Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan guru dalam dunia pendidikan sangat penting karena mereka adalah ujung

tombak program pendidikan dan salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya

kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu masalah kualitas guru selalu memperoleh perhatian

dalam pembicaraan karena menyangkut kualitas pendidikan.

Agar peserta didik belajar secara aktif dan memperoleh hasil prestasi yang maksimal,

guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna, sedemikian rupa, sehingga peserta didik

mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.

Penggunaan suatu metode pembelajaran yang tepat akan membantu kelancaran,

efektivitas, dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran. Penggunaan metode

pembelajaran yang bervariasi akan mengatasi kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran.

Sehingga dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran dalam menyajikan materi pelajaran

berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan siswa.

Salah satu model pembelajaran sebagai alternatif utama adalah model cooperative

learning (model pembelajaran gotong royong). Model ini didasari oleh falsafah homo homini

socius, yang menekankan manusia adalah makhluk sosial. Ini mengandung arti, kerjasama

merupakan kebutuhan sangat penting model pembelajaran cooperative learning merupakan

model pembelajaran yang tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Unsur

dasarnya yang membedakan dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal - asalan.

Saling ketergantungan positif mengandung makna keberhasilan suatu karya bergantung

pada usaha setiap anggota. Ini mengakibatkan siswa merasa bertanggung jawab.

Berdasarkan hasil interview dan observasi awal peneliti dengan guru IPA MTs

Hasanuddin Poncol khususnya kelas VIII B untuk tingkat pemahaman konsep

pada pembelajaran IPA masih rendah, yang berakibat prestasi belajar siswa rendah.

Hasil ulangan semester gasal tahun pelajaran 2011/2012 dengan SKBM 75 untuk kelas VIII

B yang berjumlah 32 siswa mencapai ketuntasan belajar secara klasikal 60% (19 siswa)

dan 40% (13 siswa) remidial. Keaktifan siswa dalam berdiskusi baru mencapai 45% (14

siswa) masuk kategori aktif dan 55% (18 siswa) kurang aktif dalam diskusi kelompok. Siswa
kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, cenderung pasif terhadap

pelajaran.

Metode pembelajaran yang diaplikasikan dikelas oleh guru IPA sebenarnya sudah

terbiasa menggunakan Cooperative Learning dalam bentuk diskusi kelompok. Kegiatan

diskusi hanya membahas soal yang diberikan guru dan hasil diskusi ditulis dipapan tulis oleh

perwakilan masing-masing kelompok. Siswa juga kurang aktif menyampaikan pendapat dan

kurang bisa mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas. Letak geografis sekolah MTs

Hasanuddin Poncol berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu

faktor kurangnya pemahaman konsep belajar siswa. Siswa dengan nilai bagus dan ekonomi

yang mampu akan lebih memilih bersekolah di Magetan kota atau di Provinsi Jawa Tengah ,

sedangkan siswa dengan nilai sedang sampai rendah akan tetap diterima tanpa adanya

proses seleksi.

Kelebihan menggunakan metode pembelajaran Cooperative

Learning menggunakan model problem posing adalah siswa dapat merumuskan atau

membuat masalah/soal sendiri berdasarkan stimulus yang diberikan.

Sedangkan tipe cooperative integrated reading and compotition adalah pengajaran

kooperatif terpadu sehingga siswa mempunyai kemampuan membaca dan memahami, serta

kemudian menuliskan hasil pemikirannya.

Berdasarkan permasalahan diatas, guru berupaya untuk meningkatkan pemahaman

konsep belajar siswa pada pembelajaran IPA. Untuk itu diperlukan penggunaan metode

pembelajaran Cooperative Learning dalam bentuk diskusi kelompok dengan menggunakan

model problem posing dan cooperative integrated reading and compotition yang merupakan

salah satu strategi untuk meningkatkan aktifitas belajar dan pemahaman konsep siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang muncul dalam proses

pembelajaran IPA kelas VIII B MTs Hasanuddin adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA.

2. Masih kurangnya kemampuan siswa untuk mengungkapkan pendapat melalui

presentasi hasil diskusi.


3. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi dan monoton

sehingga siswa kurang bersemangat untuk belajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:


Bagaimanakah perbedaan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe problem
posing dan tipe cooperative integrated reading and compotition dalam pembelajaran IPA
pada siswa kelas VIII B MTs hasanuddin poncol tahun pelajaran 2011/2012 ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada perbedaan kemampuan

siswa pada kelas yang diberi pembelajaran model kooperatif problem posing dan

pembelajaran kooperatif tipe cooperative integrated reading and compotition.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Siswa, dapat meningkatkan pemahaman konsep materi sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajar.

2. Guru, sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran pada proses

kegiatan belajar mengajar.

3. Sekolah, dapat memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang metode

pembelajaran Cooperative Learning menggunakan model problem

posing dan cooperative integrated reading and compotition dapat dijadikan masukan

serta bahan pertimbangan untuk merumuskan strategi pembelajaran selanjutnya.

4. Peneliti, untuk menambah dan meningkatkan kualitas pengetahuan peneliti

tentang ilmu pendidikan yang kedepannya dapat digunakan untuk terjun didunia

pendidikan. Terutama dalam pemilihan metode, model dan media yang akan

digunakan dalam proses belajar mengajar.

Anda mungkin juga menyukai