INDUSTRI
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2016/2017
MODUL : Sedimentasi
PEMBIMBING : Ir. Emma Hermawati, MT.
Oleh :
Kelompok : II
Nama : 1. Anggun Islamagesvi 141424004
2. Annisa Aulia 141424005
3. Asri Ambarwati 141424006
4. Asri Nurdiana 141424007
Kelas : 3A TKPB
PENDAHULUAN
Limbah adalah sisa sebuah kegiatan yang sudah tidak bermanfaat atau bernilai nilai
ekonomi. Limbah sendiri dari tempat asalnya bisa beraneka ragam, ada yang limbah dari
rumah tangga (domestik), limbah dari pabrik-pabrik besar dan ada juga limbah dari suatu
kegiatan tertentu. Dalam dunia masyarakat yang semakin maju dan modern jumlah
limbah pun akan semakin meningkat. Peningkatan jumlah limbah ini pula dikarenakan
banyaknya konsumsi masyarakat terhadap suatu produk yang tidak terbatas jumlahnya.
Sebagai contoh adalah pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan
domestik maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan yang
dapat merusak ekosistem air apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu
limbah dan selain itu juga dapat menggangu kesehatan manusia. Oleh karena itu, limbah
yang ada tidak dapat dibuang secara langsung ke lingkungan sehingga perlu dilakukan
pengolahan terlebih dahulu.
Selain itu, air bersih untuk keperluan sehari-hari merupakan suatu kebutuhan yang
utama masyarakat perkotaan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut penduduk
perkotaan tidak dapat mengandalkan air dari sumber air langsung seperti air permukaan
dan air hujan karena kedua sumber air tersebut sebagian besar telah tercemar baik secara
langsung maupun tidak langsung dari aktivitas manusia itu sendiri. Dalam pemenuhan air
tersebut manusia melakukan berbagai upaya pengolahan untuk mendapatkannya. Salah
satu tahap pengolahan air dan limbah adalah sedimentasi.
1.2 Tujuan
1. menentukan waktu pengendapan optimum dengan penambahan koagulan pada proses
sedimentasi secara batch
2. menentukan waktu pengendapan optimum dengan penambahan koagulan dan flokulan
pada proses sedimentasi secara batch.
2.1 Sedimentasi
Menurut Siregar (2005), sedimentasi adalah pemisahan partikel air dengan
memanfaatkan gaya gravitasi. Proses ini terutama bertujuan untuk memperoleh air
buangan yang jernih dan mempermudah proses penanganan lumpur. Dalam proses
sedimentasi hanya partikel-partikel yang lebih berat dari air yang dapat terpisah.
Misalnya: kerikil dan pasir, padatan pada tangki pengendapan primer, biofloc pada tangki
pengendapan sekunder, floc hasil pengolahan secara kimia, dan lumpur (pada
pengentalan lumpur).
Partikel koloid dapat berupa senyawa organik atau anorganik. Partikel koloid yang
ada dalam air limbah biasanya memiliki muatan permukaan total negatif dan berukuran
sekitar 0,01-1 m, sehingga gaya-gaya tarikan antar partikel jauh lebih kecil
dibandingkan gaya-gaya tolakan dari muatan listriknya. Koloid tersebut sulit untuk
bersatu membentuk partikel ukuran yang lebih besar sehingga partikel menjadi stabil dan
sulit mengendap (Kristijarti dkk, 2013).
Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan
proses pengendapan, pada proses ini bisa dilakukan tanpa tambahan bahan kimia bila
ukurannya sudah besar dan mudah mengendap, tapi dalam kondisi tertentu dimana
bahan-bahan terususpensi sulit diendapkan maka digunakan bahan kimia sebagai bahan
pembantu dalam proses sedimentasi, pada proses ini akan terjadi pembentukan flok-flok
dalam ukuran tertentu yang lebih besar sehingga mudah diendapkan pada proses yang
menggunakan bahan kimia ini masih diperlukan pengkondisian pH untuk mendapatkan
hasil yang optimal (Risdianto, 2007).
Salah satu proses kimiawi untuk meningkatkan efisiensi unit sedimentasi dalam
pengolahan air limbah adalah koagulasi dan flokulasi. Menurut Ebeling dan Ogden
(2004), koagulasi merupakan proses menurunkan atau menetralkan muatan listrik pada
partikel-partikel tersuspensi. Muatan-muatan listrik yang sama pada partikel-partikel
kecil dalam air menyebabkan partikel-partikel tersebut saling menolak sehingga
membuat partikel-partikel koloid kecil terpisah satu sama lain dan menjaganya tetap
Apabila dilakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi pada bak
sedimentasi akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dalam meningkatkan efisiensi
pengendapan pada bak sedimentasi konvensional umumnya dengan memperbesar dimensi
METODOLOGI
Pengukuran kekeruhan awal air baku Pengukuran kekeruhan awal air baku
Proses Sedimentasi
Pengukuran kekeruhan efluen
Pembersihan peralatan
Pembersihan peralatan
Gambar 3.1. Skema kerja
sedimentasi secara batch dengan Gambar 3.2. Skema kerja
Tabel 4.2 Data pengamatan pada proses sedimentasi secara batch dengan penambahan
koagulan dan flokulan
Waktu (menit) pH Kekeruhan (NTU) Efisiensi (%)
2 7.04 15.52 63.59
4 6.82 10.37 75.67
6 6.86 9.1 78.65
8 6.85 8.82 79.31
10 6.75 8.34 80.43
12 6.85 7.66 82.03
14 6.88 6.75 84.16
16 6.44 7.26 82.97
80,00
Contoh menentukan slope
70,00 41.11
60,00
0.56
50,00 2 4
Efisiensi (%)
41.110.56
40,00 = = 20.27
42
- Slope menit ke-4 : 20.27
30,00
- Slope menit ke-6 : 12.23
20,00 - Slope menit ke-8 : 8.4
- Slope menit ke-10 : 7.3
10,00 - Slope menit ke-12 : 5.9
- Slope menit ke-30 : 2.7
0,00
0 10 20 30 40
Waktu (menit)
Gambar 4.1 Grafik efisiensi terhadap waktu pada proses sedimentasi (dengan penambahan
koagulan)
100,00
Contoh menentukan slope
90,00 75.67
80,00
70,00 63.59
2 4
Efisiensi (%)
60,00
75.6763.59
50,00 = = 6.04
42
40,00
- Slope menit ke-4 : 6.04
- Slope menit ke-6 : 3.77
30,00 - Slope menit ke-8 : 2.62
- Slope menit ke-10 : 2.11
20,00
- Slope menit ke-12 : 1.84
10,00 - Slope menit ke-14 : 1.71
- Slope menit ke-18 : 1.33
0,00 - Slope menit ke-25 : 0.95
0 10 20 30 40 - Slope menit ke-30 : 0.82
Waktu (menit) - Slope menit ke-35 : 0.71
Gambar 4.2 Grafik efisiensi terhadap waktu pada proses sedimentasi (dengan penambahan
koagulan dan flokulan)
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
SIMPULAN
Proses sedimentasi secara batch menggunakan lamella clarifier, dengan air baku air selokan
Ciwaruga dengan nilai kekeruhan awal 42.38 NTU diperoleh hasil sebagai berikut :
Proses sedimentasi secara batch dengan penambahan koagulan Alum (dosis 0.026 g/L),
waktu optimum sedimentasi diperoleh pada waktu ke 4 menit dengan efisiensi 41,11 %.
Proses sedimentasi secara batch dengan penambahan koagulan Alum (dosis 0.026 g/L)
dan flokulan aquaclear (dosis 1 ppm) diperoleh pada waktu ke 4 menit dengan efisiensi
75.67 %.
Kristijarti, A Prima, Ign Suharto & Marieanna. 2013. Laporan Penelitian Penentuan Jenis
Koagulan dan Dosis Optimum untuk Meningkatkan Efisiensi Sedimentasi dalam Instalasi
Pengolahan Air Limbah Pabrik Jamu X. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan.
Pratiwi Kasih DS, dkk. 2014. Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Mengandung Minyak
Pelumas pada Oil Separator dengan Menggunakan Plate Settler. Jurnal Teknik Pomits
Vol. 3, No. 1.
Prayitna, I Gede S., 1991, Kemiringan Optimum Plate Settler Pada Bak Sedimentasi Dalam
Menurunkan Total Suspended Solid, Skripsi, Jurusan Teknik Lingkungan, ITS, Surabaya.
Risdianto Dian. 2007. Optimasi Proses Koagulasi Flokulasi untuk Pengolahan Air Limbah
Industri Jamu (Studi Kasus PT. Sido Muncul). Tesis Teknik Kimia Universitas
Diponegoro. Semarang.
Setiyono. 2014. Studi Kasus Wastewater Treatment Plant PT. Kawasaki Motor Indonesia-
Cibitung. Jakarta Pusat: BPPT Press.
Setiyono dan Satmoko Yudo. 2014. Daur Ulang Air Limbah Industri Penyamakan Kulit
Studi Kasus di Lingkungan Industri Kulit, Magetan, Jawa Timur. Jakarta : BPPT Press.
Susanto, Ricky. 2008. Optimasi Koagulasi-Flokulasi dan Analisis Kualitas Air Pada Industri
Semen. Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.