Anda di halaman 1dari 64

PEDOMAN PELAYANAN

KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


RUMAH SAKIT UMUM PARINDU
TAHUN 2015/2016
DAFTAR ISI
Surat Keputusan Direktur Tentang PPI ................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN .............. 6
A. Latar Belakang .............. 6
B. Tujuan............. 8
C. Ruang Lingkup .............. 9
D. Batasan Operasional ................. 9
E. Jenis Penyakit Menular .................. 12
1. AIDS .......... 12
2. SARS ......... 14
3. TBC ........... 17
4. MRSA ............ 19
F. Kegiatan PPIRS ............... 22
1. Surveilens .......... 22
2. Kebersihan Tangan ................ 41
3. APD ... 45
4. CSSD ......... 52
5. Dekontaminasi ........... 61
6. Kwaspadaan standart dan berdasarkan transmisi........... 61
7. Management RISK PPI .............. 63
8. Kohorting ........... 66
9. Pengelolaan Kebersihan lingk .................................... 71
10. Pengelolaan linen ................................. 75
11. Antibiogram ............................. 79
12. Upaya kesehatan karyawan .............. 79
13. Pemeriksaan swab dan kultur .............. 70
BAB II STANDART KETENAGAAN . 92
A. Kualifikasi Ketenagaan ............. 92
B. Uraian Tugas ............. 93
C. Distribusi Ketenagaan ............... 98
BAB III STANDART FASILITAS ... 99
A. Fasilitas bagi Petugas ............. 99
B. Fasilitas bagi Pelayanan ..................... 107
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN . 108
BAB V LOGISTIK . 109
BAB VI KESELAMATAN KERJA .. 112
BAB VII KESELAMATAN PASIEN ... 113
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ... 115
BAB IX PENUTUP .................... 122
Lampiran lampiran
Lamp 1.Gambar penanganan tumpahan darah
Lamp 2. Tabel desinfeksi
Lamp 3. Tabel cara membuat larutan clorin
Lamp 4. Tabel ASA score
Lamp 5. Tabel Daftar tilik penyakit menular
Lamp 6. Tabel daftar tilik penggunaan APD

1
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PARINDU
NOMOR: ........
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RUMAH SAKIT UMUM PARINDU

DIREKTUR RSU PARINDU

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Parindu,
maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi dari setiap
gugus tugas / unit pelayanan yang ada.
b. bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan salah satu
gugus tugas/ unit pelayanan di Rumah Sakit Umum Parindu yang harus
mendukung pelayanan rumah sakit secara keseluruhan, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi yang bermutu
tinggi.
c. bahwa agar pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya Surat Keputusan Direktur tentang kebijakan
pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit Umum
Parindusebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan.

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a, b dan c, perlu


ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Parindu
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Keputusan ......................................................................... tentang Penetapan
Struktur Rumah Sakit Umum Parindu .
3. SKPTPN XIII Nomor: 0914-Ps/ANGKAT.DIR.RSPR/XII/2008 tentang
Pengangkatan dr Hendra Hadiyanta sebagai Direktur RSU Parindu Periode 2014-
2019.
4. SK Direktur Rumah Sakit Umum Parindu No. 4600/PR-Kep.Dir/VIII/2013
Tentang Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit Umum Parindu.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RSU PARINDU Tentang PEDOMAN PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM
PARINDU
Kedua : Pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit Umum
Parindu sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit Umum Parindu .
Keempat : Kepala pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi wajib mensosialisasikan
keputusan ini ke seluruh karyawan di Pelayanan pencegahan dan pengendalian
infeksi.

2
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di Parindu,23 Februari 2015


Rumah Sakit Umum Parindu

Dr. Hendra Hadiyanta


Direktur

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu dilakukan pengendalian infeksi, diantaranya adalah
pengendalian infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial masih banyak dijumpai di rumah sakit dan biasanya merupakan indikator bagi
pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale, Simmelweis, Lister dan Holmes melalui praktek-praktek
hygiene dan penggunaan antiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks dan sering disebut disiplin
epidemiologi rumah sakit.
Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah yang besar, khususnya untuk biaya tambahan lama
perawatan, penggunaan antibiotika dan obat-obat lain serta peralatan medis dan kerugian tak langsung yaitu waktu produktif
berkurang, kebjiakan penggunaan antibiotika, kebijakan penggunaan desinfektan serta sentralisasi sterilisasi perlu dipatuhi dengan
ketat.
Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan pergeseran resiko ekonomik yang harus ditanggung
rumah sakit mengharuskan upaya yang sistematik dalam penggunaan infeksi nosokomial, dengan adanya Komite Pengendalian Infeksi
dan profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan program pengumpulan data, pendidikan, konsultasi dan langkah-langkah
pengendalian infeksi yang terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi nosokomial dipengaruhi oleh efektivitas proses
komunikasi untuk menyampaikan tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh karyawan rumah sakit baik
tenaga medis maupun non medis, para penderita yang dirawat maupun berobat jalan serta para pengunjung Rumah Sakit Umum
Parindu.
Upaya pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Parindubersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu
diperhatikan:
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi untuk mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif,
upaya pencegahan dan lain-lain.

3
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme pertahanan yang rendah supaya tidak terpapar oleh
sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kejadian infeksi supaya lebih
bijaksana
4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh terhadap resiko penularan penyakit infeksi,
khususnya melalui udara atau kontak fisik yang dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup memadai.
5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan, misalnya pakaian pelindung, masker, topi bedah
dan lain-lain.

B. Tujuan .
1. Tujuan umum .
Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Parindu melalui pencegahan dan pengendalian infeksi yang
dilaksanakan oleh semua departemen /unit dengan meliputi kualitas pelayanan,management resiko,clinical governance
serta kesehatan dan keselamatan kerja .
2. Tujuan Khusus
Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam melaksanakan tugas,wewenang dan tanggung jawab secara
jelas.
Menggerakkan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan fasilitas kesehatan lain secara efektif dan
efisien.
Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara bermakna.
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPI Rumah Sakit Umum Parindu.
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi :
Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi
Pelayanan surveilens PPI
Hand Hygiene sebagai barier protection.
Penggunaan APD
Pelayanan CSSD
Pelayanan Linen
Pelayanan Kesehatan karyawan
Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan pasien
Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama dengan IPSRS.
Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan
Pelayanan management resiko PPI
Antibiogram dan pola kuman Rumah Sakit Umum Parindu
Penggunaan bahan single use yang di re-use

D. Batasan operasional.
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sbb :
I. Konsep dasar penyakit
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk indonesia ,ditinjau dari asalnya infeksi
dapat berasal dari (Community acquaired infection)atau berasal dari (Hospital Acquired infektion). Karena seringkali tidak
bisa secara pasif ditentukan asal infeksi maka istilah infeksi nosokomial (Hospital Acqured infeksi) diganti (HAIs) yaitu
healthcare assosiated infections dengan arti lebih luas tidak hanya terjadi dirumah sakit juga bisa terjadi fasilitas kesehatan
yang lain juga tidak terbatas pada pasien namun infeksi juga dapat terjadi pada petugas yang didapat saat melakukan tindakan
medis atau perawatan. Batasan
a. Kolonisasi :
merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi,dimana organisme tersebut hidup,tumbuh dan
berkembang biak,namun tanpa disertai adanya respon imun atau gejala klinis.Pada kolonisasi tubuh pejamu tidak dalam
keadaan suspectibel pasien dan petugas dapat mengalami kolonisasi dengan dengan kuman patogen tanpa mengalami
rasa sakit tetapi menularkan kuman tersebut ke orang lain (sebagai carrier).
b. Infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme dimana terdapat respon imun tetapi
tidak disertai gejala klinik.
c. Penyakit infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme) yang disertai adanya respon imun dan
gejala klinik.
d. Penyakit menular
Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain secara langsung maupun tidak
langsung.

4
e. Inflamasi
Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen yang ditandai adanya dolor, kalor, rubor,tumor dan
fungsiolesa.
f. SIRS (Sistem Inflamtory Respon Syndroma).
Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan laboratorium yang merupakan respon tubuh (imflamasi) yang
bersifat sitemik. Kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau lebih keadaan berikut : (1) hipertermi atau hipotermia, (2)
takikardia sesuai usia,(3) takipneu sesuai usia,(4) leukositosis atau leukopenia atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel
muda (batang ) lebih dari 10 %.SIRS dapat terjadi karena infeksi atau non infeksi seperti luka bakar, pankreatitis,atau
gangguan metabolik.SIRS yang disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.
Rantai penularan .
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai penularan,apabila salah satu
rantai dihilangkan atau dirusak maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.
a. Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia,dapat berupa bakteri,virus,riketsia,
jamur dan parasit.ada 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : virulensi,patogenesis,jumlah dosis obat.
b. Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat hidup,tumbuh,berkembang biak dan siap ditularkan pada orang
lain,reservoir yang paling umum adalah manusia,binatang,tumbuhan,tanah,air dan bahan bahan organik.pada manusia
sehat permukaan kulit,selaput lendir saluran napas,pencernaan dan vagina meripakan reservoir yang umum.
c. Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir,pintu keluar meliputi saluran
napas,pencernaan,saluran kemih dan kelamin,kulit,membran mukosa,trasplacenta dan darah serta cairan tubuh lainnya.
d. Transmisi adalah bagaiman mekanisme penularan meliputi (1) kontak, langsung dan tidak langsung, (2) droplet, (3)
airborne, (4) Vehicle, makan,minuman,darah,(5) vektor biasanya bnatang pengerat dan serangga.
e. Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki tubuh pejamu (yang supectibel) dapat melalui saluran
pernapasan,pencernaan.perkemihan atau luka.
f. Pejamu (host) yang suspectibel adalah orang yang tidak tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan
agen infeksi,faktor yang mempengaruhi umur,usia,status gisi,ekonomi,pekerjaan,gaya hidup,terpasang barrier
(kateter,implantasi),dilakukan tindakan operasi.

Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi.


a. Peningkatan daya tahan pejamu.
Dengan pemberian imunisasi(vaksin Hepatitis B),promosi kesehatan nutrisi yang adekuat.
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi.
Menggunakan metoda fisik maupun kimia contoh fisik dengan pasteurisasi atau sterilisasi ataupun memasak
makanan hingga matang. Kalau kimia dengan pemberian clorin pada air dan desinfeksi.
c. Memutus rantai penularan.
Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan menerapkan kewaspadaan isolasi dan kewaspadaan transmisi
d. Tindakan pencegahan paska pajanan.
Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lain yang
dikarenakan tertusuk jarum bekas pakai utamanya hepatitis B,C dan HIV.

II. Penyakit Menular.


I. AIDS

Pengertian

Adalah Penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh yang didapat karena terinfeksi HIV( human Imunodefisiency Virus).

Penyebab

Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe ,tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2 (HIV-2)

KLASIFIKASI INFEKSI AIDS

1. Infeksi Akut.
a. Hampir 30-50 % pasien sudah terinfeksi HIV.

b. pasien sudah terjadi pemaparan virus dan dapat berlangsung 6 minggu setelah kontak.

c. patogenesis kurang jelas tetapi sangat mungkin terjadi reaksi imunitas terhadap masuknya HIV.Saat ini pemeriksaaan terhadap
antibodi terhadap virus HIV masih ( - ) tetapi pemeriksaan Ag p24 sudah (+) sangat infeksius.

2. INFEKSI KRONIK ASIMTOMATIK


a. Lamanya dapat bertahun tahun .

5
b. Tanpa gejala,kemungkinan tubuh masih dapat mengkompensasi

3. PGL ( PERSISTREN GENERALIZED LYMPHADENOPATHY)


Terjadi pembesaran kelenjar getah bening yang semetris. Sering terjadi pembesaran limpa di leher posterior dan
anterior.Kelompok ini berkembang menjadi AIDS kira2 10-30 % dalam jangka waktu 24- 60 bulan.

a. CARA PENULARAN HIV.

1. Penularan melalui hubungan seksual

2. Penularan melalui darah.

3. Penularan secara perinatal.

Cairan tubuh yang dapat mengandung HIV yaitu:

Cairan vagina.
ASI.
Air mata.
Air liur.
Air seni.
Air ketuban.
Dan cairan cerebrospinal..
b. Gejala dan tanda

Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV dalam waktu 5 sampai 10 tahun,Setelah terjadi
penurunan sel CD 4 secara bermakna baru AIDS mulai berkembang dan menunjukkan gejala gejala seperti :

Diare yang berkelanjutan


Penurunan berat badan secara drastic
Pembesaran kelenjar limfe leher dan atau ketiak
Batuk terus menerus

2. Flu burung

Dibagi menjadi 4 sebagai berikut :

a) Seseorang dalam penyelidikan


b) Kasus suspek.
c) Kasus probabel
d) Kasus konfirmasi
1. Seseorang dalam penyelidikan

Diputuskan oleh pejabat berwenang untuk dilakukanpenyelidikan epidemiologi kemungkinan terinfeksi H5N1,misalnya orang
sehat namun kontak erat dengan kasus atau penduduk sehat namun tinggal didaerah flu burung,adapun gejala yang ditimbulkan :

Batuk
Sakit tenggorokan
Pilek
Sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini :
1. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm)
seperti merawat,berbicara atau bersentuhan dengan pasien dalam jarak 1 meter.

2. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm)
seperti memasak,menyembelih atau membersihkan bulu.

3. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm)
seperti membersihkan kotoran,bahan atau produk lain.

4. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm)
mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna.

6
5. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm)
memegang atau menangani sampel hewan atau manusia yang dicurigai mengandung H5N1.

6. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm)
atau binatang selain unggas yang terinfeksi (babi atau kucing.)

7. Ditemukan leukopeni.

8. Ditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influensa A
tanpa subtipe.

9. Foto Rontgen dada menggambarkan pneumonia yang cepat memburuk pada serial foto.

Infeksi selaput mata


Diare atau gangguan pencernaan.
Fatigue
Kasus probabel flu burung.

Dengan kriteria. :

1. Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5 min 4 x dengan pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji
ELISA.
2. Hasil lab terbatas untuk influenza H5 (terdeteksi antibodi spesifik H5dalam spesimen serum tunggal)menggunakan uji
netralisasidikirim kelab rujukan
Kasus Flu burung terkonfirmasi.

Dengan kriteria :

1. Isolasi virus H5N1 positif


2. Hasil PCR H5N1 positif.
3. Peningkatan 4 x lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen.
4. Konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil 7 hari setelah awitan gejala penyakit) dan titer antibodi
metralisasi konvalesen harus pula 1/80 .
5. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke setelah awitan disertai
hasil positif uji serologi lain,misalnya titer HI sel darah merah kuda 1/160 atau western blot spesifik H5 positif.

Pencegahan :

1. Menghindari kontak dengan benda terkontaminasi,atau burung terinfeksi.


2. Menghindari peternakan unggas.
3. Hati hati ketika menangani unggas.
4. Memasak ddengan suhu 60C selama 30 menit,atau 80C selama 1 menit)
5. Menerapkan tindakan untuk menjaga kebersihan tangan :
Setelah memgang unggas.
Setelah memegang daging unggas.
Setelah memasak.
Sebelum memasak
Pengobatan.

Obat anti virus bekerja menghambat replikasi virus sehingga mengurangi gejala dan komplikasi yang terinfeksi.

Macam obat :

1. Amantadine.
2. Rimatadine
3. Oseltamivir(tamiflu)
4. Zanavir(relenza)

7
3. TUBERKULOSIS (TBC)

Penyebab

TBC disebabkan oleh kuman/basil tahan asam(BTA), yakni Micobacterium tuberculosis.Kuman ini cepat mati bila
terkena sinar matahari langsung,tetapi dapat bertahan hidup beberapa hari ditempat yang lembab dan gelap.Beberapa
jenis micobakterium lainjuga dapat menyebabkan penyakit pada manusia (matipik).Hampir semua organ tubuh dapat
terserang bakteri ini seperti kulit,otak,ginjal,tulang dan paling sering paru.

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dalam jumlah pasien TB setelah India dan Cina,diperkirakan penduduk dunia
terinfeksi Tb secara laten.Di indonesia diperkirakan terdapat 583.000 kasus baru dengan 140.000 kematian setiap tahun.

Faktor resiko TB, HIV,DM,Gizi kurang,kebiasaan merokok.

Cara penularan.

Menular dari orang ke orang melalui droplet atau percikan dahak.

Masa Inkubasi

Sejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau reaksi tes tuberculosis positif memerlukan waktu antara 2
-10 minggu.Resiko menjadi TB paru dan TB ekstrapulmuner progresif infeksi primer umumnya terjadi pada tahun
pertama dan kedua.Infeksi laten bisa terjadi seumur hidup.Pada pasien dengan imun defisiensi seperti HIV masa inkubasi
bisa lebih pendek.

Masa penularan

Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya mengandung BTA,penularan berkurang apabila pasien
menjalani pengobatan adekuat selama min 2 minggu,sebaliknya pasien yang tidak diobati secara adekuat dan pasien
dengan persisten AFB positif dapat menjadi sumber penularan sampai waktu lama.

Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang dikeluarkan,virulensi kuman,terjadinya aerosolisasi waktu
batuk/bersindan tindakan medis beresiko tinggi seperti intubasi dan bronkoskopi.

Gejala klinis :

Batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu /lebih.


Batuk berdahak
sesak napas
nyeri dada
Sering demam
nafsu makan menurun.
penurunan berat badan .
BTA (+)
Pengobatan :

Pengobatan spesifik dengan kombinasi obat anti tuberculosis (OAT) dengan metoda DOTS (directly observed
treatment shourtcore ) diawasi poleh pengawas minum obat.
Untuk pasien baru TB BTA (+),WHO menganjurkan pemberian 4 macam obat setiap hari selama 2 bulan
berturut terdiri rif ,inh,pza,dan etambutol diikuti inh dan rif 3 kali seminggu selama 4 bulan.

Pencegahan.

Penemuan dan pengobatan TB


Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum terinfeksi.
Perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial ekonomi.

8
4. MRSA (Methicilin Resistent Staphylococcus Aereus)

Adalah salah satu tipe bakteri staphylococcus yang ditemukan pada kulit dan hidung dan kebal terhadap antibiotika.
Jumlah kematian MRSA lebih banyak dibandingkan AIDS

Saat ini ada 2 tipe :

1. Health care asosiated (HA MRSA)


Biasanya ditemukan difasilitas kesehatan terutama rumah sakit.

2. Community asosiated (CA-MRSA)


Yang baru ini ditemukan ditempattempat umum,fitness,loker-loker,sekolah dan perabotan rumah tangga.

Biasanya menginfeksi orang dan anak-anak yang daya tahan tubuhnya lemah,jika daya tahan tubuh baik tidak akan
menimbulkan gejala .Bakteri yang dibawa sipasien menyebar dan berpindah pada orang lain dengan cara kontak kulit
dan menyentuh barang yang terkontaminasi. Stapylococcus menimbulkan gejala seperti infeksi kulit,jerawat,bisul,abses
atau gigitan serangga,ini biasa menyebabkan bengkak,merah dan nyeri. Bakteri ini dapat menembus kulit sampai dengan
menimbulkan infeksi ditulang,sendi,aliran darah,jantung dan paru yang bias mengancam jiwa.

Penyebaran MRSA.

1. Menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang MRSA
2. Berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik, peralatan rumah tangga yang MRSA
3. Kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersih
4. Menyentuh hidung dari penderita MRSA
Tanda dan gejala :

1. Infeksi luka
2. Bisul
3. Folikel rambut yang terinfeksi
4. Impetigo
5. Kulit yang sakit seperti digigit serangga
Diagnose :

Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsy dikirim ke laboratorium dan dikultur untuk S aureus. Juka S aureus
yang diisolasi (tumbuh dipiring pantry) bakteri tersebut kemudian terkena antibiotikyang berbeda termasuk Meticilin dan
S aureus tumbuh dengan baik di Meticilindalam kultur yang disebut MRSA. Prosedur yang sama juga dilakukan untuk
menentukan apakah seseorang merupakan pembawa MRSA(Screning untuk carrier) tetapi sample kulit atauselaput
lender hanya diswab tidak dibiopsi

Pengobatan MRSA :

Minor infeksi MRSA kadang kadang dapat mengalami komplikasi serius seperti menyebar infeksi kejaringan sekitar
darah, tulang dan jantung. Karena MRSA yang tahan terhadap antibiotic banyak akan sulit untuk mengobati namun
beberapa antibiotic berhasil mengendalikan infeksi tapi jarang.

Tindakan pencegahan :

1. Kebersihan tangansesering mungkin terutama setelah menyentuh hidung anda.


2. Bila batuk terapkan etika batuk
3. Jika anda mengalami infeksi kulit jaga daerah yang terinfeksi dengan ditutup kain kasa, ganti ferban sesering
mungkin terutama jika basah.
4. Bersihkan kamar mandi dengan baik karena penularan juda melalui feces dan urine
5. Isolasikan peralatan mandi dan peralatan makan khusus untuk penderita MRSA.
6. Jangan berbagi handuk, pisau cukur, sikat gigi dan barang pribadi yang lainnya.
7. Isolasikan pasien, dikontaminasi semua peralatan pasien dengansabun dan clorin 0,5%.

II. Kegiatan pelayanan PPIIRS

PENGERTIAN SURVEILANS ADALAH :

Suatu pengamatan yang sistematis,efektif dan terus menerus terhadap timbulnya dan penyebaran penyakit pada

9
suatu populasi serta terhadap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko
terjadinya penyebaran penyakit :

1. Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda tanda tidak dalam masa inkubasi infeksi tersebut.
2. Inkubasi terjadi 2x24 jam setelah pasien dirawat dirumah sakit apabila tanda- tanda infeksi sudah timbul
sebelum 2x24 jam sejak mulai dirawat ,maka perlu diteliti masa inkubasi dari infeksi tersebut.
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari mikroorganisme saat
masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda.
4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi nosokomial.

1. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang sudah ada pada waktu masuk rumah
sakit.
2. Infeksi pada bayi baru yang penularannya melalui placenta (mis toxoplasmosis,sifilis) dan baru muncul pada
atau sebelum 48 jam setelah masa kelahiran .

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi :

1. Kolonisasi : yaitu adanya mikroorganisme (pada kulit,selaput lender,luka terbuka )yang tidak memberikan
gejala dan tanda klinis.
2. Imflamasi yaitu suatu kondisi respon jaringan terhadap jejas atau rangsangan zat non infeksi seperti zat kimia.
Infeksi nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa kondisi antara lain:

1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit,sehingga jumlah dan jenis kuman penyakit yang ada
lebih banyak dari pada tempat lain.
2. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah tertular.
3. Dirumah sakit sering orang dilakukan tindakan invasive mulai dari yang paling sederhana seperti pemasangan
infuse sampai tindakan operasi.
4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap anti biotika ,akibat penggunaan berbagai macam
antibiotika yang sering kali tidak rasional.
5. Adanya kontak langsung antar petugas dengan pasien,petugas ke lingkungan yang dapat menularkan kuman
pathogen.
6. Penggunaan alat/instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman.

Sumber-sumber infeksi yang terjadi di rumah sakit dapat berasal dari :

1. Petugas rumah sakit.


2. Pengunjung pasien.
3. Antar pasien itu sendiri.
4. Peralatan yang dipakai dirumah sakit.
Lingkungan.

1. Mencegah pasien memperoleh infeksi selama dalam perawatan.


2. Mengontrol penyebaran infeksi antar pasien.
3. Mencegah terjadinya kejadian luar biasa.
4. Melindungi petugas.
5. Menyakinkan bahwa rumah sakit tempat yang aman bagi pasien dan petugas .

1. HAP (hospital aquared pneumonia) dan VAP (Ventilator associated pneumonia).

1. HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pasien dirawat dirumah sakit setelah
48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak menderita penyakit infeksi saluran napas bawah.HAP
dapat diakibatkan karena tirah baring yang lama (koma,tidak sadar tracheostomi,refluk gaster).

2. VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian ventilasi mekanik
lebih dari 48 jam dan sebelumnnya tidak ditemukan tanda tanda infeksi saluran napas.

Kriteri pneumonia :

10
1. Bunyi pernapasan yang menurun /pekak,ronchi basah pada daerah paru.
2. Produksi sputum banyak dan purulen.
3. Hasil X ray adanya densitas paru (infiltrate).
4. Demam >38 C dan batuk.
5. Pemeriksaan cedan sputum ditemukan peningkatan lekosit (>25/LPK)
Pada orang dewasa dan anak >12 bulan didapatkan :

1. Bunyi napas menurun pekak,ronkhi basah pada daerah paru.


Sputum purulens baru dan perubahan warna sputum.
Biakan kuman dan biakan darah ()
Isolasi kuman patogen atau aspirasi trakea.
2.Hasil X Ray ada infiltrasi paru,konsolidasi,cavitasi,efusi pleura baru secara progrsif ditambah salah satu ini:

- Sputum purulen dan perubahan dan perubahan sputum.

- Isolasi kuman dan biakan darah (+).

- Isolasi kuman patogen aspirasi tracea,sikatan brokus atau biopsy (+).

- Titer IGM atau IGG spesifik meningkat

- Isolasi antigen virus (+) sekresi saluran pernapasan .

Pada umur kurang dari 12 tahun.:

- Didapatkan 2 atau = apneu,takipneu bradikardia,wheezing,ronchi basah,batuk ditambah satu diantaranya sebagai


berikut:

1. produksi sputum atau sekresi pernapasan meningkat dan purulen.


2. Isolasi kuman dan biakan kuman (+).
3. Isolasi kuman aspirasi tracea /brokus/biopsi (+).
4. Isolasi/antigen virus (+) dalam sekresi saluran pernapasan.
5. Titer IGM dan IGG spesifik meningkat 4x .
6. Tanda pneumonia pada pemeriksaan hispatologi.

Faktor penyebab :

1. Lingkungan .

- legionella,klebsiella,P aerogenesa,Amuba baumi.

- Makanan, Muntahan.

2. Peralatan .

- NGT

- ET

- Suktion kateter.

Peralatan bronchoscopy

- Peralatan pernapasan.

3. Manusia.

- Haemofilus influenza.

- Stapilococus Aereus

- Stapilococcus pnemonia.

11
- MDR stains.

Faktor-faktor resiko :

1. Kondisi pasien sendiri.

- Usia > 70 tahun.

- Pembedahan (thorakotomi,abdomen)

- penyakit kronis.

- Penyakit jantung kongestif.

- Penyakit paru obstruksi kronis.

- Perokok.

- Koma.

- CVD.

2. Faktor pengobatan .

- Sedasi.

-Anestesi umum.

- Intubasi tracea.

- Pemakaian ventilator mekanik yang lama.

- Penggunaan antibiotika .

- Penggunaan imunosupresif dan citostatika.

Prinsip dasar pencegahan :

Bila memungkinkan obati penyakit parunya baru melakukan tindakan operasi.


Tinggikan posisi kepala 30- 45 .
Bila tidak diperlukan hindari pembersihan jalan napas menggunakan suction kateter.
Lakukan oral higiene menggunakan chlorhexidine 0,2 % setiap ganti shif.
Ajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam sebelum dan sesudah operasi.
Lakukan perkusi dan postural drainage untuk merangsang batuk dan mengeluarkan lendir .
Mobilisasi dini setelah operasi..
2. Peralatan ventilator.

Bersihkan permukaan alat secara rutine dengan menggunakan detergent netral.


Penggunaan close suction diganti setiap 7 hari atau jika kotor.
Breathing sirkuit,humidifier dan bakterial filter diganti 7 hari sekali atau jika kotor.
Termovent hepafilter diganti setiap hari.
Populasi beresiko HAP .

1. Semua pasien tirah baring lama yang dirawat dirumah sakit.


2. Numerator adalah jumlah kasus HAP perbulan.
3. Denominator adalah jumlah hari rawat pasien tirah baring perbulan.
Infeksi rate HAP =

Numerator x 1000=.....%

Denominator

kasus HAP perbulan x 1000=.......%

12
Hari rawat tirah baring perbulan.

Populasi beresiko VAP :

1. Terfokus spesifik diruang ICU,NICU,PICU.


2. Semua pasien yang terpasang ventilasi mekanik.
3. Numerator adalah jumlah kasus yang terpasang ventilasi mekanik perbulan.
4. Denominator adalah jumlah hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

Clinical Pulmonari Infection score ( CPIS)

Indikator Score

1 2 3

Sekresi trakea Sedikit Sedang banyak

Infiltrat Tidak ada Difus Terlokalisir

Suhu >36.5 &<38.4 >38.5 & 8.9 >39 &<36

Lekosit /mm >4000 &<11.000 <4000 atau 11.000 -

Pa O2 /FiO2 >240 /ARDS - <240 & bukan ARDS

Infeksi rate VAP =

Numerator x 1000= .....%

Denominator

kasus VAP perbulan x 1000 =........%

Hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

3. ILI (Infeksi Luka Infus)

1. Infeksi luka infus harus memenuhi minimal 1 dari kriteria sbb :


a) Hasil kultur positif dari arteri atau vena yang diambil saat operasi.
b) Terdapat bukti infeksi dari arteri atau vena yang terlihat saat operasi atau berdasarkan bukti hispatologik.
c) Pasien minimal mempunyai 1 gejala dan terlihat tanda berikut tanpa ditemukan penyebab lainnya :
Demam (>38 C),nyeri,eritema,atau panas pada vaskular yang terlihat.
Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskular tumbuh >15 koloni mikriba.
Kultur darah tidak dilakukan atau hasil negatif.
d) Adanya aliran nanah pada vaskular yang terlihat.
e) Untuk pasien 1 tahun,minimal mempunyai 1 gejala dan tanda berikut tanpa ditemukan penyebab lain :
Demam (>38C rektal),hipotermia (<37 C),apneu,bradikardia,letargia,atau nyeri,atau panan pada
vaskular yang terlibat dan
Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskulartumbuh >15 koloni mikroba
Kultur tidak dilakukan atau hasil negatif
Petunjuk pelaporan ILI :
ILI purulen dikonfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung kateter,tetapi bila hasil
kultur negatif atau tidak ada kultur darah maka dilaporkan sebagai ILI bukan sebagai IADP.
Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak ditemukan infeksi lain dari bagian
tubuh.
Infeksi intravaskular dengan hasil kultur darah positif dilaporkan sebagai IADP
Penggantian IV LINE untuk dewasa dilakukan setiap 3 (tiga) hari sekali, sedangkan IV LINE untuk
bayi dan anak-anak setiap 5 (lima) hari sekali.

13
A. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
B. Jika pasien terpasang infus dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
C. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.
D. Golden standart penegakan kasus infeksi adalah melalui kultur darah,setiap 3 bulan sekali dilakukan kultur 3
responden setiap ruangan.
Cara menghitung ILI
Numerator x 1000 = ..........%
Denominator
Jumlah kasus ILI x 1000 = ........ %
Jumlah hari pemakaian alat

Populasi beresiko ILI :


1) Semua pasien yang menggunakan iv line dengan kurun waktu 2x24 jam.
2) Lama penggunaan kateter ,lama hari rawat,pasien dengan immunocompromise,malnutrisi,luka bakar
atau lukaoperasi tertentu.

Pencegahan ILI :
1) Lakukan kebersihan tangan aseptik sebelum melakukan tindakan.
2) Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan.
3) Ganti set infus dan dressing setiap 3 hari sekali atau setiap kali diperlukan (lembab atau kotor )
Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera mungkin jika tidak diperlukan lagi.

4. ISK (Infeksi Saluran kemih)


Pengertian

Infeksi saluran kemih nosokomial ialah infeksi saluran kemih yang pada pasien masuk rumah sakit belum ada atau tidak
dalam masa inkubasi dan didapat sewaktu dirawat atau sesudah dirawat.

Kebijakan

. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.


. Jika pasien terpasang kateter urine dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.
Infeksi saluran kemih dapat disebabkan :
a. Endogen : - perubahan flora normal.
b. Eksogen : - prosedur yang tidak bersih / steril
- tangan yang tidak dicuci sebelum prosedur.

2.1. Infeksi Saluran Kemih Simtomatik.


Dengan salah satu kriteria dibawah ini :
* Salah satu gejala ini :
- Demam > 380C
- Disuria
- Nikuria (urgency)
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik.

Dan biakan urin > 100.000 kuman / ml dengan tidak lebih dari dua jenis mikroorganisme :
* Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik

* dan salah satu tanda :

14
- Tes carik celup ( dipstick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit.
- Pluria ( 10 lekosit/ml atau > 3 lekosit /LPB pada urine yang tidak disentrifus.
- Mikroorganisme positif pada pewarnaan gram pada urine yang tidak disentlifus.
- Biakan urine dua kali dengan hasil kuman uropatogen yang sama dengan jumlah > 100.000 kuman/ml dari
urin yang diambil secara steril.
- Biakan urin dengan hasil satu jenis kuman uropatogen dengan jumlah 100.000 kuman/ml dan pasien diberi
antibiotic yang sesuai.
- Diagnosis oleh dokter.
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.

2.2. Infeksi saluran kemih asimtomatik


Dengan salah satu criteria dibawah ini :
* memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dan tak ada gejala :
- Demam 38C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri suprapubik

Biakan urin dengan jumlah > 100.000 kuman/ml urin dengan tak lebih dari dua jenis kuman.

* tidak memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dengan dua kali hasil biakan > 100.000/ml
dengan mikroorganisme yang sama yang tak lebih dari dua jenis dan tak ada gejala :
- Demam 38C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik

2.3. Infeksi Saluran Kemih lain.


( dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra atau jaringan retroperito neal atau rongga perinefrik ) dengan
salah satu criteria dibawah ini :
Biakan positif dari cairan atau jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai.
Ditemukan abses atau tanda infeksi pada pemeriksaan atau operasi atau secara hispatologis.
Dua dari gejala :
- Demam 38C
- Nyeri lokal pada daerah yang dicurigai.
- Nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan.
Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai
Pasien berumur < 12 bulan dengan salah satu gejala :
- Demam 38C
- Hipotermia
- Apneu
- Bradikardi

15
- Disuria
- Letargi
- Muntah
Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.

2.4. Infeksi Saluran Kemih pada neonatus


- Bayi tampak tidak sehat, kuning, muntah, hipertermi/ hipotermi, gagal tumbuh ( gejala sama dengan sepsis
).
- Infeksi ini dapat pula disebabkan oleh sepsis.
- Laboratorium : pemeriksaan mikroskopik dan biakan urin dari punksi suprapubik. Biakan urin positif kalau
ditemukan kuman lebih dari 100.000/ml urin.

2.5. Infeksi Saluran Kemih pada Anak


- Dapat dengan atau tanpa gejala. Makin muda usia anak makin tidak khas.
- Gejala : panas, nafsu makan berkurang, gangguan pertumbuhan, kadang kadang diare atau kencing yang
sangat berbau.
- Pada usia prasekolah gejala klinis berupa sakit perut, muntah, panas, sering kencing dan ngompol. Pada
anak yang lebih besar gejala spesifik makin jelas seperti ngompol, sering kencing, sakit waktu kencing atau
nyeri pinggang.
- Gejala infeksi timbul sesudah dilakukan punksi suprapubik, kateterisasi buli buli.
- Apabila biakan kuman dalam urin pada waktu masuk dan saat diperiksa berbeda.
- Diagnosis : Klinik dan laboratorik.
- Laboratorik : hasil biakan urin yang diambil melalui suprapubik dikatakan positif apabila jumlah kuman
sama atau lebih dari 200/ml urin. Dan apabila melalui urin pancaran tengah atau kateterisasi kandung kemih
maka jumlah kuman dalam urin 100.000 atau lebih/ml urin.
- Pemeriksaan lainnya : sediment urin terdapat piuria.

3. Infeksi Aliran Darah Primer ( IADP )


3.1. Definisi Infeksi Aliran Darah Primer
Infeksi Aliran Darah Primer adalah infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada organ atau jaringan lain yang
dicurigai sebagai sumber infeksi. Criteria infeksi aliran darah primer dapat ditetapkan secara klinis dan
laboratories dengan gejala / tanda berikut :

3.1.1. Klinis
1). Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan.
Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain :
- Suhu > 38C, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian antipiretika.
- Hipotesi, sistolik < 90 mmHg.
Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc/kbBB/jam
Dan
Semua gejala / tanda yang disebut dibawah ini :
- Tidak ada tanda tanda infeksi di tempat lain.
- Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis.

16
CATATAN :
- Suhu badan diukur secara aksiler selama 5 menit dan diulang setiap 3 jam,
- Apabila pasien menunjukkan gejala, suhu tubuh diukur secara oral atau rectal.

2). Untuk bayi umur 12 bulan. Ditemukan salah satu gejala / tanda berikut tanpa penyebab lain :
- Demam > 38C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100x/mnt
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Tidak terdapat tanda tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.

3) Untuk Neonatus
Dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat 3 atau lebih diantara enam gejala berikut :
- Keadaan umum menurun antara lain : malas minum, hipotermi (< 370C) hipertermi ( 38C ) dan sklerema.
- Sistem kardiovaskuler antara lain :
tanda renjatan yaitu takikardi, 160/mnt atau bradikardi, 100/mnt dan sirkulasi perifer buruk.
- Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan hepatomegali.
- Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan takipnea.
- Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang dan letargi.
- Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan perdarahan.
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada pertumbuhan kuman.
- Tidak terdapat tanda tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.

3.1.2. Laboratorik
Untuk orang dewasa dan anak umur > 12 bulan.
Ditemukan satu diantara 2 kriteria berikut :
1). Kuman pathogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat
lain.
2). Ditemukan satu diantara gejala klinis berikut :
- Demam > 38C.
- Menggigil
- Hipotensi
- Oliguri
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut turut dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan
infeksi ditempat ( organ / jaringan ) lain.
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravascular ( kateter
intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan sepsis.

Untuk bayi < 12 bulan, ditemukan satu diantara gejala berikut :


- Demam > 38C
- Hipotermi < 37C

17
- Apnea
- Bradikardi < 100/mnt
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut turut dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan
infeksi ditempat ( organ / jaringan lain )
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravaskuler ( kateter
intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan infeksi

CATATAN :
Untuk neonatus digolongkan infeksi nosokomial apabila :
1. Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari 3 hari.
2. Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa didapatkan pintu masuk kuman.
3. Pintu masuk kuman jelas misalnya luka infuse.

Cara penghitungan :

Numerator x 1000 = ..........%

Denominator

Jumlah kasus ISK x 1000 = ........ %

Jumlah hari pemakaian alat kateter urine

5. ILO (Infeksi Luka Operasi)

Pengertian SSI
a. ILO superfisial terjadi bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)
b. ILO profunda bila insisi terjadi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fasia dan lapisan otot)
c. ILO organ bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga dalam tubuh.
Kategori operasi :
1) Operasi bersih,adalah operasi dilakukan pada daerah /kulit yang pada kondisi pra bedah tidak terdapat
peradangan dan tidak membuka traktus respiratorius,gastroinestinal,orofaring,urinarius,atau traktus
biliaris atau operasi terencana dengan penutupan kulit primer atau tanpa pemakaian drain tertutup.
Kebijakan
a. Kriteria ILO superfisial :
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi.
- mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)-
- Terjadi hal 2 sebagai berikut:
Drainase bahan purulen dari insisi superficial
Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptic dari tempat insisi
superficial.
Sekurang kurangnya terdapat :
- satu tanda atau gejala infeksi sebagai berikut: rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisir, kemerahan, atau
hangat pada perabaan.
- insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr bedah dan hasil biakan positif atau tidak dilakukan biakan.
Hasil biakan yang negatif tidak memenuhi kriteria ini.
Diagnosi ILO superficial oleh dokter bedah atau dokter yang menangani pasien tersebut.
b. Faktor Risiko ILO
- Kondisi pasien sendiri, misal usia, obesitas, penyakit berat, ASA Score, karier MRSA,
lama rawat pra operasi, malnutrisi, DM, penyakit keganasan.
- Prosedur operasi : Cukur rambut sebelum operasi, jenis tindakan, antibiotik profilaksis,
lama operasi, tindakan lebih dari 1 jenis, benda asing, transfusi darah, mandi sebelum

18
infeksi luka operasi.
c. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
d. Jika pasien tindakan operasi dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
e. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.

Kategori resiko :
1. Jenis luka
Luka bersih dan bersih kontaminasi skor : 0
Luka bersih kontaminasi dan kotor skor : 1
Keterangan :
- luka bersih : nontrauma ,operasi luka tidak infeksi,tidak membuka saluran
pernapasan dan genitourinari.
- Bersih kontaminasi : operasi yang membuka saluran pernapasan dan
genitourinari .
- Kontaminasi luka terbuka : trauma terbuka .
- kotor dan infeksi : trauma terbuka,kontaminasi fecal.
2. Lama operasi : waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit.
Setiap jenis operasi berbeda lama opearasinya
Lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang ditentukan. Skor 0
Bila lebih dari waktu yang ditentukan skor : 1.
3. ASA score .
ASA 1-2,skor :0
ASA 3-5, skor :1
= X/Y x 100%
X : jumlah kasus infeksi yang terjadi dalam waktu tertentu.
Y : jumlah pasien operasi pada waktu tertentu.

Pencegahan ILO :
1. Pra bedah..
a. Persiapan pasien sebelum operasi.
Jika ditemukan tanda -tanda sembuhkan dulu infeksinya sebelum hari operasielektif dan jika perlu ditunda
sampai tidak ada infeksi.
Jangan mencukur rambut, pencukuran hanya dilakukan bila daerah sekitar operasi terdapat rambut yang dapat
mengganggu jalannya operasi (pencukuran dilakukan 1 jam sebelum operasi dengan menggunakan alat cukur
elektric.
Kendalikan kadar gula darah pada pasien diabetes dan hindari kadar gula darah yang terlalu rendah sebelum
operasi.
Sarankan pasien untuk berhenti merokok min 30 hari sebelum hari elektif operasi.
Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung chlorhexidine 2% min 1 jam sebelum operasi.
b. Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah :
Kuku harus pendek dan jangan menggunakan kuku palsu.
Lakukan kebersihan tangan bedah dengan chlorhexidine 4 % setelah kebersihan tangan tangan harus tetap
mengarah ke atas dan dijauhkan dari tubuh agar air mengalir dari ujung jari menuju siku,keringkan tangan
dengan handuk steril,pakai sarung tangan dan gaun steril.
c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi.
Anjurkan agar melapor jika terdapat tanda infeksi agar mendapatkan pengobatan.
d. Profilaksis anti mikroba .
Pemberian anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah yang paling efektif terhadap patogen yang umum
yang menyebabkan ILO pada operasi jenis tersebut yang direkomendasikan.
Berikan dosis profilaksi awal melalui intravena 1 jam sebelum operasi sehingga sat dioperasi konsentrasi
bakterisida pada serum dan jaringan maximal.

2. Intra Bedah.
a. Ventilasi .
Pertahankan tekanan (+) ruangan kamar bedah .
Jangan menggunakan fogging dan sinar UV dikamar operasiuntuk mencegah ILO.
Pintu kamar bedah harus selalu tertutup kecuali diperlukan untuk lewatnya peralatan bedah.
Batasi jumlah orang yang masuk kamar bedah.
b. Membersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan.
Bila tampak darah atau cairan tubuh lain gunakan chlorine 0,5% dan biarkan 10 menit kemudian bersihkan

19
cairan tadi.
Tidak perlu pembersihan khusus /penutupan kamar bedah setelah selesai operasi kotor.
Pel dan keringkan lantai kamar bedah dengan menggunakan detergennt normal.
c. Sterilisasi instrumen bedah.
Sterilisasikan instrumen bedah sesuai petunjuk.
Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus digunakan segera seperti instrumen jatuh saat
operasi.
d. Pakaian bedah /drapes .
Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar bedah saat operasi berjalan .
Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut dikepala.
Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO, ganti gaun bila tampak kotor dan terkontaminasi
percikan cairan tubuh pasien.
Gunakan gaun dan drape yang kedap air.
e. Teknik aseptik dan bedah.
Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan CVP,kateter anestesi spinal / epidural/ dan bila
menyiapkan obat- obatan steril.
Siapkan peralatan dan larutan steril sesaat sebelum digunakan.
Perlakukan jaringan dengan lembut dan lakukan homeostasis yang efektif,minimalkan jaringanyang mati atau
ruang kosong (dead space) pada lokasi operasi.
Bila diperlukan drainage gunakan drain penghisap tertutup,letakan drain pada lokasi tubuh yang terpisahdari
insisi tubuh,lepas drain sesegera mungkin bila sudah tidak dibutuhkan.

3. Paska Bedah;
Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi segera lakukan penggantian verban.

Lakukan mobilisasi sedini mungkin.


Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan bergizi.

II. Kebersihan tangan.

Pedoman kebersihan tangan telah memberikan anjuran tentang kapan dan bagaimana melakukan kebersihan tangan atau
menggosok tangan untuk pembedahan, telah mengalami perubahan secara cepat pada masa 15 tahun terakhir, dengan munculnya
AIDS pada tahun 1980 an.

Kebersihan tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan kebersihan tangan memakai sabun antimicrobial
(Pereira, Lee dan Wade 1990).

Pittet dan kawan-kawan pada tahun 2000, melaporkan hasil penelitian tentang kepatuhan tenaga kesehatan dalam
menkebersihan tangan, bahwa ada 4 alasan mengapa kepatuhan menkebersihan tangan masih kurang, yaitu:

Skin irritation
Inaccessible handwashing supplies
Being too bussy
No thinking abut it

Kepatuhan kebersihan tangan di ICU (Spraot, I,J, 1994) kurang dari 50%, sedangkan Galleger 1999 melaporkan bahwa kepatuhan
kebersihan tangan tersebut :

Individu Patuh % Tidak Patuh %

Dokter 33 67
Perawat 36 64
Tenaga kesehatan lainya 43 57
Mahasiswa perawat 0 100

Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi
nosokomial yang menular dan penyebaran mikroorganisme multiresisten serta diakui sebagai kontributor yang penting terhadap

20
timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002), hal ini disebabkan karena pada lapisan kulit terdapat flora tetap dan sementara yang
jumlahnya sangat banyak.

Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga akar rambut, tidak dapat dihilangkan sepenuhnya,
walaupun dengan dicuci dan digosok keras. Flora tetap, kemungkinan kecil menyebabkan infeksi nosokomial, namun lapisan
dalam tangan dan kuku jari tangan sebagian besar petugas dapat berkolonisasi dengan organisme yang dapat menyebabkan infeksi
seperti : s.Auresus, Basili Gram Negative, dan ragi. Sedangkan flora sementara, ditularkan melalui kontak dengan pasien, petugas
kesehatan lainya, atau permukaan yang terkontaminasi. Organisme ini hidup pula pada permukaan atas kulit dan sebagian besar
dapat dihilangkan dengan mencucinta memakai sabun biasa dan air. Organisme inilah yang sering menyebabkan infeksi
nosokomial (JHPIEGO, 2004).

Kebersihan tangan adalah proses membuang kotoran dan debris secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dan
mereduksi jumlah mikroorganisme transient dengan menggunakan bahan tertentu.
Flora transien dan flora residen pada kulit .
Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan pasien ,petugas lain atau permukaan lingkungan
(meja,tensi,stetoskop atau toilet),organisme ini tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat saat kebersihan tangan.Flora
residen tinggal dilapisan kulit yang lebih dalam serta didalam folikel rambut dan tidak hilang seluruhnya saat
dilakukan pencucian dan pembilasan keras dengan sabun dan air mengalirUntungnya pada sebagian kasus,flora
residen kemungkinan kecil terkait dengan penyakit infeksi menular melalui udara seperti flu burung.Tangan atau
kuku petugas kesehatan dapat terkolonisasi pada lapisan dalam oleh organisme yang menyebabkan infeksi seperti S
.Aureus batang gram negatif.
Sabun
Produk pembersih yang berguna untuk menurunkan tegangan permukaan sehingga membantu melepaskan
kotoran,debris dan mikroorganisme yang menempel sementara di tangan.sabun biasa memerlukan gosokan untuk
melepaskan mikroorganisme secara mekanik,sementara sabun anti septik disamping membersihkan juga dapat
membunuh kuman
Agen antiseptik
Bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme baik yang transien atau residen.
Emolient
Cairan organik seperti gliserol,propilen glikol atau sorbitol yang ditambahkan pada handrub berguna sebagai
melunakkan kulit dan membantu mencegah kerusakan kulit.
Air mengalir
Air yang secara alami atau kimia yang digunakan untuk kebersihan tangan merupakan air bersih bebas
mikroorganisme,memiliki turbiditas rendah (jernih, tidak berbau )

Tujuan.

1. Membersihkan kedua tangan dari kotoran

2. Mereduksi jumlah microorganisme transient


Jenis kebersihan tangan ada 4 macam:
1. Kebersihan tangan surgical.
2. Kebersihan tangan Aseptik
3. Kebersihan tangan sosial
4. Kebersihan tangan handrub
5 moment kebersihan tangan :
1. Sebelum menyentuh pasien.
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik.
3. Setelah tersentuh cairan tubuh pasien.
4. Setelah menyentuh pasien.
5. Setelah menyentuh lingkungan disekitar pasien

Menggunakan 6 langkah kebersihan tangan


1. Petugas menggosok punggungdan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya.sebanyak 4x
2. Petugas menggosok keduatelapak tangan dan sela-sela jari sebanyak 4x.
3. Jari jari sisi dalam dari keduatangan petugas salingmengunci sebanyak 4x
4. Petugas menggosok ibujari berputardalam genggaman tangankanan dan lakukan sebaliknya sebanyak 4x
5. Petugas menggosok dengan memutarujungjari jari di telapak tangan kiri dansebaliknya sebanyak 4x
6. Petugas menggosok dengan memutarujungjari jari di telapak tangan kiri dansebaliknya sebanyak

Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan tangan:


1. Kuku harus seujung jari tangan.

21
2. Cat kuku tidak diperkenankan
3. Bila tangan luka atau tidak intak,harus diobati dan dibalut dengan balutan yang kedap air.
4. Jam tangan dan cicncin tidak diperkenankan dipakai
5.
III. ALAT PELINDUNG DIRI

Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD), telah digunakan bertahun-tahun lamanya untuk me
pasien dari mikroorganisme yang terdapat pada staf yang bekerja pada suatu unit perawatan kesehatan. Akhir-akhir ini, adan
dan HCV dan resurgence tuberkulosis di banyak negara, memicu penggunaan APD menjadi sangat penting untuk melindungi

Termasuk Alat pelindung Diri a.l: sarung tangan, masker/respirator, pelindung mata (perisai muka, kacamata), kap, gaun, ap
barang lainnya. Di banyak negara kap, masker, gaun dan tirai terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang sangat
bagaimanapun, terbuat dari kain yang diolah atau bahan sintetik yang menahan air atau cairan lain (darah atau cairan
menembusnya. Bahan-bahan tahan cairan ini, bagaimanapun, tidak tersedia secara luas karena mahal. Di banyak negara, ka
yang enteng (dengan hitungan benang 140/in) adalah bahan yang sering dipakai untuk pakaian bedah (masker, kap dan ga
tirai. Sayangnya, katun enteng itu tidak memberikan tahanan efektif, karena cairan dapat menembusnya dengan muda
membuat kontaminasi. Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat untuk ditembus uap (ya
disterilkan), sangat sukar dicuci dan makan waktu untuk dikeringkan. Bila bahan kain, warnanya harus putih atau terang agar
dan kontaminasi dapat terlihat.

Macam APD :

1. Masker

2. Sarung tangan

3. Kaca mata,

4. Topi

5. Apron/celemek

6. Pelindung kaki

7. Gaun pelindung
8. Helm

1. Sarung tangan.

Tujuan memakai sarung tangan :

Melindungi tangan dari kontak dengan darah,cairan tubuh,secret,eksekreta,mukosa,kulit yang utuh dan benda-benda yang
terkontaminasi.

Jenis sarung tangan :

a) Sarung tangan steril:

Digunakan di IKO, poli gigi atau poli bedah

Digunakan saat pembedahan atau prosedur invasif

Penggunaanya sekali pakai.

b) Sarung tangan tidak steril

Digunakan di rawat inap, IPSRS, kebersihan

Digunakan saat akan bersentuhan dangan cairan atau mukosa tubuh atau bahan berbahaya

c) Sarung tangan rumah tangga

Digunakan di linen, gizi, IPAL

22
Digunakan untuk menyentuh bahan bahan yang memerlukan perlakuan khusus (piring yg licin, mencuci linen yang tebal,
dan lain-lain)

3 saat petugas menggunakan sarung tangan :

1) Sebagai barieer protekif dan mencegah kontaminasi yang berat (saat akan menyentuh cairan tubuh,sekresi,ekskresi,mukosa
membran dan kulit yang tidak utuh.

2) Untuk menghindari transmisi mikroba ditangan petugas ke pada pasien (saat akan melakukan tindakan aseptik atau
menangani benda benda yang terkontaminasi .

3) Untuk mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien lain(saat penggunaan sarung tangan yang benar,karena
sarung tangan belum tentu tidak berlubang walaupun kecil)

Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan:

- Kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas sarung tangan.

- Gunakan sarung tangan berbeda untuk setiap pasien .

- Hindari jamahan pada benda-benda lain.

- Teknik menggunakan dan melepas sarung tangan harus dipahami.

2. Pelindung wajah.

- Tujuan : melindungi selaput lendir,hidung,mulut dan mata .

Jenis alat :

- Masker.

- Kaca mata.

- Face sheild.

3. Masker

Jenis masker:

a. Masker bedah

Masker yang digunakan saat pembedahan di kamar operasi, poli gigi, poli bedah, VK

Di ganti bila basah atau selesai pembedahan

Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan semua rambut muka

Digunakan untuk menahan tetesan keringat yang keluar sewaktu bekerja,bicara, batuk atau bersin dan juga untuk mencegah
cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut.

b. Masker khusus

Digunakan pada saat penanganan pasien, air bone disease, pasien yang mendapatkan imunosupresan atau petugas atau pasien
yang sakit batuk.

Digunakan untuk pencegahan penyakit H5N1,TBC di ruang isolasi.

Karena saat ini rumah sakit belum memiliki masker N95 maka untuk penggunaan diruang isolasi TBC menggunakan masker
bedah rangkap 2.

c. Masker biasa.

Digunakan dalam keiatan sehari- hari kegiatan yang menimbulkan bau (saat pengelolaan sampah,kamar mandi,ipal dan lain-lain)

23
Digunakan saat menderita batuk pilek.

Dugunakan saat timdakan perawatan yang menimbulkan bau

(personal higiene,Membantu Bab,Bak,perawatan luka)

4. Gogless (kacamata)

Digunakan untuk melindungi dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya yang terkontaminasi. Pelindung mata termasuk
pelindung plastik yang jernih, kacamata pengaman, pelindung muka dan visor.

Digunakan untuk prosedur bedah dan kemoterapi,mengosongkan drinage.

5. Apron (Clemek)

Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau yang beresiko terjadi cipratan atau kontak dengan cairan tubuh pasien.

Digunakan untuk melindungi dari cairan atau bahan kimia di ruang linen , dapur, IPAL, Laboratorium, VK.

Saat menangani pencucian peralatan bekas digunakan pasien (instrumen,urinal,pispot,bemgkok dan lain-lain)

6. Gaun.

Tujuan :

- Melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh lainnya yang dapat mencemari baju.

Jenis Gaun :

- Gaun pelindung tidak kedap air.

- Gaun pelindung kedap air.

- Gaun steril.

- Gaun non steril.

Indikasi penggunaan gaun :

- Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran /kontaminasi pada pakaian petugas seperti :

Seperti membersihkan luka bakar.

Tindakan drainage.

Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan WC atau Toilet.

Menangani pasien perdarahan masif.

Tindakan bedah.

Perawatan gigi.

- gaun segera diganti jika terkontaminasi cairan tubuh pasien.

6. Pelindung kaki

Tujuan :

- Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda
tajam atau kejatuhannalkes.

- Digunakan dalam operasi dan menolong persalinan.

Terbuat dari plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki digunakan untuk melindungi kaki dari:

24
a. Cairan atau bahan kimia yang berbahaya

b. Bahan atau peralatan yang tajam

7. Topi (penutup kepala)

Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari cairan tubuh atau bahan berbahaya.

Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat di daerah steril dan juga
sebaliknya melindingi kepala petugas dari bahan bahan berbahaya dari pasien.

Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang luas (operasi,pemasangan kateter vena sentral.)

8. Helm

Terbuat dari plastik

Digunakan untuk melindungi kepala dan digunakan pekerjaan yang berhubungan dengan bangunan.

9. Kegiatan lainya tentang kapan kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung dilakukan:
No. Kegiatan Cuci Sarung tangan Jubah/ Masker/
tangan Steril biasa Celemek Google
Perawatan umum

1. Tanpa luka
Memandikan/
bedding
Reposisi
2. Luka terbuka
Memandikan/ K/P
bedding
Reposisi K/P
3. Perawatan perianal
4. Perawatan mulut K/P K/P
5. Pemeriksaan fisik K/P
6. Penggantian balutan
Luka operasi K/P K/P
Luka decubitus K/P K/P
Central line K/P K/P
Arteri line K/P K/P
Cateter intravena K/P K/P
Tindakan Khusus.

7. Pasang cateter urine K/P K/P


8. Ganti bag urine / ostomil K/P K/P
9. Pembilasan lambung K/P K/P
10. Pasang NGT K/P
11. Mengukur suhu axilia K/P
12. Mengukur suhu rectal
13. Kismia K/P K/P
14. Memandikan jenazah K/P K/P
Perawatan saluran nafas

15. Tubbing ventilator K/P


16. Suction K/P K/P
17. Mengganti plaster ETT K/P K/P
18. Perawatan TT K/P
19. PF dengan stethoscope K/P
20. Resusitasi

25
21. Airway management
Perawatan Vasculer

22. Pemasangan infuse Lebih K/P K/P


baik
23. Pengambilan darah vena Lebih K/P K/P
baik
24. Punksi arteri Lebih K/P K/P
baik
25. Penyuntikan IM / IV / SC
26. Penggantian botol infuse
27. Pelesapan dan penggantian
selang infuse
28. Percikan darah / cairan tubuh
29. Membuang sampah medis
30. Penanganan alat tenun. K/P

IV. Sterilisasi

Adalah membunuh semua mikroorganisme, termasuk endospora bakterial

AdalaPenguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu otoklaf atau dry heat dengan menggunakan oven adalah metode
yang paling tersedia saat ini yang digunakan untuk proses sterilisasi.

Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang paling murah dan efektif, tetapi juga paling sulit untuk
dilakukan secara benar (Gruendemann dan Mangum 2001). Pada umumnya sterilisasi ini adalah metode pilihan untuk
mensterilisasi instrumen dan alat-alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Bila aliran
listrik bermasalah, instrumen-instrumen dapat disterilisasi dengan sebuah sterilisator uap nonelektrik dengan
menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai sumber panas.

Kondisi Standar Sterilisasi Panas

Sterilisasi uap (Gravitas): Suhu harus berada pada 121C; tekanan harus berada pada 106 kPa; 20 menit untuk alat
tidak terbungkus 30 menit untuk alat terbungkus. Atau pada suhu yang lebih tinggi pada 132C, tekanan harus berada
pada 30 lbs/in; 15 menit untuk alat terbungkus.
Catatan: Setting tekanan (Kpa atau lbs/in) dapat agak berbeda bergantung pada sterilisator yang digunakan. Bila
mungkin, ikuti anjuran pabrik.
Panas kering:

170C selama 1 jam (total cycletime-meletakkan instrumen-instrumen di oven, pemanasan hingga 170C,
selama 1 jam dan kemudian proses pendinginan 2-2,5 jam), atau
160C selama 2 jam (total cycle time dari 3-3.5 jam).
Ingat:

Waktu paparan mulai hanya setelah sterilisator telah mencapai target


Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus dengan metode ini lebih pendek, hanya butuh waktu 4
menit. Metode kilat ini biasanya digunakan untuk alat-alat individual.

Kegiatan di unit CSD :

26
1. Unit CSSD berada diinstalasi kamar operasi
2. Jam penerimaan bahan yang akan disteril lagi dari ruangan
Pagi pukul 07.00-08.00 WIB
Siang pukul 14.00 -15.00 WIB
3. Ruangan CSD terdiri dari 4 area, seperti yang terlihat pada. Area ini adalah:

1. a. area penerimaan/pembersihan hal-hal kotor,

Di area ini, peralatan kotor diterima, dibongkar dicuci, dibilas dan dikeringkan.
Area penerimaan/pembersihan hal-hal kotor harus memiliki:

sebuah konter penerimaan;1

dua sinks bila mungkin (satu untuk membersihkan dan satu untuk membilas) dengan suplai air bersih; dan

sebuah konter peralatan yang bersih untuk pengeringan

27
b. area kerja bersih
Di area kerja bersih, peralatan bersih:
diperiksa barangkali ada catat atau kerusakan;
dipak (bila terindikasi), baik disterilisasi maupun DTT dan
dikirim untuk disimpan seperti dalam bentuk dipak atau diangin-anginkan untuk dikeringkan dan
dimasukkan dalam wadah steril atau DTT.
Area kerja bersih harus mempunyai:
meja besar;
rak-rak penyimpanan peralatan bersih dan yang sudah dipak dan
sterilisator uap tekanan tinggi, oven panas tinggi, steamer, atau boiler.
c. area penyimpanan peralatan bersih, dan
Simpanlah peralatan bersih di area ini. Staf CSD juga harus memasuki CSD melalui area ini.
Lengkapi peralatan area ini dengan:
rak-rak (lebih baik tertutup) untuk menyimpan peralatan bersih, dan ruangan tersendiri.

d. area penyimpanan steril atau DTT.


Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau DTT di area ini,
pisahkan dari daerah suplai steril pusat.
Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di kabinet atau rak-rak yang
tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup lebih baik karena hal ini melindungi pak-pak dan
wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-rak terbuka dapat diterima apabila area ini punya akses
terbatas dan urusan rumah tangga dan ventilasi terkontrol.)
Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain tiras (lint-free) sesuai
dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.
Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan dengan jarak 20
hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 15-20 cm dari dinding luar.
Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus melepaskan debu dan debris
serta dapat menjadi sarang serangga.)
Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan bahwa paket itu rentan
atas proses kontaminasi dan menghemat ruang penyimpanan, tetapi hal ini tidak menjamin
sterilitas.
Pak-pak akan tetap steril sepanjang integritas paket itu dipertahankan.
Wadah-wadah steril atau DTT tetap dalam kondisi tersebut hingga dibuka.
Barang steril dan DTT dari area ini didistribusikan
Sistem Shelf Life:
Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan bukan terkait dengan waktu.
Sebuah peristiwa dapat membahayakan integritas dan efektivtas pak tersebut.
Peristiwa yang dapat membahayakan atau menghancurkan sterilitas pak mencakup berbagai
penanganan, berkurangnya integritas pak, penetrasi kelembaban, dan kontaminasi udara.
Sterilitas hilang ketika pak telah terkoyak di pembungkusnya, telah basah, terjatuh di lantai,
berdebu atau tidak tersegel.
Shelf life sebuah pak steril akan bergantung pada kualitas pengepakan, kondisi selama
penyimpanan dan pengangkutan, dan jumlah penanganan sebelum digunakan.
Menyegel pak-pak steril di kantong-kantong plastik dapat mencegah kerusakan dan kontaminasi.
Sebagian besar peristiwa yang berkontaminasi terkait dengan penanganan pak secara berlebihan
atau kurang tepat. Idealnya sebuah peralatan harus ditangani tiga kali: (1) ketika mengeluarkan
dari sterilizer cart dan menempatkan di rak penyimpanan, (2) ketika mengangkutnya ke tempat
peralatan itu akan digunakan, dan (3) ketika memilihnya dibuka untuk digunakan.
Lima faktor yang kemungkinan besar menghancurkan sterilitas atau membahayakan efisiensi
barier bakterial atas materi yang sedang dipak adalah:
Bakteri di udara
Debu
Kelembaban
Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya
Terbukanya pak tersebut.
Sebelum menggunakan peralatan yang telah disimpan, periksalah pak tersebut untuk memastikannya
tidak terkontaminasi.
e. Penanganan dan pengangkutan hasil sterilisasi
Pisahkan instrumen dan peralatan lain yang bersih,28steril, dan DTTdari peralatan kotor dan
peralatan yang harus dibuang. Jangan memindahkan atau menyimpan peralatan ini bersama-sama.
Memindahkan instrumen dan peralatan lain yang steril dan DTT ke prosedur atau ruang operasi
dengan kereta tertutup atau wadah dengan penutup untuk mencegah kontaminasi.
Pindahkan suplai dari seluruh karton dan kotak pengiriman sebelum membawa suplai ini ke dalam
4. Area Penyimpanan Steril atau DTT

Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau DTT di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril
pusat.

Batasi akses ke area penyimpanan ini dan atau simpanlah peralatan di kabinet atau rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet
yang tertutup lebih baik karena hal ini melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-rak terbuka dapat
diterima apabila area ini punya akses terbatas dan urusan rumah tangga dan ventilasi terkontrol.)
Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain tiras (lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah
tangga reguler.
Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan dengan jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm
dari langit-langit, dan 15-20 cm dari dinding luar.
Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus melepaskan debu dan debris serta dapat menjadi sarang
serangga.)
Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan bahwa paket itu rentan atas proses kontaminasi dan
menghemat ruang penyimpanan, tetapi hal ini tidak menjamin sterilitas.
Pak-pak akan tetap steril sepanjang integritas paket itu dipertahankan.
Wadah-wadah steril atau DTT tetap dalam kondisi tersebut hingga dibuka.
Barang steril dan DTT dari area ini didistribusikan

Sistem Self Life:


Self life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan bukan terkait dengan waktu. Sebuah peristiwa dapat
membahayakan integritas dan efektivtas pak tersebut.
Peristiwa yang dapat membahayakan atau menghancurkan sterilitas pak mencakup berbagai penanganan, berkurangnya integritas
pak, penetrasi kelembaban, dan kontaminasi udara.
Sterilitas hilang ketika pak telah terkoyak di pembungkusnya, telah basah, terjatuh di lantai, berdebu atau tidak tersegel.
Self life sebuah pak steril akan bergantung pada kualitas pengepakan, kondisi selama penyimpanan dan pengangkutan, dan jumlah
penanganan sebelum digunakan.
Menyegel pak-pak steril di kantong-kantong plastik dapat mencegah kerusakan dan kontaminasi.
Sebagian besar peristiwa yang berkontaminasi terkait dengan penanganan pak secara berlebihan atau kurang tepat. Idealnya
sebuah peralatan harus ditangani tiga kali: (1) ketika mengeluarkan dari sterilizer cart dan menempatkan di rak penyimpanan, (2)
ketika mengangkutnya ke tempat peralatan itu akan digunakan, dan (3) ketika memilihnya dibuka untuk digunakan.
Lima faktor yang kemungkinan besar menghancurkan sterilitas atau membahayakan efisiensi barier bakterial atas materi
yang sedang dipak adalah:

Bakteri di udara
Debu
Kelembaban
Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya
Terbukanya pak tersebut.
Sebelum menggunakan peralatan yang telah disimpan, periksalah pak tersebut untuk memastikannya tidak terkontaminasi.

Penanganan dan Pengangkutan Instrumen dan Peralatan Lainnya


Pisahkan instrumen dan peralatan lain yang bersih, steril, dan DTTdari peralatan kotor dan peralatan yang harus dibuang. Jangan
memindahkan atau menyimpan peralatan ini bersama-sama.
Memindahkan instrumen dan peralatan lain yang steril dan DTT ke prosedur atau ruang operasi dengan kereta tertutup atau wadah
dengan penutup untuk mencegah kontaminasi.
Pindahkan suplai dari seluruh karton dan kotak pengiriman sebelum membawa suplai ini ke dalam ruang prosedur, ruang operasi,
atau area kerja CSD yang bersih. (Shipping boxes mengeluarkan debu dan menjadi tempat bersarang serangga yang dapat
mengontaminasi area ini.)
Mengangkut suplai dan instrumen kotor ke area penerimaan/pembersihan di CSD dengan tong sampah tertutup dan antibocor.

29
Mengangkut sampah yang terkontaminasi ke tempat pembuangan dengan tong sampah tertutup dan antibocor.
(Untuk informasi tambahan berkenaan dengan penanganan dan pengelolaan peralatan yang akan dibuang)

Pemeriksaan indikator mutu sterilisasi :

1. Indikator mekanik

2. Indikator Kimia

3. Indikator biologi

4. Indikator mikrobiologi

Sumber : Perkins 1983

V. Dekontaminasi
merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan sarung tangan yang telah tercemar. Hal penting sebelum
membersihkan adalah mendekontaminasi alat dan benda lain yang mungkin terkena darah atau duh tubuh. Segera
setelah digunakan, alat harus direndam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Langkah ini dapat menginaktivasi HBV,
HCV, dan HIV serta dapat mengamankan petugas yang membersihkan alat tersebut (AORN 1990; ASHCSP 1986).

Sudah lebih dari 20 tahun, dekontaminasi terbukti dapat mengurangi derajat kontaminasi oleh kuman pada instrumen bedah.
Misalnya, studi yang dilakukan oleh Nystrm (1981) menemukan kurang dari 10 mikroorganisme pada 75% dari alat yang
tadinya tercemar dan dari 100 mikroorganisme pada 98% alat yang telah dibersihkan dan didekontaminasi. Berdasarkan
penemuan ini, sangat dianjurkan agar alat dan benda-benda lain yang dibersihkan dengan tangan, didekontaminasi terlebih dulu
untuk meminimalkan risiko infeksi.

Proses desinfeksi barang use yang di reuse

Proses desinfeksi alat medis dapat dikategorikan menjadi :

Tingkat Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat


resiko
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad dijaga : digunakan
dalam jaringan atau DDT -bungkusan alat untuk tindakan
steril,rongga,aliran harus kering. invasif.
darah -kemasan tidak
robek
-Bungkusan harus
dibuat dengan
menghambat
bioefektif selama
penyimpanan.
.simpan alat steril
pada area steril
guna melindungi

30
dari kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril yang
tidak dibungkus
harus segera dipakai

Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada daerah Alat yang
kritis dengan selaput steam/termal bersih dan kering berhubungan
lendir dan dengan guna melindungi dengan
cairan dari kontaminasi respiratori :
desinfektan lingkungan -LM laringeal
tingkat tinggi mask.
-Vaginal
speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe invasif
ultrasonic
(trans vaginal
probe).
-Fleksible
*colonoscope
- Breast pump
Non Alat yang kontak Bersihkan alat Simpan dalam -alatnon invasif
kritis dengan kulit dengan keadaan bersih equipment:
menggunakan ditempat yang * Bedpan dan
detergent dan kering urinal.
air .jika * Manset
menggunakan tekanan darah.
desinfektan * bed
gunakan yang * Termometer.
compatibel * Tourniket
* Tensi meter

B. Desinfeksi lingkungan rumah sakit


- Permukaan lingkungan : lantai, dinding dan permukaan meja, trolly didesinfeksi dengan detergen netral
- Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan dengan desinfeksi tingkat menengah

VI. Kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi


Pedoman-pedoman baru yang dikeluarkan oleh CDC pada tahun 1996 meliputi hal-hal sebagai berikut. Namun yang terbaru
menyatukan universal precaution dab body substance isolasi (BSI) menjadi kewaspadaan isolasi dengan komponen sebagai
berikut :
Pencegahan /kewaspadaan standar, diterapkan pada semua klien dan pasien yang mengunjungi fasilitas
layanan kesehatan, meliputi :
- Kebersihan tangan.
- Penggunaan APD (alat pelindung diri )
- Peralatan perawatan pasien.
- Pengendalian lingkungan.
- Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen.
- Kesehatan karyawanan /perlindungan petugas kesehatan.
- Penempatan pasien.
- Higiene respirasi/etika batuk.
- Praktek menyuntik yang aman.
- Praktek untuk lumbal punksi.

31
KOMPONEN UTAMA DAN PENGGUNAANNYA

Komponen utama Pencegahan Baku dan penggunaannya terdapat dalam Tabel 2-1. Penggunaan pelindung (barier)
fisik, mekanik, atau kimiawi di antara mikroorganisme dan individu, misalnya ketika pemeriksaan kehamilan, pasien
rawat inap atau petugas layanan kesehatan, merupakan alat yang sangat efektif untuk mencegah penularan infeksi (barier
membantu memutuskan rantai penyebaran penyakit). Contohnya, tindakan berikut memberikan perlindungan bagi
pencegahan infeksi pada klien, pasien dan petugas layanan kesehatan serta menyediakan sarana bagi pelaksanaan
Pencegahan Baku yang baru:
Setiap orang (pasien atau petugas layanan kesehatan) sangat berpotensi menularkan infeksi.
Kebersihan tanganprosedur yang paling penting dalam pencegahan kontaminasi silang (orang ke orang atau benda
terkontaminasi ke orang).
Pakai Sarung Tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit yang terluka, selaput lendir (mukosa), darah atau
duh tubuh lainnya atau instrumen yang kotor dan sampah yang terkontaminasi, atau sebelum melakukan prosedur
invasif.

VI. Management Resiko PPI

Pengelolaan rumah sakit yang begitu komplek permasalahan,memerlukan perhatian dan tindakan yang baik.Terutama
pencegahan dan pegendalian infeksi yang merupakan acuan mutu rumah sakit,sehingga memerlukan tindakan yang baik.

Oleh sebab itu kita harus tahu dulu :

1. Resiko adalah :

Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan (AS/NZS 4360:2004)
Efek ketidakpastian tujuan (ISO 3100:2009)
2. Management Resiko adalah :

Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang peluang sambil mengelola efek yang tidak
diharapkan. (AS/NZS 4360:2004)
Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi berkaitan dengan resiko (ISO 3100:2009)

II. Identifikasi Resiko

Adalah proses mengenal,menemukan dan mendiskripsikan resiko .

Hal pertama yang dilakukan untuk mengelola resiko adalah mengidentifikasi,identifikasi ini juga dibagi 2 secara
Proaktif dan Reaktif.

a. Identifikasi secara proaktif adalah kegiatan identifikasi yang dikakukan proaktif mencari resiko yang menghalangi
rumah sakit mencapai tujuan.Jika faktor resikonya belum muncul dan bermanifestasi metoda yang dapat dilakukan dengan
cara audit,brainstorming,pendapat ahli,FMEA,analisa swot.

b. Identifikasi secara Reaktif adalah kegiatan identifikasi setelah resiko muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden
dan gangguan.Metoda yang digunakan adalah pelaporan insiden. Tentu saja kita akan melaksanakan prinsip identifiksi
proaktif karena belum menimbulkan kerugian.

III. Analisa Resiko.

Adalah proses untuk memahami sifat resiko dan menentukan peringkat resik,analisa dilakukan dengan cara menilai :

1. seberapa sering peluang resiko muncul,


2. berat ringannya dampak yang ditimbulkan
tabel

Descripsi 1 2 3 4

Jarang Intermediate Sering Selalu terjadi

32
Frekuensi

Probability

Dampak

Occurence

Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi dikalikan tujuannya mendapatkan peringkat sehingga dapat menentukan
skala prioritas penangannnya .

Tabel.

Peringkat Resiko .

1. Ekstrim ( 15-25)

2. Tinggi (8-12)

3. Sedang (4-6)

4. Resiko rendah (1-3)

IV. Evaluasi Resiko.

Adalah proses membandingkan antara hasil analisa resiko dengan kriteria resiko untuk menentukan apakah resiko dan
besarnya dapat diterima atau ditolelir.Sedangkan kriteria resiko adalah kerangka acuan untuk mendasari pentingnyaresiko
dievaluasi.Dengan evaluasi resiko ini setiap resiko dilelola oleh orang yang bertanggung jawab sesuai dengan
resiko,dengan demikian tidak ada resiko yang terlewat.

V. Penanganan Resiko

Adalah proses memodifikasi Resiko :

1. Menghindari resikodengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan aktivitas yang menimbulkan
resiko.
2. Mengambil atau meningkatkan resiko untuk mendapatkan peluang(lebih baik,baik)
3. Mengubah kemungkinan.
4. Menghilangkan sumber infeksi.
5. Mengubah konsekuensi.
6. Berbagi resiko dengan pihak lain.
7. Mempertahankan resiko dengan informasi pilihan

VII. Ruang Isolasi (kohorting)


A. Penerapan Isolasi Precaution di Rumah Sakit
Isolation precaution merupakan bagian integral dari program pengendalian infeksi nosokomial

Tujuan

Isolation Precaution bertujuan untuk mencegah transmisi mikroorganisme pathogen dari satu pasien ke pasien lain dan dari pasien
ke petugas kesehatan atau sebaliknya. Karena agen dan host lebih sulit dikontrol, maka pemutusan mata rantai infeksi dengan cara
Isolation Precaution sangat diperlukan.

1. Airborne Precaution

a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang mempunyai persyaratan sebagai berikut:

Tekanan udara kamar negative dibandingkan dengan area skitarnya.


Pertukaran udara 6 12 kali/jam.

33
Pengeluaran udara keluar yang tepat mempunyai penyaringan udara yang efisien sebelum udara dialirkan ke area lain di
rumah sakit.
Selalu tutup pintu dan pasien berada di dalam kamar
Bila kamar tersendiri tidak ada, tempatkan pasien dalam satu kamar dengan pasien lain dengan infeksi mikroorganisme yang
sama atau ditempatkan secara kohort.
Tidak boleh menempatkan pasien satu kamar dengan infeksi berbeda
b. Respiratory Protection
Gunakan perlindungan pernapasan (N 95 respirator) ketika memasuki rungan pasien yang diketahui infeksi pulmonary
tuberculosis
Orang yang rentan tidak dibenarkan memasuki ruang pasien yang diketahui atau diduga mempunyai measless (rubeola) atau
varicella, mereka harus memakai respiratory protection (N 95) respirator.
Orang yang immune terhadap measles (rubeola), atau varicella tidak perlu memakai perlindungan pernafasan.
c. Patient Transport
Batasi area gerak pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya tujuan yang penting saja.
Jika berpindah atau transportasi gunakan masker bedah pada pasien

2. Droplet Precaution

a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri
Bila pasien tidak mungkin di kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohort
Bila hal ini tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan jarak 3 ft dengan pasien lainya
b. Masker
Gunakan masker bila bekerja dengan jarak 3 ft
Beberapa rumah sakit menggunakan masker jika masuk ruangan
c. Pemindahan pasien
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar pasien, kecuali untuk tujuan yang perlu
Untuk meminimalkan penyebaran droplet selama transportasi, pasien dianjurkan pakai masker

3. Contact Precaution

a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri
Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohart
b. Sarung tangan dan kebersihan tangan.
Gunakan sarung tangan sesuai prosedur
Ganti sarung tangan jika sudah kontak dengan peralatan yang terkontaminasi dengan mikroorganisme
Lepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan
Segera kebersihan tangan dengan antiseptic / antimicrobial atau handscrub
Setelah melepas sarung tangan dan kebersihan tangan, yakinkan bahwa tangan tidak menyentuh peralatan atau lingkungan
yang mungkin terkontaminasi, untuk mencegah berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau lingkungan lain.
c. Gaun
Pakai gaun bersih / non steril bila memasuki ruang pasien bial diantisipasi bahwa pakaian akan kontak dengan pasien,
permukaan lingkungan atau peratalan pasien di dalam kamar atau jika pasien menderita inkontaneia, diare, fleostomy,
colonostomy, luka terbuka
Lepas gaun setelah meninggalkan ruangan.
Setelah melepas gaun pastikan pakaian tidak mungkin kontak dengan permukaan lingkungan untuk menghindari
berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau lingkungan lain
d. Transportasi pasien
Batasi pemindahan pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya untuk tujuan yang penting saja. Jika pasien harus pindah
atau keluar dari kamarnya, pastikan bahwa tindakan pencegahan dipelihara untuk mencegah dan meminimalkan resiko
transmisi mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan dan peralatan.

Peralatan Perawatan Pasien

Jika memungkinkan gunakan peralatan non kritikal kepada pasien sendiri, atau secara kohort
Jika tidak memungkinkan pakai sendiri atau kohort, lakukan pembersihan atau desinfeksi sebelum dipakai kepada pasien lain.

34
Recommendation Isolation Precaution

administrative Controls

1. Pendidikan
Mengembangkan system pendidikan tentang pencegahan kepada pasien, petugas, dan pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan
mereka dan bertanggung jawab dalam menjalankanya.

Adherence to Precaution (ketaatan terhadap tindakan pencegahan)

2. Secara periodic menilai ketaatan terhadap tindakan pencegahan dan adanya perbaikan langsung.

Dengan mengelompokkan satu jenis penyakit berdasarkan cara penularannya :

1. Setiap pasien yang menular harus dirawat di ruang isolasi tersendiri.


2. Saat ini Rumah Sakit Umum Parindu belum memiliki ruang isolasi tersendiri,kedepannya akan direncanakan untuk
pengadaan ruang isolasi pasien menular yang sesuai ketentuan,untuk merawat pasien, Rumah Sakit Umum Parindu
menggunakan cara Pengelompokan (Kohorting) pasien menular TBC,diare berat,varicella perdarahan tak
terkontrol,luka lebar dengan cairan keluar.
3. Setiap pasien harus memakai masker bedah (surgical mask rangkap 2) atau masker N 95(bila mungkin) pada saat
petugas berada diruangan tersebut. Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah infeksius. Pasien tidak
boleh membuang ludah atau dahak di lantai gunakan penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable)
4. Setelah selesai melakukan tindakan jas tersebut harus dilepaskan dengan hati-hati dan masukkan kedalam tempat
tertutup dilengkapi dengan laundry bag yang berlabel ISOLASI. Tempat tersebut diletakkan di dekat pintu keluar
ruang isolasi. Setelah itu petugas harus kebersihan tangan di dalam ruang isolasi.
5. Setiap ruang isolasi harus dilengkapi dengan peralatan:
Termometer
Stetoskop
Tensimeter
Wadah/bed pan (jika tidak ada kamar mandi sendiri)
Tempat pembuangan limbah infeksius:
o Jas
o Instrumen
o Sampah termasuk sisa makanan, alat makan
Fasilitas kebersihan tangan di dalam ruang kohorting
Barrier atau penghalang .
APD yang sesuai.

VIII. Pengelolaan kebersihan lingkungan Rumah Sakit

Pengelolaan rumah tangga meliputi pembersihan umum rumah sakit dan klinik, yang meliputi lantai, dinding, alat-
alat, meja, dan permukaan lain. Maksud pengelolaan rumah tangga adalah :
mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat menulari pasien, tamu, staf, dan masyarakat sekitar
mengurangi risiko kecelakaan dan
mengupayakan lingkungan yang bersih dan menyenangkan untuk pasien dan staf

Umumnya ruangan-ruangan di rumah sakit dan klinik, seperti ruang tunggu dan kantor administrasi, tergolong risiko
rendah sehingga cukup dibersihkan dengan sabun dan air. Sedangkan beberapa ruangan seperti toilet/WC,
pembuangan darah atau duh tubuh lain, tergolong risiko tinggi memerlukan disinfektan seperti klorin 0.5% atau fenol
1% yang ditambahkan pada larutan pembersih (SEARO 1988). Penggunaan disinfektan selain sabun dan air
dianjurkan pula di ruangan-ruangan seperti ruangan operasi, kamar pulih, dan ruang perawatan intensif.

35
IX. Peralatan yang single use yang di Re-use

Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan patient safety,maka peralatan yang digunakan baik langsung maupun
tidak langsung sangat mempengaruhi keselamatan pasien.Hal ini terkait kontaminasi yang ditimbulkan jika digunakan
kembali, oleh sebab itu dilakukan aturan peralatan yang use dan re-use sebagai berikut:

1. Peralatan yang use (sekali pakai)

Berupa benda tajam

Yang bersentuhan langsung dengan cairan tubuh pasien

Yang penggunaannya dilakukan secara septic.

Dibagi menjadi peralatan kritikal,semi kritikal dan non kritikal.

Kategori Alat-alat medis :

Tingkat Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat


resiko
Kritis Alat yang Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad dijaga : digunakan
dalam jaringan atau DDT -bungkusan alat untuk tindakan
steril,rongga,aliran harus kering. invasif.
darah -kemasan tidak -endoskopidan
robek assesoris yang
-Bungkusan harus dipakai dlm
dibuat dengan tindakan
menghambat invasif:
bioefektif selama - alat ERCP
penyimpanan. -Laparoskopi
.simpan alat steril - Broncoskopi
pada area steril - instrument
guna melindungi bedah/operasi
dari kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril yang
tidak dibungkus
harus segera dipakai

Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada daerah Alat yang
kritis dengan selaput steam/termal bersih dan kering berhubungan
lendir atau dengan guna melindungi dengan
cairan dari kontaminasi respiratori :
desinfektan lingkungan -LM laringeal
chlorine 0,5 % mask.
-Vaginal
speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe invasif
ultrasonic (trans
vaginal probe).
-Fleksible
endocopes:
*colonoscope
*sigmoideskope
- Breast pump
Non Alat yang kontak Bersihkan alat Simpan dalam -alatnon invasif
kritis dengan kulit dengan keadaan bersih equipment:

36
menggunakan ditempat yang * Bedpan dan
detergent dan kering urinal.
air .jika * Manset
menggunakan tekanan darah.
desinfektan * bed
gunakan yang * Termometer.
compatibel * Tourniket
* Tensi meter
* Pot obat
pasien.
* kontainer
darah

Batas penggunaan alat medis

Alat medis Frekuensi Dengan Proses kontrol


penggunaan melihat
ulang&proses
Laringeal 40x 1. Catat jumlah re-use pada
mask steam kartu pemeliharaan .
2. Setelah 40x alat langsung
dibuang.
3. Bila alat rusak sebelum
waktunya segera dibuang
Nasal spray 5x 4. Catat jumlah re-use pada
steam kartu pemeliharaan.
5. Setelah 40x alat langsung
dibuang.
6. Bila alat rusak sebelum
waktunya segera dibuang
Endotracea 40x 7. Catat jumlah re-use pada
tube non steam kartu pemeliharaan.
kinkin 8. Setelah 40x alat langsung
dibuang.
9. Bila alat rusak sebelum
waktunya segera dibuang
Respiratory 30x 10. Catat jumlah re-use pada
valve steam kartu pemeliharaan .
11. Setelah 30x alat langsung
dibuang.
12. Bila alat rusak sebelum
waktunya segera dibuang
Beast pump

3. hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi

1. Alat instrumen yang dapat disterilisasi ulang adalah :


a. Fisik peralatan setelah proses sterilisasi ulang peralatan tidak berubah keutuhan, fungsional, baik perubahan fisik, kimia
biologis.
b. Proses pembersihannya mampu menjamin membersihkan semua jenis kotoran biologis dari setiap pemakaian yang
sebelumnya dan peralatan bebas dari zat Pyrogenis, Tes Pyrogenisitas dari pabrik
c. Bahan yang digunakan tidak menimbulkan zat toksik akibat reaksi kimia dengan pelarut atau zat pembersih
d. Produsen alat yang bersangkutan menerapkan siklus-siklus peralatan bersertifikat yang merupakan cara-cara yang telah
ditentukan dan diabsahkan untuk pemastian kesterilan, uji-uji untuk keutuhan kemasan, pemeriksaan dan pengendalian
prosedur dengan pencatatan pemakaian alat tersebut
2. Semua permohonan untuk memakai kembali peralatan disposible/Re-use atau sekali pakai saja harus tercatat, diketahui dan
disetujui oleh PPI(IPCN) RSU Parindu untuk memungkinkan pengembangan protokol langkah demi langkah untuk proses
ulang

37
3. Tidak ada peraturan dan undang-undang untuk indonesia dan prosedur untuk menangani alat-alat yang sudah kadaluarsa, hal
ini akan dikonsultasikan ke HICMR sesuai dengan kondisi

X. Pengelolaan linen

Memroses linen terdiri dari semua langkah yang diperlukan untuk mengumpulkan, membawa, dan memilih
(menyortir) linen kotor dan membinatu (mencuci, mengeringkan, melipat, atau membungkus), kemudian menyimpan
dan mendistribusikannya. Memroses linen secara aman dari berbagai sumber adalah suatu proses yang rumit. Prinsip-
prinsip dan langkah-langkah utamanya tercantum dalam Staf yang ditugasi untuk mengumpulkan, membawa dan
memilih linen kotor harus sangat berhati-hati. Mereka harus memakai pakaian tebal atau sarung tangan rumah
tanggauntuk mengurangi risiko perlukaan oleh jarum atau benda tajam, termasuk pecahan gelas. Staf yang
bertanggung jawab terhadap pencucian barang kotor harus memakai sarung tangan utiliti, alat pelindung mata, dan
apron plastik atau karet.

XI. Pengelolaan Lingkungan dan bangunan

Upaya pengendalian lingkungan adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk dapat mengendalikan berbagai faktor
lingkungan (Fisik, biologi, dan sosial psikologi) di RS dengan cara :

Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien,
petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar sarana kesehatan sehingga infeksi nosokomial dapat di
cegah dengan mempertimbangkan cost efektif
Menciptakan lingkungan bersih aman dan nyaman
Mencegah terjadinya kecelakaan kerja

Ruang lingkup pengelolaan lingkungan :

1. KONSTRUKSI BANGUNAN
2. UDARA
3. AIR
4. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
5. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN DI R.GIZI
6. PEMBERSIHAN DI RUANG LAUNDRY

Konstruksi dan renovasi bangunan harus memperhatikan .

1.Pengertian
Cara melakukan perubahan bentuk, penambahanruanganpadalokasi tertentuyang meliputi design interior,eksterior, civil dan
medical.

Definisi dari kegiatan konstruksi :


Tipekegiatan renovasi ada4 type:
a.Tipe A pemeriksaan dan kegiatan pemeliharaan umum.
Termasuknamuntidakterbataspada:penghapusanubinlangit-langituntukinspeksivisual(terbataspada1genteng
per5m2),lukisan(tetapitidakpengamplasan),mencakupinstalasidinding,kerjatrimlistrik,pipa kecil,setiapkegiatanyang
tidakmenghasilkandebuataumemerlukanpemotongandindingatauakseske langit-langitselain untukinspeksi visual.
b.Tipe b skala kecil dan jangka pendek yang menghasilkan debu sedikit.
Termasuk,tetapitidakterbataspada,instalasipemasangankabeltelepondan komputer,akseskeruangchase,memotongdinding
atau langit-langitdi manamigrasi debu dapat dikendalikan.
c. Tipe c kerja apapun yang menghasilkan debu sedang atau tingkat
tinggi.Termasuk,tetapitidakterbataspada,pembongkaranataupenghapusankomponenbangunanbuilt-inatau rakitan,
pengamplasan dindinguntuk lukisan ataumencakup dinding, meliputi penghapusan lantai /wallpaper,
ubindancaseworklangit-langit,konstruksidindingbaru,ductworkkecil ataupekerjaanlistrikdiataslangit- langit, kegiatan
pemasangan kabel utama.
d. Tipe d penghancuran besar dan proyek konstruksi
Termasuk,tetapitidakterbataspada,penghancuranberat,penghapusansistemplafonyanglengkap,dan konstruksi baru.

2. Tujuan.
Menurunkan terjadinya kontaminasi infeksi yang diakibatkan pembangunan dan renovasi bangunan.

3. Kebijakan

38
a. Identifikasi kelompok resiko renovasi bangunan.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4


Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Areakantor Perawatanpasienda UGD
Tanpapasien ntidak Radiology Areaklinis
/area tercakupdalamGru RecoveryRoom KamarOperasi
resikorendah p3 atau4 s Kamarprosedurin
yang Laundry RuangMaternit vasifpasien
tidakterdafta Kantin as/VK rawatjalan
r dimanapun ManajemenMateri Kamarbayi AreaAnastessi&
al LabMicrobiolo pompajantung
Penerimaan/Pemul gi SemuaIntensive
angan Farmasi CareUnit(kecuali
Laboratoriumtidak yangtertulisdiGr
spesifik up4)
sepertiGrup3Korid
orUmum(yang
dilewatipasien,supl
ai,dan linen)

b. Pedoman kontrol infeksi.


Kelas I - Jalankanpekerjaan
denganmetodeuntukmeminimalkanpeningkatandebudarioperasikonstruksi
- Menggantigentenglangit-langituntukinspeksivisualsecepatnya
Kelas II - Penyediaanaktifberartiuntukmencegahdebuudaramenyebarkeatmosfir
- Segelpintuyangtidakdigunakandenganlakban.
- Konstruksiyangmengandunglimbahsebelumditransportasiharusdalamwada
htertutuprapat.
- Pelbasah/atauvakumdenganvakumHEPAber-filiter.
- Tempatkanlapkakidipintumasukdankeluardariareakerjadanmenggantiataud
ibersihkansaattidakadalagi proseskerja.
- IsolasisistemHVACdidaerahmanapekerjaanyangsedangdilakukan/kohort
dengan tekanan negatif
- Usapcaseworkdanpermukaanhorizontalsaat proyekselesai.
Kelas III IsolasisistemHVACdi wilayahdi
manapekerjaantengahdilakukanuntuk
mencegahkontaminasidarisistem saluran.
Lengkapisemuabarrierspembangunansebelumkonstruksidimulai.
Jagatekananudaranegatifdalamtempatkerjamenggunakanunit
ventilasisaringanHEPAataumetodelainuntuk
mempertahankantekanannegatif.Keselamatanumumakanmemonitort
ekananudara
Jangan
menghilangkanbarriersdariareakerjasampaiproyeklengkapdibersihka
n.
Pelbasahatau
vakumduakaliper8jamperiodekegiatankonstruksiatausesuaiyangdipe
rlukandalamrangka untuk meminimalkanjejak.
Singkirkanbahanpenghalangdenganhati-
hatiuntukmeminimalkanpenyebarankotorandanpuing-puingyang
terkaitdengankonstruksi.Bahanbarrierharusdiusapbasa,Vakumdenga
nmenggunakanHEPAatauberikan
kabutairagarlembabsebelumdisingkirkan.
Tempatkanlimbahkonstruksidalamwadahtertutuprapatsebelumditran
sportasi.
Tempatkankesetkakidipintumasukdan
keluardariareakerjadandigantiataudibersihkansaattidakadalagi
aktifitaskerja
Usapcaseworkdanpermukaanhorizontalsaatproyektelahselesai.

39
Kelas IV - IsolasisistemHVACdi wilayahdi
manapekerjaantengahdilakukanuntukmencegahkontaminasisystemsaluran.
- Lengkapisemuabarrierspembangunansebelumkonstruksidimulai.
- Jagatekananudaranegatifdalamtempatkerjamenggunakanunit
ventilasisaringanHEPAataumetodelainuntuk
mempertahankantekanannegatif.Keselamatanumumakanmemonitortekana
nudara
- Berisegelpadaluban,pipa,salurandantusukanuntuk mencegahmigrasidebu.
- Bangunanteroomdanmengharuskansemuapersonilmelewatiruangan.Pelbas
ahatau vakumHEPAanteroomtiap hari.
- Selamapembongkaran,kerjayangmenghasilkandebuataubekerjadilangit-
langit,sepatusekalipakaidanbaju
harusdipakaidandibuangdianteroomketikameninggalkanareakerja.
- Janganmenghilangkanbarriersdariareakerjahinggaselesaiproyekdibersihkan
- Singkirkanbahanpenghalanghati-
hatiuntukmeminimalkanpenyebarankotorandanpuing-puingyangterkait
dengankonstruksi.

XII. Antibiogram
Dengan pemeriksaan kultur akan didapatkan hasil resistensi kuman terhadap antibiotika yang digunakan untuk
menentukan pola kuman rumah sakit

XIII. Pengelolaan bahan atau obat kadaluwarsa


Bekerja sama dengan farmasi dalam melakukan pengawasan obat atau bahan yang telah kadaluwarsa

XIV. Upaya pencehan dan kesehatan karyawan

Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat kerja, juga dapat mentransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas
kesehatan lain.

Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa riwayat pernah terinfeksi apa saja dan status
imunisasinya,imunisasi yang dianjurkan hepatitis B,bila memungkinkan haemophilus
influenza,campak,tetanus,difteri,rubella,mantoux test.Alur pasca pajanan harus dibuat dan dipastikan dipatuhi untuk
HIV,HBV,HCV.

Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang didapatkan dari rumah sakit meliputi :

1. Monitoring dan suppprt kesehatan petugas.


2. Edukasi pada seluruh staf rumah sakit tentang PPIRS
3. Vaksinasi dan imunisasi bila dibutuhkan .
4. Menyediakan antivirus profilaksis.
5. Surveilens ILI mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut dari manusia ke manuasia.
6. Terapi dan follow up
7. Rencanakan pertugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran resiko bila terkena infeksi.
8. Upayakan support psikososial.

B. Tujuan:

1. Menjamin keselamatan petugas dilingkungan rumah sakit.


2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan.
3. Mencegah KLB.

Unsur yang dibutuhkan .

1. petugas yang berdedikasi.


2. SPO yang jelas dan tersosialisi dengan baik.
3. Koordinasi yang baik antar unit.
4. Penanganan pasca pajanan infeksius.
5. Pelayanan konseling dan privasi.

40
Pelaksanaan :

a. Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi hepatitis B, iminisasi masal dan diulang tiap 5 tahun pasca
imunisasi .
b. Management pasca pajanan.
- tes pada pasien sebagai sumber pajanan.

- tes HBS Ag dan Anti HBs petugas.

- Pemberian immunoglobulin hepatitis B pasca pajanan sebelum 48 jam

C. Evaluasi

1. Dilakukan sebelum dan sesudah pajanan.


2. Status imunisasi .
3. Riwayat kesehtan yang lalu.
4. Terapi saat ini.
5. Pemeriksaan fisik.
6. Pemerisaan lab dan radiologi.
7. Edukasi :
SPO PPI
Kewaspdaan isolasi
Kewaspadaan transmisi
8. Pelaporan yang meliputi :
Informasi resiko ekspos.
Alur mangemen dan tindak lanjut.
Penyimpanan data
Pajanan dan tindakan :

1. Virus H5N1

Bila terjadi pajanan diberikan oseltaivir 2x 75 mg selama 5 hari.

2. Virus HIV.

Resiko terpajan 0,2 0,4 % per injuri.Profilaksis diberikan dalam waktu 4 jam pasca pajanan dengan pemberian
ARV,AZT,3TC dan Indinavir sesuai pedoman.Pasca pajana harus dilakukan pemeriksaan HIV seroologidan dicatat sampai jadwal
pemeriksaan monitoring lanjutannya.

3. Virus Hepatitis B.

Resiko terpajan Hepatitis B 1,9-40 % per pajanan,segera pasca pajanan dilakukan pemeriksaan,dapat terinfeksi bila sumber
pajanan positif HbsAg atau HbeAg.

D. Berikut tata laksana penyakit menular dan pencegahannya :

Penyakit Masa Menular Cara transmisi Kewaspad Masa petugas Tindakan


inkubasi selama/ virus aan yang diliburkan/
shedding perlu tindakan
dijalanka
n
Abses Selama luka Kontak Kontak konserfatif
mengeluarkan
cairan tubuh
Acinetobacte Luka bakar Flora N kulit manusia, Standar
r baumanii yang di mukus menbran dan dan kontak
hydroterapi tanah. Bertahan di
tempat lembab dan
kering sampai
berbulan, menular
melalui peralatan rawat
respirasi, tangan

41
petugas, humidifier,
stetoscop, termometer,
matras, bantal, prmk
TT, mop, gorden,
tempat mandi luka
terbuka
Adenovirus 6-9 hari Sekret saluran Droplet, Konservatif
type 1-7 nafas kontak
Aspergilosis Infeksi jar luas Inhalasi stadium Kontak
dengan cairan airbone, conidia dan
berlebihan airbone
candidiasis Standar,
kontak
Chlamidia C Standar,
trachomatis kontak,
termasuk
seksual
Congenital Sampai umur 1 Kontak dengan bahan Standar, Restriksi 7 hari
rubella tahun nasofaring dan urin kontak
Conjungtivit 5- 12 hari 14 hari stl onset Kontak dengan tangan, Kontak Sampai mata Pengobatan
is alat terkontaminasi standar tidak kluar
*adenovirus kotoran
type 8
Campak 5-21 hari 3-4 hr stl bercak Droplet yang besar Transmisi Restriksi 7 hari Pengobatan
timbul mel (kontak dekat) & udara udara setelah bercak simtomatik
nasofaring merah timbul (yg
imun) 5hr stl
ekspos- 21 hr stl
ekspos
Campilobact Standar
er
Closrtidium kontak
difficile
Cytomegalo Tidak Tahan di Kontak dg sekresi Standar Tidak perlu
virus diketahui lingkungan dlm &eksresi : saliva dan hand
wkt pendek urin hygiene
Difteria Sekresi dr mulut Droplet, Sampai terapi Pengobatan
mengandung c difteriae kontak antibiotika telah simtomatik dan virus.
lengkap dan Minum eritromicin
sampai 2 kultur 3x 1 tb sampai 7 hari
berjarak 24 jam
dinyatakan
negatif, perlu
imunisasi tiap 10
tahun
Gastroenterit Kontak px, konsumsi Standar Tidak mengolah
is makanan/ air atau makanan sp 2x
*salmonella terkontaminasi kontak jarak 24jam kultur
*shingella feses negatif
*yenterocolit
ica
Glardia Feses Kontak
lambilia

Hepatitis A 15- 50 hari 2 minggu, Fekal oral melalui feses Standar Libur di area Vaksinasi hepatitis a
kadang2 sp 6 perawatan/
bulan pengolahanmakan
(prematur) an,i minggu
setelah sakit
kuning imunisasi
paksa ekspos

42
Hepatitis B:6-24mgg Akut atau Perkutaneus mukosa, Standar Tidak perlu -segera periksa
B,D D: 3-7 kronik dg kulit yg tdk utuh dibatasi smp HbsAg atau
mgg HbsAg positif kontak dgn darah, HbeAg negatif. HbeAg,tidak perlu
semen, cairan vagina, divaksin bila petugas
cairan tubuh yg lain telah mengandung
Anti HBs 10
mliu/ml
Hepatitis Perkutaneus mukosa Standar Restriksi sampai
C,F,G kulit yg tdk utuh kondisi membaik
kontak dgn darah, / sampai HceAg
semen, cairan vagina, negatif
cairan tubuh yg lain
Herpes 2-14 hr Asiptomatik dpt Kontak dgn ludah Standar, Retriksi tidak
simplex mengeluarkan karier mengandung kontak perlu, tp dibatasi
virus virus langsung/ lwt tangan kontak dgn px
sekresi luka aberasi/
cairan vesikel
HIV Perkutaneus mukosa, Standar Kurang dari 4 jam
kulit yg tdk utuh paska pajanan
kontak dgn darah,
semen, cairan vagina, -diberikan arv,azt dan
cairan yubuh yg lain 3 tc.
-dilakukan
pemeriksaan
HIVserologi dan
menitor setelah 3
bln,9bln,11 bln
Helicobacter Standar
pylori
MDRO Kontak luka Kontak
(MRSA,
VRE, VISA,
ESBL, Srep
pneumonia
Influenza 1-5hr Infeksius pd 3hr Airbone, kontak kontak Vaksinasi pd
pertama langsung/ droplet dgn petugas yg rentan.
sakit.Virus dpt sekresi saluran napas Amantadin untuk
dikeluarkan kontak dgn
sblm gejala influensa A
timbul smp 7hr
stlh dimulai
sakit, lebih
panjang pd anak
dan orang
Hemophilus Standar
Influenzae droplet
Dewasa
Anak

Batuk non Droplet sekret respirasi Kontak


Human produktif, Droplet
Metapneumo kongesti nasal
virus whezing,
(HMPV) bronkhiolitis,
pneumonia pada
anak
+ 11,5 tahun
Novirus 12-48 jam Diare, KLB Makanan, air Kontak,
terkontamibasi feses makanan,
air

43
N meningitis 2-10 hr Kontak dgn sekret Trasmisi Libur spm 24jam -perlu profilaksis
saluran napas mel droplet stlh terapi paska dgn Rif2x600 mg
ekspos. selama 2 hari ,dan
Rifampin2x600m dosis tunggal
g, 2hr; cipro1x1,atau
ciprofloxacin1x50 ceftriaxone 250 mg
0mg atau IM
ceftriaxon250mg
IM
Parotitis, 16-18hr Community Kontak dengan droplet Trasmisi Vaksinasi efektif,
Mumps (12-25hr) acquired, virus atau langsung dgn droplet MMR Restriksi sp
berada dlm sekret sal napas, yi 9hr stlh onset
saliva 6-7hr sbl saliva, hidung dan parotitis. Petugas
parotitis sp 9hr mulut renyan : 12hr
stl onset Px paska ekspos
immunokompro pertama sp 25 hr
mls stlh ekspos
terakhir
Parvovirus/B 6-10hr Menular sblm Kontak dgn droplet Transmisi Tidak perlu
19 bercak merah sp besar, muntahan drolpet restriksi
7hr stlh onset
Pertusis 7-10 hr F catarrhal Kontak dgn sekresi sal Transmisi Vaksin direkomen
sangat menular napas, droplet besar droplet sp umur 11-64 th
kontak dekat 5 hr petugas dgn
menerima pertusis: restriksi
antibiotik fase catarrhal sp
mg 3 stl onst / 5
hr stlh tx
antibiotik kontak
saja tidak perlu
retriksi
Pollomyeliti Nonparaliti Sal napas 1mgg Kontak cairan sal Transmisi Imunisasi
s k: 3-6hr; stlh gejala napas, benda kontak direkomendasikan
paralitik 7- muncul, dlm terkontaminasi fese
12hr feses bbrp mgg-
bulan stlh gejala
muncul
Rubella 12-23hr, Sangat menular Kontak dgn droplet Transmisi 5hr stlh bintik
bintik saat bintik nasofaring px droplet dan keluar : petugas
merah merah keluar, kontak dgn rentan 7hr stl
timbul 14- virus lepas cairan sal ekspos pertama sp
16hr stlh 1minggu sblm napas 21hr stl ekspos
ekspos smp 5-7hr stl terakhir
onset,
congenital
rubella bisa
melepas virus
berbulan-
bertahun2
RSV (infeksi 2-8hr Orang sakit Tangan terkontaminasi Transmisi Batasi kontak dgn
virus (tersering dapat saat merawat pasien kontak erat pasien rawat dan
respiratorik) 4-6hr) mengeluarkan atau menyentuh benda dhn droplrt lingkungan bila
virus selama 3- mati, transmisi RSV atau ada KLB RSV
8hr. Tp pd bisa bila menyentuh mata aerosol Restriksi sampai
anak 3-4mgg atau hidung partikel gejala akut hilang
kecil
MRSA Kontak dengan Strandar Retriksi
petugas, transmisi perawatan pasien
mungkn karier kontak, dan pengolahan
nares anterior, dapat makanan bila
tangan, axilla, airbone petugas dengan

44
perineum, lesi kulit basah
nasofaring, tidak perlu retriksi
orofaring bila kolonisasi
Streptococ A Kontak sisi Kulit, faring rektum, Standar Retriksi
terinfeksi & vagina berdasar perawatan pasien
mensekresi transmisi & pengolahan
makanan sp 24
jam stl mendapat
antibiotik Tidak
perlu retriksi
petugas dg
kolonisasi
Salmonella, Orang- orang lewat
Shingella fekal oral air/ makanan
terkontaminasi
Sypilis Kontak langsung dg Kontak
lesi primer atau
sekunder sypilis
Tuberkolosis Sp 1 bl minum Inhalasi droplet nuklei Airbone, Sampai terbukti -petugas yg terexpose
OAT kontak non infeksius perlu tes mantoux
(mengeluar bila indurasinya> 10
kan c mm perlu profilaksis
tubuh INH sesuai
infeksius) rekomendasi lokal
Varicella Sp lesi kering & Airbone, 8 hari pasca Vaksinasi varicella
berkusta kontak, kontak sp 21 hari
standar paska kontak, beri
imuno globulin
IV paska kontak,
imunisasi petugas
paska pajanan
dalam 4 hari
Vibrio Kontak feces
kolera

Zoster Tutupi lesi, Retriksi sampai


*lokal jangan kontak lesi mengering
dg pasien rawat dan mengelupas
* Jangan kontak Retriksi sampai
menyeluruh dg pasien semua lesi kering
atau orang dan mengelupas
immuno
kompromais
* paska Jangan kontak Dari hr ke 10
pajanan dg pasien rawat paska pajanan
(person yang pertama sp hari ke
rentan) 21 atau hr 28 bila
di beri lagi atau
sampailesi kering
dan mengelupas

A. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.

1. Pada mata : Bilas dengan air mengalir selama 15 menit.


2. Pada Kulit : Bilas dengan air mengalir selama 1 menit.
3. Pada Mulut : segera kumur-kumur selama 1 menit
4. Lapor ke komite PPI atau K3RS atau dokter karyawan

B. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum bekas

45
g yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber HbsAg (-) Sumber tidak diketahui
k divaccin HIBG 1x dan diberikan Beri vaksinHB Bila sumber merupakan resiko
vaksin HB tinggi,dapat diperlakukan sebagai
sumber HBsAg
ah diberi vaksin tapi Tes untuk HBs: Tidak ada Tidak ada pengobatan
diketahui 1.jika titernya cukup pengobatan
konversinya tidak perlu perlu terapi.
2.jika tidak cukup
titernya beri boosster HB
dalam waktu 7 hari.
tahui non HBIG 1x(dalam waktu Tidak ada Jika sumbermerupakan resiko
konversinya 72 jam)+ 1x dosis vaksin pengobatan tinggi dapat diperlakukan sebagai
HB(dalam waktu 7 hari) sumber HbsAg (+)
k diketahui Tes untuk HBs : Tidak ada Tes untuk anti HBs :
konversinya 1.jika (-) obat seperti non pengobatan 1.jika (-) ,obati seperti non
serokonversi. serokonversi.
2.jika titer tidak cukup 2.jika titer tidak cukup booster
HBIG 1x + booster vaksin HB.
vaksin HB dan ulangi 3.jika tter cukup tidak perlu diobati.
pemeriksaan setelah 4
minggu.
3.Jika titer cukup,tidak
perlu diobati
G (Human B imunoglobulin)dosis untuk dewasa 400 unit.
r (antibodi) yang sudah cukup berada pada level 10 mIU/ml

engobatan jika sumber positif HIV sbb :

g yang terkena Sumber positif HIV Sumber Sumber tidak diketahui


negatif
HIV
-) Rujuk ke dokter internis Tidak ada Konsultasi dengan spesilais mikrobiologi
aagar mendapatkan pengobatan /internist mungkin diobati seperti pasien
nasehat. HIV (+),jika resiko tinggi.
Setelah kejadian
diketahui dari pasien HIV
(+) staf harus dirujuk
kefasilitas post exposur
propilaksis(PEP) dalam
waktu 2 jam setelah
pajanan.
Tes ulang saat itu 6
minggu,3,6dan 12 bulan .

Saran :
Lakukan pencegahan
penularan .

Tunda proses kehamilan


selama 3 bulan.

Jangan memberikan
donor darah .

Suntikan zidovudine
selama 4 minggu (250
mg 3x/hari) atau 150 mg
2x/hari(untuk tablet)

Tidak perlu pemberian


pengobatan propilaksis

46
(+) Tidak
perlu
diobati

engobatan jika sumber (+) Hepatitis C


g yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber Sumber tidak diketahui
HbsAg (-)
titis C negatif Berikan nasehat untuk Tidak Tidak perlu diobati konsul dokter internist
melakukan pemeriksaan perlu jika perlu.
0,3,6,12 bln pemeriksaan diobati
HVC dengan PCR dan
diperiksa LVT untuk
mengetahui status
infeksinya

Sarankan untuk
meminalkan penularan

Tidak ada
chemopropilaksis tersdia
,rujuk pada dokter
penyakit menular

E. . Petunjuk penggunaan ARV

1. ARV harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam.


2. Termasuk didalamnya pajanan tehadap darah,cairan serebrospinal,semen,vagina,amnion dari pasien dengan positif HIV.
3. Tes HIV diulang setelah 6 minggu,3 bulan dan 6 bulan.

F. . Status HIV pasien.

Pajanan Tidak diketahui Positif Positif Resiko tinggi Rejimen


Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP -
Mukosa/kulit tidak Pertimbangkan Berikan rejimen 2 Berikan rejimen 2 AZT 300mg/12
utuh rejimen 2 obat obat obat jam x 28 hari,3TC
150 mg/12 jam 28
hari
- Tusukan benda Berikan rejimen 2 Berikan rejimen 2 Berikan rejimen 3 AZT 300mg/12
tajam solid obat. obat. obat jam x 28 hari,3TC
150 mg/12 jam 28
hari,Lop/r

47
- Tusukan benda Berikan rejimen 2 Berikan rejimen 3 Berikan rejimen 3 400/100mg/12 jam
tajam berongga obat obat obat x28 hari.

XV. Pemeriksaan swab dan kultur,merupakan saran pemeriksaan swab kuman pada

a. lantai, dinding dan AC

b. Tangan petugas gizi dan perawat ruang rawat inap.

c. Kultur darah pada surveilens ILI

BAB II

STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Ketenagaan.

Jenis ketenagaan menurut Peraturan Pemerintah RI tahun No .32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
No Jenis tenaga Pendidikan formal sertipikat Jumlah
1 Dokter spesialis Anestesi PPI lanjut 1
2 IPCN D-3 PPI dasar 1/150 TT
3 Perawat D-3 cssd 1
4 Sanitasi linen D-3 Management linen 1
5 Sanitasi gizi D-3 Management Gizi 1
6 Farmasi D-3 1
7 Laborat D-3

Kualifikasi ketenagaan PPI

1. Karyawan yang berminat dalam bidang PPI.


2. Minimal pendidikan D3
3. Mempunyai sertipikat PPI (basic maupun advance)
4. Bekerja purna waktu

B. Uraian Tugas :

B.1. Direktur.

Membentuk Komite dan TIM PPIRS dengan surat keputusan


Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap penyelenggaraan upaya PPI
Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana termasuk anggaran yang dibutuhkan.
Menentukan kebijakan PPI
Mengadakan evaluasi kebijakan PPI berdasarkan saran dari panitia PPIRS
Dapat menutup suatu unit perawatan /instalasi yang dianggap potensial menularkan penyakit untuk beberapa waktu sesuai saran
dari PPIRS.
Mengesahkan SPO untuk PPIRS.

B.2. IPCO ketua komite PPI

B.2.1 Kriteria IPCO :

- Ahli atau dokter yang berminat dalam PPI

48
- mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.

- memiliki kemampuan leadership.

Tugas IPCO sebagai berikut:

Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi.


Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilens.
Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola resistensi antibiotika.
Bekerjasama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilens infeksi dan deteksi dini KLB.
Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubungan dengan prosedur terapi.
Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan lain dalam merawat pasien.

B.2 IPCN

B.2.1Kriteria IPCN :

- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI

- Memiliki komitmen di bidang PPI

- Memiliki pengalaman sebagai kepala Ruangan atau setara.

- Memiliki kemampuan leadership,inovatif dan confident

- Bekerja purna waktu.

B.2.2 Uraian tugas :

Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang terjadi diruang perawatan.
Memonitor pelaksanaan PPI,penerapan SPO,kepatuhan petugas dalam menjalankan kewaspadaan isolasi.
Melaksanakan surveilens infeksi dan melaporkan kepada panitia PPIRS.
Melaksanakan pelatihan PPIRS.
Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama sama panitia PPI memperbaiki kesalahan.
Memonitor kesehatan petugas sesuai gugus tugas .
Bersama panitia menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan konsultasi PPI
audit. PPI termasuk pentalaksanaan limbah,laundry,Gizi dengan menggunakan daftar tilik.
Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiotica yang rasional.
Membuat laboran surveilens.
Memberikan saran desain ruangan RS agar sesuai dengan prinsip PPI.
Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman penggunaannya.
Melakukan pertemuan berkala termasuk evaluasi kebijakan.
Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan SDM PPIRS.
Menerima laporan dari TIM PPIdan membuat laporan kepada direktur.
Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap tindakan tindakan yang menyimpang dari SPO.
Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada KLB.
Menyusun dan mentapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS agar kebijakan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
Membuat SPO PPI
Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.

B.4 . IPCLN

B.4.1 Kriteria IPCLN :

- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi PPI.

- Memiliki komitmen di bidang PPI

- Memiliki kemampuan leadership

B.4.1.1 Tugas IPCLN :

49
Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilens setiap pasien diruang perawatan kemudian menyerahkan nya pada IPCN saat
pasien pulang.
Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB.
Memonitor kepatuhan petugas dalam menjalankan standart isolasi
Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap tindakan tindakan yang menyimpang dari SPO.
Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada KLB.
Bekerja sama dengan TIM PPI dalam melakukan investigasi masalah KLB (HAIs).
Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara PPI.
Memberi konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit .

B.5.Tugas Anggota laboratorium

Melaksanakan penyuluhan dan pendidikan tentang materi materi yang berkaitan dengan pengendalian infeksi nosokomial
kepada petugas laborat.
Membantu pelaksanaan pemeriksaan swab atau kultur pasien
Memantau pemeriksaan laboratorium sesuai SPO
Melaksanakan tugas lain dari ketua panitia pengendali infeksi nosokomial.
B.6. Tugas Anggota linen:

Memisahkan linen infeksius dan non infeksius


Melaksanakan pemeriksaan swab linen bersih.
Memantau penggunaan bahan desinfektan sesuai aturan.
Memantau kegiatan hand higiene diruang linen.
B.6. Tugas Anggota gizi :

Memantau kegiatan hand higiene diruang gizi.


Membantu pelaksanaan pemeriksaan bahan makanan dan swab petugas gizi.
Memantau penggunaan bahan desinfektan gizi.
B.7. Tugas Anggota IPSRS :

Memantau pelaksanaan hand higiene petugas IPSRS.


Memantau penggunaan bahan desinfektan.
Membantu mempersiapkan uji air bersih,limbah dan kuman diruang tertentu.
Memantau proses pembakaran incenerator.
Menyiapkan bahan-bahan hasil pemeriksaan laboratorium

C. Distribusi Tenaga.

Komite PPI merupakan unit pelayanan yang melakukan kegiatan secara komprehensif dari setiap unit pelayanan di rumah sakit .
QMR,IGD,Poli rawat jalan,Unit Rawat inap, Sekretariat,akuntansi,IPSRS,Gisi,lien,farmasi,SMF,laborat,Iko.
ICU,House keeping (CS).

BAB III

STANDART FASILITAS

A. Fasilitas bagi petugas.


1. Denah
Ruangan PPIRS terintegrasi dengan ruangan perkantoran dengan komite lain Rumah sakit
Digedung IKO lantai 3 .

50
2. Standart Fasilitas.

No Fasilitas Jumlah
A Fisik /bangunan
Gedung perkantoran lantai 3 1

B Peralatan
Meja 1
Kursi 3
Komputer 1
Line internet 1
Almari kaca 1
Peralatan tulis 2
Buku perpustakaan PPI 10

B. Fasilitas pelayanan .

1. Menyusun kebutuhan pendidikan dan pelatihan petugas kesehatan,petugas laboratorium,relawan dan pihak lain.
2. Memastikan ketersediaan perlengkapan yang diperlukan untuk menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
direkomendasikan dan tindakan-tindakan keamanan biologis (APD)
3. Mempersiapkan fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan memastikan bahwa fasilitas tersebut telah ditetapkan .
4. Memastikan bahwa pelacakan kontak,pembatasan dan karantina jika diperlukan misalnya:
Penetapan tempat khusus bagi penderita yang disolasi
Pastikan peyanan medis,pasokan makanan, dukungan sosial dan bantuan psikologi
Pastikan transportasi yang memadai tersedia ke dan dari tempat tersebut (rumah sakit /kamar jenazah)

5. Melindungi petugas kesehatan dengan memastikan SPO PPI sudah ada dan dipatuhi (complience kebersihan tangan )

6. Mengembangkan strategi triage untuk pasien yang berpotensi berpenyakit menular,dengan menyediakan lokasi diluar ugd, sebagai
tempat pemeriksaan awal,identifikasi sebagai pengobatan darurat,pasien yang perlu dirujuk untuk penatalaksaanselanjutnya.

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Merupakan langkah- langkah pelayanan pencegahan dan pengendalian Infeksi di masing masing unit kerja sebagai berikut :

1. Tata laksana pelayanan unit surveilens


a. Penanggung jawab
- IPCN
- IPCLN ruangan yang dilakukan surveilens
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form survei harian PPI
- Form survei bulanan PPI
- Form PPI
c. Tata laksana pelayanan

51
- IPCN mengumpulkan IPCLN untuk diberikan pengarahan suveilens
- IPCN membagikan form survei harian,bulanan dan form SPO
- IPCLN melakukan monitoring survei harian sesuai ruangan.
- IPCN melakukan konfirmasi bila terjadi infeksi saat survei,dan divalidasi oleh dokter penaggungjawab pasien.
- IPCN merekap hasil survei harian yang dilakukan oleh IPCLN.
- IPCN melaporkan hasil survei kepada Komite PPI.
- Komite PPI melaporkan hasil surveilens kepada Direktur tembusan ke QMR
- Dan dilaporkan kepada DKK setempat
2. Tata laksana pengambilan swab dan kultur.
a. Penanggungjawab.
- IPCN
- Petugas Laborat.
- Petugas yang dilakukan survei (swab tangan petugas)
- Petugas IPSRS
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form permintaan swab
- Ruangan perawatan
- AC
- Pasien
c. Tata laksana pelayanan
- IPCN mengajukan pemeriksaan swab dan kultur pada dokter penanggung jawab pasien, kemudian mengajukan
permohonan pemeriksaan kepada petugas laboratorium.
- IPCN dan IPCLN mempersiapkan pasien atau petugas yang akan dilakukan swab / kultur.
- Mendampingi petugas laboratorium dalam melaksanakan swab atau kultur.
- Jika hasil sudah jadi maka mereka melaporkan kepada komite PPI.
3. Tatalaksana monitoring kebersihan lingkungan
a. Penanggung jawab
- IPCN, IPCLN
- Petugas kebersihan (SSC)
b. Perangkat kerja
- Buku pedoman pembersihan
- Daftar bahan-bahan desinfeksi
c. Tatalaksana pembersihan
- IPCN dan SSC melakukan pertemuan rutin, membahas dan evaluasi kinerja staf SSC
- Memberikan evaluasi bahan desinfeksi yang relevan dan ramah lingkungan
- Memberikan pengarahan cara pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh
- Memberikan pengarahan cara pembersihan lantai, dinding dan ruangan
- Memberikan pengarahan pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh pasien.
- Memberikan pengarahan penggunaan APD
4. Tatalaksana Pelayanan CSSD
a. Penanggung jawab
- IPCN, petugas ruangan
- Petugas CSSD
- Administrasi CSSD
- Petugas OK
b. Perangkat kerja
- Kalibrasi autoclave
- Buku expedisi sterilisasi ruangan dan CSSD
- Kertas indikator bouwie dict tes
- Indikator mekanik
- Kertas indikator kimia `
- Tabung mikro biologi
c. Tatalaksana pelayanan CSSD
- Petugas ruangan yang akan mensterilkan alat mengisi dibuku expedisi diruangan yang bersangkutan dan buku expedisi di
OK
- Petugas CSSD memberikan identifikasi peralatan atau instrumen sesuai ruangan yang mensterilkan
- Sebelum melakukan proses sterillisasi petugas CSSD melakukan bouwie dict tes pada mesin autoclav terlebih dahulu
(untuk mengetahui kesiapan mesin autoclave ) .
- Jika hasil bouwdict tes baik petugas CSSD memberikan indikator kimia pada setiap peralatan yang akan disterilkan
- Petugas CSSD melakukan penyetirilan sesuai SPO

52
- Setelah selesai proses sterilisasi lihat indikator kimia, jika hasil baik lakukan penyimpanan peralatan yang sudah steril
dialmari
- Petugas ruangan yang akan mengambil sterilisasi dicocokkan dengan buku expedisi ruangan dan CSSD
- Setiap minggu petugas CSSD melakukan uji mikro biologi terhadap hasil sterilisasi

5. Tatalaksana Linen
a. Penanggung jawab
- Petugas linen
- Petugas ruangan
b. Perangkat kerja
- Linen
- Buku penyerahan linen kotor
- Buku penyerahan linen bersih
c. Tatalaksana linen
- Petugas ruangan mengantarkan linen kotor setiap pagi
- Petugas linen mencocokan linen kotor yang diantarkan petugas ruangan ditulis pada buku penyerahan linen kotor
- Petugas linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
- Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan clorin 0,5% dan deterjen selama 10 menit
- Kemudian lakukan pencucian sesuai SPO
- Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai.
- Penyediaan linen 2 x shift untuk menjaga ketersediaan linen
- Menyediakan kebutuhan linen seluruh Rumah Sakit.
- Swab linen bersih
6. Tatalaksana formularium antibiogram
a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- Komite farmasi
- SMF
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Pasien yang akan dilakukan kultur
- Form surveilens PPI
c. Tata laksana
- Surveilens PPI untuk pengambilan kultur dilakukan Tiap 6 bulan .
- IPCN mengajukan pemeriksaan sesuai kebijakan surveilen yang diindikasikan untuk dilakukan pemeriksaan kultur
kepada dokter penaggung jawab
- Medis memberikan advist untuk dilakukan pemeriksaan kultur pasien.
- Petugas laborat melakukan pengambilan sample dan proses selanjutnya sesuai SPO kultur
- Bila hasil telah jadi, petugas-petugas laboratorium memberikan hasil kepada ruangan yang mempunyai pasien (dokter
penanggung jawab) dan kepada IPCN
- IPCN merekap dan menganalisa hasil kultur masing masing kegiatan.
- Hasil dibahas dikomite PPI dan selanjutnya diteruskan kepada direktur dan SMF

7 . Pelayanan kesehatan karyawan.

a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- HRD
b. Perangkat kerja
- Buku /data pemeriksaan kesehatan yang ada di HRD
- Data kesehatan karyawan.
c. Tata laksana
- HRD mengeluarkan pemberitahuan pemeriksaan kesehatan setiap hari ulang tahun.
- Komite PPI mengidentifikasi unit yang harus dilakukan pemeriksaan kesehatan
Ruang kohort airborne : petugas dilakukan pemeriksaan TB setiap 3 bulan sekali
Ruang iko dan icu : petugas dilakukan pemeriksaan TB, Hepatitis B setiap tahun sekali.
Unit Gisi : pemeriksaan tiap 1 tahun sekali
- Karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai ketentuan.
- Hasil diidentifikasi

53
- Bersama HRD melakukan analisa dan pencatatan kesehatan.
- Komite PPI dan HRD melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan karyawan kepada direktur dan SMF.
7. Pelayanan renovasi bangunan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Papan pemberitahuan sedang dilakukan renovasi bangunan
- Pemeriksaan swab lantai
- Analisa dampak lingkungan (kebisingan dan debu)
- Papan/alat penghalang renovasi.
c. Tata laksana
- Tim pembangunan memberitahukan kepada PPI dan IPSRS bahwa akan dilakukan renovasi bangunan.
- Bersama mengidentifikasi dampak :
kebisingan,debu.
Lokasi resiko ( rendah,sedang,tinggi)
renovasi
- Melakukan isolasi kegiatan dengan memasang papan pemberitahuan renovasi,alat penghalang disekeliling area renovasi
- Edukasi kepada staf yang melewati area pembangunan agar dimengerti.
- Setelah selesai pembangunan bagunan dibiarkan selama 1 bulan untuk mengetes kesiapan bangunan,selama didiamkan
dilakukan tes swab lantai dan didinding ruangan,jika hasil baik setelah periode 1 bulan ruangan boleh digunakan

Selesai renovasi

Diamkan selama
1 bln dan uji swab

Hasil baik Hasil tak baik

Ruangan siap Desinfeksi dinding


digunakan dan lantai dengan
larutan chlorine 0,5 %

Lakukan swab ulang

Hasil baik ruangan siap


digunakan

54
8. Pelayanan pembuatan ruang kohort
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Ruangan bertekanan negatif ( exhaust fan dan ventilasi)
- APD ( terutama masker bedah rangkap 3)
c. Tata laksana
- Komite PPI mengajukan pembuatan ruangan kohort kepada direktur.
- Setelah ada disposisi kepada TIM pembangunan (IPSRS)
- Dilakukan pembuatan ruangan kohort yang bertekanan negatif
- Syarat dan denah terlampir

9. Pelayanan pemeriksaan baku mutu air dan lPAL


10. Kebersihan tangan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
b. Perangkat kerja
- Alkohol handrub
- Air mengalir
- Wastafel
- Towel
- Sabun
- Clorhexidine 2% dan 4 %
c. Tata laksana
- Penyiapan SPO kebersihan tangan dan gambar kebersihan tangan
- Edukasi pada seluruh staf rumah sakit
- Audit kepatuhan kebersihan tangan mulai dari kepala ruang,dokter,baru staf pelaksana
- Laporan audit kebersihan tangan

55
BAB V

LOGISTIK

Tata cara logistik PPIRS

1. Perencanaan barang.
a. Barang rutine :
- Kertas HVS,tinta printer,bolpoint,form survei harian,form survei
bulanan,form SPO surveilens,buku tulis.
- Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutine :
- Proposal pemeriksaan kultur dan swab
- Pengadaan leaflet dan banner kebersihan tangan, etika batuk, pencegahan dan pengendalian infeksi tanggung jawab
bersama.
2. Permintaan barang.
a. Barang rutin disampaikan pada bagian logistik rutine rumah sakit.
b. Barang tidak rutine disampaikan terlebih dahulu pada direktur untuk dimintakan persetujuan.
3. Penditribusian

56
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

A. Kewaspadaan, upaya pencegahan & pengendalian infeksi meliputi :


a. Pencegahan dan Pengendalian PPI
b. Keamanan pasien, pengunjung dan petugas
B. Keselamatan dan Kesehatan kerja Pegawai Melakukan pemeriksaan kesehatan meliputi :
a. Pemeriksaan kesehatan prakerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Pemeriksaan kesehatan khusus diunit beresiko :
csd,iko,icu,laboratorium,Radiologi,sanitasi gizi,linen
d. Pencegahan dan penanganan kecelakaan kerja (tertusuk jarum bekas).
e. Pencegahan dan penanganan penyakit akibat kerja
f. Penanganan dan pelaporan kontaminasi bahan berbahaya
g. Monitoring ketersediaan dan kepatuhan pemakaian APD bagi petugas
h. Monitoring penggunaan bahan desinfeksi
C. Pengelolaan bahan dan barang berbahaya
a. Monitoring kerjasama pengendalian hama.
b. Monitoring ketentuan pengadaan jasa dan barang berbahaya.
c. Memantau pengadaan, penyimpanan dan pemakaian B3
D. Kesehatan lingkungan kerja Melakukan monitoring kegiatan :
a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
b. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
c. Penyehatan air
d. Pengelolaan limbah
e. Pengelolaan tempat pencucian
f. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
g. Disinfeksi dan sterilisasi
h. Kawasan Tanpa Rokok
E. Sanitasi rumah sakit Melakukan monitoring terhadap kegiatan:
a. Penatalaksanaan Ergonomi
b. Pencahayaan
c. Pengawaan dan pengaturan udara
d. Suhu dan kelembaban
e. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
f. Penyehatan air
g. Penyehatan tempat pencucian
F. Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan Melakukan pemantauan terhadap.
a. Program pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dan nonmedis
b. Sertifikasi dan kalibrasi peralatan medis dan nonmedis
G. Pengelolaan limbah padat, cair dan gas
a. Limbah padat yang meliputi
i. Limbah medis/klinis
ii. Limbah domestik/sampah non medis
iii. Limbah infeksius
b. Limbah cair
c. Limbah gas

H. Pendidikan dan pelatihan PPI


a. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal meliputi :
- Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana.
- Pelatihan penanggulangan bencana.
- Simulasi penanggulangan bencana
- Pelatihan penggunaan APD
- Pelatihan surveilens
- Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi
- Pelatihan pemadaman api dengan APAR.
- Pelatihan bagi regu pemadam

57
- Pelatihan ( training of trainer )spesialis penanggulangan kebakaran
- Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3.
- Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu.
b. Mengikut sertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan Jasa atau Intansi lain bagi personil K3.
c. Upaya promotif dan edukasi
Hand higiene menjadi kebutuhan dan budaya disemua unit pelayanan.
Kedisiplinan Penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya
Surveilens
- ILI
- ILO
- ISK
- VAP
- HAP
- Kepatuhan kebersihan tangan.
Upaya promotif PPI :
- Pemasangan anjuran kebersihan tangan disetiap ruangan publik atau wastafel
- Pemasangan cara menggunakan dan melepas APD
- Pemasangan promotif kepatuhan membuang sampah sesuai jenisnya .
- Sosialisasi PPI pada karyawan baru dan mahasiswa praktek
- Pemasangan gambar etika batuk
Peningkatan pelayanan Pusat sterilisasi .
- Upaya pemusatan sterilisasi rumah sakit hanya di CSSD
- Penyediaan 3 indikator mutu sterilisasi
Pembuatan ruang kohort :
- Kohort kontak infeksi
- Kohort droplet infeksi
- Kohort air borne infeksi
- Kohort imunosupresif
Peningkatan kewaspadaan standart disemua unit pelayanan.

I. Pengumpulan, pengelolaan dokumentasi data dan pelaporan


Meliputi :

a. Mengagendakan laporan dan rencana kerja PPI


b. Mengarsipkan surat keluar dan surat masuk.
c. Mengarsipkan semua dokumen berkaitan dengan kegiatan PPI
d. Mendokumentasikan setiap kegiatan.
e. Memberikan rekomendasi berkaitan dengan PPI kepada Direksi baik diminta atau tidak.

58
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

Upaya keselamatan pasien melalui kegiatan KKPRS adalah :


1. Ketepatan identifikasi pasien
1.1 Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO.
2. Peningkatan komunikasi efektif
2.1 Melakukan komunikasi efektif SBAR pada saat :
2.1.1 Komunikasi antar perawat
2.1.2 Komunikasi perawat dengan dokter
2.1.3 Komunikasi antar petugas kesehatan lainnya yang bertugas di Rumah Sakit Umum Parindu.
2.2 Menggunakan komunikasi SBAR :
2.2.1 Saat pergantian shift jaga.
2.2.2 Saat terjadi perpindahan rawat pasien.
2.2.3 Saat terjadi perubahan situasi atau kondisi pasien.
2.2.4 Saat melaporkan hasil pemeriksaan,efek samping terapi/tindakan atau pemburukan kondisi pasien melalui
telepon kepada dokter yang merawat.

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai


3.1 Melaksanakan SPO Independent Double chek,Obat kewaspadaan tinggi pada obat-obat yang termasuk dalam daftar
obat HAM.
3.2 Memberikan obat sesuai dengan prinsip 6 BENAR.

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi


5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
5.1 Melakukan pengisian formulir data pemantauan surveilens :
5.1.1 Infeksi luka infus
5.1.2 Infeksi saluran kencing
5.1.3 Infeksi luka operasi superfisial
5.1.4 VAP ( Ventilator aquired pneumonia)
5.1.5 HAP (Hospital aquired pneumonia)
5.1.6 Kepatuhan kebersihan tangan.
5.2 Melakukan pemantauan kegiatan pengendalian infeksi.
5.3 Melakukan pelaporan dan analisa kejadian infeksi.
5.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa kejadian infeksi.
5.5 Melakukan evaluasi kegiatan pengendalian infeksi .
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
6.1 Melakukan pencegahan pasien jatuh dengan assessment risiko dan tindak lanjut kepada pasien yang dirawat .
6.2 Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi .
6.3 Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang terjadi di masing-masing unit pelayanan.
6.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi.

59
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN

a. Penerapansystempencatatan dan pelaporan diRumah Sakit Umum Parindumempunyaitujuan:

Mendapatkan data untuk memetakan masalah masalah yang berkaitan dengan keselamatan pasien
Sebagai bahan pembelajaran untuk menyusun langkah-langkah agar KTD yang serupa tidak terulang kembali
Sebagaidasaranalisisuntukmendesainulangsuatusistemasuhanpelayananpasien menjadilebihaman
Menurunkan jumlah insiden keselamatan pasien (KTDdanKNC)
Meningkatka nmutu pelayanan dan keselamatan pasien

b. Rumah Sakit Umum Parindumewajibkan agarsetiap insiden keselamatan pasien dilaporkan kepada komite keselamatan pasien
rumah sakit
c. Laporan insiden keselamatan pasien diRumah Sakit Umum Parindubersifat:

- Non punitive (tidakmenghukum)


- Rahasia
- Independen
- Tepatwaktu
- Berorientasipadasistem

d. Pelaporan insidenkeselamatanpasienmenggunakanlembarLaporanInsiden Keselamatan PasienyangberlakudiRumah Sakit Umum


Parindu dan diserahkan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Umum Parindu. Bagian/unit mencatat kejadian IKP di
buku pencatatan IKP masing-masing.
e. Laporan insiden keselamatan pasien tertulis secara lengkap diberikan kepada komite keselamatan pasien dalamwaktu :
- 1 x 24 jamuntuk kejadian yang merupakan sentinelevents (berdampak kematian atau kehilangan fungsi mayor secara
permanen).Apabila pelaporan secara tertulis belum siap,pelaporan KTD dapat disampaikan secara lisan terlebih dahulu.
- 2 x 24 jam untuk kejadian yang berdampak klinis/konsekuensi/keparahan tidak signifikan,minor dan moderat.
f. Tindaklanjutdaripelaporan:
- Tingkat risiko rendah dan moderat : investigasi sederhana oleh bagian/unit yang terkait insiden (5W :
what,who,where,when,why).
- Tingkat risiko tinggi dan ekstrim: Root Cause Analysis (RCA) yang dikoordinasi oleh komite keselamatan pasien.
a. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat risiko merah (ekstrim) maka komite keselamatan pasien segera
melaporkan kejadian tersebut kepada Direksi Rumah Sakit Umum Parindu.
b. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat risiko kuning (tinggi) maka komite keselamatan pasien segera
melaporkan kejadian tersebut kepada Direksi Rumah Sakit Umum Parindu.
c. Komite keselamatan pasien Rumah Sakit Umum Parimdu melakukan rekapitulasi laporan insiden keselamatan pasien dan
analisisnya setiap tiga bulan kepadaDireksi Rumah Sakit Umum Parindu

B. PENERAPANINDICATOR KESELAMATAN PASIEN.

a. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Umum Parindumenetapkan indicator keselamatan berdasarkan atas pertimbangan
high risk, high impact, high volume,prone problem.
b.Komite Keselamatan PasienRumah Sakit Umum Parindumenjelaskan definisioperasional,frekuensipengumpulan data,periode
analisis, caraperhitungan,sumberdata,target dan penanggungjawab.
c. Komite Keselamatan PasienRumah Sakit Umum Parindubertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan kesinambungan
penerapan indicator keselamatan pasien
d.Komite Keselamatan PasienRumah Sakit Umum Parindubertanggungjawabdalamprosespengumpulandata, analisis dan
memberikanmasukan kepada Direksiberdasarkan pengkajiantersebut.

60
e. Indikatordikumpulkandandianalisissetiapbulan.Setiaptigabulanindicatordianalisis dan difeed back kan kepada unitterkait.
f. Jumlahindicatorkeselamatan pasienperlu ditinjau ulangsetiap 3 tahunsekali

C. ANALISIS AKARMASALAH

a. Dalam rangkameningkatkanmutudankeselamatanpasien,Rumah Sakit Umum Parindu menerapkan metod erootcauseanalysis (RCA)


atau analisa akar masalah,yaitu suatu kegiatan investigasi terstruktur yang bertujuan untuk melakukan identifikasi
penyebabmasalah dasar dan untuk menentukan tindakan agar kejadian yang sama tidak terulang kembali.
b. RCA dilakukan pada insiden medis kejadian nyaris cedera dan KTD yang sering terjadi di Rumah Sakit Umum Parindu.
c. RCAdilakukan padasetiap kejadian sentinelevents.

d.Insiden keselamatan pasien yang dikatagorikan sebagai level tinggi dan ekstrim diselesaikan dalam kurun waktu paling lama 45hari
dan dibutuhkan tindakan segera yang melibatkan Direksi.
e. Agar penemuan akar masalah dan pemecahan masalah mengarah pada sesuatu yang benar,maka perlu dibentuk tim RCA yang
berunsurkan:dokteryangmempunyai kemampuandalam melakukanRCA,unsurkeperawatan,danSDM lainyang terkait dengan jenis
insiden keselamatan pasien yang terjadi.
f. Dalam melakukan RCA langkah-langkah yang diambil adalah membentuk tim RCA, observasi lapangan, pendokumentasian,
wawancara, studi pustaka, melakukan asesmen dan diskusi untuk menentukan faktor kontribusi dan akar masalah.
g. Hasil temuan dari RCA ditindaklanjuti, direalisasi dan dievaluasi agar kejadian yang sama tidakterulang kembali

STANDAR DAN INDIKATOR MUTU KINERJA KLINIK


1. Standar Mutu Klinik: Rumah Sakit Umum Parindu harus mampu memberikan pelayanan yang terbukti aman bagi semua
orang yang berada didalamnya baik pasien maupun karyawan dari segala bentuk kejadian yang dapat timbul karena proses
pelayanan.
2. Indikator Mutu Klinik:
1). Indikator Non Bedah
a). Angka dekubitus
b). Angka kejadian infeksi jarum infus
c). Angka kejadian infeksi karena transfusi darah.
d). Target surveilens angka kejadian infeksi <1,5%
e). Tersedianya Bahan- bahan desinfeksi yang sesuai rekomendasi dan aman bagi lingkungan.
f). Dilakukannya kegiatan pemantauan
g). Hasil swab : tangan,dinding dan lantai,AC yang memenuhi standart (SPM)
h). Hasil kultur : Pus,darah dan ujung kateter

2) Unit CSSD :
a). - indikator bouwie dict tes,kimia dan mikrobiologi dilaksanakan dan hasilnya baik
b). - maintence autoclave .
c). Kalibrasi Autoclave external baik
d). Indikator mekanik,kimia,biologi
3) Upaya kesehatan :
a). Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi kebutuhan petugas.
b). Terlaksananya pemasangan leaflet kebersihan tangan disetiap ruangan,wastafel dan ruangan publik.
c). Edukasi PPI pada calon karyawan .
d). Edukasi PPI pada karyawan .
e). Edukasi pada mahasiswa praktek
f). Hasil survei menjadi informasi disetiap unit pelayanan melalui sistem informasi rumah sakit
g). Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
h). Terlaksananya ruangan kohort.
i). Tersediannya APD yang diperlukan
j). Terlaksananya survei complience kebersihan tangan tangan pada perawat senior
k). Penyehatan lingkungan
l). Ruangan dan lingkungan yang bersih
m). Sampah dibuang sesuai jenisnya
n). Incenerator berfungsi dengan baik (semua sampah yang dibakar menjadi abu)
o). Terlaksananya formularium antibiotika.
3. Indikator mutu lingkungan

61
1). Hasil uji baku mutu air dan limbah yang dihasilkan sesuai dengan perundangan yang berlaku (UU Lingkungan, PP,
PMK, Perprop, Perda)
2). Ketersediaan instalasi pengolah limbah baik padat maupun cair.
3). Ketersediaan pengolahan limbah infeksius
4). Pelaksanaan UKL dan UPL dari Rencana Pengelolaan Lingkungan
Penurunan Angka Kuman di area pelayanan khusus
B. Formulasi dari indikator-indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut
a) Kelompok Pelayanan Non-Bedah
1) Angka infeksi karena Jarum Infus
AngkaKejadianInfeksiKulitkarenaJarumInfusperBulan
x 100 %
Jumlahharidirawatpasienyangterpasangivlinedalambulanitu

2) Angka infeksi luka operasi x 100 %


Total penderita yang dioperasi dalam satu bulan

3) Angka infeksi pneumonia krn terpasang ventilator x 100%


Total Pasien yang terpasang ventilator dalam satu bulan

4) Angka i saluran kemih x 100%


Total pasien terpasang DC pada bulan tersebut.

5) Angka pneumonia karena tirah baring (HAP) x 100 %


Total pasien tirah baring dalam satu bulan

62
BAB IX

PENUTUP

Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi bukanlah urusan
mereka yang bertugas di unit PPIRS saja. Namun juga tanggung jawab semua pihak yang berada di Rumah Sakit Umum Parindu.
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka Pencegahan dan pengendalian infeksi adalah upaya-upaya edukasi PPI kepada
staf,pasien dan pengunjung Rumah sakit. Sehingga dapat merubah perilaku yang sehat,penyaiapan sarana dan prasarana PPI .Upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi disadari atau tidak memerlukan dana yang besar sehingga memerlukan dukungan penuh dari
management rumah sakit.
Demikianlah pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit Umum Parindu,lebih baik mencegah
daripada mengobati.

Parindu, 24 Februari 2016

Direktur

Dr Hendra Hadiyanta

XVI. Landasan Hukum

1. Undang Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009tentang Rumah sakit.

2. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor.129/MenKes/SK/2008 tentang standart minimal pelayana Rumah Sakit.

3. Surat Edaran direktur jendral Bina Pelayanan Medik nomor HK.03.01/II/3744/ 08 tentang Pembentukan komite dan Tim Pencegahan
Pengendalian Infeksi di rumah Sakit.

4. Undang undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

5. Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1995 tentang tenaga kesehatan.

6. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standart pelayanan Rumah sakit.

7. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1575/Menkes/2005 tentang Organisasi dan tata kerja Departemen Kesehatan.

63
64

Anda mungkin juga menyukai