Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NEONATOLOGI
A. ASFIKSIA
1. Pengertian
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan
adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2012).
2. Etiologi
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :
a. Asfiksia dalam kehamilan
1) Penyakit infeksi akut
2) Penyakit infeksi kronik
3) Keracunan oleh obat-obat bius
4) Uraemia dan toksemia gravidarum
5) Anemia berat
6) Cacat bawaan
7) Trauma
b. Asfiksia dalam persalinan
1) Kekurangan O2.
2) Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
3) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke uri.
4) Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
5) rolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul.
6) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
7) Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
8) Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
9) Paralisis pusat pernafasan
10) Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
11) Trauma dari dalam : akibat obat bius.
c. Faktor ibu
1) Hipoksia ibu
2) Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau
anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan
segala akibatnya.
3) Gangguan aliran darah uterus
4) Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan
pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena
perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi.
d. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta.
e. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung,
melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin.
f. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal
yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat
persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi
misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan,
hipoplasia paru.
Hipoksia ibu,ganggun aliran darah uterus,faktor plasenta,faktor
fetus,faktor tali pusat
ASFIKSIA
dipsneu
Suplai O2 di
perifer
Pola nafas tidak
efektif
3. Web of Causation Perfusi jaringan
Gangguan
termoregulasi
Gangguan perfusi
jaringan
Gangguan pertukaran
gas
hipotermi
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Tujuan Dan
Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
Pola Nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien
- Depresi pusat pernafasan tindakan kepala semi ekstensi
- Kelemahan otot pernafasan keperawatan selama 2. Auskultasi suara
- Imaturas neurologis d.d: jam pasien nafas, catat adanya
menunjukkan suara tambahan
DS: keefektifan pola 3. Monitor pola nafas
- Dyspnoe nafas, dibuktikan 4. Monitor vital sign/ 2
- Ortopnoe dengan kriteria hasil: jam
DO: Retraksi dinding 5. Pertahankan jalan
Diagnosa Tujuan Dan
Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
- Penggunaan alat bantu dada tidak ada nafas yang paten
nafas CRT< 2 detik 6. Kolaborasi :
- Fase ekspirasi memanjang Cyanosis tidak - Pemberian 02
- Pola nafas abnormal ada sesuai saturasi
(takipnoe, bradipnoe, Nafas cuping advis DPJP
hiperventilasi, kusmaul) hidung tidak ada - Pemasangan
- Diameter torak anterior dan Tanda Tanda vital CPAP jika perlu
posterior meningkat dalam rentang - Pemberian therapi
- Ventilasi segmenit normal (tekanan injeksi
menurun darah, nadi,
- Pernafasan cuping hidung pernafasan)
- Kapasitas vital menurun Suhu : 36.5C-
- Tekanan ekspirasi 37.5C
menurun Nadi : 140-
- Tekanan inspirasi menurun 160x/mnt
RR : 40-60
x/mnt
B. LABIOPALATOSKIZIS
1. Pengertian
Labiopalatoskizis/Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh
gagalnya propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama
perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2012).
2. Etiologi
Faktor genetik atau keturunan
Kegagalan fase embrio yang penyebabnya belum diketahui.
Kekurangan nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu hamil,
kekurangan asam folat.
Akibat gagalnya prosessus maksilaris dan prosessus medialis menyatu
Beberapa obat (korison, anti konsulfan, klorsiklizin).
Mutasi genetic atau teratogen (agen/faktor yang menimbulkan cacat pada
embrio).
Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin, contohnya seperti infeksi
Rubella dan Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia
Radiasi
Stress emosional
C. Web of Casation
Defisit Nutrisi
Resiko aspirasi
4. Diagnosa keperawatan
Risiko Gangguan
Volume cairan Defisit Nutrisi
Integritas Kulit
4. Diagnosamenurun
interstisial Keperawatan
Diagnosa Tujuan Dan
Keperawatan Intervensi
Kriteria Hasil
Hipovolemia
Hipovolemiab.d Setelah dilakukan 1. Monitor vital sign setiap
- Kehilangan cairan aktif tindakan keperawatan 2 jam
- Kegagalan mekanisme selama ....... jam defisit 2. Monitor status hidrasi
regulasi volume cairan teratasi (kelembaban membran
- Peningkatan permeabilitas dengan kriteria hasil: mukosa, nadi adekuat,
kapiler Mempertahankan tekanan darah
- Kekurangan intake cairan urine output sesuai ortostatik), jika
- Evaporasi d.d: dengan usia dan BB, diperlukan
BJ urine normal, 3. Pertahankan catatan
DS : nadi, suhu tubuh intake dan output yang
- dalam batas normal akurat
Suhu : 36.5C- 4. Kolaborasi pemberian
DO: 37.5C cairan IV
- Frekuensi nadi meningkat Nadi : 140-160x/mnt 5. Kolaborasi
- Nadi teraba lemah RR : 40-60 x/mnt kemungkinan tranfusi
- Tekanan darah menurun Tidak ada tanda tanda dan Persiapan untuk
- Turgor kulit menurun dehidrasi, Elastisitas tranfusi
- Membran mukosa kering turgor kulit baik,
- Volume urin menurun membran mukosa
- Hematokrit meningkat lembab, tidak ada
- Suhu tubuh meningkat rasa haus yang
- Konsentrasi urin meningkat berlebihan
- Berat badan turun tiba-tiba
Defisit nurtisi b.d: Setelah dilakukan 1. Observasi TTV setiap 2
- Ketidakmampuan untuk tindakan keperawatan jam
menelan makanan selama . jam nutrisi 2. Monitor adanya
- Ketidak mampuan untuk kurang teratasi dengan penurunan BB
indikator: 3. Timbang BB setiap hari
mencerna makanan
Adanya peningkatan 4. Monitor pucat,
- Ketidak mampuan untuk
berat badan sesuai kemerahan, dan
mencerna nutrisi d.d: dengan tujuan kekeringan jaringan
DS: Berat badan konjungtiva
- Cepat kenyang setelah meningkat 20% dari 5. Berikan minum asi/pasi
makan BB sebelumnya tiap 2-3 jam
- Nafsu makan menurun Tidak ada tanda 6. Ajarkan ibu cara
tanda malnutrisi (Hb: menyusui yang benar
Diagnosa Tujuan Dan
Keperawatan Intervensi
Kriteria Hasil
DO: >12mg/dl, tonus otot 7. Kolaborasi dengan
- Berat badan menurun normal, membran dokter tentang
minimal 10% dibawah mukosa tidak pucat kebutuhan suplemen
Menunjukkan makanan seperti NGT/
rentang ideal
peningkatan fungsi TPN sehingga intake
- Bisingusus hiperaktif
pengecapan dari cairan yang adekuat
- otot menelan lemah
menelan dapat dipertahankan.
- membran mukosa pucat
8. Pertahankan terapi IV
- sariawan
line
- serum albumin turun
- diare
D. ATRESIA ANI
1. Pengertian
Atresia ani/anus imperforata adalah malformasi congenital dimana rectum tidak
mempunyai lubang keluar (Walley,2012)
Menurut Ladd dan Gross (2010) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:
a. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus
b. Membran anus yang menetap
c. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-
macam jarak dari peritoneum
d. Lubang anus yang terpisah dengan ujung
2. Etiologi
Secara pasti belum diketahui
Merupakan anomali gastrointestinal dan genitourinary
Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi
lahir tanpa lubang dubur
Gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan
embriogenik
Kelainan bawaan
3. Web Of Cusation
Atresia Ani
Feses masuk ke
uretra
Feses
Konstipasi
menumpuk
Mikroorganisme masuk
Tekanan intra abdomen ke saluran kemih
4. Diagnosa Keperawatan
E. HYPERBILIRUBINEMIA
1. Pengertian
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis tersering ditemukan pada
bayi baru lahir, dapat disebabkan oleh proses fisiologis, atau patologis, atau
kombinasi keduanya.Ikterus neonatorum adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir
dimana kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama dengan
ditandai adanya ikterus yang bersifat patologis (lubis, 2013)
2. Etiologi
Polychetemia (Peningkatan jumlah sel darah merah) akibat dari diabetes millitus
pemerahan tali pusat, transfuse maternal-fetal, dan hipoksia janin.
Isoimmun Hemolytic Disease (kehamilan dan kelahiran resiko tinggi,
inkompatibilitas ABO atau RH, defisiensi G6PD, sepsis)
Kelainan struktur dan enzim sel darah merah
Ekskresi bilirubin yang terganggu
Defek metabolisme sel darah merah: defek enzim sel drah merah menggangu
fungsi erytrosit dan mempepedek entang hidup sel darah merah (misal:
defisiensi G6PD, defisiensi vyrupat kinase, defisensi heksokinase, serta porfiria
eritropoetik congenital)
Abnormalitas struktur sel daah merah: erytrosit berbentuk abnormal tak dapat
bersikulasi dengan baik dan dianggap asing oleh limpa yang mengakibatkan
peningkatan destruksi, misal: Sferositosis Infantile.
Keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat, kortikosteroid, kloramfenikol)
3. Web of Causation
HIPERBILIRUBIN
Sirkulasi
Gangguan
enterohepatik
fungsi hati
Pemecahan
Bilirubin lethargi bilirubin
Indirek
Menyusui Peristaltic
tidak efektif usus
Diare
Radiasi Fototerapi
Pengeluaran
volume cairan
Risiko
dan intake
kerusakan Perubahan Pemisahan
integritas suhu bayi dg orang
kulit lingkungan tua
Penguapan
Risiko
Hipertermi
4. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Tujuan Dan
Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
Hipovolemia b.d Setelah dilakukan 1. Monitor vital sign
- Kehilangan cairan aktif tindakan keperawatan setiap 15menit 1-2
- Kehilangan selama..... jam defisit jam
mekanisme regulasi volume cairan teratasi 2. Monitor status
- Kekurangan intake dengan kriteria hasil: hidrasi (kelembaban
cairan Mempertahankan membran mukosa,
- Peningkatan urine output sesuai nadi adekuat,
permeabilitas kapiler dengan usia dan BB, tekanan darah
Evaporasi d.d : BJ urine normal, ortostatik ), jika
nadi, suhu tubuh diperlukan
DS : - dalam batas normal 3. Pertahankan catatan
DO: Suhu : 36.5C- 37.5C intake dan output
1. Penurunan turgor Nadi : 140-160x/mnt yang akurat
kulit/lidah RR : 40-60 x/mnt 4. Beri minum asi/ tiap
2. Membran mukosa/kulit Tidak ada tanda tanda 2-3 jam
kering dehidrasi, Elastisitas 5. Kolaborasi :
3. Peningkatan denyut nadi, turgor kulit baik, kemungkinan
4. Konsentrasi urine membran mukosa tranfusi
meningkat lembab, tidak ada rasa 6. Kolaborasi dengan
5. Temperatur tubuh
haus yang berlebihan DPJP
meningkat
Dalam pemberian
6. Kehilangan berat badan
IV line
secara tiba-tiba
7. Perubahan status mental
c. Faktor ibu
1) Penyaki
2) Usia ibu
3) Keadaan sosial ekonomi
4) Kondisi ibu saat hamil
3. Web of causation
Faktor Ibu Faktor plasenta Faktor Janin
BBLR
Penguapan Pemaparan
berlebih Kehilangan Kekurangan Penurunan Paru Otak kulit
dgn suhu Reflek menelan
luar panas melalui cadangan daya tahan
belum sempurna
kulit energi
Kehilangan Kehilangan Vaskuler Imaturitas Ginjal
cairan panas Paru imatur sentrum2 vital
Resiko
Malnutrisi
Infeksi mata
Dehidrasi Hipovolemia Insufisiensi
pernafasan
Hipoglikemi usus
Pola nafas
tidak efektif
4. Diagnosa keperawatan
Alveolus kolaps
Hipotermia
Takipneu
edema
Ketidakadekuatan Risiko
intake Hipovolemia
Defsit Nutrisi
4. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Tujuan Dan
Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
Pola Nafas tidak efektif b.d : Setelah dilakukan 1 Posisikan pasien
- Depresi pusat tindakan kepala semi
pernafasan keperawatan ekstensi
- Kelemahan otot selama . jam 2 Auskultasi suara
pernafasan pasien nafas, catat adanya
- Imaturitas neurologis menunjukkan suara tambahan
- Penurunan energi keefektifan pola 3 Monitor pola nafas
- Sindrom hipoventilasi
nafas, dibuktikan 4 Monitor vital sign/ 2
dd:
dengan kriteria jam
DS:
hasil: 5 Pertahankan jalan
- Dispnea
Retraksi dinding nafas yang paten
- ortopnea
dada tidak ada 6 Kolaborasi :
DO:
CRT< 2 detik - Pemberian 02
- penggunaan otot bantu nafas
Cyanosis tidak sesuai saturasi
- fase ekspirasi memanjang
ada advis DPJP
- pola nafas abnormal (takipnu,
Nafas cuping - Pemasangan
bradipnu, hiperventilasi,
hidung tidak ada CPAP jika perlu
kusmaul)
Tanda Tanda - Pemberian
- diameter torak anterior
vital dalam therapi injeksi
posterior meningkat
rentang normal
- ventilasi segmenit menurun
(tekanan darah,
- pernafasan cuping hidung
nadi,
- tekanan ekspirasi dan
pernafasan)
inspirasi menurun
Suhu : 36.5C-
37.5C
Nadi : 140-
160x/mnt
RR : 40-60
x/mnt
Gangguan Pertukaran gas b.d : Setelah dilakukan 1. Monitor TTV/ 2 jam
- ketidakseimbangan perfusi tindakan 2. Monitor respirasi
ventilasi keperawatan dan status O2
- perubahan membran selama .. jam 3. Monitor jalan
kapiler-alveolar d.d : Gangguan nafas :
DS: pertukaran pasien bradipena,
- dispnoe teratasi dengan takipenia,
kriteria hasi: kussmaul,
DO: Tanda tanda hiperventilasi
- hiperkapni/hiperkarbi vital dalam 4. Auskultasi suara
- hipoksemi rentang normal nafas, catat area
- takikardi Suhu : 36.5C- penurunan / tidak
- kadar karbondioksida
37.5C adanya ventilasi
abnormal
Nadi : 140- dan suara
- pH arteri abnormal
- bunyi nafas tambahan 160x/mnt tambahan
- sianosis RR : 40-60 5. Auskultasi bunyi
- diaforesis x/mnt jantung, jumlah,
Diagnosa Tujuan Dan
Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
- gelisah AGD dalam irama dan denyut
- pernafasan cuping batas normal jantung
hidung Ph :7.35-7,45 6. Catat pergerakan
- pola nafas abnormal PCO2 : 35-45 dada,amati
mmHg kesimetrisan,
PO2 : 80- penggunaan otot
100mmHg tambahan, retraksi
TCO2: 23- otot supraclavicular
27mmol/L dan intercostal
Saturasi O2: 95 7. Observasi sianosis
% khususnya
HCO3: 22- membran mukosa
26mEq/L 8. Jelaskan pada
CRT < 2 detik keluarga tentang
persiapan tindakan
dan tujuan
penggunaan alat
tambahan (O2,
Suction, Inhalasi)
9. Kolaborasi dengan
DPJP:
- Pemeriksaan
AGD, elektrolit
- Pemeriksaan
rontgen
- Pemberian
therapi injeksi
H. SEPSIS
1. Pengertian
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak
dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu
orga saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa
didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah
persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella),
bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang ditemui.
(John Mersch, MD, FAAP, 2009)
2. Etiologi
Bakteri escherichia Coli
Streptococus group B
Stophylococus aureus
Enterococus
Listeria monocytogenes
Klepsiella
Entererobacter sp
Pseudemonas aeruginosa
Proteus sp
Organisme anaerobic
3. Web of caution
Sepsis Neonatorum
. Infeksi sistemik
mll peredaran
darah
Instabilitas Saluran Saluran Sistem
termoregulasi napas cerna kardiovaskuler
pola napas
tidak efektif
4. Diagnosa keperawatan
HIRSCHSPRUNG
Transient Tachypnea Of
The Newbron
Inflasi Paru
Peningkatan tekanan
hidrolik
Perbedaan cairan
interstisial di lumen Volume darah dan
paru paru meningkat
Perbedaan
kandungan
Perbedaan tekanan protein
osmotik Sesak
Aborbsi
protein kurang
Tekanan intrathorakal Pola nafas tidak
efektif
Defisit
nutrisi
4. Diagnosa Keperawatan
Tujuan Dan
Diagnosa Keperawatan Intervensi
Kriteria Hasil
Pola Nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Posisikan
berhubungan dengan : tindakan keperawatan pasien kepala semi
- Depresi pusat selama 3x 24 jam pasien ekstensi
pernafasan menunjukkan keefektifan 2. Auskultasi
- Kelemahan otot pola nafas, dibuktikan suara nafas, catat
pernafasan dengan kriteria hasil: adanya suara
- Imaturitas neurologis Retraksi dinding dada tambahan
- Penurunan energi tidak ada 3. Monitor
- Sindrom hipoventilasi CRT< 2 detik pola nafas
dd: Cyanosis tidak ada 4. Monitor
DS: Nafas cuping hidung vital sign/ 2 jam
- Dispnea tidak ada 4. Pertahanka
- ortopnea Tanda Tanda vital n jalan nafas yang
DO: dalam rentang normal paten
- penggunaan otot bantu (tekanan darah, nadi, 5. Kolaborasi :
nafas pernafasan) - Pemberian 02 sesuai
- fase ekspirasi Suhu : 36.5C- 37.5C saturasi advis DPJP
memanjang Nadi : 140-160x/mnt - Pemasangan CPAP
- pola nafas abnormal RR : 40-60 x/mnt jika perlu
(takipnu, bradipnu, - Pemberian therapi
hiperventilasi, kusmaul) injeksi
- diameter torak anterior
posterior meningkat
- ventilasi segmenit
menurun
- pernafasan cuping
hidung
- tekanan ekspirasi dan
inspirasi menurun
Defisit nutrisi DD Setelah dilakukan 1. Kaji bising
- Ketidak mampuan tindakan keperawatan usus dan abdomen
menelan makanan selama 1x24 jam setiap 4 jam
- Ketidak mampuan gangguan eliminasi 2. Ukur lingkar
mencerna makanan teratasi dengan kriteria abdomen/ 24 jam
- Ketidak mampuan hasil: 3. Dilatasikan
mengabsorbsi nutrisi Penurunan distensi anal sesuai program.
d.d: (scorsing/huknah tiap
abdomen. pagi dan sore)
DS:
DO: Meningkatnya 4. Pertahanka
- Distensi abdomen kenyamanan n puasa dan berikan
- Bising usus Cairan dan serat terapi hidrasi IV
hipo/hiperaktif adekuat sampai fungsi usus
- Teraba massa abdomen Hidrasi adekuat normal
atau rektal
- Perkusi tumpul
- Muntah
-
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Hidayat A. 2011. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba medika.
Anonim I, Five Common Cause of Neonatal Lung Disease, Learnin Radiology, 2015.
Jhonson,Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St. Louis
,Missouri ; Mosby.
Moorhead sue, Jhonson Marion, L maas meridean, Swanson Elizabeth. 2016. Nursing
Outcome Classification (NOC). Edisi 5 Elsevier: United Kingdom
Moorhead sue, Jhonson Marion, L maas meridean, Swanson Elizabeth. 2016. Nursing
Income Classification (NIC). Edisi 6 Elsevier: United Kingdom
Mutaqin, Arif dan Kumala Sari .2011. Gangguan Gastrointestinal, Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : Salemba Medika.
Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas Anak, Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika.