Skripsi
disusun oleh
NIM. G1A113057
UNIVERSITAS JAMBI
2017
6
NIM : G1A113057
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir Skripsi yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir Skripsi ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas pebuatan tersebut.
NIM.G1A113057
7
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran dan
kesehatan.
Penulis
8
DAFTAR ISI
4.2 Pembahasan...................................................................................... 27
Bab V Kesimpulan dan Saran...................................................................... 29
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 29
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM ...........................................................................11
Tabel 4.6 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe
2 poli penyakit dalam RSUD H.Abdul Manap ......................... 27
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. The ominous octet, delapan organ yang berperan dalam patogenesis
hiperglikemia pada DM tipe 2.......................................................8
13
DAFTAR LAMPIRAN
Yaumil Khalida Putri, lahir di Kerinci, 5 januari 1996 dari ayah Baisuka
dan ibu Darmisna, sebagai anak ke tiga dari tiga bersaudara. Penulis menamatkan
SMA pada tahun 2013 dari SMA Negeri 1 kota Sungai Penuh dan pada tahun
yang sama diterima di Universitas Jambi melalui jalur UMBPT. Penulis memilih
Program Studi Pendidikan Dokter. Penulis juga berperan aktif dalam organisasi
Team Bantuan Medis ASET UNJA dimulai pada tahun 2014.
15
ABSTRACT
Objective: to know the Relationship Between Body Mass Index and Incidence of
Diabetes Mellitus Type 2 Patient
Method: this was a case control study,The sample consisted 40 case patients and
40 control patients.
Result: patients with BMI 23,0 and diabetes mellitus type 2 = 28 (51,85%),
patients with BMI 23,0 and didnot have DM Type 2 = 26 (48,15%), p-value
>0,05 (0,348), OR 1,556 (0,616-3,927)
Conclusion: There wasnt a significant relationship between body mass index and
Incidence of type 2 diabetes mellitus
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatarbelakangi oleh resistensi
insulin. DM tipe 2 merupakan yang terbanyak di Indonesia. Kelebihan berat badan
merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya DM. Obesitas dan Overweight
dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (resisten insulin). Insulin
berperan meningkatkan ambilan glukosa di banyak sel dan dengan cara ini juga
mengatur metabolisme karbohidrat, sehingga jika terjadi resistensi insulin oleh
sel, maka kadar gula di dalam darah juga dapat mengalami gangguan.2,5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Patogenesis
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi
melalui 3 jalan, yaitu:
a. Rusaknya sel-sel pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia
tertentu, dll)
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
c. Desensitas/kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer. 10
2.1.2 Klasifikasi
2.1.3. Patofisiologi
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas
telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2 Belakangan
diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat daripada
yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel beta, organ lain seperti:
jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi incretin), sel
alpha pancreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan
otak (resistensi insulin), kesemuanya ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya
gangguan toleransi glukosa pada DM tipe-2.12 Delapan organ penting dalam
gangguan toleransi glukosa ini (ominous octet) penting dipahami karena dasar
patofisiologi ini memberikan konsep tentang:
Gambar 2.1. The ominous octet, delapan organ yang berperan dalam patogenesis
hiperglikemia pada DM tipe 2
Sumber : Ralph A. DeFronzo,2009
Faktor resiko diabetes sama dengan faktor resiko untuk intoleransi glukosa
yaitu :
A. Faktor Resiko yang Tidak Bisa Dimodifikasi
1. Ras dan etnik
2. Riwayat keluarga dengan DM
3. Usia>45 tahun.
4. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram atau riwayat
pernah menderita DM gestasional (DMG).
5. Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang
lahir dengan BB rendah mempunyai resiko yang lebih tinggi dibanding
dengan bayi yang lahir dengan BB normal.11
B. Faktor Resiko yang Bisa Dimodifikasi
1. Berat badan lebih (IMT 23 kg/m2).
2. Kurangnya aktivitas fisik
3. Hipertensi (>140/90 mmHg)
4. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan/atau trigliserida>250 mg/dl)
5. Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi glukosa dan rendah
serat akan meningkatkan risiko menderita prediabetes/intoleransi glukosa
dan DM Tipe 2.11
2.1.5. Diagnosis
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa
lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang kurangnya
diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM
pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal.7,14
Tabel 2.2 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM (mg/dl).
TB2(meter)
IMT dapat digunakan untuk mengetahui apakah berat badan seseorang telah ideal
atau belum. Untuk mengetahuinya, dapat digunakan tabel di bawah ini:
Tabel 2.2 Kategori Indeks Massa Tubuh
Hasil IMT Kategori
< 18,5 BB Kurang
18,5 22,9 BB Normal
23,0 BB Berlebih
23,0 -24,9 BB Dengan Resiko
25,0 29,9 Obesitas 1
30,0 Obesitas 2
Sumber : Perkeni, 2015
Hasil IMT yang masuk kategori berat badan berlebih perlu diwaspadai.
berat badan berlebih merupakan faktor resiko yang berperan penting terhadap
penyakit Diabetes Melitus. Orang dengan berat badan berlebih memiliki masukan
kalori yang berlebih. Sel beta kelenjar pankreas akan mengalami kelelahan dan
tidak mampu untuk memproduksi insulin yang cukup untuk mengimbangi
kelebihan masukan kalori. Akibatnya kadar glukosa darah akan tinggi yang
akhirnya akan menjadi DM.15
2.3. Hubungan IMT dengan Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus terjadi pada orang yang memiliki status gizi gemuk
atau tidak gemuk. Namun sebagian besar DM tipe 2 terjadi pada orang
gemuk/Overweight. Prevalensi DM pada orang dewasa sangat berhubungan
dengan kejadian kegemukan, konsumsi yang berlebihan dari makanan yang
tinggi energi, sehingga akan mengakibatkan berat badan berlebih sampai
obesitas, akan tetapi tidak langsung mengakibatkan DM.9
Pada orang yang gemuk selalu ditemukan kadar asam lemak bebas
yang tinggi. Meningkatnya asam lemak bebas pada orang yang gemuk
disebabkan oleh meningkatnya pemecahan trigliserid (proses lipolisis) di
jaringan lemak terutama di daerah visceral (perut). Asam lemak bebas yang
tinggi dapat menyebabkan meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak
bebas dan memacu oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat
penggunaan glukosa dalam otot.9,17
Diabetes Melitus
Indeks Massa
tipe 2
Tubuh
Umur
Jenis Kelamin
2.6. Hipotesis
3.3.1. Populasi
A. Populasi Kasus
B. Populasi Pembanding
Pasien yang tidak menderita diabetes melitus tipe 2 yang maksimal telah
terdiagnosa 3 bulan yang ada di poli penyakit dalam RSUD H. Abdul Manap
Jambi
A. Kriteria Inklusi :
1. Semua pasien diabetes melitus tipe2 yang ada di poli penyakit dalam
RSUD H. Abdul Manap jambi
2. Telah terdiagnosa maksimal 3 bulan sebelum waktu penelitian
3. Memiliki data tinggi badan di rekam medis RSUD H. Abdul Manap
4. umur 30-70 tahun
B. Kriteria eksklusi
1. Pasien diabetes melitus tipe 2 yang ada di poli penyakit dalam RSUD H.
Abdul Manap jambi yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian
2. Pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi
3. Wanita hamil
4. Penderita mengidap penyakit keganasan
3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi non diabetes melitus tipe 2 (kontrol)
A. Kriteria Inklusi :
1. Pasien yang tidak menderita diabetes melitus tipe 2 yang ada di poli
penyakit dalam RSUD H. Abdul Manap jambi
2. Memiliki data tinggi badan di rekam medis RSUD H. Abdul Manap
3. Umur 30-70 tahun
4. Maksimal telah terdiagnosa 3 bulan sebelum dari waktu penelitian
B. Kriteria eksklusi
1. pasien yang tidak menderita diabetes melitus tipe 2 yang ada di poli
penyakit dalam RSUD H. Abdul Manap jambi yang tidak bersedia menjadi
subjek penelitian
2. wanita hamil
3. penderita mengidap penyakit keganasan
3.6.1. Kasus
Pengumpulan data dilakukan secara langsung. Adapun prosedur
pengumpulan data yang telah dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: Peneliti
mendatangi responden sesuai dengan kriteria sampel.
drop
Informed consent dan Mengumpulkan data
meminta persetujuan responden, data rekam medis,
penelitian kepada responden IMT
Penyajian data
kesimpulan
3.6.2. Kontrol
Pengumpulan data dilakukan secara langsung. Adapun prosedur
pengumpulan data yang telah dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: Peneliti
mendatangi responden sesuai dengan kriteria sampel.
drop
Informed consent dan Mengumpulkan data
meminta persetujuan responden, data rekam medis,
penelitian kepada responden IMT
Penyajian data
kesimpulan
3.7. Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1. Statistik deskriptif
Dari data yang ada dilakukan analisis korelasi antara dua variabel
menggunakan metode Pearson dengan rumus:
Keterangan:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.6 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe
2 poli penyakit dalam RSUD H.Abdul Manap
Dari hasil hubungan antara Indeks massa tubuh dengan diabetes mellitus
tipe 2 didapatkan bahwa responden pada kelompok IMT 23 dan mengalami
diabetes mellitus tipe 2 yaitu sebanyak 28 orang (51,85%), sedangkan responden
pada kelompok IMT <23 dan mengalami diabetes mellitus tipe 2 sebanyak 12
orang (46,15%). responden pada kelompok IMT 23 dan tidak mengalami
diabetes mellitus tipe 2 yaitu sebanyak 26 orang (48,15%).
4.2 Pembahasan
Hasil IMT yang masuk kategori obesitas perlu diwaspadai karena obesitas
merupakan faktor risiko yang berperan penting terhadap diabetes melitus. Orang
dengan obesitas memiliki masukan kalori yang berlebih. Sel beta kelenjar
pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk mengimbangi
kelebihan masukan kalori. Akibatnya kadar glukosa darah akan tinggi yang
akhirnya akan menjadi Diabetes Melitus.21
Berdasarkan hasil uji statistic Chi-square diperoleh nilai p-Value adalah
0,053, lebih besar dari 0,05 (p-Value 0,053> 0,05) yang berarti tidak adanya
hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kejadian diabetes
melitus di bagian poli penyakit dalam RSUD H.Abdul Manap Jambi. Didapatkan
juga nilai OR sebesar 1,306 yang berarti orang dengan indeks massa tubuh 23
beresiko 1,3 kali lebih besar dibandingkan dengan orang berindeks massa tubuh
<23.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Jelantik IGM et al, pada tahun 2012 yang menyatakan ada hubungan antara indeks
massa tubuh dan kejadian diabetes melitus tipe 2.22 penelitian oleh Bays HE,
menyatakan ada nya hubungan antara indeks massa tubuh yang meningkat
behubungan dengan prevalensi dari diabetes melitus tipe 2, paling banyak ada
pada individu dengan IMT > 40.23 Penelitian yang dilakukan oleh Ninh T. Nguyen,
Xuan-Mai T Nguyen, John Lane, dan Ping Wang (2011) dalam Relationship
Between Obesity and Diabetes in a US Adult Population menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara obesitas dan terjadinya diabetes melitus tipe
2.Hasil penelitian ini berarti semakin besar nilai indeks massa tubuh maka
semakin beresiko mengalami diabetes melitus tipe 2.24
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Tobias DK, Pan An, Jackson CL, OReilly EJ, Ding EL, Willet WC et al.
Body-mass index and mortality among adults with incident type 2
diabetes. N Engl J Med. 2014 Jan 16;233-44
2. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-sebelas.
Jakarta: EGC;2012.
3. WHO. Diabetes . 2015. diakses pada tanggal 8 juni 2106
Diunduh dari URL : http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi dan analisis diabetes.
Infodatin. 2014
5. Gibney, M.J., et al. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. 2009.
6. Justitia, N.L.Dalam skripsi: Hubungan Obesitas dengan Peningkatan
Kadar Gula Darah Pada Guru-Guru SMP Negeri 3 Medan. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. 2012.
7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S.Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi ke-enam. Jakarta: Interna Publishing; 2014
8. American Diabetes Association. Diagnosis and classication of diabetes
mellitus. Diabetes Care 2015;38
18. Adnan M, Mulyati T, Isworo JT. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2
Rawat Jalan Di RS Tugurejo Semarang. FKIK UMS.vol.2 April 2013
19. Allererung DL. Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin Dan Tingkat
Pendidikan Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas
Ranotana Weru Kota Manado Tahun 2016. Studi Kasus FKM Unsrat.2016
20. Meisinger C, Type 2 diabetes mellitus in Augsburg an epidemiological
overview. Gesundheitswesen. 2005 Aug;67 Suppl 1:S103-9.
23. Bays HE, Chapman RH, Grandy S, The Relationship Of Body Mass Index
To Diabetes Mellitus, Hypertension And Dyslipidaemia: Comparison Of
Data From Two National Surveys. Int J Clin Pract. 2007 May 1; 61(5):
737747.
24. Nguyen N.T., Nguyen X.T., LaneJ.,Wang P.Relationship Between
Obesityand Diabetes in a US Adult Population: Findings from the National
Health and Nutrition Examination Survey, 1999-2006.Obes Surgery
21:351-355; 2011
25. Desprs,J. Abdominal obesity: the most prevalent cause of the metabolic
syndrome and related cardiometabolic risk. European Heart Journal
Supplements 8:B4B12. 2006
26. Maulana, M. Mengenal Diabetes Mellitus Panduan Praktis Menangani
Penyakit Kencing Manis. Jogjakarta : Katahati; 2009.
27. Tandra, H. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama; 2007.
28. Yatim, F. Kendalikan Obesitas dan Diabetes :Mengatur Pola Hidup dan
Pola Makan.Jakarta : Indocamp; 2010.
29. Trisnawati SK, Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di
Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013
30. Theresia L. Hubungan Overweight Dengan Peningkatan Kadar Gula Darah
Pada Pedagang Pusat Pasar Medan. Studi kasus FK USU; 2012
Nim : G1A113057
Peneliti
G1A113057
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
No. Telp :
Jambi, 20...
Responden (.)
No. Responden :
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
Tinggi Badan
HASIL
Diagnosa :
KASUS
jenis kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid laki-laki 14 35,0 35,0 35,0
perempuan 26 65,0 65,0 100,0
Total 40 100,0 100,0
Umur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid <=45 14 35,0 35,0 35,0
>45 26 65,0 65,0 100,0
Total 40 100,0 100,0
KONTROL
jenis kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid laki-laki 10 25,0 25,0 25,0
perempuan 30 75,0 75,0 100,0
Total 40 100,0 100,0
umur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid <=45 13 32,5 32,5 32,5
>45 27 67,5 67,5 100,0
Total 40 100,0 100,0
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for indeks
massa tubuh (>=23 / 1,556 ,616 3,927
<23)
For cohort diagnosa =
1,256 ,765 2,064
DM tipe 2
For cohort diagnosa =
,808 ,523 1,248
Non DM Tipe 2
N of Valid Cases 80