BENY HARJADI
Peneliti Utama (IV ) bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh di BP2TPDAS Solo
d
Sebaliknya beberapa daerah yang dikatakan aman dari longsor dicirikan oleh :
a). Kemiringan Lereng, tidak terlalu miring artinya daerah yang memiliki kemiringan
lereng kurang dari 15%, atau kalau orang berjalan tidak perlu membungkuk; b). Tidak
ada sesar atau tanah stabil, artinya sama sekali tidak ada tanda-tanda tanah bergerak
atau mengalami retakan tanah; c). Kedalaman regolit tanah atau kedalaman tanah
sampai pada lapisan bahan induk (batuan lunak) tidak lebih dari 2 m; d). Tidak adanya
mineral Montmorillonit tipe 2:1 dan Kaolinit tipe 1:1 yang biasa dicirikan adanya tekstur
tanah liat dengan warna merah/hitam (lengket dan kembang kerut); dan e). Tidak ada
lapisan kedap air sebagai bidang luncur akibat adanya batuan metamorf yang padu dan
berlapis-lapis.
RC
LS
AF
BD
JF
Gambar 2. Beberapa Tipe atau Jenis Longsor di Banjarnegara
DAFTAR PUSTAKA
Brook, K.N., Folliott, P. F., Gregersen, H.M., & Thames, J.K. (1991). Hy-drology and the
management of wa-tersheds. Ames, USA: Iowa State University Press.
Mardiatno, D., Woro, S., Sulaswono, B., Budiani, S.R., & MarfaI, M.A. (2001).
Penelitian daerah rawan longsor dan sistem penanggu-langannya di Kabupaten
Gunung Kidul. Prosiding Hasil-hasil Pene-litian Fakultas Geografi, UGM (pp. 36-
42).
Max Suter. (2004). A neotectonic-geo-morphologic investigation of the prehistoric rock
avalanche dam-ming laguna de metztitln (Hidalgo State, east-central Mexico).
Revista Mexicana de Ciencias Geolgicas, 21(3), 397-411.
Montgomery, D.R., Schmidt, K.M., Greenberg, H.M., & Dietrich, W.E. (2000). Forest
clearing and regional landsliding. Geology, 28(4), 311-314.
Schmidt K.M., Roering, J.J., Stock, J.D., Dietrich, W.E., Montgomery, D.R., & Schaub,
T. (2001). The varia-bility of root cohesion as an influ-ence on shallow landslide
suscep-tibility in the Oregon Coast Range. Can. Geotech. J. 38, 995-1024.