Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LASERASI PALPEBRA
Disusun Oleh:
Aghny Ratnasari
G4A016069
2017
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI REFERAT
LASERASI PALPEBRA
Disusun Oleh :
Aghny Ratnasari
G4A016069
Dokter Pembimbing,
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
1. Palpebra
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola
mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya membentuk film air mata
di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna
untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan
pengeringan bola mata (Ilyas dan Yulianti, 2015).
Palpebra superior sangat tipis sedangkan palpebra inferior sedikit
lebih tebal. Muskulus orbicularis berfungsi sebagai sfingter pada kelopak
mata. Muskulus ini diinervasi oleh cabang temporal dan zygomatic dari
syaraf wajah. Otot ini dibagi menjadi tiga bagian: pretarsal, preseptal,
dan preorbital.
C. Epidemiologi
Laserasi palpebra dapat terjadi pada setiap usia dan juga pada bayi baru
lahir setelah proses kelahiran melalui operasi cesarean. Dari sebuah studi di
Iran, laki-laki lebih sering mengalami trauma pada mata akibat benda yang
mengenai mata dan kebanyakan berumur sekitar 29 tahun. Meskipun tidak
ada kebutaan yang terjadi akibat laserasi palpebra, outcome visual
berhubungan dengan derajat insidensi trauma berdasarkan adanya open globe
injuries (Tabatabaei, 2013).
Pada penelitian Hendriati (2006) di RSUP Dr. M. Djamil padang
sebagian kasus yang mengalami laserasi lakrimal terdapat pada kanalis
lakrimalis inferior (62.07%), kemudian kanalis lakrimalis superior dan inferior
(17.24%) dan kanalis lakrimalis superior (13.79%). Penyebab terbanyak adalah
akibat trauma benda tumpul (86.21%)
D. Diagnosis
1. Hasil Anamnesis
a) Terdapat rasa nyeri periorbita
b) Perdarahan dan bengkak pada kelopak
c) Mata berair
d) Tidak terdapat penurunan tajam penglihatan bila cedera tidak
melibatkan bola mata
e) Faktor Risiko : Terdapat riwayat trauma tajam maupun tumpul
2. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan refleks pupil dan tajam penglihatan
b) Pemeriksaan mata dengan lup dan senter untuk mengidentifikasi:
i. Luas dan dalamnya laserasi pada kelopak, termasuk identifikasi
keterlibatan tepi kelopak, kantus medial atau kantus lateral.
Pemeriksa dapat menggunakan lidi kapas selama pemeriksaan.
ii. Adanya benda asing
iii. Keterlibatan bola mata
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan
E. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa (IDI, 2014)
a) Bersihkan luka apabila diyakini bola mata intak
b) Pertimbangkan pemberian profilaksis tetanus
c) Berikan antibiotik sistemik
d) Segera rujuk ke dokter spesialis mata untuk mendapatkan penanganan
secepatnya
2. Non medikamentosa
a) Memberitahu pasien bahwa luka pada kelopak perlu menjalani
pembedahan (menutup luka)
b) Menggunakan alat / kacamata pelindung pada saat bekerja atau
berkendara.
c) Anjurkan pasien untuk kontrol bila keluhan bertambah berat setelah
dilakukan tindakan, seperti mata bertambah merah, bengkak atau
disertai dg penurunan visus.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi adalah kerusakan pada sistem lakrimal (IDI
2014). Berikut adalah beberapa komplikasi laserasi palpebra (Sharma, 2006):
1. Akibat kegagalan dalam memperbaiki laserasi khususnya jika melibatkan
margin palpebra, dapat berupa:
a) Epifora kronis
b) Konjungtivitis kronis, konjungtivitis bakterial
c) Exposure keratitis
d) Abrasi kornea berulang
e) Entropion/ ektropion sikatrikal
2. Akibat teknik pembedahan yang buruk, terutama dalam hal akurasi
penutupan luka, dapat berupa:
a) Jaringan parut
b) Fibrosis
c) Deformitas palpebra sikatrikal
3. Keadaan luka yang memburuk akibat adanya infeksi atau karena
penutupan luka yang tertunda.
4. Laserasi dekat canthus medial dapat merusak sistem nasolacrimal.
PROGNOSIS
Prognosis sangat tergantung pada luasnya laserasi atau kerusakan palpebra serta
lokasi dan ketebalan jaringan yang rusak.
Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : dubia ad bonam
3. Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB III
KESIMPULAN
Ehlers JP, Shah CP, editors. 2008. The Wills Eye Manual-office and emergency
room diagnosis and treatment of eye disease. 5th edition. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins.
Ikatan Dokter Indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: hal 199
Karesh JW. 2006. The evaluation and management of eyelid trauma. Dalam :
Duanes Clinical Ophthalmology, Volume 5. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins.
Lang, GK. Ophthalmology, A Pocket Textbook Atlas, 2nd edition. New York:
Thieme; 2006. p17-9, 507-9.
Sidarta, Ilyas. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Tabatabaei, A., Kasaei, A., Nikdel, M., Shoar, S., Esmaeili, S., Mafi, M., et al.
2013. Clinical Characteristics and Causality of Eye Lid Laceration in
Iran. Oman Medical Journal;28(2):97-101.