Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bronkopneumonia


Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh
nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain)
disebut pneumonitis.
Bronkopenumonia adalah peradangan pada parenkim paru dan disebut juga pneumonia
lobularis.
Pneumonia adalah kondisi peradangan paru-paru yang mempengaruhi kantung udara
mikroskopis yang dikenal sebagai alveoli . Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri dan kurang umum mikroorganisme lainnya , obat-obatan tertentu dan kondisi lain seperti
penyakit autoimun.

Gambar.1 Pneumonia

1
Gambar. 2 Pneumonia

2.2 Epidemiologi

Infeksi M. Pneumonia dapat dijumpai di seluruh dunia dan bersifat endemik. Prevalensi
kasus yang paling banyak dijumpai biasanya pada musim panas sampai ke awal musim gugur
yang dapat berlangsung satu sampai dua tahun. Infeksi tersebar luas dari satu orang ke orang lain
dengan percikan air liur (droplet) sewaktu batuk. Itulah sebabnya infeksi kelihatan menyebar
lebih mudah antara populasi yang padat manusianya misalnya di sekolah, asrama, pemukiman
yang padat dan camp militer.
WHO memperkirakan bahwa hingga satu juta kematian disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-negara
berkembang. Kematian akibat pneumonia umumnya menurun dengan usia sampai dewasa akhir.
Lansia juga berada pada risiko tertentu untuk pneumonia dan kematian terkait penyakit lainnya.
Di Inggris, kejadian tahunan dari pneumonia adalah sekitar 6 kasus untuk setiap 1000 orang
untuk kelompok usia 18-39 tahun. Bagi mereka 75 tahun lebih dari usia, ini meningkat menjadi
75 kasus untuk setiap 1000 orang. Sekitar 20-40 % individu yang memerlukan kontrak
pneumonia masuk rumah sakit yang antara 5-10% diterima ke unit perawatan kritis. Demikian
pula, angka kematian di Inggris adalah sekitar 5-10%. Individu-individu ini juga lebih cenderung
memiliki episode berulang dari pneumonia. Orang-orang yang dirawat di rumah sakit untuk
alasan apapun juga beresiko tinggi untuk pneumonia.

2
2.3 Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus,
jamur, dan protozoa. Pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar negeri banyak
disebabkan bakteri Gram Positif, sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan oleh
bakteri anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa
bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri
gram negatif.

Bakteri
Agen penyebab pneumonia dibagi menjadi organisme gram positif atau gram negatif,
seperti Streptococcus pneumoniaei (pneumokokus), Streptococcus pyogenes, Staphylococcus
aureus, Klebsiella pneumonia, Legionella, Haemophilus influenza.

Virus
Influenza virus, Parainfluenza virus, Syncytial adenovirus, chicken-pox (cacar air),
Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herpes simpleks, Hanta virus.

Fungi
Aspergilus, Fikomisetes, Blastomisites dermatitis, Histoplasma kapsulatum.

Aspirasi
Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.

Tabel .1 Penyebab Pneumonia dan kenapa Bisa Terjadi


Bakteri Pneumonia akibat bakteri ini biasanya terjadi setelah flu, demam, atau
ISPA yang menurunkan sistem imunitas tubuh. Sistem imunitas yang
lemah menjadi keadaan yang baik untuk bakteri berkembang biak di
paru , dan menimbulkan penyakit. Bermacam-macam bakteri dapat
menyebabkan pneumonia, yang tersering adalah Streptococcus
pneumonia (pneumokokus) dapat disebarkan apabila orang yang

3
terinfeksi batuk, bersin, atau menyentuh objek dengan tangan yang
terkontaminasi . Pneumonia akibat bakteri ini dapat menjadi lebih
serius bila dibandingkan dengan pneumonia akibat virus.
Virus Bermcam-macam virus dapat menyebabkan pneumonia. Contohnya
termasuk influenza, chickenpox, herpes simplex, dan respiratory
syncytial virus (RSV). Virus dapat ditularkan antar manusia ke
manusia lain melalui batuk, bersin, atau menyentuh objek dengan
tangan yang terkontaminasi yang berkontak dengan cairan dari orang
yang terinfeksi.
Jamur Bermacam-macam jamur dapat menyebabkan pneumonia. Yang
paling sering adalah jamur yang terhirup dari udara luar / lingkungan.
Aspirasi Pneumonia aspirasi terjadi apabila materi / bahan-bahan dalam
lambung atau benda asing terhirup masuk ke saluran pernapasan,
menyebabkan cedera, infeksi, atau penyumbatan.

Beberapa kelompok-kelompok mempunyai faktor resiko yang lebih tinggi untuk terkena
pneumonia, yaitu antara:
1. Usia lebih dari 65 tahun
2. Merokok
3. Malnutrisi baik karena kurangnya asupan makan ataupun dikarenakan penyakit
kronis lain.
4. Kelompok dengan penyakit paru, termasuk kista fibrosis, asma, PPOK, emfisema
5. Kelompok dengan masalah - masalah medis lain, termasuk diabetes dan penyakit
jantung
6. Kelompok dengan sistem imunitas dikarenakan HIV, transplantasi organ,
kemoterapai atau penggunaan steroid lama
7. Kelompok dengan ketidakmampuan untuk batuk karena stroke, obat-obatan sedatif
atau alkohol, atau mobilitas yang terbatas.
8. Kelompok yang sedang menderita infeksi traktus respiratorius atau oleh virus.

4
Ada beberapa faktor utama patogen tertentu pada pneumonia selain di atas adalah :
Table.2 Faktor resiko utama untuk pathogen tertentu pada pneumonia

Sebagian besar pneumonia bakteri didahului oleh infeksi virus. Etiologi menurut umur
dibagi menjadi :
1. Bayi baru lahir (neonatus-2 bulan)
Organisme saluran genital ibu :Streptokokus gru B, Escheria coli, dan kuman gram
negatif lain, Listeria monocytogenes, Chlamydia trachomatis : tersering, sifilis congenital -->
pneumonia alba. Sumber infeksi lain : Pasase transplasental, aspirasi mekonium, dan CAP.
2. Usia lebih dari 2-12 bulan
Streptococcus aureus dan Streptococcus grup A --> tidak sering tetapi fatal. Pneumonia
dapat ditemukan pada 20% anak dengan pertusis.
3. Usia 1-5 tahun
Streptococcus pneumonia, H. Influenzae, Streptococcus grup A, S. Aureus tersering
Chlamydia pneumonia : banyak pada usia 5-14 tahun (disebut pneumonia atipikal).
4. Usia Sekolah, Remaja sampai dengan Dewasa
Streptococcus pneumonia, Streptococcus grup A, dan Mycoplasma pneumonia
(pneumonia atipikal) terbanyak. Ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan resiko
infeksi oleh patogen tertentu pada pneumonia komunitas seperti di bawah ini:

5
Table.3 Faktor Perubah yang meningkatkan resiko infeksi oleh pathogen tertentu pada
pneumonia komunitas

2.4 Klasifikasi
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologi :
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia=CAP) pneumonia yang terjadi di
lingkungan rumah atau masyarakat, juga termasuk pneumonia yang terjadi di rumah sakit
dengan masa inap kurang dari 48 jam.
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia=HAP)
merupakan pneumonia yang terjadi di rumah sakit, infeksi terjadi setelah 48 jam berada di
rumah sakit. Kuman penyebab sangat beragam, yang sering ditemukan yaitu
staphylococcus atau bakteri dengan gram negative lainnya seperti E.coli, Klebsiella
pneumonia, Pseudomonas aeroginosa, Proteus,dll.
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised

6
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri
mempunyaitendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya Klebsiella pada penderita
alkoholik,Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada
penderitadengan daya tahan tubuh lemah (immunocompromised)

3. Berdasarkan predileksi infeksi


a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumonia bakterial, jarang pada bayi dan orang
tua.Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan olehobstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan.
Pneumonia Lobaris merupakan pneumonia focal yang melibatkan satu / beberapa
lobus paru. Bronkus besar umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran
airbronchogram. Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema yang
menyebar melalui pori-pori Kohn. Penyebab terbanyak pneumonia lobaris adalah
Streptococcus Pneumonia. Dibawah ini gambar foto radiologi pada pneumonia lobaris.

Gambar.3 Pneumonia Lobaris


7
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus (lobus
kanan bawah PA maupun Lateral) atau bercak yang mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air
bronchogram biasanya di temukan pada pneumonia jenis ini.

b. Bronkopneumonia( Pneumonia Lobularis ). Inflamasi paru-paru biasanya di mulai di


bronkiolus terminalis. Bronkioluds terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat
mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobules yang bersebelahan.
Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapatdisebabkan oleh
bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkandengan
obstruksi bronkus.

Gambar.4 Bronkopneumonia

c. Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkial.Peradangan dapat ditemukan pada infeksi virus dan mycoplasma. Terjadi
edema dinding bronkial dan juga edema jaringan interstisial prebronkial. Radiologis
berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat, diliputi perselubungan yang tidak
merata.

8
2.5 Patofisiologi
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru. Keadaan ini
disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya
tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit.
Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai
dan merusak permukaan epitel saluran napas. Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai
permukaan :
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi. Secara
inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur.
Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 -2,0 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal
atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas
(hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi
dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 %) juga pada
keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse).
Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10/ml, sehingga
aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang
tinggi dan terjadi pneumonia.
Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi.
Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran
napas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis
mikroorganisme yang sama.
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang
berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit
sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi. Sel-sel PMN mendesak
bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis

9
sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan. Pada waktu terjadi peperangan
antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik tersebut yaitu :
1. Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema. Kapiler melebar dan
kongesti serta didalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak,
beberapa neutrofil dan makrofag.
2. Zona permulaan konsolidasi (hepatisasi merah) : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi
sel darah merah. Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung
udara,warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Didalam alveolus terdapat
fibrin, leukosit neutrofil eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman.
3. Zona konsolidasi yang luas (Hepatisasi Kelabu) : daerah tempat terjadi fagositosis yang
aktif dengan jumlah PMN yang banyak. Lobus masih tetap padat dan warna merah
menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karna diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi
fibrin dan lekosit, tempat terjadi fagositosit pneumococcus. Kapiler tidak lagi kongestif.
4. Zona resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati, leukosit
dan alveolar makrofag. Eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan
lekosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin doresorbsi dan menghilang.

Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan 'Gray
hepatization' ialah konsolodasi yang luas.

10
Gambar. 5 Konsolidasi pada alveoli. Pneumonia

2.6 Diagnosa
1. Gambaran klinis
a. Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuhmeningkat
dapat melebihi 40 derajat C, batuk dengan dahak mukoid atau purulent kadang-kadang disertai
darah, sesak napas dan nyeri dada.
Bisa juga ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebabyang berhubungan
dengan faktor infeksi:
1. Evaluasi faktor predisposisi :
a) PPOK :H. Influenza
b) Penyakit kronik : lebih dari satu kuman
c) Kejang / tidak sadar : aspirasi Gram negatif, anaerob
d) Penurunan imunitas : gram negatif
e) Kecanduan obat bius :staphylococcus
2. Bedakan lokasi infeksi

11
a) PK :S. Pneumoniae, H. Influenza, M. Pneumoniae
b) Rumah jompo
c) PN :Staphylococcus aureus
3. Usia pasien
a) Bayi : virus
b) Muda :M. Pneumoniae
c) Dewasa :S. Pneumoniae
4. Awitan
a) Cepat, akut, dengan rusty coloured sputum :S. Pneumoniae
b) erlahan, batuk dengan dahak sedikit :M. Pneumoniae

b. Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Padainspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat mengeras, pada
perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi.

2. Pemeriksaan penunjang
a. Gambaran radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untukmenegakkan
diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan "air
bronchogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja
tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah
diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral
atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus. Pada
pasien yang mengalami perbaikan klinis ulangan foto toraks dapat ditunda karena resolusi
pneumonia berlangsung 4 12 minggu.

12
b. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,biasanya lebih dari
10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-
25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia,
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
Tabel.4 Kriteria diagnostic pneumonia nosocomial

2.7 Diagnosa Banding


1. Tuberculosis Paru (TB), adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkanoleh M.
tuberculosis. Jalan masuk untuk organism M. tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan. Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3
minggu), nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik meliputi demam, menggigil, keringat
malam, lemas, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan.

13
2. Atelektasis, adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara
dan kolaps.
3. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), adalah suatu penyumbatan menetap pada
saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema atau bronchitis kronis. COPD lebih sering
menyerang laki-laki dan sering berakibat fatal. COPD juga lebih sering terjadi pada suatu
keluarga, sehingga diduga ada faktor yang dirurunkan.
4. Bronchitis, adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru). Penyakit
bronchitis biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada
penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-
paru) dan pada usia lanjut, bronchitis bias bersifat serius.
5. Asma bronkial, adalah penyakit yang ditandai dengan penyempitan saluran pernapasan,
sehingga pasien yang mengalami keluhan sesak napas/kesulitan bernapas. Tingkat keparahan
asma ditentukan dengan mengukur kemampuan paru dalam menyimpan oksigen. Makin
sedikit oksigen yang tersimpan berarti semakin buruk kondisi asma.

2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberianantibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya,
akan tetapi karena beberapa alasan yaitu :
1. Penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2. Bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia.
3. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara umum
pemilihan antibiotikberdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut :
1. Pemberian Antibiotik
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
a) Golongan Penisilin
b) TMP-SMZ

14
c) Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
a) Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
b) Sefotaksim, Seftriakson dosis tinggi
c) Marolid baru dosis tinggi
d) Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
a) Aminoglikosid
b) Seftazidim, Sefoperason, Sefepim
c) Tikarsilin, Piperasilin
d) Karbapenem : Meropenem, Imipenem
e) Siprofloksasin, Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
a) Vankomisin
b) Teikoplanin
c) Linezolid
Hemophilus influenzae
a) TMP-SMZ
b) Azitromisin
c) Sefalosporin gen. 2 atau 3
d) Fluorokuinolon respirasi
Legionella
a) Makrolid
b) Fluorokuinolon
c) Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
a) Doksisiklin
b) Makrolid
c) Fluorokuinolon

15
Chlamydia pneumoniae
a) Doksisikin
b) Makrolid
c) Fluorokuinolon

Pengobatan Pneumoni dibagi menjadi dua antara lain :


a. Pneumoni Komunitas
Kelompok I : pasien berobat jalan tanpa riwayat penyakit jantung paru dantanpa adanya faktor
peubah (resiko pneumokokkus resisten, infeksi gramnegatif, resiko infeksi P. Aeruginosa-RPA.
Kelompok II : pasien berobat jalan dengan riwayat penyakit jantung paru dengan atau tanpa
adanya faktor peubah.
Kelompok IIIa. : pasien dirawat di RS diluar ICU.
Kelompok IIIb. : pasien tidak disertai tidak disertai penyakit jantung paredan tidak ada faktor
pengubah.
Kelompok IV : pasien dirawat di ICU ( a. Tanpa resiko persisten P.Aeruginosa-RPA dan b.
Dengan resiko).
Tabel. 5 Terapi Pneumoni Komunitas

16
Penatalaksanaan pneumionia komuniti dibagi menjadi:
1. Penderita rawat jalan
a) Pengobatan suportif / simptomatik
1) Istirahat di tempat tidur
2) Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
3) Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
4) Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
b) Pemberian antiblotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam
2. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa
a) Pengobatan suportif / simptomatik
1) Pemberian terapi oksigen
2) Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
3) Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik
b) Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam
3. Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif
a) Pengobatan suportif / simptomatik
1) Pemberian terapi oksigen
2) Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
3) Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik
b) Pengobatan antibiotik (sesuai bagan.) kurang dari 8 jam
c) Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik

Penderita pneumonia berat yang datang ke UGD diobservasi tingkat kegawatannya, bila
dapat distabilkan maka penderita dirawat inap di ruang rawat biasa; bila terjadi respiratory
distress maka penderita dirawat di Ruang Rawat Intensif.
Tabel. 6 petunjuk terapi untuk pneumonia komunitas menurut PDPI

17
Catatan :
a) Pola kuman setempat menjadi dasar pemilihan antibiotik
b) Bila dengan pengobatan secara empirirs tidak ada perbaikan atau memburuk
maka pengobatan disesuaikan dengan bakteri penyebabnya
c) Bila pengobatan secara empiris memberikan respon yng baik walaupun hasil
uji sensitivitas tidak sesuai maka terapi antibiotik dilanjutkan dengan evaluasi
klinis.
b. Pneumoni Nosokomial
Pemberian terapi empirik antibiotik awal untuk pneumonia nosocomial yang tidak disertai
faktor resiko untuk patogen resisten jamak, dengan onset dini pada semua tingkat berat sakit
adalah dengan antibiotic spektrum terbatas :

18
Tabel. 7 Terapi Pneumonia Nasokomial dengan antibiotic spectrum terbatas

Atau dengan menggunakan antibiotik spektrum luas :


Tabel. 7 Terapi Pneumonia Nasokomial dengan antibiotic spectrum luas

19
Pemberian antibiotik harus diberikan sesegera mungkin. Jika ada faktor resiko resistensi
maka antibiotik diberikan secara kombinasi, jika tidak ada resiko maka diberikan monoterapi.
Modifikasi antibiotik biasanya diberikan setelah didapat hasil bakteriologik dari bahan sputum
atau darah. Respon terhadap antibiotic dievaluasi dalam 72 jam.

c. Pengobatan pneumonia atipik


Antibiotik masih tetap merupakan pengobatan utama pada pneumonia termasuk atipik.
Antibiotik terpilih pada pneumonia atipik yang disebabkan oleh M.pneumoniae, C.pneumoniae
dan Legionella adalah golongan :
1) Makrolid baru (azitromisin, klaritromisin, roksitromisin)
2) Fluorokuinolon respiness : levofloksasin, moksifloksasin
3) Doksisiklin

d. Pengobatan pneumonia virus


Untuk pasien terinfeksi virus influenza (H5N1, H1N1,H7N9,H3N2) antiviral diberikan
secepat mungkin (48 Jam pertama):
1) Dewasa atau naak-anak 13 tahun oseltamivir 2x75 mg perhari selama 5 hari.
2) Anak 1 tahun dosis oseltamivir 2mg/kgBB, 2 kali sehari selama 5 hari.
3) Dosis oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan.

Tabel. 8 Dosis oseltamivir berdasarkan berat badan


Berat badan Dosis
>40 kg 75 mg 2x/hari
>23-40 kg 60 mg 2x/hari
>15-23 kg 45 mg 2x/hari
15 kg 30 mg 2x/hari

1.Terapi Suportif
1. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah.

20
2. Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dapat disertai
nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme.
3. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan napas
dalam. Bila perlu dikerjakan fish mouthbreathing untuk melancarkan ekspirasi dan
pengeluaran CO2. Posisi tidr setengah duduk untuk melancarkan pernapasan.
4. Pengaturan cairan, Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia, dan paru
lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia bilateral.
Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik, termasuk pada keadaan gangguan
sirkulasi dan gagal ginjal. Overhidrasi untuk maksud mengencerkan dahak tidak
diperkenankan.
5. Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu di berikan, Terapi ini tidak
bermanfaat pada keadaan renjatan septik.
6. Obat inotropic seperti dobutamin dan dopamine kadang-kadang diperlukan bila terdapat
komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal.
7. Ventilasi mekanis, indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia adalah :
a. Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100 % dengan menggunakan
masker. Konsentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan pulmonary
compliance hingga tekanan inflasi meninggi. Dalam hal perlu dipergunakan PEEP
untuk memperbaiki oksigenasi dan menurunkan FiO2 menjadi 50 % atau lebih
rendah.
b. Gagal napas yang ditandai ole peningkatan respiratory distress, dengan atau
didapat asidosis respiratorik.
c. Respiratory arrest.
d. Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif.
8. Drainase empyema bila ada.
9. Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang didapatkan
terutama dari lemak (>50%), hingga dapat dihindari pembentukan CO2 yang berlebihan.

2. Terapi Sulih (switch therapy)


Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat suntik ke
oral dilanjutkan dengan berobat jalan, hal ini untuk mengurangi biaya perawatan dan mencegah

21
infeksi nosokomial.Perubahan ini dapat diberikan secara sequential (obat sama, potensi sama),
switch over (obat berbeda, potensi sama) dan step down (obat sama atau berbeda, potensi lebih
rendah).
a) Contoh terapi sekuensial: levofioksasin, moksifloksasin, gatifloksasin
b) Contoh switch over : seftasidin iv ke siprofloksasin oral
c) Contoh step down amoksisilin, sefuroksim, sefotaksim iv ke cefiksim oral.
Obat suntik dapat diberikan 2-3 hari, paling aman 3 hari, kemudian pada hari ke 4 diganti
obat oral dan penderita dapat berobat jalan. (level II). Pada pasien yang dirawat diruangan
pemberian intravena dapat disulih terapi ke oral setelah 3 hari dan pasien di ICU dapat diberikan
sulih terapi ke oral setelah 7 hari.
Kriteria untuk perubahan obat suntik ke oral pada pneumonia komuniti :
a) Hemodinamik stabil
b) Gejala klinis membaik
c) Dapat minum obat oral
d) Fungsi gastrointestinal normal.
Kriteria klinis stabil:
a) Suhu <37,8C
b) Frekuensi nadi 100x/menit
c) Frekuensi Nafas 24 x/menit
d) Tekanan Darah sistolik 90 mmHg
e) Saturasi oksigen arteri 90 % atau PO2 60 mmHg
Pasien harus dipulangkan secepatnya jika klinis stabil, tidak ada lagi masalah medis dan
keadaan lingkunganya aman untuk melanjutkan perawatan dirumah.

Evaluasi Pasien pneumonia yang tidak respons


Jika setelah diberikan pengobatan secara empiris selama 24 - 72 jam tidak ada perbaikan,
kita harus meninjau kernbali diagnosis, faktor-faktor penderita, obat-obat yang telah diberikan
dan bakteri penyebabnya, seperti dapat dilihat pada gambar.

22
Gambar. 6Pasien tidak respon dengan pengobatan empiris yang telah diberikan

2.9 Komplikasi
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalamrongga thorax
(seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaranbakteremia dan hematologi.
Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalahkomplikasi yang jarang dari penyebaran
infeksi hematologi.
Pneumonia biasanya dapat obati dengan baik tanpa menimbulkan
komplikasi.Bagaimanapun, komplikasi dapat terjadi pada beberapa pasien terutama
penderitayang termasuk ke dalam kelompok resiko tinggi (faktor risiko).
Akumulasi cairan: cairan dapat menumpuk diantara pleura dan bagian bawahdinding
dada (disebut efusi pleura) dan dapat pula terjadi empiema. Chest tube (ataudrainage secara
bedah) mungkin dibutuhkan untuk mengeluarkan cairan.
Abses: pengumpulan pus (nanah) pada area yang terinfeksi pneumonia disebutdengan
abses. Biasanya membaik dengan terapi antibiotik, namun meskipun jarangterkadang
membutuhkan tindakan bedah untuk membuangnnya.
Bakteremia: Bakteremia muncul bila infeksi pneumonia menyebar dari parumasuk ke
peredaran darah. Ini merupakan komplikasi yang serius karena infeksidapat menyebar dengan
cepat melaui peredaran darah ke organ-organ lain.

23
Kematian: walaupun sebagian besar penderita dapat sembuh dari pneumonia,pada
beberapa kasus dapat menjadi fatal. Kurang dari 3% penderita yang dirawat dirumah sakit dan
kurang dari 1% penderita yang dirawat di rumah meninggal duniaoleh peneumonia atau
komplikasinya.

2.10 Prognosis
Prognosis penyakit pneumonia secara umum baik, tergantung dari kumanpenyebab dan
penggunaan antibiotika yang tepat serta adekuat. Perawatan yang baikserta intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat.

1. Pneumonia Komunitas
Kejadian PK di USA adalah 3.4-4 juta kasus pertahun, dan 20% diantaranya perlu
dirawat di RS. Secara umum angka kematian pneumonia olehpneumokokkus adalah sebesar 5%,
namun dapat meningkat pada orang tuadengan kondisi yang buruk. Pneumonia dengan influenza
di USA merupakanpenyebab kematian no. 6 dengan kejadian sebesar 59%. Sebagian besar
padalanjut usia yaitu sebesar 89%. Mortalitas pasien CAP yang dirawat di ICU adalahsebesar
20%. Mortalitas yang tinggi ini berkaitan dengan faktor perubah yang ada pada pasien.

2. Pneumonia nosokomial
Angka mortalitas PN dapat mencapai 33-50%, yang bisa mencapai 70% bila
termasuk yang meninggal akibat penyakit dasar yang dideritanya. Penyebabkematian biasanya
adalah akibat bakteremia terutama oleh Ps. Aeruginosa atauAcinobacter spp.

2.11 Pencegahan
Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan pada pneumonia komunitas asalah
sebagai berikut:
a. Vaksinasi (vaksin pneumokok dan vaksin influenza) walaupun masih perlu penelitian
lebih lanjut tentang efeltivitasnya.
b. Berhenti merokok
c. Menjaga kebersihan tangan, penggunaan masker, menerapkan etika batuk.
d. Menerapkan kewaspadaan standar dan isolasi pada kasus khusus.

24
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya. Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut, penyakit kronik ,
diabetes, penyakit jantung koroner, PPOK, HIV, dll. Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
> 2 tahun. Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Rekomendasi jadwa imunisasi pada orang dewasa untuk pencegahan pneumonia dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel. 9 Pemberian Imunisasi
Umur 19-44 tahun 45-49 tahun 50-64 tahun 65+ tahun
Vaksin
Influenza Tahunan, bagi yang
beresiko/menginginkan Setiap tahun
imunitas
Pneumokok 1-2 dosis pada individu beresiko 1-2 dosis

1. Vaksin influenza
- Vaksin influenza dilakukan setiap tahun bagi orang dewasa dengan umur >50
tahun; penghuni rumah jompo dan penghuni fasilitas-fasilitas lain dalam waktu
lama (misalnya biara, asrama, dsb); penyakit paru khronik, orang muda dengan
penyakit jantung, penyakit metabolisme (termasuk diabetes), disfungsi ginjal,
hemoglobinopati atau imunosupresi, HIV, untuk anggota rumah tangga, perawat
danpetugas kesehatan. Vaksin ini dianjurkan oleh calon jemaah haji karena resiko
paparan tinggi.
- Efektifitas : 88-89%
Penelitian oleh ikhsan M dkk menunjukkan bahwa sekelompok kerja yang tidak
divaksinasi mengalami kejadian ILI 2,2 kali lebih besar daripada yang mendapat
vaksinasi, walaupun hal ini tidak berbeda makna.
- Cara pemberian : suntikan intramuskular.
2. Vaksinasi pneumokok
Menurut WHO indikasi utama penggunaan vaksin pneumokok polisakarida adalah :
- Perlindungan terhadap orang tua sehat khususnya yang tinggal dirumah jompo

25
- Pasien gagal organ khronik
- Imunodefisiensi
- Pencegahan infeksi berulang pada pasien yang pernah terinfeksi pneumokok
- Anak-anak kelompok resiko tinggi misalnya yang dilakukan splenektomi dan
anemia sickle cell
- Cara pemberia : suntikan IM atau subkutan (SC)

26
BAB III
DATA PROFIL PASIEN BRONKOPNEUMONIA DI BANGSAL PARU
RS ACHMAD MUCHTAR
TAHUN 2015-2016

16

14

12

10

8 Laki-laki

6 Perempuan
Jumlah
4

Grafik 1. Jumlah pasien Bronkopneumonia per bulan pada tahun 2016

Jumlah pasien Bronkopneumonia pada tahun 2016 berjumlah 95 orang.


Jumlah pasien Bronkopneumonia tertinggi pada bulan Januari
berjumlah 15 orang dan bulan April berjumlah 15 orang. Sedangkan
jumlah pasien Bronkopneumonia terendah pada tahun 2016 terjadi di
bulan Desember yang berjumlah 2 orang.

27
Perbandingan Pasien Bronkopneumonia
Laki-laki dan Perempuan
70

60

50

40
Perbandingan Pasien
30 Bronkopneumonia Laki-laki dan
Perempuan
20

10

0
Laki-laki Perempuan

Grafik 2. Perbandingan Jumlah Pasien Bronkopneumonia pada Tahun 2016

Berdasarkan hasil pendataan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
jumlah pasien Bronkopneumonia pada tahun 2016 berjumlah 95 orang, dimana penderita
Bronkopneumonia pada laki-laki berjumlah 66 orang sedangkan pada perempuan
berjumlah 29 orang.

28
Sales

BP
BP + Asma
BP + PPOK
BP + TB Pru

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut yang mengenai parenkimparu, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli yang disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang
akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Etiologi
pneumonia antara lain:
1. Bakteri: Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus hemolyticus,
Streptococcus aureus, Hemophilus influenza, Bacillus Friedlander.
2. Virus: Respiratory syncytial virus, virus influenza, adenovirus, cytomegalovirus.

29
3. Jamur: Mycoplasma pneumoces dermatitides, Coccidioides immitis, Aspergillus,
Candida albicans.
4. Aspirasi: Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing.
Diagnosis pneumonia ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
serta dibantu dengan pemeriksaan penunjang, antara lain: pemeriksaan radiologis,
laboratorium, dan bakteriologis.

Daftar Pustaka

American Thoracic Society. Guidelines for management of adults with community acquired
pneumonia. Diagnosis, assessment of severity, antimicrobialtherapy, and prevention. Am
J RespirCrit.Care Med; 163: 1730-54. 2001.
Djojodibroto, D, Respirologi (Respiratory Medicine), Jakarta : EGC, 2009
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta.
Laporan tahunan bagian Pulmonologi FKUI, Jakarta tahun 2002.

Perhimpunan Paru Dokter Indonesia, Pneumonia Nosokomial, Pedoman Diagnosis dan


Penatalaksanaan di Indonesia, 2003.

30
31

Anda mungkin juga menyukai