Anda di halaman 1dari 48

1.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi

Imu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis (yaitu meningkat secara berlahan-lahan, bersifat menetap) dalam
tekanan darah arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya, mengikuti suau pola yang khas. (Wolff.2006
: h 62)

Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah
tradisional tentang hipertensi ringan dan sedang gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit kardiovaskular. (Anderson :
2006. h 582)

Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan
ini adalah timbulnya penyakit yang menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan dan memerlukan
penanggulangan dengan baik. (Sudjaswandi : 2002. h 17)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah
tinggi. Tekanan darah tinggi adalah salah satu resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.
(weblog, wikipedia indonesia)
2.1.2 Anatomi Fisiologi

Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah
dan memelihara peredaran melalui saluran tubuh.

Arteri membawa darah dari jantung

Vena membawa dara ke jantung

Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga
terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali ke dalam limfenya
yang dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran.

Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri
temporalis diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda,
dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus
jantung 70 kali per menit.

Kecepatan normal denyut nadi per menit :

Pada bayi yang baru lahir 140


Selama tahun pertama 120
Selama tahun kedua 110
Pada umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80

(Pearce. 2009 : h 151)


Tekanan Darah

Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola,
kapiler dan sistem vena sehingga darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap. Jantung bekerja
sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantug berlangsung
dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah dan sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri
kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120 mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta mengalami distensi sehingga
tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam
pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole.

Kecepatan Tekanan

Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah. Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang
dan sangat lambat pada kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler. Faktor lain yang membantu aliran darah kejantung
maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan yang dihasilkan pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang bekerja
sebagai pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah dari vena dan tekanan darah arterial mendorong darah
maju. Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada
keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah kurang bahkan menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.

Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama,
aliran bersifat sejajar yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah dalam arteri yang mengarah kesegala jurusan sehingga
memberikan gambaran aliran yang yang tidak lancer. Keadaan dapat terjadi pada darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah yang mengalami
sumbatan atau vasokonstriksi. (Drs_H.Syaifuddin. 2006 : h 130)

2.1.3 Etiologi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
prevalensi hipertensi seperti umur, obesitas, asupan garam yang tinggi adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus banyak faktor
yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan hiperaktivitas susunan saraf simpatis. Dalam defekekstesi Na peningkatan Na dan Ca intra selular dan
faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal.
Hipertensi vascular renal dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. (Arif Manjoer. 2001 : h 518)

Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kalenjar adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalim) atau
noredinefrin (noradrenalin) kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas), stress, alkohol, atau garam dalam makanan bisa memicu
terjadinya hipertensi pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang diturunkan stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara
waktu. Jika stress berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. (Weblog, Wikipedia indonesia)

2.1.4 Patofisiologi

Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi (konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada
stadium selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran darah koroner menjadi
eksentrik, berkurangnya rasio antara masa dan volume jantung akibat peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada jantung dengan hipertrofi
eksentrik. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi) penigkatan tegangan dinding ventrikel pada
saat sistolik peningkatan konsumsi oksigen ke otot jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa jantung. Diperburuk lagi bila disertai dengAn
penyakit dalam jantung koroner.

Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembumluh darah koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner
berkurang. Perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung.

Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan
berkurangnya compliance pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.

2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium
lanjut dan gambaran hemodinamik ini

Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan
aktivitas mekanik ventrikel kiri. (Arif Manjoer. 2001 : h 441)

2.1.5 Tanda dan Gejala

Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik lama, untuk bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis
bergerak kiri bawah, pada kultasi Pasien dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila sudah terjadi jantung didapatkan tanda-tanda rusiensi mitra
velature. (Arif Mansjoer. 2001 : h 442)

Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang diakibatkan peningkatan aktivitas system neohormonal disertai
hipertomia pada stadium, selanjutnya mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti. (Arir Mansjoer. 2001 : h 442)

Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi distolik dan peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi
distolik masih normal, bila berkembang terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya menjadi dilarasi ventrikel kemudian gejal banyak datang. Stadium
ini kadang kala disertai dengan sirkulasi ada cadangan aliran darah ovoner dan makin membentuk kelaianan fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif.
(Mansjor, 2001 : h 442)

2.1.6 Komplikasi
Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa berupa pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai
kebutahan, gagal jantung, pecahnya darah otak. (Arif Mansjoer, 2001)

2.1.7 Penatalaksanaan

Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal, pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan
moralitas terhadap penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovascular semaksimal mungkin.

Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu : menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik
menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat vasediator. (Arif Manjoer, 2001)

2.1.8 Pencegahan

1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol

2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan,
dapat membakar lemak yang berlebihan.
3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera di kurangi)

4. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda paling sedikit 7 kali dalam seminggu.

5. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.

6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorabg yang memiliki riwayat penderita hipertensi.

7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk mengendalikan stress.

(Bambang Sadewo, 2004)

2.1.9 Pengobatan

Jenis-jenis pengobatan

1. Arti hipertensi non Farmokologis

Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation evalution treatmori of high blood preasure

a. Tumpukan berat badan obesitas

b. Konsumsi garam dapur

c. Kurangi alkohol

d. Menghentikan merokok

e. Olaraga teratur
f. Diet rendah lemak penuh

g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah

2. Obat anti hipertensi

a. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume input

b. Penyakit beta (B.Blocker)

c. Antoganis kalsium

d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)

e. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)

f. Obat penyekar ben

g. Vasodilatov

(Arif Mansjoer, 2001, 522)

3. Perubahan gaya hidup

Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif lainnya.

Mengkurangi konsumsi garam

Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik

Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan tangga dari pada limfa
Menghentikan kebiasaan merokok

Menjaga kestabilan BB

Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai salah satu upayahnya.

2.1.10 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau
mencari penyebab hipertensi, biasanya diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total,
kolestrol HDI, dan EKG).

Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan
ekokardiografi.

(Mansjoer Arif,2000 : 49)

2.2 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu
pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien.

(Iyert el, al, 1996)

2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien
guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada.

(Aziz Alimul. 2009 : h 85)

Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001) adalah

1. Aktivitas istirahat

Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup

Tanda : - Frekuensi jantung meningkat

- Perubahan trauma jantung (takipnea)

2. Sirkulasi

ejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.

a : - Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk menaikkan diagnosis

- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)

- Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis

- Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat

- Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia

- Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).
3. Integritas ego

ejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis (dapat mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan
keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan.

nda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata)
gerakkan fisik cepat, pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi

ejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu

5. Makanan/Cairan

ejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan
(meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik.

Tanda : - Berat badan normal atau obesitas

- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)

- Kongestiva

- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).


6. Neurosensori

Gejala : - Keluhan pening/pusing

- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)

- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh

- Gangguan penglihatan

- Episode epistaksis

da : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses fikir atau memori.

7. Nyeri/Ketidak nyamanan

Gejala : - Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)

- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi

- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya

- Nyeri abdomen / massa

8. Pernapasan

Gejala : - Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja

- Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum

Tanda : - Distres respirasi


- Bunyi nafas tambahan

- Sianosis

9. Keamanan

Gejala : - Gangguan koordinas / cara berjalan

- Hipotesia pastural

Tanda : - Frekuensi jantung meningkat

- Perubahan trauma jantung (takipnea)

10. Pembelajaran/Penyebab

ala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual atau potensial. (Aziz Alimul, 2009 : h 92)

Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu. Keluarga dan masyarakat tentang masalah
kesehatan aktual atau potensial. Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan
perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data. Dimana menurut Nanda diartikan sebagai defensial arakteristik definisi karakteristik
tersebut dinamakan tanda dan gejala suatu yang dapat diobservasi dan gejala sesuai yang dirasakan oleh klien.

Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah :
1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya
tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis aktual
2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi
pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi
dan bentuk tubuh
5. Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta
bantuan
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, meminta
informasi.

2.2.3 Perencanaan

Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi
masalah pasien.

(Aziz Alimul. 2009 : h 106)

Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes et al (2000) adalah :

Diagnosa keperawatan I

Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload, vasokontruksi, iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat
diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis actual.
Intervensi :

Pantau TD

Catat keberadaan

Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas

Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan lingkungan

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Rasionalisasi

Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah kaskuler

Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan SVR 0 dan kongesti vena)

Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik

Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin keterkaitan dengan kosokentreksi atau mencerminkan
kekomposisi/penurunan curah jantung

Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler

Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi

Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan perjalanan penyakit hipertensi

Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga tak menurunkan TD
Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah penting sedikit dan dosis paling rendah.

Diagnosa Keperawatan II

Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium
suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu.

Intervensi :

Kaji respon pasien terhadap aktivitas

Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas

Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan energi

Rasionalisasi :

Tekhnik menghemat energy, mengurangi penggunaan energy, membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Kemajuan aktifitas berharap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba

Diagnosa keperawatan III


Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan.

Intervensi :

Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi

Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan

Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet

Rasionalisasi :

Meminimalkan stimulus / meningkatkan relaksasi

Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat / memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan
komlikasinya

Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral

Pusing dan penglihatan kabur sehingga b/d sakit kepala

Menurunkan / mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf simfatis

Dapat mengurangi tegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat.

Diagnosa IV
Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal
untuk tinggi dan bentuk tubuh.

Intervensi :

Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku

Saraf laporan gangguan tidur

Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan kemungkinan startegi untuk mengatasinya

Dorong pasien untuk mengevaluasi prioitas tubuh.

Rasionalisasi :

Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan
peningkatan masa tubuh

Kesalahan kebiasaan makanan menunjang terjadinya ateroskelrosis dan kegemukan yang merupakan preposisi untuk hipertensi dan komlikasinya

Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali
tidak berhasil

Mengindikasikan kekuatan/kelemahan dalam menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian / penyuluhan

Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori per hari secara teori dapat menurunkan BB 0,5 kg/hari

Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan
Penting untuk mencegah perkembangan heterogenesis

Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.

Diagnosa V

Koping, individual, infektif b/d krisis situasional / maturasional, perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi
atau meminta bantuan.

Intervensi :

Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar

Tetapkan dan nyatakan batas Hd normal

Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular

Bahan pentingnya menghentikan merokok

Rasionalisasi :

Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi hipertensi klanik menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam kehidupan
sehari-hari

Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik
Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan

Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa yang tidak menentu dan tidak berdaya.

Diagnosa keperawatan IV

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, menerima
informasi

Intervensi :

Bela penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut

Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional

Sarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

Rasionalisasi :

Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan
Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa sehat

Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular

Nikotin meningkatakan pelepasan katekolomamin, mengakibatkan peningkatan frekwensi jantung, TD fasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan
dan meningkatkan beban kerja miokardium.

(Doengoes et al, 2001 : 41-49)

2.2.4 Implementasi

Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan.
(Aziz Alimuml. 2001 : h 11)

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan
penyakit. Pemulihan kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik. Jika klien mempunyai
keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien tindakan.

Adapun implementasi pada pasien hipertensi adalah :


Diagnosa keperawatan I :

Memantau TD

Mencatat keberadaan

Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas

Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas / keributan lingkungan

Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Diagnosa keperawatan II :

Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas

Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas

Mengintruksikan pasien terhadap teknik penghematan energy

Diagnosa keperawatan III :

Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi

Menetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan


Mengkaji ulang masukkan kalori harian dan pilihan diet

Diagnosa keperawatan IV

Mengkaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku

Mencatat laporan gangguan tidur

Membantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya

Mendorong pasien untuk mengevaluasi prioritas tubuh

Diagnosa keperawatan V

Mengkaji kesiapan dan hambatan dalam belajar

Menetapkan dan nyatakan batas Hd normal

Membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler

Membahas pentingnya menghentikan merokok

Diagnosa keperawatan VI :

Memberi penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut

Menjelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional


Menyarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz
Alimul. 2009 : hi 12)

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan
dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan:

1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)

2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan)

(lyer, at al, 1996)

Adapun evaluasi keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah :

Diagnosa I

Berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan Td beban kerja jantung

Mempertahankan Td dalam rentang individu yang dapat diterima

Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien
Diagnosa II

Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan

Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur

Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi

Diagnosa III

Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan hilang / terkontrol

Mengungkan metode yang memberikan pengurangan

Mengikuti reqman farmokologi yang diresepkan

Diagnosa IV

Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan

Menunjukkan perubahan pola makan


Melakukan / mempertahankan program olaraga yang tepat seacar individual

Diagnosa V

Mengidentifikasi prilaku koping efektif konsekuensinya

Mendemontrasikan penggunaan keterampilan / metode koping efektif

Diagnosa VI

Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen

Mempertahankan Td dalam perimeter normal


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Pasien

a. Identitas Pengkajian

Nama : Tn.M

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 60 Tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiun

Alamat : Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan

Tanggal Masuk : 16 April 2012

No.Register : 06-46-47

Ruangan/Kamar : Mengkudu (K2B2)

Golongan Darah : O

Tanggal Pengkajian : 17 April 2012

Tanggal Operasi : -

Diagnosa Keperawatan : Hipertensi


b. Penanggung Jawab

Nama : Tn.D

Hubungan dengan Pasien : anak

Pekerjaan : PNS

Umur : 25 Tahun

Alamat : Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan

3.1.2 Keluhan Utama

Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai, sakit kepala disertai leher terasa tegang dan kaku.

3.1.3 Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien dirawat dirumah sakit umum Dr.Rm Djoelham di ruangn mengkudu dengan keluhan kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk
terasa tegang, pasien mengatakan sulit beraktivitas.
3.1.4 Riwayat Masa Lalu

Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 1987 dengan kasus yang sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses
penyembuhan

3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien adalah faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita
hipertensi ibu pasien juga pernah menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi.

3.1.6 Riwayat Keadaan Psikososial

Pasien mempergunakan bahasa Indonesia, presepsi terhadap penyakitnya, pasien sangat optimis untuk cepat sembuh dan pasien selalu berharap
dan berdoa kepada Allah SWT, pasien memilki hubungan yang sangat baik dengan keluarga dan saudara.

Genogram
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Laki-laki exit (meninggal)

: Perempuan exit (meninggal)

: Tinggal satu rumah

: Hubungan / pertalian keluarga


: Penderita / pasien

Dari keterangan genogram diatas orangtua pasien keduanya sudah meninggal, orang tua laki-laki pasien meninggal karena terserang penyakit
kanker hati, sedangkan ibu pasien meninggal karena penyakit hipertensi, dari hasil perkawinan ke-2 orangtua pasien terdapat 10 jumlah saudara pasien,
dari kesepuluh jumlah saudara kandung pasien tersebut dirinci sebagai beriku : anak pertama perempuan, dan anak kedua perempuan, kedua anak
perempuan tersebut meninggal karena menderita penyakit kanker rahim. Kemudian anak ketiga laki-laki adalah pasien yang menderita penyakit
hipertensi yang dirawat dirumah sakit umum Dr.RM.Djoelham. Anak keempat perempuan, anak kelima adalah laki-laki dan meninggal karena penyakit
stroke, anak keenam laki-laki, anak ketujuh laki-laki, anak kedelapan laki-laki, anak kesembilan laki-laki dan anak kesepuluh perempuan. Anak
kesepuluh ini meninggal karena menderita penyakit stroke.

Pasien menikah dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-laki yang sudah menikah, anak kedua perempuan dan anak ketiga perempuan,
mereka tinggal dalam satu rumah terkecuali anak pertama yang sudah berumah tangga. Sementara riwayat sang istri pasien, kedua orang tuanya itu sudah
meninggal dan orang tua laki-laki dari istri meninggal dikarenakan menderita penyakit kanker hati. Jumlah saudara istri pasien ada delapan, belum ada
yang meninggal dari delapan saudara pasien tersebut.

3.1.7 Pemeriksaan Fisik

TD : 170/100 mmHg

Pols : 90 x/i

RR : 22 x/i

Temp : 350c
Keadaan umum : Lemah

Penampilan : Pasien kurang rapi dan bersih

: Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal (dengan prevalensi 15) sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaannya

TB : 178 cm

BB : 94 Kg

Ciri Tubuh : Gemuk

3.1.8 Pengkajian Pola Fungsional

a. Kepala

Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe

b. Penglihatan

Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik tidak dijumpai

c. Penciuman

Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-bauan

d. Pendengaran

Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya peradangan dan pendarahan

e. Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun peradangan

f. Pernafasan

Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan

g. Jantung

Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak adanya dijumpai nyeri pada dada

h. Abdomen

Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar

i. Ekstremilasi

pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit beraktivitas, semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat

j. Pola Kebiasaan

1. Nutrisi

Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa 3 x 1 hari, makanan kesukaan yang berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak ada.

Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis 1/3 porsi dengan diet M2, pasien dilarang makan makanan yang banyak
mengandung minyak dan lemak.

2. Eliminasi

B : Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi lembek

Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi lembek

K : Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari


Sesudah masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari

3. Pola Istirahat

Sebelum masuk Rumah Sakit pasien tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2 jam,

Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari pasientidak bisa tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang nyaman,
sehingga klien tampak kusam dan pucat.

4. Pola Aktivitas

Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan jumlah jam kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya
hospitalisasi suasana dirumah sakit tidak terlaksana optimal karena badrest

5. Personal Hygine

Sebelum masuk Rumah Sakit pasien mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali kulit kepala bersih, sikat gigi 2 x sehari.

6. Therapy

Infus RL : 20 gtt/i

Furosemide : 1 amp/12 jam

Amlodepine : 2 x 10 mg

Dulculax syrp :3x1

Cotrimoxazole : 3x4 80 mg
B.Laxadine : 3x1

Ludios : 2x1

Sohobion : 2x1

3.1.9 Data Penunjang

Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratoriun sebagai berikut :

No Kimia Darah Hasil Normal Unit


1 Bil.total 1,35 <1 Mg/dL
2 Bil.Direk 0,59 <0,25 Mg/Dl
3 SGOT 30,5 <37 U/I
4 SGPT 38,4 <40 U/I
5 Ureum 27,2 10-15 Mg/dL
6 Kreatinim 1,08 0,6-11 Mg/dL
7 Uric acid 7,8 3,4-70 Mg/dL
8 Cholesterol total 129 <200 Mg/dL
9 Mglyceride 93 <150 Mg/dL
10 HDL 38 >55 Mg/dL
11 LDL 72 <150 Mg/dL

No Gula Darah Hasil Normal


1 Puasa 75-115
2 2 Jam pp <120
3 dd random 92
4 serologi

3.1.10 Analisa Data

NO DATA PENYEBAB MASALAH


DS:
1 Pasien mengatakan kepala pusing, Peningkatan tekanan Gangguan rasa nyaman
dan leher terasa tegang. darah nyeri
DO: : Px tampak meringis kesakitan,
kondisi badan lemah.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C

DS:
2 Pasien mengatakan tidak selera makan Perubahan jenis diet Gangguan pola nutrisi
DO: pasien tampak lemah, Makanan yang
di sajikan habis 1/3 porsi
3 DS: Pasien mengatakan susah tidur Efek Hospitalisasi Gangguan istirahat
DO: pasien tampak pucat, mata cekung, tidur tidur
malam + 2 jam pasien susah tidur
siang
4 : pasien mengatakan kedua kakinya
Ds kelemahan fisik Gangguan pola
susah digerakkan aktivitas

Do : aktivitas pasiens di bantu oleh


keluarga dan perawat
Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis kesakitan, kondisi badan lemah.

TD : 170/100 mmHg

Pols : 90 x/i

RR : 22 x/i

Temp : 370C

2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi

3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2 jam, pasien susah tidur siang

4. Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai dengan aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
3.1.11 Diagnosa Keperawatan

Nama : Tn.M

Umur : 60 Tahun

Ruang : Mengkudu

No.Reg : 06-46-47

Tabel Asuhan Keperawatan

DIAGNOSA PERENCANAAN
NO DATA TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONALISASI
DS:
1 Pasien mengatakan Gangguan rasa nyaman Nyeri danAtur posisi Dengan mengatur posisi Mengatur posisiS: Pasien mengatakan
kepala pusing, nyeri b/d pusing semifowler pasien semi fowler pasien pasien kepala masih pusing
dan leher terasa peningkatan tekanan hilang Berikan istirahat diharapkan pasien Memberikan O:TD:160/100 mmHg
tegang. darah d/d pasien yang cukup merasa nyaman istirahat yang cukup A: Masalah belum
tampak meringis Anjurkan pasien Dengan memberikan Menganjurkan teratasi
DO: : Px tampak meringis kesakitan, kondisi untuk menghindari istirahat yang cukup pasien untukP: R/T dilanjutkan
kesakitan, kondisi badan lemah. makanan yang diharapkan rasa nyeri menghindari
badan lemah TD : 170/100 mengandung garam pasien berkurang makanan yang
TD : 170/100 mmHg Kolaborasi dengan Dengan menghindari mengandung garam
mmHg Pols : 90 x/i dokter dalam makanan yang Berkolaborasi
Pols : 90 x/i RR : 22 x/i pemberian obat mengndung garam dengan dokter
RR : 22 x/i Temp : 370C diharapkan dapat dalam pemberian
0 menghindari
Temp : 37 C obat :
peningkatan tekanan
darah Furosemide = 1
Dengan berkolaborasi amp/12 jam
dengan dokter Amlodepine = 2 x
diharapkan pasien 10 mg
mendapat penanganan
lebih lanjut.
DS:
2 Pasien mengatakan Gangguan pola Kebutuhan Beri makan pasien Dengan memberikan Memberikan makanS: Pasien mengatakan
tidak selera makan nutrisi b/d nutrisi sedikit tapi sering makan makan pasien pasien sedikit tapi selera makan pasien
perubahan jenis diet terpenuhi Beri makanan sedikit tapi sering sering ada
DO: pasien tampak lemah, d/d Makanan yang dalam keadaan diharapkan pasien Memberikan O: Pasien masih
Makanan yang di sajikan di sajikan habis 1/3 hangat mudah mencerna makanan yang tampak lemah
habis 1/3 porsi porsi Beri makanan yang makanan yang hangat A: Masalah sebagian
berpariasi dimakannya Memberikan teratasi
Beri penjelasan Dengan memberikan makanan yangP: R/T dilanjutkan
tentang manfaat makanan dalam keadaan berpariasi
makanan hangat diharapkan dapat Memberi penjelasan
menambah nafsu makan tentang manfaat
pasien makanan
Dengan memberikan
makanan yang
berpariasi diharapkan
pasien tidak bosan
dengan makanan yang
disediakan
Dengan memberikan
penjelasan
makanan pada pasien,
agar pasien mengetahui
manfaat makanan

3 DS: Pasien Gangguan istirahat Istirahat Beri pasien Dengan memberikan Memberikan pasienS: Pasien mengataka
mengatakan susah tidur b/d efek tidur ruangan yang pasien ruangan yang ruangan yang bisa tidur siang
tidur hospitalisasi d/d pasien nyaman nyaman diharapkan nyaman O: Pasien tampak
pasien tampak terpenuhi Batasi jam pasien merasa nyaman Membatasi lemas
DO: pasien tampak pucat, mata cekung, berkunjung pasien ; Dengan membatasi jam jamberkunjung A: Masalah sebagian
pucat, mata cekung, tidur malam + 2 pagi jam 10-12 berkunjung diharapkan Batasi jumlah teratasi
tidur malam + 2 jam susah tidur Sore 16-17 pasien dapat beristirahat pengunjung P: R/T dilanjutkan
jam pasien susah siang Malam 19-21 Dengan Menghindari
tidur siang Batasi jumlah membatasi jumlah keributan
pengunjung pengunjung agar pasien Merapikan tempat
Hindari keributan merasa tenang tidur pasien setiap
Rapikan tempat hari
tidur pasien Dengan menghindari
keributan diharapkan
pasien dapat beristirahat
dengan nyaman
Dengan merapikan
tempat tidur pasien
setiap hari diharapkan
dapat meningkatkan
kenyamanan pasien
setiap hari

4 : pasien mengatakan
Ds Gangguan pola aktivitas Bantu aktivitas- Dengan membantu S : Pasien
kedua kakinya susah aktivitas b/d pasien pasien membantu pasien aktivitas pasien mengatakan kedua
digerakkan terpenuhi Beri posisi yang untuk berativitas -
kelemahan fisik d/d kakinya sudah bias
Do : aktivitas paiens di nyaman semi Agar kedua kaki - Memberi posisi
pasien tampak
bantu oleh keluarga fowler pasien tidak terasa yang nyaman semi di gerakan
dan perawat susah melakukan Dekatkan barang- kaku fowler O : Pasien susah
aktivitas, semua barang dibutuhkan - Dengan memberikan - Mendekatkan untuk beraktivitas
aktivitas dibantu pasien posisi semifowler di barang-barang A : Masalah
oleh keluarga dan harapkan dapat yang dibutuhkan sebagian teratasi
perawat mengurangi rasa nyeri pasien P : R/T dilanjutkan
pada pasien
Pasien dapat
menjangkau barang-
barang yang diperlukan
pasien
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis temukan dalam praktek tentang kasus implementasi antara tinjauan
teoritis dengan tinjauan kasus di Rumah Sakit Umum DR.RM.Djoelham Kota Binjai. Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan mulai dari tahap
pengkajian sampai dengan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pada tahap pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh pengumpulan data yuang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap
ini tidak ditemukan kesulitan, karena px dalam sadar dan mau bekerja sama sehingga data dapat diperoleh dengan mudah.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tahap pengkajian, maka ditemukan 3 diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus, sedangkan pada
tinjauan teoritis ditemukan 6 diagnosa keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan teoritis :


1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan after lood vasoontriksi, iskemia miokardia, hipertrapi d/d tidak dapat diterapkan adanya
tanda dan gejala yang menetapkan diagnosa

2. Nyeri (akut) sakit kepala b/d peningkatan tekanan paskuler serebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang teletak region selebral terjadi pada saat
bangun tidur dan tulangn secara spontan

3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d laporan verbal tentang keletian dan kelemahan

4. Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh d/d masukan berlebihan dengan kebutuhan matabolik d/d berat badan 10-20% lebih dari ideal untuk tinggi
dan bentuk tubuh

5. Koping individual, infektif b/d krisis situasional imaturrasional, perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau
meminta bantuan

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang pengetahuan/daya ingat d/d menyatakan masalah meminta informasi.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis kesakitan, kondisi badan lemas.

TD : 170/100 mmHg

Pols : 90 x/i

RR : 22 x/i

Temp : 370C

2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2 jam pasien susah tidur siang

4. Gangguan pola aktivitas b/d kelemahan fisik d/d aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
Adapun berbandingan antara diagnosa keperawatan menurut tinjauan teoritis yang tidak terdapat pada tinjauan kasus

1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan arteroid vasa kontriksi, iskemia intruksi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan
gejala yang menetapkan diagnosis aktual. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px tidak ada penurunan resiko tinggi terhadap curah jantung

2. Mekanisme koping b/d krisis situasional d/d ketidak nyamanan untuk mengatasi atau meminta bantuan. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px
mempunyai mekanisme koping yang baik

3. Kurangnya pengetahuan mengenai rencana pengobatan b/d kognitif. Ini tidak baik dijumpai pada tinjauan karena px memahami prosedur pengobatan
yang diberikan oleh tim medis.

Sedangkan diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yang tidak ditemukan pada tinjauan teoritis

1. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 4 jam susah tidur siang

4.3 Perencanaan

Merupakan lanjutan dari diagnose keperawatan dalam rangka mengatasi permasalahan yang timbul, penulis menyusun satu perencanaan tindakan
keperawatan agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat dilakasanakan lebih rasional dan benar-benar berkualitas sehingga kebutuhan px dapat
terpenuhi dengan optimal.
4.4 Pelaksanaan

Pada dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap mengacu pada perencanaan yang disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat
dilaksanakan dengan baik tanpa adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal ini dapat terlaksana dengan baik berkat adanya kerja sama yang baik
antara penulis dengan px, keluarga px dan tim medis juga tersedianya fasilitas yang memadai.

4.5 Evaluasi

Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan keluarga px, dokter dan perawat ruangan, sehinigga hasil yang ditetapkan
dapat diamati dengan jelas, disamping itu px memberikan respon yang positif terhadap tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.

Anda mungkin juga menyukai