Anda di halaman 1dari 17

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tablet
Tablet merupakan sediaan padat mengandung bahan obat engan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan
bentuk sediaan yang paling banyak digunakan (Depkes RI, 1995).
Tablet yang dibuat dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,
ketebalan, daya hancur dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet
dan metode pembuatannya. Tablet yang paling banyak digunakan adalah tablet yang
diberikan secara oral dalam pemakaiannya, yang kebanyakan dalam pembuatannya
ditambahkan zat warna, zat pemberi rasa lapisan-lapisan dalam berbagai jenis.(Ansel,
1989)
Berdasarkan pemakaiannya tablet dapat dibagi menjadi 6 kelompok, antara lain
(Voigt, 1995):
1) Tablet peroral adalah tablet untuk pemakaian peroral baik yang dihancurkan dahulu
dalam air ataupun langsung ditelan, dimana bahan aktifnya diserap dalam saluran
lambung usus serta bekerja lokal, khususnya menunjukkan waktu hancur yang cepat..
2) Tablet kunyah (chewable tablet) adalah tablet yang pemakaiannya digigit terlebih
dahulu hingga hancur dan ditelan. Sediaan ini memiliki rasa aromatic yang
menyenangkan, tidak mengandung bahan penghancur dan lebih disukai oleh pasien
yang mempunyai kesulitan dalam menelan tablet.
3) Tablet oral adalah tablet yang bekerja di dalam rongga mulut atau dalam ruang
rahang. Sediaan ini dapat beraksi local dan karakteristik dari jenis tablet ini adalah
tidak hancur, akan tetapi akan melarut secara lambat dan kontinyu. Jenis tablet ini
meliputi tablet hisap, tablet sublingual, dan tablet bucal.
4) Tablet parenteral adalah tablet yang digunakan untuk pemakaian parenteral. Jenis
tablet ini meliputi tablet injeksi dan tablet implantasi, yang harus dijamin
pembuatannya secara steril (atau aseptic) dan bebas pirogen.
5) Tablet larut adalah tablet yang mengandung bahan obat untuk pemakaian dalam dan
pemakaian luar. Pada pemakaian dalam tablet digunakan dilarutkan terlebih dahulu
dalam air dan akan menghasilkan buih. Selain mengandung zat aktif juga
6

mengandung asam (asam sitrat, asamtartrat) dan Na2CO3. Untuk pemakaian luar
dilarutkan dengan jumlah air yang digunakan, menghasilkan larutan dengan
kosentrasi tertentu. Jadi yang dibuat dengan cara ini adalah larutan anti septic, yang
digunakan untuk obat kumur atau kompre atau desinfeksi.
6) Tablet vagina (ovula) adalah tablet yang umumnya mengandung bahan obat yang
dapat mempengaruhi selaput lender vaginal secara lokal. Pada umumnya dikehendaki
pelarutan yang lambat.
Keuntungan sediaan tablet diantaranya adalah sebagai berikut (Siregar, 2010):
1) Rasa obat yang pahit atau memuakkan atau tidak menyenangkan dibuat agar dapat
diterima.
2) Kemudahan pemberian dosis akurat. Dosis dapat didistribusikan secara seragam
dalam pemberian dosis yang akurat apabila tablet dipotong menjadi dua bagian atau
lebih untuk pemberian pada anak-anak.
3) Tablet tidak mengandung alcohol. Alcohol sering diperlukan untuk meningkatkan
kelarutan atau stabilitas bentuk sediaan lain. Tidak adanya alcohol dalam tablet,
biasanya mengurangi biaya pembuatan dan meningkatkan lingkup pasien yang dapat
diberikan sediaan obat tanpa alcohol.
4) Kandungan tablet dapat segera disesuaikan dalam berbagai dosis zat aktif.
5) Sifat tablet yang mendasar adalah mudah dibawa, bentuk kompak, stabilitas yang
memadai ekonomis dibanding dengan bentuk sediaan lain, segera tersedia, mudah
diberikan , memastikan kesan psikologis yang baik bagi penerimaan hampir seua
pasien sedunia.
Kerugian sediaan tablet, antara lain (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013):
1) Bahan aktif yang bedosis besar sulit dibuat tablet karena tablet yang dihasilkan akan
memiliki bobot atau bentuk tablet yang besar sehingga tidak dapat diterima oleh
pasien.
2) Terdapat kendala dalam menformulasikan zat aktif yang sulit terbasahi, tidak larut
serta disolusi yang kurang baik.
3) Mulai kerja obat sediaan tablet lebih lambat dibandingkan dengan sediaan parenteral
(injeksi).
4) Kesulitan menelan pada anak-anak, pasien sakit dengan sakit yang parah, dan pasien
lanjut usia.
7

B. Pembuatan Tablet
Dalam pembuatan tablet biasanya dibuat dengan cara kompresi atau pada sejumlah
tertentu dapat dibuat dengan cara mencetak. Cara kompresi yaitu pembuatan tablet
dengan menggunakan mesin yang memiliki punch dan die dengan ukuran yang pas
untuk menekan bahan serbuk atau granul untuk menjadi tablet.
Tablet yang dicetak yaitu dibuat dengan tangan atau dengan alat mesin tangan
dengan cara menekan bahan tablet ke dalam cetakan kemudian bahan tablet yang
berbentuk dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan sampai kering (Ansel, 2008)
Ada tiga metode pembuatan tablet kompresi, yaitu:
1. Metode granulasi basah
Metode granulasi basah merupakan metode yang dilakukan dengan cara membasahi
massa tablet menggunakan larutan pengikat sampai diperoleh tingkat kebasahan
tertentu, lalu digranulasi. Metode granulasi basah sesuai untuk bahan aktif sukar larut
dalam air dan bahan aktif yang tahan akan pemanasan dan lembab. Pada umumnya,
metode granulasi basah digunakan untuk zat aktif yang sulit di cetak karena mempunyai
sfat alir dan kompresibilitas yang buruk (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013 68)
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi
adalah (Ansel, 2008) :
a) Menimbang semua bahan-bahan dan mencampur bahan-bahan
b) Pembuatan granulasi basah
c) Pengayakan adonan lembab menjadi granul
d) Pengeringan
e) Pengayakan kering
f) Pencampuran bahan pelincir
g) Pencetakan tablet.
2. Metode granulasi kering
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh penambahan pengikat kering ke
dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya
besar dari campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-
pecahan ke dalam granul atau yang lebih kecil (Ansel, 2008)
Metode ini membutuhkan waktu yang lebih sedikit dan karenanya lebih ekonomis
dari pada granulasi basah (Voight, 1995). Metode ini khususnya untuk bahan-bahan
yang tidak dapat di olah dengan metode granulasi basah karena kepekaannya terhadap
8

uap air atau karena untuk mengeringkannya memerlukan temperatur yang dinaikkan
(Ansel, 2008)
Tahapan yang terlibat dalam metode granulasi kering yaitu (Hadisoewignyo dan
Fudholi, 2013) :
a) Penimbangan bahan aktif dan bahan tambahan
b) Pencampuran bahan-bahan yang telah ditimbang
c) Kompresi bahan-bahan yang telah dicampur menjadi slug atau lembaran
d) Penghancuran slug atau lembaran menjadi butiran granul
e) Pencampuran dengan bahan pelicin dan bahan penghancur
f) Kompresi tablet
3. Metode kempa langsung
Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah mengalir
sebagaimana sifat-sifat kohesinya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi
dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering (Ansel, 2008).
Tahapannya yakni masing-masing zat aktif, zat pengisi, zat pengikat, zat
penghancur, dan zat pelicin dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh
serbuk dicampur bersama-sama dalam alat pencampur. Campuran serbuk yang telah
homogen dikempa dalam mesin tablet menjadi tablet jadi (Siregar, 2010).

C. Komponen Tablet
Komponen dari suatu sediaan tablet adalah zat berkhasiat dan zat tambahan. Zat
berkhasiat merupakan zat yang dapat memberikan efek farmakologi pada dosis
tertentu. Sedangkan zat tambahan merupakan zat yang digunakan untuk meningkatkan
kegunaan, kemantapan dan keawetan dari suatu tablet. Bahan aktif dan bahan
tambahan yang digunakan harus kompatibel satu sama lain untuk menghasilkan suatu
sediaan obat yang stabil, berkhasiat, menarik, mudah digunakan, dan aman (Siregar,
2010)
Bahan tambahan yang digunakan dalam mendesain sediaan tablet dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Bahan pengisi
Bahan pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara signifikan
dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia tablet (Agoes,
2012)
9

Bahan pengisi harus memenuhi kriteria, yaitu (Banker dan Neil, 1994) :
a) Harus nontoksik dan dapat memenuhi peraturan-peraturan dari Negara
dimana produk akan dipasarkan.
b) Harus tersedia dalam jumlah yang cukup di semua Negara tempat
produk itu dibuat.
c) Harganya harus cukup murah
d) Tidak bleh saling berkontraindikasi
e) Secara fisiologis harus inert ( netral )
f) Harus stabil secara fisisk dan kimia, baik dalam kombinasi dengan
berbagai obat atau komponen tablet lain.
g) Harus bebas dari segala jenis mikroba
h) Harus color compatible (tidak boleh menggangu warna)
i) Bila obat termasuk makanan (produk-produk vitamin tertentu), pengisi
dan bahan pembantu lainnya harus mendapat persetujuan sebagai bahan
adiktif pada makanan
j) Tidak boleh mengganggu bioavailabilitas obat
Pengisi yang umumnya digunakan adalah laktosa, amilu, manitol, sorbitol,
sukrosa, desktrosa, dan avicel (Banker dan Neil, 1994)
2. Bahan pengikat
Bahan pengikat digunakan dalam formula tablet dengan tujuan membentuk
ikatan antarpartikel supaya terbentuk tablet yang baik, yang memenuhi persyaratan
bobot tablet, kekerasan tablet, dan kerapuhan tablet. Bahan pengikat akan berperan
sebagai perekat untuk mengikat serbuk-serbuk komponen tablet menjadi granul yang
selanjutnya akan membantu mengikat granul-granul menjadi tablet dalam proses
pengempaan. Jumlah dari cairan pengikat yang digunakan akan mempengaruhi
kualitas granul yang dihasilkan. Bila jumlah bahan pengikat yang digunakan terlalu
sedikit, akan menghasilkan granul yang rapuh, sedangkan jika terlalu banyak, akan
menghasilkan granul yang terlalu keras. Selain itu bahan pengikat merupakan
penentu terhadap keseragaman ukuran, kekerasan, dan mudah tidaknya granul yang
dihasilkan tersebut untuk dikempa menjadi tablet.
Berdasarkan asalnya, bahan pengikat dapat diklasifikasikan menjadi
(Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013) :
a. Berasal dari alam, misalnya : akasia, tragakan, Gelatin , amilum, gum guar,
gum xanthan, gum tara, dan pectin.
10

b. Polimer sintetik?semisintetik, misalnya : HPMC, PVP, dan CMC Na


c. Golongan gula, misalnya : Sukrosa dan larutan gula
3. Bahan Pelincir, Anti lengket, dan Pelicin
Ketiga jenis bahan ini memiliki fungsi yang tumpang-tindih. Perbedaan
ketiganya yaitu : suatu pelincir (lubricant) diharapkan dapat mengurangi gesekan
antara dinding tablet dengan dinding die pada saat tablet diletakkan di luar. Anti
lengket bertujuan untuk mengurangi melekat atau adhesi bubuk atau granul pada
permukaan punch atau dinding die. Pelicin (glidant) ditujukan untuk memacu aliran
serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel-partikel
(Banker dan Neil 1994)
Beberapa bahan pelicin yang biasa digunakan adalah asam stearat, magnesium
stearat, kalsium stearat, tal polietilenglikol, dan kanji.
4. Bahan pemberi rasa (flavoring agent)
Bahan ini digunakan untuk memberikan rasa yang sedap dan seringkali wangi ke
suatu sediaan farmasi. Dengan penambahan zat pemberi rasa ke sediaan farmasi,
rasa obat yang tidak disukai dapat disembunyikan. Sehingga dapat diterima lebih
baik oleh pasien. Umumnya yang digunakan adalah ester-ester yang dalam jumlah
sangat kecil dapat memberikan aroma yang baik. Contoh pemberi rasa : minyak
anisi, minyak kayu manis, coklat, menthol, minyak orange, minyak permen, vanili
(Ansel, 2008)

D. Evaluasi Massa Granul


1) Sudut diam
Sudut diam yaitu sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut
dengan bidang horizontal. Bila sudut diam lebih kecil dari 30oC biasanya
menunjukan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau
sama dengan 40oC biasanya mengalirnya kurang baik. Sudut diam dapat dihitung
dengan rumus (Banker dan Neil 1994).

=

Keterangan : = sudut diam


h = tinggi tumpukan granul
r = jari jari alas tumpukan granul
11

2) Waktu alir
Waktu yang diperlukan untuk mengalir sejumlah granul atau serbuk pada alat yang
akan dipakai (granul flow tester). 100g granul atau serbuk dengan waktu alir lebih
dari 10 detik akan mengalami kesulitan pada waktu penabletan (Siregar 2010)
3) Komprebilitas
Komprebilitas granul tergantung pada bentuk granul. Granul yang lebih kecil dapat
membentuk massa yang lebih kompak daripada granul yang lebih besar saat diberi
tekanan. Dan proses ini juga dihitung harga kerapatan balik-nya dengan rumus
(Banker dan Neil 1994)

=

Keterangan: = kerapatan bulk setelah pengetapan


m = masa partikel
vb= volume akhir pengetapan
selanjutnya dari persamaan diatas diperoleh persen kompresibilitas dengan rumus

= %

Keterangan : b = kerapatan bulk setelah pengetapan


u = kerapatan bulk setelah pengetapan
4) Distribusi granul
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran ukuran granul yang diperoleh
distribusi granul ditetapkan dengan prosedur pengayakan dengan menggunakan
satu set ayakan yang disusun ke atas sesuai dengan semakin besarnya lubang jala
ayakan. Partikel yang tertinggal pada setiap ayakan ditimbang dan dihitung
persentase sisa yang tertinggal. Hasil yang diperoleh digunakan untuk membuat
kurva kerapatan (Voigt 1995)
5) Susut pengeringan
Susut pengeringan adalah kadar bagian zat yang menguap. Kecuali dinyatakan lain,
suhu penetapan adalah 105oC (Depkes RI 1979)

E. Evaluasi Tablet
Tablet yang dibuat kualitasnya telah ditentukan pada saat formulasi dibuat untuk
mengendalikan kualitas tablet yang dihasilkan, maka perlu dilakukan evaluasi
terhadap tablet yang dibuat.
12

Evaluasi tablet, meliputi :


1) Penampilan Umum
Mengontrol penampilan umum tablet, melibatkan pengukuran sejumlah
perlengkapan seperti ukuran tablet, bentuk, warna, ada tidaknya bau, rasa, bentuk
permukaan, konsistensi dan cacat fisik, serta kemudian tanda-tanda pengenal.
(Ansel, 2008)
2) Keseragaman Ukuran
Keseragaman ukuran tablet ditentukan dengan mengukur diameter dan tebal
tablet. Alat yang digunakan adalah jangka sorong. Persyaratan diameter tablet
tidak boleh lebih dai 3 kali tebal tablet dan tidak kurang dari 4/3 tebal tablet
(Depkes RI 1979)
3) Keseragaman Bobot
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode,
yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan
untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih
zat aktif (Depkes RI, 1995)
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak
berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang
merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan keseragaman
bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa
mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan
asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket
dicantumkan cara penyiapan ini (Depkes RI, 1995).
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata rata tiap tablet.
Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak
mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata rata yang ditetapkan kolom A
dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata
rata yang ditetapkan kolom B
13

Tabel II.1 Penyimpangan Bobot Tablet (Depkes RI 1979)


Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
Bobot Rata-Rata
A B
Kurang dari 25 mg 15 % 30%
26- 150 mg 10% 20%
151-300 7,5% 15%
>300 mg 5% 10%

4) Kekerasan Tablet
Kekerasan adalah suatu parameter yang menggambarkan ketahanan tablet
dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, tekanan dan kemungkinan
terjadinya keretakan tablet pada saat pembungkusan/pengepakan, pengangkutan
dan penyimpanan. Faktor yang dapat mempengaruhi kekerasan tablet antara lain
metoda granulasi, tekanan kompresi, kekerasan granul, serta macam, dan jumlah
bahan pengikat yang akan digunakan. Tablet yang baik mempunyai kekerasan
antara 4-8 kg (Parrott, 1971)(Ansel,2008)
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya agar
tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Alat yang digunakan untuk pengukuran
kekerasan tablet ini disebut hardnes tester (Widodo, 2013).
5) Keregasan Tablet
Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang. Penentuan
keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapis
(coating). Alat penguji kerenyahan untuk laboratorium dikenal sebagai Fribilaty
tester (Widodo, 2013). Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai 1% masih
dapat dibenarkan. Untuk mengetahui keregasan dapat dihitng dengan rumus
berikut :
0
= 100%
0

Keterangan : F = Kerapuhan (%)


W = Bobot setelah diputar (dalam friability tester setelah dibebas
debukan
W0 = Bobot mula-mula setelah dibebasdebukan
14

6) Waktu Hancur
Waktu hancur sediaan tablet sangat berpengaruh dalam biofarmasi dari obat.
Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran cerna,
maka tablet harus hancur dan melepaskannya ke dalam cairan tubuh untuk
dilarutkan (Ansel, 2008).
Waktu hancur dipengaruhi oleh penghancur (jenis dan jumlahnya) dan
banyaknya pengikat. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan keenam tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalutdan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut.
Selain itu, tablet juga harus memiliki kekerasan yang cukup serta keregasan
yang sesuai dengan persyaratan yang ada, karena semakin kecil persentase
kehilangan bobot dari suatu tablet maka semakin baik efek terapi yang di berikan
oleh sediaan obat tersebut terhadap tubuh Dengan kata lain kekerasan, keregasan,
dan waktu hancur dapat mempengaruhi kecepatan absorpsi obat dalam tubuh.
Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberi per oral, kecuali tablet yang
harus di kunyah sebelum di telan.Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan
kesesuaian batas waktu hancur yang ditetapkan pada masing masing monograf.
7) Disolusi
Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat ke
dalam larutan suatu media. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat
aktif yang terabsorbsi dan memberikan efek terapi di dalam tubuh. Kecepatan
absorbsi obat tergantung pada cara pemberian yang dikehendaki dan juga harus
dipertimbangkan frekuensi pemberian obat.

F. Pencetakan Tablet
Mesin pencetak tablet hendaklah dilengkapi dengan fasilitas penendali debu yang
efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk menghindarkan kecampurbauran antar
produk. Tiap mesin hendaklah ditempatkan ruangan terpisah. Kecuali mesin tersebut
digunakan untuk produk yang sama atau dilenagkapi system pengendali udara yang
tertutup maka dapat ditempatkan dalam ruangan tampak pemisah.
Untuk mencegah kecampurbauran perlu dilakukan pengendalian yang memadai
baik secara fisik, procedural maupun penandaan. Hendaklah selalu tersedia alat timbang
yang akurat dan telah dikalibrasi untuk pemantauan bobot tablet selama proses.
15

Tablet yang diambil dari ruang cetak tablet untuk keperluan pengujian atau
keperluan lain tidak boleh dikembalikan lagi kedalam batch yang bersangkutan. Tiap kali
sebelum di pakai punch dan die hendaklah diperiksa keausan dan kesesuaiannya terhadap
spesifikasi. Catatan pemakaian hendaklah disimpan ( BPOM RI, 2012 )
1. Mesin Cetak
a. Mesin Cetak menggunakan Tangan
Merupakan mesin cetak tablet yang paling kecil dan sederhana yang didisain
sedemikian rupa sehingga operasionalnya dapat dengan menggunakan tangan.
Prinsip kerja yang dimilikinya sama dengan single punch yang lebih besar. Mesin
cetak tangan ini mampu memberikan hasil yang seragam dengan penampilan yang
baik seperti halnya tablet yang dihasilkan dari mesin cetak lainnya. Mesin cetak
yang mempergunakan tangan cocok untuk maksud pembuatan tablet dalam jumlah
kecil dan juga untuk tujuan penelitian di pabrik-pabrik maupun di laboratorium
perguruan tinggi. Mesin cetak ini mempunyai kemampuan menghasilkan 50 tablet
per menit, diameter punch dan dies yang biasa digunakan pada mesin cetak ini
adalah 12,7 mm.
b. Mesin Pengempa Tablet
Tablet dibuat dengan jalan mengempa campuran zat aktif dan eksperimen baik
yang dibuat menjadi granul dahulu maupun tidak, pada mesin pencetak tablet.
Secara umum komponen dasar sebagai berikut:
1) Hopper, tempat untuk menyimpan granul dan yang mengalirkan granul untuk
dikempa
2) Die, yang menentukan ukuran dan bentuk tablet
3) Punch atas, untuk mengempa granulat yang terdapat di dalam die
4) Jalur cam, untuk mengatur gerakan punch
5) Punch bawah, alat untuk mengeluarkan tablet yang telah dicetak.
16

Gambar II 2. Mesin Single Punch

G. KUALIFIKASI
Kualifikasi merupakan bagian (subset) proses validasi yang akan memverifikasi
modul dan kinerja sistem sebelum suatu instrumen diletakkan secara on line (atau
diletakkan pada tempatnya dalam suatu laboratorium). Jika instrumen tidak terjamin
dengan baik sebelum digunakan, maka akan muncul suatu masalah yang sulit untuk
diidentifikasi.

Gambar 1. Kualifikasi

Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut kualifikasi.
Kualifikasi tersebut adalah langkah pertama dalam melaksanakan validasi di industry
farmasi ( Manajemen Industri Farmasi, 2007).
17

Kualifikasi terdiri dari 4 tingkatan yaitu :

1. Kualifikasi Desain/ design qualification (DQ)


Kualifikasi desain adalah unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap
fasilitas, sistem atau peralatan baru.
2. Kualifikasi Instalasi/ Instalation Qualification (IQ)
Kualifikasi dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru atau yang
dimodifikasi, mencakup:
a) Instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang hendaklah sesuai dengan
spesifikasi dan gambar teknik yang didesain.
b) Pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan
peralatan dari pemasok.
c) Ketentuan dan persyaratan kalibrasi.
d) Verifikasi bahan konstruksi
3. Kualifikasi Operasional/ Operational Qualification (OQ)
Kualifikasi operasional dilakukan setelah kualifikasi instalasi selesai
dilaksanakan, dikaji dan disetujui. Kualifikasi operasional hendaklah mencakup:
a) Kalibrasi
b) Prosedur pengoperasian dan pembersihan
c) Pelatihan operator dan ketentuan perawatan preventif.
4. Kualifikasi Kinerja/ Performance Qualification (PQ)
Performance Qualification (PQ) dilakukan untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi
beroperasi sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
18

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang diancang untuk
mendapatkan kualitifikasi mesin cetak tablet fungsional yang dibuat oleh Institut Sains
dan Teknologi Al-Kamal terhadap hasil tablet yang dihasilkan yang mengacu pada
standar Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995.
Skema penelitian bersama ini digambarkan sebagai berikut :

Program studi Program studi


Teknik Mesin Farmasi

Desain Mesin
Cetak Tablet

Pembuatan Mesin
Cetak Tablet

Kualifikasi Mesin
Cetak Tablet

Kualifikasi Fisik Kualifikasi Hasil


Mesin Cetak Tablet Cetak Tablet

Ukuran Tablet
Kekerasan
Keregasan
Waktu hancur
(FI IV 1995)
)

B. WAKTU DAN TEMPAT


Penelitian ini dilakukan di laboratorium Produksi Teknik Mesin ISTA dan
Laboratorium Teknologi Farmasi ISTA yang dilakukan pada bulan Februari 2017
sampai dengan bulan Mei 2017
19

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Mesin Cetak Tablet
b. Friability tester
c. Hardener tester
d. Jangka sorong
e. Mikrometer sekrup
f. Timbangan Analitik
g. Stop watch
h. Alat uji waktu hancur tablet
i. Mixer
j. Granulator serbuk
2. Bahan
a. Lactose (pengisi)
b. Microcristaline Cellulose PH101 (pengikat)
c. Sodium Starch Glycolat (penghancur)
d. Magnesium Stearat (pelincir)
e. Talk (pelicin)

D. CARA KERJA
1. Pembuatan tablet
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang bahan-bahan yang akan digunakan
c. Siapkan granul yang telah diberi pelican
d. Masukkan ke dalam hopper. Coba dulu mesin tablet hingga diperoleh beberapa
butir tablet.
e. Ukur kekerasan dan bobotnya
f. Jika kekerasan kurang dari 4,0 kg atur punch atas sampai kekerasan antara 4,0-
7, 0 Kg
g. Jika bobot kurang dai 600/300 mg atur punch bawah sehingga bobot tablet
memenuhi syarat Farmakope
h. Jika bobot dan kekerasan telah terpenuhi, jalankan mesin sehingga granul habis
semua menjadi tablet
20

i. Pisahkan antara tablet yang diberi pelican talk dan Mg-stearat. Hitung
presentase tablet yang jadi terhadap jumlah tablet teoritis sebaai data efisiensi
mesin.
j. Hitung efisiensi mesin, dengan membandingkan jumlah tablet diperoleh
dengan jumlah tablet teoritis

2. Evaluasi tablet
a) Penampilan Fisik

1 Warna : Pengamatan dilakukan secara visual dengan mata terhadap tablet


yang di amati
2 Bau : Dilakukan dalm ruangan yang berbau netral, kemudian tablet
diletakkan di dalam wadah dan dikibas-kibaskan. Dicium
baunya.
3 Bentuk : Tablet diamati secara visual dengan mata

b) Keseragaman Ukuran
Keseragaman tablet dilakukan dengan cara mengambil sampel formula 10
tablet, kemudian diukur diameter dengan menggunakan jangka sorong dan tebal
tablet menggunakan micrometer sekrup (Banker dan Neil 1994)
c) Keseragaman bobot
20 tablet ditimbang satu per satu dengan menggunakan timbangan analitik.
Dihitung bobot rata-rata dari bobot tersebut, bobot tiap tablet dibandingkan dengan
bobot rata-rata (Depkes RI, 1979)
d) Kekerasan tablet
Letakkan satu tablet pada posisi tegak lurus pada alat Hardness tester.
Nyalakan tombol ON tunggu sampai baja mengenai tablet sampai pecah. Dibaca
skala alat yang menunjukkan kekerasan tablet dalam satuan kilogram (Nanker dan
Neil 1994)
e) Pengukuran keregasan
Ditimbang 20 tablet yang sudah dibebas debukan, kemudian dimasukkan ke
dalam alat Friability tester, alat diatur pada kecepatam 25 rpm selama 4 menit atau
100 putaran. Tablet dibebas debukan kembali dari fines yang menempel dan
dihitung persentase kehilangan bobotnya (Banker dan Neil, 1994)
21

3. Pengujian waktu hancur tablet


Memasukkan 5 tablet (menurut FI ed. III) atau 6 tablet (menurut FI ed. IV) ke
dalam keranjang, turun-naikkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet
dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali
fragmen berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan
untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut
selaput.

Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet
satu persatu, kemudian ulangi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun.
Dengan pengujian ini tablet harus memenuhi syarat di

E. PENGOLAHAN DATA

Anda mungkin juga menyukai