Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN BAB II

LANDASAN PERILAKU INDIVIDUAL

1. PENDAHULUAN

Kita sering mendengar ungkapan bahwa apa yang diperbuat manusia ditentukan oleh
individu manusia itu sendiri dan lingkungannya. Jadi, perbedaan individual yang ada pada diri orang-
orang dalam organisasi merupakan faktor yang penting yang ikut menentukan respons mereka
terhadap sesuatu maupun perilakunya. Karenanya, hal ini perlu dipahami.

2.FAKTOR-FAKTOR KINERJA INDIVIDUAL

Kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas.
Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok (Ilyas, 1993). Kinerja
organisasi merupakan hasil interaksi yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam
organisasi.
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi (determinan) kinerja individu, perlu dilakukan
pengkajian terhadap teori kinerja. Secara umum faktor fisik dan non fisik sangat mempengaruhi.
Berbagai kondisi lingkungan fisik sangat mempengaruhi kondisi karyawan dalam bekerja. Selain itu,
kondisi lingkungan fisik juga akan mempengaruhi berfungsinya faktor lingkungan non fisik. Pada
kesempatan ini pembahasan kita fokuskan pada lingkungan non-fisik, yaitu kondisi-kondisi yang
sebenarnya sangat melekat dengan sistem manajerial perusahaan.

3. SELF-CONCEPT (KONSEP DIRI).

Konsep diri adalah yang paling awal disadari manusia.yang dimaksud dengan konsep diri
adalah kesadaran akan eksistensi dirimya sebagai manusia dalam arti phisik,mental,spritual,atau
moral.konsep diri merupakan kesadaran dirinya bahwa dirinya ada.

4. SELF-ES TEEM(HARGA DIRI).

Harga diri adalah keyakinan seseorang bahwa dirinya berharga(worth) atau dasar evaluasi
yang dibuat oelh diri sendiri kepada diri sendiri secara menyeluruh. Orang yang SELF-ESTEEM nya
rendah cenderung melihat dirinya negatif.

5. SELF-EFFICACY(KEMANJURAN DIRI).

Kemanjuran diri adalah keyakinan tentang kemampuan dirinya untuk menjalankan tugas
atau menyelesaikan pekerjaan pada peluang yang ada. SELF-EFFICACY timbul dari pengalaman yang
bertalian dengan keterampilan.

6. SELF-FULFILLING PROPHECY(PENUJUMAN PENGISIAN-DIRI)

Penujuman pengisian-diri adalah melakukan ramalan dengan pengisian perbuatan supaya


yang diramalkan menjadi kenyataan. SELF-FULFILLING PROPHECY ini diambil dari mitos kuno,
menceritakan bahwa dahulu ada pemahat patung bernama PYGMALION yang membenci wanita,
tetapi ia membuat pantung wanita yang cantik sekali.
7. PERSEPSI

Persepsi ialah proses kognitif(didalam pikiran)seseorang yang memberi arti terhadap stimuli
dari lingkungan yang dapat ditangkap melalui inderanya. Tiap-tiap orang mempunyai persepsi
masing-masing, karena perbedaaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimuli, dan berbeda
kemampuannya dalam menafsir.

INTROVERT VS EXTROVERT

Introvert ialah sifat seseorang yang cenderung menghindari perhubungan sosial. Perhatiannya
dicurahkan kedalam pikirannya dan pengalaman sendiri.

Ekstrovert ialah orang yang perhatiannya lebih banyak ke luar,yang berhubungan dengan orang lain,
dan memperoleh kesenangan dari berhubungan itu.

INTROVERT DAN EKSTROVERT adalah kepribadian seseorang yang dapat kelihatan dalam
pergaulan,karena orang ektrovert lebih suka bergaul daripada orang introvert.

8. LOCUS OF CONTROL (LOKUS PENGENDALIAN)

Lokus pengendalian adalah perasaan seseorang mengenai lokasi yang membuat dirinya
sendiri sukses atau gagal, yaitu lokasinya pada diri sendiri atau tergantung pada pihak lain di luar
dirinya.

9. MACHIAVELISME(MACHIAVELLISM)

Machiavelisme adalah suatu paham atau aliran yang menghalalkan segala cara apapun
untuk mencapai tujuan.Keberhasilan atau kegagalan pekerjaan seseorang yang kuat faham
machiavelismenya akan tergantung pada tiga hal :etika,legalitas,dan kemanusiaan.

10. Otoriterisme

Otoriterisme adalah keyakinan bahwa dalam organisasi harus ada perbedaan status dan
kekuasaan di antara karyawan. Sifat-sifat orang yang kuat otoriterismenya biasanya kaku, senang
menilai seseorang dan menentang perubahan.

11. KENCENDERUNGAN TERHADAP RESIKO

Kecenderungan terhadap resiko adalah keberaniannya menghadapi resiko. Orang yang tinggi
kencenderungan terhadap resikonya kan cepat bertindak dan mengambil kekputusan meskipun
kurang informasi yang dibutuhkan.

12. PAROKIALISME

Parokialisme adalah suatu pandangan,paham,persepsi terhadap dunia luar dengan


kacamatanya sendiri yang dinaggap benar dan tidak mau melihat kenyataan yang sebenarnya pada
dunia yang dipersepsikan. Parokialisme dapat mempengaruhi persepsi seseorang, karena didalam
batinnya sudah dipenuhi oleh paham dan pandangan.
13. BEBERAPA JENIS PERILAKU MANUSIA DALAM ORGANISASI

a.sang cekatan, yaitu orang cekatan kerjanya dan suka menolong.kendati maksudnya baik.

b.sang arca, yaitu orang suka menentang semua gagasan atau saran.

c.sang penghambat, yaitu orang yang selalu menunjukkan aspek paling jelek.

d.sang serba setuju, yaitu orang yang ingin menyenangkan orang lain.

e.sang asal debat, yaitu orang yang agresif yang senang berpendapat orang lain.

f.sang pembicara sulit, yaitu orang yang mempunyai ide atau pikiran bagus.

g.sang pembicara samping,yaitu orang yang suka berbicara dengan orang lain.

h.sang penyimpang, yaitu orang yang suka membicarakan hal-hal diluar pertemuan.

i.sang pendiam, yaitu orang yang enggan berbicara,ini disebabkan karena ada kemungkinan.

j.sang pelamun, yaitu orang yang tampak tidak menggunakan pikiran.

k.sang penarik perhatian, yaitu orang yang suka berbjcara keras tetapi mengajukan keluhan.

14. SIKLUS KARIR(CAREER CYCLE)

5 tahap pokok dalam kehidupan karir :

1.Tahap pertumbuhan, tahap ini berlangsung sejak lahir usia 14 tahun yaitu selama suatu periode
seseorang mengembangkan konsep dirinya dengan mengidentifikasinya dan berinteraksi dengan
orang lain seperti keluarga.

2.Tahap eksplorasi, tahap ini berlangsung sekitar usia 15 sampai 24. Dalam tahap ini serius mencari
jabatan/pekerjaan.

3.Tahap kemapanan, tahap ini berlangsung sekitar usia 25 sampai 44 tahun ini adalah inti dunia kerja
orang. Didalam tahap ini pekerjaan paling cocok untuk selamanya.

4.Tahap pemeliharaan, tahap ini antara usia 45 sampai 64 dalam tahap ini orang akan berusaha
untuk memeliharaa dan mempertahankan pekerjaannya.

5. Tahap penuurunan, tahap ini yaitu usia 65 ke atas. Dalam tahap ini orang merasakan adanya
penurunan dalam hal kemampuan dan tanggung jawab.
15. PERILAKU INDIVIDU

Di dalam memahami perilaku individu, kita perlu mengkaji berbagai karakteristik yang
melekat pada individu itu. Adapun berbagai karakteristik individu yang penting dapat disebutkan
sebagai berikut:

a) Ciri-ciri biografis, diantaranya adalah:

Umur

Dalam banyak kasus perilaku seseorang dalam organisasi ditentukan oleh umurnya. Umur seseorang
akan menentukan kemampuannya dalam bekerja dan merespons sesuatu.

Jenis kelamin

Meskipun tidak banyak bukti yang menguatkan anggapan adanya perbedaan kinerja dan
produktivitas antara wanita dan pria, namun jenis kelamin tetap merupakan karakteristik penting
yang menentukan perbedaan dalam beberapa bentuk perilaku tertentu antara wanita dan pria.
Misalnya, wanita karena kodratnya lebih sering meninggalkan pekerjaan dari pada pria, lebih-lebih
para wanita yang berkeluarga dan beranak.

Status perkawinan

Perkawinan menyebabkan meningkatnya tanggung jawab seseorang. Hal ini pada gilirannya
membuat yang sudah berkeluarga melihat pekerjaannya lebih bernilai dan penting, dan ikut
menentukan bagaimana tingkat kepuasan kerja mereka.

Jumlah tanggungan

Tidak ada informasi yang cukup mengenai hubungan antara jumlah tanggungan seseorang dengan
produktivitas kerjanya. Akan tetapi, sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa jumlah anak yang
dimiliki oleh pekerja berhubungan erat dengan tingkat absensi dan kepuasan kerjanya.

Masa kerja

Meskipun hubungan senioritas-produktivitas telah diselidiki secara luas, tidak ada indikasi bahwa
pekerja dengan masa kerja yang lebih lama lebih produktivitas dari pada mereka yang baru bekerja.
Akan tetapi, para ahli mengakui bahwa masa kerja tenure berhubungan negatif dengan turnover dan
sekaligus merupakan peramal terbaik bagi turnover. Artinya, semakin lama seseorang bekerja
disuatu tempat semakin kecil kemungkinannya dia akan meninggalkan tempat pekerjaannya.

b) Kepribadian

Mengenai kepribadian (personality), Gordon Allport seperti dikutip oleh Robbin (1986) mengatakan:
personality is the dynamic organization within the individual of those phsyco-physical systems that
determine his unique adjusment to his environment. (Artinya kira-kira, kepribadian adalah
pengorganisasian yang dinamis dari sistem-sistem psikosifik dalam diri individu yang menentukan
penyesuaian dirinya dengan lingkungannya). Untuk tujuan bahasan kita disini, kepribadian dapat
didefinisikan sebagai keseluruhan cara bagaimana individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang
lain.

Apakah yang menentukan kepribadian seseorang? Dalam berbagai penelitian diperoleh keterangan
bahwa kepribadian seseorang umumnya dibentuk oleh faktor-faktor keturunan dan lingkungan,
ditambah dengan situasi-situasional. Artinya, kepribadian seseorang yang banyak ditentukan oleh
bawaan dan lingkungan yang relatif stabil, akan dapat berubah karena kondisi situasi tertentu yang
berubah-ubah.

Adapun berbagai karakteristik kepribadian yang populer diantaranya adalah: agresif, malu, pasrah,
malas, ambisius, setia dan jujur. Ciri-ciri kepribadian ini, jika ditunjukan dalam sejumlah situasi oleh
seseorang disebut dengan traits atau pembawaan. Semakin konsisten karakteristik itu ada pada
seseorang, semakin sering ditampakkan dalam berbagai situasi, dan semakin penting pula
pembawaan itu menggambarkan individu yang bersangkutan.

c) Persepsi

Secara umum, pengertian persepsi dirumuskan oleh Robbin (1986) sebagai a process by which
individuals organize and interpret their sensory impressions in order to give meaning to their
inveronment (suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesannya untuk
memberi arti tertentu pada lingkungannya).

Mengapa persepsi ini penting untuk membahas perilaku indiviu dan kelompok? Karena perilaku
manusia sering kali dituntun oleh persepsinya terhadap suatu realita, bukan realitas diri sendiri.
Banyak kejadian dan contoh dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan betapa berbedanya
pandangan orang terhadap suatu objek yang sama. Misalnya, kondisi kerja yang favorabel dan
penugasan pekerjaan yang menantang di suatu perusahaan boleh jadi dipersepsikan secara berbeda-
beda oleh karyawannya karena masing-masing orang memiliki alasan dan latar belakang sendiri yang
menentukan persepsinya.

Masalahnya, bagaimana kita menjelaskan fakta bahwa seseorang melihat sesuatu yang sama dengan
persepsi yang berbeda? Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang membentuk kadang-kadang
menyebabkan terjadinya distorsi dalam persepsi. Faktor-faktor tersebut bisa ada pada get (sasaran)
yang dipersepsikan, atau konteks situasi pada saat mana persepsi dibuat. Ketiga faktor tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Pemberi Kesan

Bilamana seseorang melihat pada sebuah sasaran dan berusaha menginterpretasikan apa yang
dilihatnya, maka interpretasinya itu akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi si pemberi
kesan/penilai (perceiver).

2) Sasaran

Ciri-ciri yang melekat pada sasaran yang sedang diamati dapat juga mempengaruhi persepsi.
Orang-orang yang bersuara keras di dalam kelompok akan mudah ditandai daripada mereka yang
pendiam. Begitu pula mereka yang sangat menarik dan yang sangat tidak menarik. Pendeknya,
ukuran, suara, gerakan, dan atribut lain yang ada pada sasaran akan membentuk persepsi kita pada
sasaran itu.

3) Situasi

Situasi atau konteks dimana kita melihat sesuatu kejadian atau objek juga penting. Unsur-
unsur lingkungan boleh jadi sangat mempengaruhi persepsi kita. Sasaran yang kita temui disebuah
diskotik di malam minggu tidak memiliki daya tarik, tetapi disaat lain di kelas orang yang sama
menjadi sangat menarik (diantara yang ada); adalah contoh bagaimana mekanisme persepsi itu
dipengaruhi oleh situasi lingkungan.Pendeknya, persepsi itu kompleks dan penting sekali untuk
dipahami karena sangat berguna di dalam memahami perilaku individu dalam organisasi.

d) Sikap (attitude)

Menurut Mitchell (1982) para ilmuwan sosial umumnya sependapat bahwa attitude could
be see as a predisposition to respond in a favorable or unfavorable way to objects, persons, concepts,
or whatever. (sikap dapat dipandang sebagai predisposisi untuk bereaksi dengan cara yang
menyenangkan atau tidak terhadap objek, orang, konsep, atau apa saja). Ada beberapa asumsi
penting yang menjadi dasar dari definisi ini. pertama, sikap itu berhubungan dengan perilaku.
Berdasarkan sikapnya terhadap sesuatu seseorang cenderung untuk berperilaku tertentu. Kedua,
sikap terikat erat dengan perasaan orang dengan suatu objek. Contoh dari perasaan adalah
ketertarikan pada sesuatu, yaitu pada taraf mana sesuatu itu disukai (perasaan senang) atau tidak
disukai (perasaan tidak senang). Ketiga, sikap adalah konstruk yang bersifat hipotesis. Artinya,
konsekuensinya dapat diamati, akan tetapi sikap itu sendiri tidak dapat diamati.

Sikap penting sekali dipahami karena beberapa alasan. Dari perspektif individu, sikap dapat
menyajikan dasar bagi interaksi kita dengan orang lain, dan dengan dunia di sekeliling kita. Sikap kita
terhadap berbagai masalah sosial politik, seperti: AIDS, SDSB, hubungan luar negeri, dan lain-lain,
misalnya akan dapat membantu membentuk sikap kita terhadap kebijaksanaan pemerintah. Juga,
dengan sikap kita dapat mempelajari sikap orang begitu juga dengan berinteraksi dengannya. Hal ini
akan menentukan bentuk interaksi yang akan terjadi pada waktu yang akan datang.

Pendeknya, sikap merupakan salah satu faktor yang penting untuk dipahami agar kita dapat
mengelola perilaku organisasi secara efektif.

3. PERILAKU KELOMPOK

Dalam membahasa perilaku kelompok, ada beberapa konsep tentang kelompok yang perlu
dikemukakan, yaitu:

a) Defenisi, Klasifikasi, dan Karakteristik

Kelompok (group) didefinisikan sebagai kumpulan dua atau lebih orang yang berinteraksi
satu sama lain sedemikian rupa sehingga perilaku dan atau kinerja (performance) dari seseorang
dipengaruhi oleh perilaku/kinerja anggota yang lain (Shaw, 1976). Di dalam studi perilaku organisasi,
kelompok merupakan salah satu analisis di samping unit analisis yang lain: individu dan organisasi,
terlebih-lebih para manajer. Karena dengan pemahaman yang cukup, maka kelompok akan dapat
dimanfaatkan secara efektif bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi.

Menurut dengan hubungannya dengan organisasi, kelompok dapat dibedakan di dalam dua kategori,
yaitu kelompok yang terbentuk dan berlangsung berdasarkan ketentuan resmi: struktur organisasi
dan penugasan-penugasan organisasi. Sedangkan kelompok informal, sebaliknya tidak terstruktur
dan tidak ditentukan oleh organisasi. Disamping itu, klasifikasi kelompok ini dapat juga dilakukan
dengan cara lain, yaitu: (1) kelompok berdasarkan komando dan tugas, yaitu kelompok yang terdiri
dari atasan-bawahan yang tergambar dalam badan organisasi, dan yang anggotanya tidak selalu
terdiri dari atasan dan bawahan. (2) kelompok minat dan persahabatan yang terbentuk karena
persamaan minat tertentu, dan kesamaan dalam beberapa ciri, seperti: umur, hobi, sekolah, politik,
dan sebagainya.

Di dalam kelompok akan ditemui beberapa karakteristik tertentu yang menunjukkan eksistensi
kelompok itu. Beberapa karakteristik yang dimaksud adalah: struktur, hirarki status, peranan, norma,
kepemimpinan dan kohesi kelompok.

b) Alasan Perlunya Berkelompok

Ada beberapa alasan mengapa orang mengikuti atau menjadi bagian dari kelompok
tertentu. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Rasa aman (keamanan): dengan ikut kelompok dapat mengurangi ketidakamanan (rasa tidak
aman) karena berdiri sendiri. (contoh: serikat pekerja).

2) Status dan harga diri: ada rasa peningkatan status dan harga diri karena mengikuti atau
bergabung dengan suatu kelompok.

3) Interaksi dan afiliasi: menikmati interaksi teratur dengan orang lain dan mendapatkan
kepuasan dari interaksi tersebut. (istri orang kaya yang masih tetap mau jadi pegawai negeri di
sebuah instansi).

4) Kekuatan: dengan berkelompok perjalanan/perjuangan menjadi lebih kuat dibandingkan


dengan berjuang sendirian.

5) Pencapaian tujuan: dengan berkelompok tujuan lebih mudah dicapai daripada seorang diri.

Di dalam suatu kelompok tertentu, tentu saja boleh jadi seseorang yang akan bisa mendapat lebih
dari satu manfaat yang dapat diperoleh. Dan, hal ini banyak kita saksikan dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari.

Memahami alasan-alasan berkelompok, perlu bagi manajer. Sebab dengan pemahaman itu, maka
perilaku kelompok dapat dijelaskan, diprediksi dan sekaligus dapat dikendalikan untuk tujuan-tujuan
yang produktif bagi organisasi.

Anda mungkin juga menyukai