Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, yang ditandai dengan kulit tebal
dan garis kulit tampak menonjol (likenifikasi) menyerupai batang kayu. Gejala
neurodermatitis timbul dikarenakan respon kutaneus terhadap garukan atau gosokan
yang terus menerus karena rangsangan pruritogenik. Penyebab utama dari
neurodermatitis belum diketahui, namun pada dasarnya gejala pruritus memilki peran
sentral dalam timbulnya reaksi kulit berupa likenifikasi. Pada hipotesis mengenai
pruritus dikatakan, pruritus dapat terjadi karena adanya penyakit yang mendasarinya,
misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroid.
Atau bisa karena penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi,
gigitan serangga, dan aspek psikologik dari tekanan emosi. Neurodermatitis dikenal juga
dengan nama liken simplek kronik. Keluhan utamanya berupa gatal yang berulang
dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan gejala berupa kulit yang menebal
dan garis kulit yang menonjol (likenifikasi). Pada setiap individu, keluhan utama gatal
yang lama bisa berbeda, semua bergantung dari respon kulit yang menerima rangsangan
pruritogenik, penyakit yang mendasarinya dan emosinya. Variasi klinis dari
neurodermatitis sering terjadi pada orang dewasa. Contohnya pada pasien yang memiliki
riwayat penyakit dermatitis atopik memiliki onset lebih cepat untuk menjadi penyakit
neurodermatitis dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit
dermatitis atopik. Pada umumnya pasien yang menderita neurodermatitis telah
mengetahui penyakitnya sudah sejak lama, namun kebanyakan dari mereka tidak
mengetahui tentang penyakitnya yang dipengaruhi oleh penyakit yang mendasar dan
keadaan emosinya. Pembahasan mengenai neurodermatitis dalam makalah ini dapat
digunakan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai apa itu
neurodermatitis, bagaimana mendiagnosa neurodermatitis dan bagaimana tatalaksana
pengobatan neurodermatitis1,2.

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana definisi, etiologi, pathogenesis dan penatalaksanaan pada neurodermatitis
pada ilmu penyakit kulit dan kelamin?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui definisi, etiologi, pathogenesis dan penatalaksanaan pada
neurodermatitis pada ilmu penyakit kulit dan kelamin.

1.4 Manfaat
Manfaat penyusunan referat adalah sebagai media pembelajaran dan evaluasi untuk
mengetahui neurodermatitis pada ilmu penyakit kulit dan kelamin.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Nama lain neurodermatitis sirkumskripta ialah liken simpleks kronikus, istilah yang
dipakai pertama kali dipakai oleh Vidal, oleh karena itu juga disebut liken Vidal.1
Neurodermatitis sirkumskripta adalah penyakit peradangan kronis pada kulit, gatal,
sirkumskripta, dan khas ditandai dengan likenifikasi. Likenifikasi timbul sebagai respon
dari kulit akibat gosokan dan garukan yang berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama,
atau kebiasaan menggaruk pada satu area tertentu pada kulit sehingga garis kulit tampak
lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu. Secara histologis, karakteristik
likenifikasinya adalah akantosis dan hyperkeratosis dan secara klinis muncul penebalan dari
kulit, utamanya pada permukaan kulit.2,3

Neurodermatitis sirkumskripta merupakan proses yang sekunder ketika seseorang


mengalami sensasi gatal pada daerah kulit yang spesifik dengan atau tanpa kelainan kulit
yang mendasar yang dapat mengakibatkan trauma mekanis pada kulit yang berakhir dengan
likenifikasi. Penyakit ini biasanya timbul pada pasien dengan kepribadian yang obsessif,
dimana selalu ingin menggaruk bagian tertentu dari tubuhnya.2,3

2.2 EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini dapat mengenai semua kelompok umur mulai dari anak-anak sampai
dewasa. Kelompok usia dewasa 30 50 tahun paling sering mengalami keluhan
neurodermatitis. Neurodermatitis dapat terjadi pada laki-laki dan wanita, tetapi lebih sering
dilaporkan terjadi pada wanita terutama pada umur pertengahan Individu. Neurodermatitis
jarang terjadi pada anak-anak, karena neurodermatitis merupakan penyakit yang bersifat
kronis dan dipengaruhi oleh keadaan emosi dan penyakit yang mendasarinya. Dilihat dari
ras dan suku bangsa, Asia terutama ras mongoloid lebih sering terkena penyakit ini

3
kemungkinan karena faktor protein yang dikonsumsinya berbeda dengan ras dan suku
bangsa lainnya1,2. .

2.3 ETIOPATOGENESIS
Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa
likenifikasi. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang
mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin,
hipertiroid, penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan
serangga, dan aspek psikologi dengan tekanan emosi. Pada neurodermatitis jumlah
eosinofil meningkat. Eosinofil yang berisi protein X dan protein kationik akan
menimbulkan degranulasi sel mast . Degranulasi sel mast akan mengaktifkan sel-sel saraf
sumsum tulang sebagai kompensasinya. Sel-sel saraf yang berisi CGRP (Calcitonin Gene-
Related Peptide) dan SP (substance P), jumlahnya di dermis juga akan meningkat sehingga
akan melepaskan histamin dari sel mast yang selanjutnya akan memicu pruritus. Semakin
tinggi eosinofil pasien yang mengalami neurodermatitis akan semakin sering pasien
mengeluh gejala gatal1-3.
Trauma mekanik kronis pada kulit berupa garukan atau gosokan akan
mengakibatkan penebalan pada kulit. Garukan dan gosokan berulang (yang dipicu factor
asing atau dari diri sendiri) menghasilkan nodular likenifikasi dan hyperkeratosis. Gatal
pada neurodermatitis bersifat lokal. Tempatnya tergantung dimana sering terpapar
rangsangan pruritogenik. Pada individu yang mengalami neurodermatitis rasa ingin
menggaruk sangat besar, pasien akan merasakan adanya gatal yang hebat dan tidak dapat
mengontrol untuk menggosok atau menggaruk pada tempat yang gatal2.
Neurodermatitis dipengaruhi oleh keadaan emosi pasien. Gejalanya akan timbul
seiring dengan emosi pasien yang tinggi. Dari pemeriksaan efloresensi akan tampak
hiperpigmentasi pada kulit, lesi purpura dengan permukaan tidak rata, ekskoriasi pada
tempat yang gatal dan dapat menjadi krusta. Hasil efloresensi ini disebabkan karena
seringnya pasien menggaruk bagian yang gatal. Dari hasil studi immunohistokimia
menunjukkan peningkatan jumlah dari sel-sel saraf pada kulit terjadi terutama pada

4
neurodermaitis. Pada pemeriksaan biopsy kulit menunjukkan secara signifikan penurunan
kepadatan jaringan saraf intraepidermal, yang mengacu pada subklinikal neuropati
sejumlah kecil jaringan. Pada studi lainnya mengindikasikan bahwa sitokin berhubungan
dengan STAT 6 beraktivasi bersama dengan beberapa stimulus yang tidak diketahui yang
mengaktivasi STST 3 yang mempunyai peranan penting dalam pathogenesis
neurodermatitis.2,3
Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat menimbulkan
penebalan dan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang nyata dari garukan, maka
disebut neurodermatitis sirkumskripta. Adanya garukan yang terus-menerus diduga karena
adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim proteolitik. Walaupun sejumlah peneliti
melaporkan bahwa garukan dan gosokan timbul karena respon dari adanya stress. Adanya
sejumlah saraf mengandung immunoreaktif CGRP (Calsitonin Gene-Related Peptida) dan
SP (Substance Peptida) meningkat pada dermis. Hal ini ditemukan juga pada prurigo
nodularis, tetapi tidak pada neurodermatitis sirkumskripta. Sejumlah saraf menunjukkan
imunoreaktif somatostatin, peptide histidine, isoleucin, galanin, dan neuropeptida Y,
dimana sama pada neurodermatitis sirkumskripta, prurigo nodularis dan kulit normal. Hal
tersebut menimbulkan pemikiran bahwa proliferasi nervus akibat dari trauma mekanik,
seperti garukan dan goresan. SP dan CGRP melepaskan histamin dari sel mast, dimana
akan lebih menambah rasa gatal. Membran sel schwann dan sel perineurium menunjukkan
peningkatan dan p75 nervus growth factor, yang kemungkinan terjadi akibat dari
hyperplasia neural. Pada papilla dermis dan dibawah dermis alpha-MSH (Melanosit
Stimulating Hormon) ditemukan dalam sel endotel kapiler4.

2.4 GEJALA KLINIS


Keluhan utama dari neurodermatitis ialah gatal berulang. Pasien akan mengeluh
gatal yang hilang timbul terutama saat sore hari. Rasa gatal memang tidak terus menerus,
biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita
merasa enak bila digaruk; setelah luka, baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena
diganti dengan rasa nyeri). Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa,

5
sedikit edema, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan
menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal
tidak jelas. Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi akibat digaruk.
Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah di scalp, tengkuk,
samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian
medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki1,3
Neurodermatitis di daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita,
berupa plak kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke scalp. Biasanya
skuamanya banyak menyerupai psoriasis. Variasi klinis neurodermatitis dapat berupa
prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada
suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup
krusta dan skuama, lambat laun menjadi keras dan berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi).
Lesi biasanya multipel; lokalisasi tersering di ekstremitas; berukuran mulai beberapa
milimeter sampai 2 cm1
Keparahan gatal dapat diperburuk bila pasien berkeringat, pasien berada pada suhu
yang lembab, atau pasien terkena benda yang merangsang timbulnya gatal (alergen). Gatal
juga dapat bertambah pada saat pasien mengalami stress psikologis. Pada pasien muda,
keluhan gatal umumnya kurang dirasakan karena tidak begitu mengganggu aktivitasnya,
akan tetapi keluhan gatalnya sangat dirasakan seiring bertambahnya usia dan faktor pemicu
stressnya. Kelainan kulit yang terjadi bisa berupa eritem, edema, papul, likenifikasi (bagian
yang menebal), kering, berskuama atau hiperpigmentasi. Ukuran lesi bervariasi, berbatas
tidak tegas dan bentuk umumnya tidak beraturan. Lesi pada setiap individu pasien berbeda.
Tidak ada penjelasan yang tegas mengenai berapa lama lesi pada neurodermatitis terbentuk.
lesi tergantung dari sering dan lamanya pasien mengalami keluhan gatal dan
menggaruknya. Dari pemeriksaan efloresensi, lesi tampak likenifikasi berupa penebalan
kulit dengan garis-garis kulit yang semakin terlihat, terlihat plak dengan ekskoriasi serta
sedikit eritematosa (memerah) dan edema. Pada lesi yang sudah lama, lesi akan tampak
berskuama pada bagian tengahnya, terjadi hiperpigmentasi (warna kulit yang digaruk

6
berubah menjadi kehitaman) pada bagian lesi yang gatal, bagian eritema dan edema akan
menghilang, dan batas lesi dengan bagian kulit normal semakin tidak jelas.3,4

Likenifikasi,
Hiperpigmentasi

Likenifikasi,
Ekskoriasi

Eritematosa, Edema

Gambar 1. Lesi neurodermatitis berupa plak eritematosa, edema, likenifikasi,


hiperpigmentasi dan ekskoriasi
Koleksi sendiri.
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Uji Tempel
Pemeriksaan uji tempel bertujuan untuk memeriksa riwayat alergi pasien. pemeriksaan
uji tempel biasanya dilakukan di punggung. Untuk melakukan uji temple diperlukan
antigen, antigen standar buatan pabrik yang biasa dipakai, misalnya Finn Chamber
System Kit. Adakalanya tes uji tempel dilakukan dengan antigen bukan standar dapat
berupa bahan kimia murni, atau lebih sering bahan campuran yang berasal dari rumah
atau lingkungan kerja yang bersifat toksik1.
Pemeriksaan uji tempel dilakukan dengan mengambil potongan kecil bahan alergen yang
sudah direndam dengan air garam kemudian dtempelkan ke kulit dengan memakai Finn
Chamber dan dibiarkan selama 48 jam. Pembacaan hasil uji tempel dilakukan secara
dua kali pembacaan. Pembacaan pertama setelah 48 jam sedangkan pembacaan kedua

7
setelah 72 atau 96 jam. pembacaan pertama bertujuan untuk memeriksa respon tubuh
pasien terhadap antigen dan pembacaan yang kedua bertujuan untuk membedakan antara
kontak alergi dengan kontak iritan1.
Hasil pembacaan yang pertama (48 jam)1 :
1.) Reaksi lemah : eritema, Infiltrat, papul
2.) Reaksi kuat : edema atau vesikel
3.) Reaksi sangat kuat : bula atau ulkus
4.) Meragukan : hanya macula eritematosa
5.) Iritasi : terbakar, pustule atau purpura
6.) Reaksi negatif
7.) Excited skin
8.) Tidak dites
Hasil pembacaan yang kedua (72 jam)1:
1) Reaksi Crescendo : reaksi alergi, reaksi semakin jelas dari pembacaan satu dan
kedua
2) Reaksi Descrescendo : reaksi iritan, reaksi respon kuli cenderung menurun atau
membaik
B. Pemeriksaan Laboratorium
Dasar gejala neurodermatitis ialah pruritus. Pruritus terjadi bisa berasal dari reaksi
alergi pasien atau reaksi penyakit yang mendasarinya (gangguan metabolisme atau
gangguan hematologi). Untuk mengobati neurodermatitis kita juga harus mengetahui
penyakit dasar yang menyebabkan terjadinya pruritus. Pemeriksaan laboratorium
bertujuan untuk mengetahui penyakit dasarnya. Dalam pemeriksaan laboratorium bisa
dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap, pemeriksaan hitung jenis, pemeriksaan
fungsi hati, pemeriksaan fungsi ginjal, dan pemeriksaan gula darah.
Gangguan metabolism yang sering menyebabkan pruritus, contohnya ialah diabetes
mellitus. Pada pasien diabetes mellitus yang lanjut, pasien akan mengalami neuropati.
Neuropati menyebabkan pasien kurang sensitif terhadap infeksi dan allergen dari luar.
Sehingga pasien akan terkena allergen secara berulang tanpa disadari. Semakin sering

8
pasien terkena allergen, semakin sering pasien mengeluh gatal maka akan semakin
mudah pasien mengalami neurodermatitis. Pada pemeriksaan hitung jenis, kita juga bisa
memeriksa kadar eosinofil pasien, terutama pasien yang memiliki riwayat alergi1,2

C. Histopatologi
Gambaran histopatologi neurodermatitis memperlihatkan Penebalan epidermis
sehingga tampak ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis dengan rate ridges memanjang
teratur dan kadang didapatkan sedikit papilomatosis dan spongiosis. berserbukan sel
radang limfosi dan histiosit dis ekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblast
bertambah, kolagen menebal5.

Gambar 2. Gambaran histopatologi neurodermatitis berupa ortokeratosis,


hipergranulosis, akantosis dengan rate ridges memanjang teratur
Histopatologi neurodermatitis diunduh dari
http://missinglink.ucsf.edu/lm/dermatologyglossary/lichen_simplex_chronicus.html

2.6 DIAGNOSIS
Diagnosis neurodermatitis ditegakkan berdasarkan anamnesa pasien mengenai
riwayat dan perjalanan penyakitnya dan gambaran lesi dari kulitnya yang khas. Perlunya
pemeriksaan lanjut digunakan untuk membedakan diagnosis yang memiliki kesamaan
dalam morfologi maupun efloresensinya. Dari anamnesis, keluhan utama dari pasien
biasanya ialah gatal-gatal pada kulit lokal yang terjadi sudah lama. Bisa disertai dengan

9
riwayat alergi ataupun riwayat penyakit yang mendasarinya (diabetes mellitus) atau
tidak. Dari pemeriksaan efloresensi bisa terlihat gambaran likenifikasi berupa penebalan
kulit dengan garis-garis kulit yang semakin terlihat, terlihat plak dengan ekskoriasi serta
sedikit eritematosa (memerah) dan edema. Pada lesi yang sudah lama, lesi akan tampak
berskuama pada bagian tengahnya, terjadi hiperpigmentasi (warna kulit yang digaruk
berubah menjadi kehitaman) pada bagian lesi yang gatal, bagian eritema dan edema akan
menghilang6,7.

Gambar 4 Gambar 5
Gambar 4 . lesi erosi hingga ekskoriasi,eritema,sirkumskripta,likenifikasi,lokasi : ekstensor
lengan bawah)
Gambar 5. likenifikasi pada bagian ekstensor ekstremitas inferior
Lesi neurodermatitis diunduh dari :
http://venasaphenamagna.blogspot.com/2011/10/neurodermatitis-sirkumskripta.html

2.7 DIAGNOSIS BANDING


A. Dermatitis atopik tipe dewasa
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif.dengan
keluhan utama gatal. Dermatitis atopik sering berhubungan dengan peningkatan kadar
igE dalam serum atau riwayat atopi pada pasien atau keluarga pasien (Rhinitis alergi

10
atau asma bronkial). Kelainan kulit pada dermatitis atopik berupa papul, ekskoriasi,
dan likenifikasi. Persamaan dermatitis atopik dengan neurodermatitis ialah adanya rasa
gatal pada kulit disertai likenifikasi dan hiperpigmentasi. Gangguan emosi juga
mempengaruhi keadaan dermatitis atopik. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada
wanita, anak-anak dan remaja. Penyakit ini cenderung menurun setelah usia 30 tahun.
Dari hasil penelitian Hanifin dan Rajka, dapat disimpulkan bahwa diagnosis
dermatitis atopik dapat ditegakkan jika memiliki kriteria mayor dan minor. Kriteria
mayor berupa keluhan pruritus (gatal-gatal), memiliki riwayat atopi penderita atau
keluarga, memiliki riwayat dermatitis yang kronis dan residif, serta umumnya pada
pasien dewasa dermatitis terjadi dibagian fleksura. Sedangkan kriteria minor berupa
xerosis, gatal bila berkeringat, muka pucat atau eritem, orbita gelap, sering mengalami
infeksi kulit, dan sering mengalami dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki.
Perbedaan antara dermatitis atopik dengan neurodermatitis bisa dilihat dari tempat
predileksinya dan riwayat atopi pada pasiennya. tempat predileksi dari dermatitis
atopik pada masa dewasa ialah disekitar lipat siku, lipat paha, disamping leher, dahi
dan disekitar mata8.

Gambar 2 Tampak : macula hiperpigmentasi, kering dan likenifikasi


dermatitis atopic diunduh darihttp://www.medicinenet.com8
B. Prurigo nodularis
Prurigo nodularis merupakan penyakit kronik pada orang dewasa yang ditandai oleh
adanya nodus kutan yang gatal, terutama terdapat dibagian ekstremitas bagian
ekstensor. Prurigo nodularis sering dianggap neurodermatits sirkumpskripta bentuk

11
nodular atipik atau dengan liken planus bentuk hipertropik. Bentuknya yang nodul
membuat klinis sering salah mengartikan antara prurigo nodularis dengan
neurodermatitis sirkumpskripta bentuk nodular atipik. Kausa dari prurigo nodularis
belum diketahui, tetapi serangan-serangan gatal timbul bila terdapat atau mengalami
ketegangan emosional. Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit kronik yang sering
menyerang orang dewasa terutama wanita. Lesinya berupa nodus, yang tunggal atau
multiple, bisa mengenai ekstremitas terutama tempat predileksinya anterior paha dan
tungkai bawah. Lesi bisa sebesar kacang polong dengan warna merah atau kecoklatan.
Keluhan utama prurigo nodularis ialah adanya rasa gatal lokal yang terjadi sudah lama.
Persamaan prurigo nodularis dengan neurodermatitis ialah keluhan gatal kronis yang
dipengaruhi oleh keadaan emosi, serta sering terjadinya proses likenifikasi dan
hiprepigmentasi jika sudah terjadi dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan
perbedaan antara prurigo nodularis dengan neurodermatitis ialah tempat predileksi
prurigo nodularis pada bagian ekstremitas ekstensor terutama anterior paha dan tungkai
bawah, Lesinya berbatas tegas antara lesi dengan kulit yang normal, Serta pada
pemeriksaan histologik didapatkan penebalan epidermis yang tampak hyperkeratosis,
hipergranulosis, dan akantosis yang tidak teratur (hiperplasi psoriasiformis)9.

Gambar 3 Tampak Papula miliar,likenifikasi dan hiperpigmentasi,skuama.


prurigo nodularis diunduh dari http//www.skinsight.com9

12
2.8 PENATALAKSANAAN
Penjelasan mengenai munculnya pruritus yang disebabkan oleh allergen atau
penyakit dasar yang menyebabkan gatal hingga terjadinya neurodermatitis merupakan
terapi non medika mentosa terbaik untuk pasien guna mencegah timbulnya keluhan
gatal berulang. Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa garukan akan memperburuk
keadaan penyakitnya, oleh karena itu harus dihindari. Selain penjelasan diatas,
mengurangi paparan terhadap allergen yang memicu terjadinya pruritus juga berguna
untuk mengurangi keadaan gatal berulang10.
Terapi medika mentosa yang dapat diberikan ialah dengan pemberian obat sesuai
gejala. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipruritus dan kortikosteroid
topikal atau intralesi. Antipruritus dapat berupa antihistamin yang mempunyai efek
sedatif (contoh: hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau tranquilizer. Dapat pula
diberikan secara topikal krim doxepin 5% dalam jangka pendek (maksimum 8 hari).
Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat, Ada pula yang mengobati dengan
UVB dan PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada penyakit yang mendasarinya, bila
memang ada harus juga diobati 10
A. Antihistamin
Peranan antihistamin oral sangat penting dalam pengobatan pruritus. Antihistamin
siistemik sangat efektif untuk keluhan gatal yang hebat. Antihistamin hanya digunakan
untuk keluhan pruritus yang disebabkan oleh pelepasan histamin. Karena belum tentu
pruritus disebabkan oleh histamine maka antihistamin hanya bisa mengurangi gejala
pada keluhan tertentu. Antihistamin golongan H1 (generasi pertama) : Clemastin,
hydroxyzine, dan promethazin dapat diberikan untuk pasien yang mengalami keluhan
gatal dan disertai keluhan sulit tidur. Golongan H1 selain membantu pasien untuk
menghilangkan keluhan gatal, golongan H1 juga bersifat sedative yang juga
mengurangi pemicu pruritus seperti emosi. Antihistamin golongan H2 (generasi kedua)
meliputi:cetirizin,levocetirizin, loratadin, desloratadin, azelastin, fexofenadin, ebastin,
atau rupatadin. Antihistamin generasi kedua lebih ringan efek sedatifnya. Antihistamin
generasi kedua lebih tepat diberikan pada pasien-pasien muda agar tidak menganggu

13
aktivitasnya. Dalam pemberian antihistamin pasien juga perlu diberitahu mengenai efek
sampingnya. Berikut ini contoh antihistamin topical10-12:
1.) Dipenhidramin,
Untuk meringankan gejala pruritus yang disebabkan oleh pelepasan histamine.
2.) Chlorpheniramine
Bekerja sama dengan histamine atau permukaan reseptor H1 pada sel efektor di
pembuluh darah dan traktus respiratori.
3.) Hidroxyzine
Reseptor H1 antagonis diperifer. Dapat menekan aktifitas histamine diregion
subkortikal sistem saraf pusat.

B. Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid sangat penting pada pasien neurodermatitis.
Kortikosteroid baik oral amupun salep berguna untuk mempercepat penyembuhan dari
lesi pasien. Obat kortikosteroid sistemik yang sering digunakan prednisone 5 mg.
Korikosteroid topical ialah terapi medika mentosa pilihan karena dapat mengurangi
peradangan dan gatal serta perlahan-lahan menghaluskan hiperkeratosisnya. Karena
lesinya kronik. Pentalaksanaannya biasanya lama. Pada lesi yang besar dan aktif,
steroid potensi sedang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi akut. Tidak
direkomendasikan untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla dan wajah). Steroid
potensi kuat digunakan selama 3 minggu pada area kulit yang lebih tebal. Berikut ini
contoh obat kortikosteroid topical13 :
1.) Clobetasol
Topical steroid super poten kelas 1: menekan mitosis dan menambah sintesis
protein yang mengurangi peradangan dan menyebabakan vasokonstriksi.
2.) Betamethasone dipropionate cream 0,05%.
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi
peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan
memeperbaiki permeabilitas kapiler.

14
3.) Triamcinolone 0,025 %, 0.1%, 0.5 % or ointment
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi
peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan
memeperbaiki permeabilitas kapiler.
4.) Fluocinolone cream 0.1 % or 0.05%
Topical kortikosteroid potensi tinggi yang menghambat proliferasi sel. Mempuyai
sifat imonusupresif dan sifat anti peradangan.

C. Kalsinuerin Inhibitor
Efek antipruritik dari topical kalsinerin inhibitor ditunjukkan dalam berbagai
studi.Pada kasus prurigo nodularis menunjukkan kesuksesan dari penggunaan kalsinerin
inhibitor takrolimus 0,1%. Seperti halnya dengan penggunaan kortikosteroid topical
,efek samping dari kalsinuerin inhibitor dapat menyebabkan Atropi.Pada saat pemerian
kalsinerin inhibitor, pasien sebaiknya diberitahu mengenai efek samping dan berhati-
hati terhadap paparan sinar UV termasuk fototerapi14.

D. Siklosporin
Pemberian siklosporin 3-5 mg mikroemulsi perkg berat badan perhari pada puritus
memberikan respon yang signifikan. Pada pemberian siklosporin sebaiknya tekanan
darah,pemeriksaan darah lengkap, transamin dan fungsi ginjal harus dikontrol secara
rutin. Siklosporin menghambat fungsi dari limfosit juga sel mast dan dapat pula
menekan pertumbuhan dari pruritus15.

VIII. PROGNOSIS
Prognosis untuk neurodermatitis bervariasi, tergantung dari penyebab gatal dan
status psikologi dari pasien. Perbaikan pada neurodermtitis dapat sempurna jika
diperoleh dasar penyakit yang menyebabkan gatalnya dan mengobati penyakit yang
mendasari. Penyakit ini bersifat kronis dan setelah sembuh dengan pengobatan biasanya
residif1.

15
A. Fungsionam : dubia ad bonam, bersifat residif yang bisa menganggu aktivitas
pasien jika pasien tidak mampu mencegah terjadinya keluhan berulang
B. Vitam : ad bonam : neurodermatitis tidak menganggu keadaan vital pasien
C. Sanationam : dubia ad bonam : bersifat kronis dan residif, bergantung dari
kemampuan pasien untuk mencegah terjadinya pengulangan terjadinya pruritus.

2.10 KOMPLIKASI
Komplikasi dari neurodermatitis dapat terjadi bila tidak adanya control dari
kebiasaan menggaruk untuk keluhan gatalnya. Komplikasinya bisa berupa perubahan
warna pada kulit yang permanen, terdapatnya bekas luka akibat garukan sampai
terjadinya ulkus karena seringnya pasien menggaruk2.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, yang ditandai dengan gejala kulit
tebal dan garis kulit tampak menonjol (likenifikasi) menyerupai batang kayu. Penyebab
dari neurodermatitis tidak diketahui, namun pada dasarnya pruritus yang
berkepanjangan menjadi dasar pembentuk terjadinya lesi pada neurodermatitis. Faktor
resiko dari pruritus ialah penyakit yang mendasarinya contohnya diabetes mellitus,
penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, atau
aspek psikologi dengan tekanan emosi1. Neurodermatitis lebih sering menyerang wanita
dewasa dengan keluhan utamanya ialah gatal-gatal yang berulang, Keparahan gatal
dapat diperburuk bila pasien berkeringat, pasien berada pada suhu yang lembab, atau
pasien terkena benda yang merangsang timbulnya gatal (alergen). Gatal juga dapat
bertambah pada saat pasien mengalami stress psikologis.
pada pemeriksaan efloresensi ditemukan lesi tampak likenifikasi berupa penebalan
kulit dengan garis-garis kulit yang semakin terlihat, terlihat plak dengan ekskoriasi serta
sedikit eritematosa (memerah) dan edema. Pada lesi yang sudah lama, lesi akan tampak
berskuama pada bagian tengahnya, terjadi hiperpigmentasi (warna kulit yang digaruk
berubah menjadi kehitaman) pada bagian lesi yang gatal, bagian eritema dan edema
akan menghilang, dan batas lesi dengan bagian kulit normal semakin tidak jelas. Gejala
pruritus kronis pada neurodermatitis harus dibedakan dengan dermatitis atopik dan
prurigo nodularis berdasarkan predileksi tempatnya dan gambaran klinisnya. Terapi
utama neurodermatitis ialah dengan pengobatan non medika mentosa yakni dengan
mencegah pemicu terjadinya pruritus. Terapi medika mentosa yang bisa diberikan ialah
kortikosteroid, antihistamin, dan antibiotic jika sudah timbul luka akibat garukan.
Komplikasi dari neurodermatitis ialah ulkus dan hiperpigmentasi yang permanen.
Prognosis dari neurodermatitis umumnya baik, jarang terjadi pengulangan gejala hingga
menganggu aktivitas jika pasien mengetahui dan mampu mencegah terjadinya pemicu
pruritus.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito SA, Djuanda S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .5th.ed. Penerbit FKUI,
Jakarta 2005. p. 129-153
2. Koenig TW, Jones SG, Rencie A,Tausk FA.Noncutaneous manifestations of
skin.In:Freedberg IM,Eisen AZ,Wolff K,Austen KF, Goldsmith LA, KATZ
SC,editors.Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, 8thed. New York : Mc
Graw Hill 2012.p.158-162
3. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit 2nded. Penerbit buku kedokteran
EGC, Jakarta,2013.p.135-7
4. Murtiastuti D, Ervianti E, Agusni I, et al. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. 2nded.
Airlanggga Universityy Press, Surabaya, 2010 p 117-8
5. Histopatologi Neurodermatitis. Diunduh 17 Juli 2017.
http://missinglink.ucsf.edu/lm/dermatologyglossary/lichen_simplex_chronicus.htm
6. Lesi Neurodermatitis. Diunduh 17 Juli 2017.
http://venasaphenamagna.blogspot.com/2011/10/neurodermatitis-
sirkumskripta.html
7. Lichen Simplex Chronis. Diunduh 17 Juli 2017.http://www.dermnet.com
/prurigo_nodularis.pic
8. Dermatitis Atopik. Diunduh 17 Juli 2017 .http://www.medicinenet.com /dermatitis
atopic.pic
9. Prurigo Nodularis. Diunduh 17 Juli 2017. http://www.skinsight.com
/Lichensimplexchronic.

18
10. Dewoto, R. Hedi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. FKUI, Jakarta 2008. P 273-287
11. Radmanesh M,Sharifi M,Shafiei S. Iranian Journal of Dermatology vol
14.no1.Iranian Society of Dermatology.Sring 2011 pg 25-8
12. Schulz S, Metz M, Siepmann D, et al.Antipruritic efficacy of high-dosage
antihistamine therapy. Results of a retrospectively analysed case series. Hautarzt
2009; 60: 564-8
13. Mazza M,Journal of clinical pharmacy and therapeutic vol 38 issue 1,pg16-
8,Febuary 2013.
14. Stander S, Schurmeyer HF,Luger TA, Weisshaar E.Treatment of pruritic disease
with topical calcineurin inhibitors. Ther Clin Risk Manag 2006;2 pg 213-8
15. Siepmann D, Luger TA, Stander S.Antipruritic effect of cyclosporine
microemulsion in pruritus : results of a case series.J Dtsch Dermatol Ges 2008;6 pg
941-6

19

Anda mungkin juga menyukai