Ade Rani Putri, Davin Zamora Putra, Gusti Rahayu, Hirda Nopma Pagattari, Yulya
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik
Universitas Riau
ABSTRAK
Dunia pasar bebas tidak dapat kita tolak. Suatu saat akan melimpah
barang-barang produk luar negeri yang lebih baik, murah dan berkualitas tinggi.
Di pasar bebas, para pengusaha multinasional memainkan arena WTO (World
Trade Organization) dengan instrument jaminan mutu priduk dan ramah
lingkungan. Bangsa Indonesia tentunyan tak dapat menghindari globalisasi ini
dan harus menerima tantangan dari produk-produk global tersebut. Salah satu cara
menghadapi tantangan produk global tersebut adalah dengan meningkatkan
kualitas produk Indonesia untuk dapat memenuhi standar mutu yang telah
ditetapkan, selain itu setifikat ekolabel dan label halal juga dijadikan sebagai
syarat suatu produk untuk dapat masuk ke pasar bebas. Semakin banyaknya
produk impor yang berlogo ekolabel yang telah beredar dipasaran akan menjadi
tantangan bagi produk-produk lokal. Mulai adanya pergeseran ke arah konsumen
yang berwawasan lingkungan. Memasyarakatkan ekolabel dan menjadikan
ekolabel sebagai kebiasaan dalam mengkonsumsi produk serta dukungan dari
semua pihak sangat diperlukan dalam mensukseskan penerapan ekolabel.
PENDAHULUAN
Para produsen sadar bahwa pasar yang terbuka hanya akan dapat dipenuhi oleh
produk-produk yang bermutu. Hal ini akan terwujud jika perusahaan telah secara
konsisten menerapkan manajemen mutu dalam ISO 9000. Trend pasar
internasional saat ini telah menuntut standar kualitas atau mutu yang semakin
tinggi. Konsumen hampir di seluruh belahan dunia saat ini menuntut sertifikat
ISO 9000 sebagai prasyarat pokok (minimum requirement). Dari sejumlah
perusahaan bersertifikasi ISO 9000 di Indonesia dimana baik secara langsung
maupun tidak langsung telah menerapkan prinsip-prinsip TQM, masih ditemukan
berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh oknum karyawan (Zainal dan Muda,
2009)
PEMBAHASAN
Sudah banyak difinisi atau pengertian dari arti dari eco-labeling, pada dasarnya
diartikan sebagai pemberian suatu label dari suatu produk. Label tersebut
merupakan tanda yang mengandung informasi bahwa produk tersebut dalam
proses produksinya telah memenuhi suatu standard pelestarian lingkungan,
sehingga tujuan dari system ekolabeling untuk memberikan informasi bahwa dari
hasil penilaian tingkat pelestarian lingkungan dari suatu proses produksi, sehingga
konsumen dalam atau luar negeri dapat memilih produk yang dihasilkan melalui
proses pelestarian lingkungan.
a. Single issue Assessment: pelabelan yang ditujukan pada satu atau beberapa
produk. Salah satu contoh system ekolabel yang ditujukan pada produk kayu (log)
dan dalam penilaian mengarah pada Sustainable Forest Management (SFM).
Bagi perusahaan yang bersaing di pasar global, sertifikasi ekolabel sangat penting
sebagai produk ramah lingkungan. Dampak positif dari ekolabel terhadap negara
produsen adalah terjaminnya standar produk dan standar lingkungan. Dampak
negatif dari ekolabel terhadap negara produsen yaitu akan terjadi monopoli oleh
negara-negara maju dan ketatnya pendistribusian produk, sehingga produk yang
tidak berekolabel tidak dapat dipasarkan. Untuk memperoleh sertifikasi ekolabel
perusahaan harus mendaftarkan perusahaannya pada tim audit ekolabel. Pada
proses sertifikasi tim audit dari lembaga sertifikasi ramah lingkungan akan
memeriksa perusahaan tersebut mulai dari pemeriksaan bahan baku, proses dan
apakah limbah pabriknya tidak mencemari lingkungan atau tidak. Sertifikat
ekolabel di Indonesia dikeluarkan oleh LEI (Lembaga Ekolabel
Indonesia). Sertifikat ekolabel biasanya berbeda-beda, tergantung pada negara
yang mengeluarkan label tersebut. Persyaratan ekolabel tidaklah sederhana. Petani
di negara berkembang seperti Indonesia dengan modal seadanya tidak akan
mampu memenuhi proses ramah lingkungan, karena pasti ada saja yang kurang
seperti pengetahuan yang sedikit dan modal yang seadanya dan walaupun
memenuhi standar ramah lingkungan, bisa saja pihak yang berkepentingan
mencari-cari kesalahan. Semakin kompleks dan beragamnya ketentuan pemberian
ekolabel telah menyebabkan produk-produk negara berkembang seperti Indonesia,
terutama yang dihasilkan negara kecil dan menengah, mengalami kesulitan untuk
bersaing di pasar exspor dalam pasar bebas.
KESIMPULAN