannya hanya sebesar nilai nominal wesel.
- Utang wesel yang berbunga, yaitu utang wesel yang pada tanggal jatuh tempo pelunasannya
sebesar nilai nominal wesel ditambah dengan bunga.
Contoh:
PT Ritelindo pada tanggal 2/1/2004 membeli barang dagangan sebesar Rp 500.000.000,-
dengan menyerahkan promes 6 bulan, bunga 15%.
2 Januari 2004:
Persediaan Barang Dagang Rp 500.000.000
Utang Wesel Rp 500.000.000
2 Juli 2004:
Utang Wesel Rp 500.000.000
Biaya Bunga Rp 37.500.000
Kas Rp 537.000.000
c. Utang Dividen
Utang deviden timbul jika pembagian laba diumumkan oleh perseroan. Pembagian laba yang
tidak diumumkan tidak menimbulkan utang. Menurut ketentuan pajak, pajak telah terutang pada
saat pengumuman pembagian laba bukan pada saat pembayaran. Karena itu pembayar deviden
wajib menyetor pajak atas deviden kepada negara pada saat yang ditentukan. Ketentuan
pemungutan pajak diatur dalam Pasal 23 dan 26 UU No. 7 Tahun 1983.
Contoh:
Tanggal 20 Desember 2001 PT Radithya mengumumkan akan membayar deviden tunai Rp
10.000.000 pada 10 Januari 2002.
20 Desember 2001:
Laba ditahan Rp 10.000.000
Hutang deviden Rp 8.500.000
PPh 23 yang harus dibayar Rp 1.500.000
10 Januari 2002:
Hutang deviden Rp 8.500.000
Kas Rp 8.500.000
Contoh:
Hari kerja PT ABC enam hari dalam seminggu, perusahaan memperkerjakan 100 orang
yang gaji / upahnya dibayar secara mingguan setiap hari sabtu. Tanggal 31 Desember 2004 jatuh
pada hari rabu, gaji dan upah selama 3 hari yang belum dibayar Rp 7.500.000, jurnal 31
Desember 2004 sebagai berikut:
e. Utang Pajak
Penyajian ikhtisar utang pajak yang baik dan teratur akan mempermudah penelitian atas
kewajiban pajak dan pemenuhannya. Utang pajak yang dimaksud dapat mencakup hal-hal
sebagai berikut:
- Utang pajak penghasilan yang dibayar sendiri (PPh Pasal 25 dan 29)
- Utang pajak penghasilan yang dipungut atau dipotong dari pihak ketiga (PPh Pasal 21, 22, dan
23)
- Utang pajak yang wajib dipungut atau dipotong dari pihak ketiga (PPh Pasal 21, 22, 23 dan 26)
- Utang PPn dan PPnBM
- Utang PBB
Contoh Utang Pajak Penghasilan:
Setiap pembayaran gaji pegawai dipotong 10% sebagai pajak penghasilan pegawai yang
nantinya akan disetorkan ke kas negara. Jika gaji pegawai bulan Desember 2004 sebesar Rp
1.500.000 maka jurnal yang dibuat sebagai berikut:
Kas Rp 25.000.000
Utang PPN Rp 2.500.000
Penjualan Rp 22.500.000
f. Utang Bonus
- Dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan pajak penghasilan
- Dihitung dari laba sesudah dikurangi pajak penghasilan sebelum dikurangi bonus
- Dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan pajak penghasilan
Contoh:
PT RS memberikan bonus untuk kepala bagian penjualan sebesar 10% dari laba. Laba tahun
2004 Rp 1.000.000. PPh 15% dari laba bersih.
a. Dihitung dr laba sblm dikurangi bonus & PPh
B = 0,10 x Rp 1.000.000
B = Rp 100.000
PPh = 15% x (Rp1.000.000 Rp 100.000)
PPh = Rp 135.000,-
b. Dihitung dr laba sesudah dikurangi PPh sebelum dikurangi bonus
B =0,10 ( Rp 1.000.000 P)
P = 0,15 (Rp 1.000.000 B)
B = 0,10 {1.000.000 0,15(Rp 1.000.000 B)}
B = 0,10 (1.000.000 150.000 + 0,15B)
B 0,015B = 85.000
0,985B = 85.000
B = Rp 86.294,40
b. Utang Hipotek
Adalah penyerahan tertulis mengenai hak atas harta benda tak bergerak untuk menjamin
pembayaran hutang dengan ketentuan bahwa penyerahan itu akan dibatalkan setelah waktu
pembayaran.
c. Pinjaman Gadai
Meminjam uang dalam batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang sebagai
tanggungan, jika telah sampai pada waktunya tidak dapat ditebus maka barang tersebut akan
menjadi hak yang memberikan pinjaman.
d. Kredit Investasi
Adalah kredit jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal
beserta jasa yang diperlukan untuk pendirian proyek baru, rehabilitasi, modernisasi, ekspansi,
relokasi proyek yang sudah ada atau refinancing atas objek yang telah dibiayai terlebih dahulu.
e. Dana Pensiun Yang dikelola Sendiri (non-funded system)
Termasuk dalam kelompok utang jangka panjang. Dana seperti ini adalah kewajiban yang
harus dilaksanakan pada saat pegawainya mulai pensiun.
3. KEWAJIBAN LAIN
Kewajiban lain adalah utang yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam utang jangka pendek
atau jangka panjang. Yang termasuk dalam kategori kewajiban lain-lain antara lain:
a. Pendapatan yang ditangguhkan (Pendapatan diterima dimuka)
Merupakan pos yang awalnya dicatat sebagai kewajiban tetapi diharapkan menjadi suatu
pendapat dikemusian hari atau selama operasi normal bisnis.
Contoh:
PT Bulaksumur tanggal 30 Desember 2004 menerima kas Rp 2.500.00, penyerahan tanggal 6
Januari 2005, perhitungan akhir barang yang dipesan dan disetujui pemesan Rp 25.750.000
jurnal yang dibuat sebagai berikut:
Tanggal 30 Desember 2004:
Kas Rp 2.500.000
Utang pendapatan Rp 2.500.00