ABSTRACT
Introduction : Dengue Haemorhagic Fever (DHF) is one of infecsius deseases. These deseases can
have serious complications and kill the patients. Dengue Haemorhagic Fever (DHF) deseases that is
suffered to the patients has become a heavy complication in Tembok Dukuh village. By the health
belief model implementation, the patients got earlier response as soon as possible. The objective of the
study was to analyze familys decision for visiting Puskesmas in earlier response of Dengue
Haemorhagic Fever (DHF). This descriptive analytic was conducted at work area of Puskesmas
Tembok Dukuh Surabaya. The population was the family with Dengue Haemorhagic Fever (DHF)
patient from Januari 2007 until July 2009. Method : Clustered design was used to take the sample.
Total sample were 65 respondents, taken according to inclusion criteria. The independent variables
were health belief model about perceived susceptibility, perceived seriousness, perceived benefits,
perceived barriers, and cues to action. The dependent variable was familys decision for visiting
Puskesmas in earlier response of Dengue Haemorhagic Fever (DHF). Data was collecting using
structured questionnaire. Data that had collected were later analyzed with frequency distribution of
each category. Result : Result showed that perceived susceptibility most family was in middle
category, perceived seriousness most family was in high category, most of family got the benefits, most
of family also got the barriers, and all of the respondents have cues to action. The familys decision to
visit Puskesmas for the earlier Dengue Haemorhagic Fever (DHF) response was founded in a few of
family. Analysis : It can be concluded that most of the family didnt have a steady decisison to visit
Puskesmas for the earlier Dengue Haemorhagic Fever response. It can be proved by there are most of
family chose the others health service. Discussion : Health workers in Desease Eradication
Departement (P2M) should sosialize the Puskesmas program related with the earlier Dengue
Haemorhagic Fever (DHF) response. So that, the family has believed that visiting Puskesmas is
important for the earlier Dengue Haemorhagic Fever (DHF) response.
68
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 68-78
69
Implementasi Health Belief Model (Purwaningsih)
bila tidak yakin terhadap keberhasilan suatu 2) Orang tua (Ayah atau Ibu) sebagai
intervensi medis, dan bila keluarga melihat pengambil keputusan yang berusia 25-65
adanya beberapa kesulitan dalam tahun. Jumlah sampel yang didapat sebanyak
melaksanakan perilaku kesehatan yang 65 orang terdiri dari 19 orang dari RW 3, 21
disarankan. Model kepercayaan kesehatan orang dari RW 7 dan 25 orang dari RW 10.
(Health Belief Model) dari Rosenstock (1982) Data untuk variabel independen yaitu
dalam Sarwono (2004), meliputi: kerentanan penerapan health belief model meliputi:
yang dirasakan terhadap suatu penyakit, kerentanan, keseriusan, manfaat, rintangan,
keseriusan yang dirasakan, manfaat yang dan faktor pendorong yang dirasakan oleh
diterima, rintangan-ritangan yang dialami keluarga yang memiliki anggota keluarga
dalam tindakannya melawan penyakit, dan penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
isyarat atau tanda-tanda yang mendorong diperoleh melalui pengisian kuesioner jenis
tindakan tersebut. Kelima variabel tersebut close ended dichotomy question. Variabel
merupakan variabel health belief model yang dependen dalam penelitian ini adalah
dapat diterapkan bagi keluarga terhadap keputusan keluarga untuk melakukan
keputusan keluarga untuk melakukan kunjungan ke Puskesmas yang didapat melalui
kunjungan ke Puskesmas dalam penanganan kusioner terstruktur dengan hasil berupa
dini Demam Berdarah Dengue (DBD) guna content analysis. Penelitian ini dilakukan di
meningkatkan derajat kesehatan keluarga. wilayah Puskesmas Tembok Dukuh Surabaya
Kepercayaan keluarga mengunjungi pada tanggal 23 Juni sampai 6 Juli 2009.
Puskesmas dapat menolong proses
penyembuhan penyakit termasuk penanganan HASIL PENELITIAN
dini penderita Demam Berdarah Dengue
(DBD) diharapkan mampu menurunkan jumlah Data mengenai kerentanan yang
penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di dirasakan keluarga (perceive susceptibility)
wilayah penelitian yaitu wilayah kerja menunjukkan dari 65 keluarga yang menjadi
Puskesmas Tembok Dukuh dengan cara responden dalam penelitian ini, lebih dari
deteksi dini terhadap tanda dan gejala yang setengah responden (55%) mengalami
ditimbulkan sehingga penderita tidak terlambat kerentanan yang sedang terhadap penyakit
mendapatkan pertolongan. Salah satu fungsi DBD. Sub variabel mengenai keseriusan yang
Puskesmas adalah membina peran serta dirasakan keluarga (perceived seriousness)
masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka hampir setengah responden (46%) mengalami
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat. keseriusan yang tinggi terhadap kegawatan
Oleh sebab itu, keputusan keluarga untuk akibat penyakit DBD apabila penderita tidak
melakukan kunjungan ke Puskesmas tersebut segera mendapatkan penanganan. Berdasarkan
merupakan langkah awal terhadap perubahan manfaat yang dirasakan keluarga (perceived
perilaku dalam menghadapi masalah kesehatan benefits) sebanyak 62% dari 65 responden
yang berkelanjutan serta demi terwujudnya merasakan manfaat ketika keluarga melakukan
kemandirian dalam bidang kesehatan di dalam kunjungan ke Puskesmas dalam penanganan
keluarga dan masyarakat. Berdasarkan fakta di dini anggota keluarga yang menderita DBD
atas, peneliti tertarik untuk menganalisis (tabel 1). Identifikasi rintangan yang dirasakan
penerapan health belief model terhadap keluarga (perceived barrier) menunjukkan
keputusan keluarga untuk melakukan bahwa dari 65 keluarga sebanyak 74%
kunjungan ke Puskesmas dalam penanganan mengalami rintangan ketika akan melakukan
dini Demam Berdarah Dengue (DBD). kunjungan ke Puskesmas dalam penanganan
dini anggota keluarga yang menderita DBD
BAHAN DAN METODE PENELITIAN (tabel 2). Pengetahuan keluarga untuk
melakukan penanganan dini penyakit DBD
Rancangan penelitian yang digunakan berasal dari sumber informasi yang didapatkan
adalah penelitian deskriptif. Sampel didapat keluarga seperti pada distribusi tabel 3. Faktor
dengan menggunakan cluster sampling dengan pendorong utama (cues to action) keluarga
kriteria inklusi: 1) Keluarga yang memiliki melakukan kunjungan ke Puskesmas dapat
anggota keluarga dengan Demam Berdarah dilihat tabel 4.
Dengue (DBD) mulai Januari 2007-Juli 2009,
70
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 68-78
Tabel 1. Manfaat yang Dirasakan (Perceived Benefits) Keluarga untuk Melakukan Kunjungan ke
Puskesmas dalam Penanganan Dini Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan
Tembok Dukuh Kecamatan Bubutan, Surabaya 23 Juni-6 Juli 2009
Manfaat yang dirasakan Frekuensi Persentase (%)
Penderita mendapatkan penanganan dengan cepat 21 52,5%
Penderita dapat terhindar dari kegawatan akibat 11 27,5%
penyakit demam berdarah
Penderita dapat terhindar dari kematian akibat 8 20%
keterlambatan penanganan
Jumlah 40 100%
Tabel 2. Rintangan yang Dialami (Perceived Barriers) Keluarga untuk Melakukan Kunjungan ke
Puskesmas dalam Penanganan Dini Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan
Tembok Dukuh Kecamatan Bubutan, Surabaya 23 Juni-6 Juli 2009
Rintangan yang dialami Frekuensi Persentase (%)
Jarak rumah ke Puskesmas sangat jauh 28 58,3%
Tidak ada transportasi atau kendaraan 11 22,9%
Biaya pengobatan di Puskesmas mahal 0 0%
Pelayanan petugas Puskesmas yang kurang 9 18,8%
memuaskan
Jumlah 48 100%
Tabel 3. Sumber Informasi Keluarga tentang Penanganan Dini Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kelurahan Tembok Dukuh Kecamatan Bubutan, Surabaya 23 Juni-6 Juli 2009
Sumber informasi Frekuensi Persentase (%)
Media massa (Televisi, radio, surat kabar, majalah, 40 61,5%
internet)
Mencari sendiri dengan membaca-baca buku 5 7,7%
tentang penanganan dini demam berdarah
Teman-teman dan tetangga 9 13,9%
Petugas Puskesmas 11 16,9%
Jumlah 65 100%
Tabel 4. Pendorong Utama (Cues To Action) Keluarga untuk Melakukan Kunjungan ke Puskesmas
atau Sarana Kesehatan yang Lain dalam Penanganan Dini Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Kelurahan Tembok Dukuh Kecamatan Bubutan, Surabaya 23 Juni-6 Juli 2009
Pendorong utama Frekuensi Persentase (%)
Gejala dan tingkat keparahan penyakit demam 44 67,7%
berdarah
Informasi dari keluarga 6 9,2%
Penjelasan petugas Puskesmas 15 23,1%
Jumlah 65 100%
sebelumnya selalu membicarakan terkait (DBD) dapat diketahui bahwa sebagian besar
dengan penanganan yang dilakukan oleh keluarga memiliki keputusan yang mantap
Puskesmas untuk segera mengetahui penyakit untuk berobat ke Puskesmas jika terdapat
yang diderita anggota keluarga agar dapat anggota keluarga yang menderita Demam
segera disembuhkan. (15 responden). Saya Berdarah Dengue (DBD) berada pada tingkat
berbicara tentang kemungkinan mendapatkan keseriusan yang rendah yaitu sebesar (41,4%).
surat rujukan dengan cepat jika anggota Sebaliknya, keluarga yang tidak memiliki
keluarga yang sakit dicurigai mengalami kemantapan untuk berobat ke Puskesmas jika
kegawatan. (6 responden). Saya berbicara terdapat anggota keluarga yang menderita
terlebih dahulu kepada keluarga (suami atau Demam Berdarah Dengue (DBD) karena
istri) perihal keberadaan dokter yang bertugas keluarga menganggap berobat ke Puskesmas
saat itu karena biasanya tidak langsung adalah keputusan yang kurang tepat, sebagian
ditangani oleh dokter yang bertugas dan juga besar pada tingkat keseriusan yang tinggi yaitu
tentang obat-obatan yang nanti diterima dari sebesar (55,5%).
Puskesmas. Selain itu, kami juga
memperhitungkan jarak Puskesmas dengan PEMBAHASAN
rumah kami (17 responden). Yang
dibicarakan adalah mempertimbangkan biaya Kerentanan yang dirasakan keluarga
yang dikeluarkan untuk berobat ke Puskesmas (perceived susceptibility) meliputi riwayat
sebab biayanya cukup terjangkau (4 kesehatan anggota keluarga, kebersihan
responden). Kami membicarakan perihal lingkungan tempat tinggal keluarga, dan
pelayanan petugas Puskesmas apakah dapat kebiasaan yang dilakukan anggota keluarga di
memberikan pelayanan secara maksimal dalam rumah. Menurut Notoatmodjo (2007),
kepada masyarakat yang berobat ke Puskesmas kerentanan yang dirasakan keluarga (perceived
tersebut (7 responden). susceptibility) adalah suatu tindakan
Delapan puluh lima persen (55 pencegahan terhadap suatu penyakit akan
responden) memiliki keinginan untuk berobat timbul bila seseorang telah merasakan bahwa
ke tempat pelayanan kesehatan yang lain selain seseorang mengetahui keluarganya rentan
di Puskesmas, dengan distribusi 76,4 % (42 terhadap penyakit tersebut. Kerentanan yang
responden) berobat ke Dokter Praktik, 23,6% dialami timbul dari pendapat subyektif yang
(13 responden) ingin berobat ke Rumah Sakit. merupakan kunci dari dilakukannya atau
Kurang dari setengah responden (45%) dihindarinya suatu tindakan kesehatan. Dalam
memutuskan untuk berobat ke Puskesmas jika hal ini, keluarga baru akan melakukan suatu
ada anggota keluarga yang dicurigai menderita tindakan untuk menyembuhkan penyakit jika
Demam Berdarah Dengue (DBD). keluarga merasa terancam oleh penyakit
Hasil tabulasi silang antara kerentanan tersebut. Dalam hal ini, keluarga dikatakan
yang dirasakan keluarga (perceived memiliki kerentanan yang tinggi jika keluarga
susceptibility) dan keputusan keluarga untuk memiliki pola hidup yang tidak sehat terkait
melakukan kunjungan ke Puskesmas dalam dengan pemeliharan kesehatan keluarga yang
penanganan dini Demam Berdarah Dengue tidak optimal serta keluarga kurang memahami
(DBD) menunjukkan sebagian besar keluarga cara hidup yang sehat untuk mencegah
memiliki keputusan yang mantap untuk terjadinya penyakit Demam Berdarah Degue
berobat ke Puskesmas jika terdapat anggota (DBD). Sebaliknya, jika keluarga memahami
keluarga yang menderita Demam Berdarah cara hidup sehat untuk pemeliharaan kesehatan
Dengue (DBD) berada pada tingkat kerentanan anggota keluarga maka keluarga dikatakan
yang sedang yaitu sebesar (65,5%). Sementara, memiliki kerentanan yang rendah.
keluarga yang tidak memiliki kemantapan Dalam penelitian ini sebagian besar
untuk berobat ke Puskesmas sebagian besar responden (55%) mengalami kerentanan yang
berada pada kerentanan yang sedang yaitu sedang terhadap penyakit Demam Berdarah
sebesar (47,2%). Tabulasi silang antara Dengue (DBD) karena sebagian besar keluarga
keseriusan yang dirasakan keluarga (perceived telah mendapakan informasi mengenai
seriousness) dan keputusan keluarga untuk penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
melakukan kunjungan ke Puskesmas dalam penanganannya melalui media massa, seperti
penanganan dini Demam Berdarah Dengue televisi, radio, surat kabar, majalah, internet.
72
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 68-78
73
Implementasi Health Belief Model (Purwaningsih)
74
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 68-78
individu terdapat keyakinan bahwa manfaat diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya
yang akan diperoleh dari suatu tindakan jauh adalah melalui media massa, seperti televisi,
lebih besar apabila dibandingkan dengan radio, surat kabar, majalah, internet, dan dapat
rintangan yang mungkin dialami ketika pula diperoleh dari penjelasan atau penyuluhan
memutuskan untuk melakukan tindakan petugas Puskesmas, dan informasi yang
tersebut. Pendapat yang serupa juga diberikan oleh teman atau para tetangga yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) yang mempunyai pengalaman terkait dengan peyakit
menyatakan bahwa pada umumnya manfat dari Demam Berdarah Dengue (DBD). Selain
tindakan lebih menentukan bila dibandingkan media cetak maupun media elektronik, petugas
dengan rintangan atau kesulitan yang mungkin kesehatan dan kader posyandu (PKK) juga
dialami dalam melakukan tindakan yang memegang peranan penting dalam
berkaitan dengan kesehatan. Namun, terkait menyampaikan informasi kesehatan kepada
dengan hasil penelitian, pada umumnya masyarakat. Gambaran tersebut sesuai dengan
keluarga lebih memperhatikan hal-hal yang hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
menjadi rintangan ketika akan berobat ke (61,5%) responden memperoleh informasi
Puskesmas karena rintangan tersebut menjadi mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue
hambatan atau kendala bagi keluarga untuk (DBD) dan penanganannya melalui media
segera mendapatkan pertolongan atau massa, seperti televisi, radio, surat kabar,
penanganan anggota keluarga yang menderita majalah, internet dan (16,9%) informasi
Demam Berdarah Dengue (DBD). diperoleh responden dari penjelasan atau
Berdasarkan hasil penelitian, rintangan penyuluhan petugas Puskesmas.
yang dialami keluarga (perceived barriers) Petugas kesehatan mempunyai peranan
dari (74%) responden sebesar (58,3%) yang cukup besar dalam menyampaikan
responden adalah jarak rumah ke Puskesmas informasi tentang memelihara dan
yang cukup jauh sehingga keluarga lebih meningkatkan kesehatan keluarga. Namun,
memilih berkunjung ke sarana kesehatan yang sampai saat ini peran petugas Puskesmas
lain, dan beberapa responden juga tersebut kurang optimal. Keterjangkauan
memperhatikan pertimbangan-pertimbangan informasi tersebut terkait dengan pengambilan
yang lain ketika memutuskan untuk berobat ke keputusan atau tindakan yang tepat. Ahmadi
Puskesmas. Rintangan lain yang dialami (2002) menyatakan bahwa individu akan
keluarga saat melakukan kunjungan ke melakukan suatu tindakan apabila telah
Puskesmas adalah pelayanan petugas memperoleh informasi yang lengkap. Dalam
Puskesmas yang kurang memuaskan, tidak ada hal ini, keluarga akan melakukan kunjungan ke
transportasi atau kendaraan untuk menuju ke Puskesmas dalam penanganan dini penderita
Puskesmas. Namun, responden tidak Demam Berdarah Dengue (DBD) apabila
menganggap biaya pengobatan di Puskesmas keluarga tersebut memperoleh penjelasan yang
sebagai rintangan karena pada umumnya biaya lengkap tentang bahaya penyakit Demam
pengobatan di Puskesmas cukup terjangkau Berdarah Dengue (DBD) beserta
bagi masyarakat. penanganannya dari petugas Puskesmas.
Identifikasi faktor pendorong (cues to Berdasarkan hasil penelitian, (67,7%)
action) bagi keluarga untuk melakukan responden terdorong untuk melakukan
kunjungan ke Puskesmas dalam penanganan kunjungan ke Puskesmas maupun sarana
dini penderita Demam Berdarah Dengue kesehatan yang lain dalam penanganan dini
(DBD), diperoleh data bahwa semua responden penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
(100%) memiliki faktor pendorong untuk karena gejala dan tingkat keparahan penyakit
melakukan kunjungan ke Puskesmas maupun demam berdarah, (23,1%) responden terdorong
sarana kesehatan yang lain dalam penanganan karena penjelasan dari Petugas Puskesmas, dan
dini penderita Demam Berdarah Dengue (9,2%) responden terdorong untuk melakukan
(DBD). Faktor pendorong keluarga untuk kunjungan ke Puskesmas dalam penanganan
bertindak (cues to action) tersebut meliputi dini penderita Demam Berdarah Dengue
media informasi tentang penanganan dini (DBD) karena informasi dari keluarga. Faktor
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). pendorong merupakan faktor eksternal
Informasi mengenai penanganan dini penderita keluarga yang berasal dari luar individu dan
Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat berguna untuk mendapatkan tingkat
75
Implementasi Health Belief Model (Purwaningsih)
76
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 68-78
dari Puskesmas yang penting ditangani oleh dekat dengan rumah (1 responden). Karena
dokternya langsung (15 responden). rumah saya lebih dekat dengan Puskesmas dan
Pengambilan keputusan diawali saya rasa pelayanan di Puskesmas sudah cukup
dengan dirasanya masalah tertentu yang baik tidak kalah dengan dokter praktik swasta
memerlukan pemecahan. Terhadap suatu (2 responden).
masalah yang timbul pada umumnya dapat Sebagaimana yang diungkapkan
dilakukan berbagai cara pemecahan. Setiap Gitosudarmo dan Sudita (2000), nilai-nilai
pemecahan mengandung kelebihan dan individu pengambil keputusan terkait dengan
kelemahan tertentu. Untuk dapat membuat salah satu fungsi Puskesmas, yaitu
keputusan yang paling menguntungkan atau memberikan pelayanan kesehatan secara
keputusan yang rasional perlu dikembangkan menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
semua alternatif yang melekat pada masalah merupakan keyakinan dasar yang digunakan
pengambilan keputusan (Pangewa, 2004). seseorang jika dihadapkan pada permasalahan
Dengan adanya masukan atau saran dari dan harus mengambil suatu keputusan. Hal ini
keluarga maupun dari petugas kesehatan juga berlaku dalam pengambilan keputusan
mengenai penanganan dini penderita Demam keluarga untuk melakukan kunjungan ke
Berdarah Dengue (DBD) yang sesuai dengan Puskesmas jika ada anggota keluarga yang
harapan kesehatan keluarga, diharapkan dicurigai menderita Demam Berdarah Dengue
keluarga mampu mengambil keputusan yang (DBD), diharapkan keluarga mampu
tepat ketika memutuskan untuk berobat ke memgambil keputusan yang tepat ketika
tempat pelayanan kesehatan yang dipih memutuskan untuk berobat ke Puskesmas.
keluarga. Penerapan health belief model yang
Identifikasi keputusan keluarga untuk meliputi kerentanan, keseriusan, manfaat,
melakukan kunjungan ke Puskesmas dalam rintangan, dan faktor pendorong sangat
penanganan dini Demam Berdarah Dengue diperlukan bagi keluarga untuk menangani
(DBD), dari hasil penelitian menunjukkan masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
bahwa dari 65 responden, diperoleh data (45%) keluarga seperti penyakit Demam Berdarah
responden memutuskan untuk berobat ke Dengue (DBD), agar tidak terjadi kegawatan
Puskesmas jika ada anggota keluarga yang akibat keterlambatan penanganan penyakit
dicurigai menderita Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue (DBD) dan untuk
(DBD). Sisanya, (55%) responden tidak mempercepat proses penyembuhan penderita
mantap untuk berobat ke Puskesmas karena agat terhindar dari bahaya kematian. Salah satu
keluarga menganggap berobat ke Puskesmas upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
adalah keputusan yang kurang tepat. deteksi dini penyakit Demam Berdarah
Sementara jawaban dari pertanyaan terbuka Dengue (DBD) sehingga kegawatan dapat
tentang alasan keluarga memutuskan untuk dicegah. Keputusan keluarga untuk melakukan
berobat ke Puskesmas terutama dalam kunjungan ke Puskesmas dapat mengetahui
penanganan dini penderita Demam Berdarah penyakit yang diderita anggota keluarga lebih
Dengue (DBD), diantaranya: Karena cepat, sehingga apabila ditemukan tanda-tanda
pelayanannya di Puskesmas sudah cukup baik, kegawatan, maka penderita segera
selain itu biaya juga cukup terjangkau bagi mendapatkan penanganan yang tepat sejak
masyarakat (12 responden). Karena dini.
pertolongan di Puskesmas sudah agak cepat
dan di Puskesmas juga ada penyuluhan yang SIMPULAN DAN SARAN
dapat menambah pengetahuan (3 responden).
Karena saya percaya bahwa Puskesmas dapat Simpulan
menjadi tempat pertolongan pertama untuk
segara mengetahui penyakitnya (1 Sebagian besar keluarga jarang
responden). Karena biaya sangat murah dan memutuskan untuk membawa anggota
dapat dijangkau (6 responden). Karena keluarga yang mengalami gejala DHF ke
rumah saya lebih dekat dengan Puskesmas dan Puskesmas secara dini, dibuktikan dengan
biayanya juga murah (4 responden). Karena sebagian besar keluarga memilih pelayanan
pelayanan Puskesmas sudah cukup baik dan kesehatan lain.
dapat terjangkau dalam hal biaya, selain itu
77
Implementasi Health Belief Model (Purwaningsih)
Saran galakkan-lagi-kelompok-kerja-
operasional-dbd. diakses tanggal 13
Hendaknya keluarga di Kelurahan Tembok Juni 2009. Jam 13.51 WIB).
Dukuh Surabaya khususnya di RW III, RW Gitosudarmo, I dan Sudita, N.I., 2000.
VII dan RW X mendapatkan penyuluhan rutin Perilaku Keorganisasian. Edisi
dengan cara mengundang tim Puskesmas Pertama. Yogyakarta: BPFE, hlm.163-
Tembok Dukuh dalam kegiatan arisan rutin 165
PKK setiap satu bulan sekali. Puskesmas Hasan, M.I., 2004. Pokok-pokok Materi: Teori
Tembok Dukuh Surabaya hendaknya Pengambilan Keputusan. Bogor:
mensosialisasikan penanganan pada penderita Ghalia Indonesia, hlm. 9-12
DBD yaitu dengan memberikan surat rujukan Nadesul, H., 2007. Cara Mudah Mengalahkan
secara cepat ke Rumah Sakit bila penderita Demam Berdarah. Jakarta: PT
sudah menunjukkan tanda dan gejala Kompas Media Nusantara, hlm. 9-12
kegawatan sehingga keluarga dapat lebih Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan
merasakan manfaat ketika berobat ke dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka
Puskesmas Tembok Dukuh. Petugas Cipta, hlm. 205-207, 213-215
Puskesmas Tembok Dukuh Surabaya harus Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan
memberikan informasi dan pelatihan kepada Teori dan Aplikasi. Cetakan Pertama.
Ibu Pemantau Jentik (Bumantik) tentang Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 167, 169
pencegahan dan penanganan dini penderita Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan
DBD sehingga dapat memberikan pemahaman Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar).
yang diperlukan. Dinas Kesehatan harus Cetakan kedua. Jakarta: Rineka Cipta,
memberikan fasilitas media, seperti poster dan hlm. 87-89
leaflet untuk menunjang keberhasilan Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan
pendidikan kesehatan sehingga diharapakan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
dapat memberikan pemahaman lebih bagi Cipta, hlm. 73-75
keluarga mengenai bahaya penyakit DBD. Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
KEPUSTAKAAN hlm. 138-139
Pangewa, M., 2004. Perilaku Keorganisasian.
Davies, M dan Wendy Macdowall, 2004. Jakarta: Depdiknas, hlm. 159
Health Promotion Theory. New York: Sarwono, S., 2004. Sosiologi Kesehatan.
London School Of Hygiene Medicine, Yogyakarta: Gajah Mada University
hlm. 173-175 Press, hlm. 66-68
Depkes RI., 2005. Kajian Masalah Kesehatan Susilo, J., 2008. Pembuatan Sistem Informasi
Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Puskesmas Di Kecamatan Xxx
Badan Litbang dan Pegembangan Berbasis Web Dengan Php Dan Mysql,
Kesehatan (online),
Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2008. Profil (http://www.bandung.go.id/images/rag
Kesehatan Kota Surabaya. Surabaya: aminfo/puskesmas.pdf. diakses tanggal
DKK 12 Mei 2009. Jam 19.00 WIB)
Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2008. WHO, 2004. Panduan Lengkap Pencegahan
Program Pokok Puskesmas. Surabaya: dan Pengendalian Dengue dan
DKK Demam Berdarah Dengue. Jakarta:
Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2008. EGC, hlm. 13, 20
Sosialisasikan Penanggulangan WHO, 2000. Panduan Lengkap Pencegahan
Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dan Pengendalian Dengue dan
Paling Efektif, (online), Demam Berdarah Dengue. Jakarta:
(http://www.surabaya-ehealth.org/e- EGC, hlm. 8-10
team/berita/dinkes-kota-surabaya-
78