Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),

Surabaya, 11 Juni 2015

Evaluasi Sistem Drainase Terhadap Penanggulangan Genangan di


Kota Sidoarjo
Anita Rahmawati1), Alia Damayanti1), Eddy Setiadi Soedjono1)
1)
Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS, Surabaya
Email: ar.nita.rachma@gmail.com

Abstrak

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi


Selat Madura dan termasuk wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo. Kota
Sidoarjo berperan dalam pembangunan nasional dan dikenal sebagai kota
berkembang. Perubahan iklim dan tata guna lahan sawah irigasi menjadi
kawasan yang terbangun saat ini menyebabkan tidak adanya daerah resapan
air hujan sehingga menyebabkan terjadinya genangan air di beberapa titik
kota. Penerapan sistem drainase konvensional yang berprinsip mengalirkan air
secepatnya ke badan air dianggap tidak efektif sebab dapat mengurangi
kesempatan meresapnya air ke dalam tanah. Sehingga perlu diubah menjadi
sistem drainase berwawasan lingkungan yang berprinsip mengalirkan
kelebihan air dengan menampung dan meresapkan air hujan serta mengalirkan
kelebihan air permukaan ke badan air.
Pada penelitian ini dilakukan analisis yang ditinjau dari aspek teknis dan
lingkungan. Aspek teknis dengan melakukan evaluasi sistem drainase eksisting
yang menunjukkan bahwa saluran primer dan sekunder di Kota Sidoarjo tidak
mampu menampung debit rencana. Perhitungan tinggi hujan rancangan
dengan periode ulang 5 tahun untuk saluran sekunder dan 10 tahun untuk
saluran primer menggunakan metode Log Pearson Type III dan perhitungan
debit rencana menggunakan metode rasional. Sedangkan aspek lingkungan
menunjukkan bahwa diperlukan penerapan sistem drainase ramah lingkungan.
Berdasarkan hasil analisis, terdapat 40 saluran dari 131 saluran yang tidak
dapat menampung debit rencana. Curah hujan rancangan yang digunakan
adalah 94,9511 mm untuk periode ulang 10 tahun dan 83,9847 untuk periode
ulang 5 tahun dengan debit genangan sebesar 80,4631 m3/det serta luas
catchment area seluas 9464,72 ha. Ada 2 alternatif yang digunakan yaitu dengan
normalisasi saluran dan penerapan saluran porus dengan debit serap sebesar
0,0996 m3/detik. Alternatif tersebut cocok digunakan dalam mengurangi
limpasan dan resapan untuk air tanah.

Kata kunci: Drainase berwawasan lingkungan, Genangan air hujan, Kota


Sidoarjo.

1
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015

1. Pendahuluan 30 cm dengan lama genangan lebih


Wilayah Kabupaten Sidoarjo dari 2 jam adalah Kecamatan Waru,
terbentuk dari proses endapan alluvial Gedangan, Taman, Krian, Buduran,
pantai dan delta sungai serta bentuk Sukodono, dan Sedati (Jawa Pos, 19
reliefnya merupakan kombinasi medan Juni 2014). Penyebab utama banjir di
dataran dan medan bergelombang. wilayah tersebut adalah sistem
Dengan melihat kondisi tersebut maka drainase yang masih mempertahankan
pada tahun 1969 wilayah Kabupaten konsep konvensional (Kementerian
Sidoarjo direncanakan sebagai Pekerjaan Umum, 2014).
wilayah irigasi teknik dengan luas Sistem drainase yang menjadi
sekitar 26.000 ha. Namun seiring penyebab banjir tersebut membuat
dengan pengembangan wilayah membuat afvour utama (afvour
Kabupaten Sidoarjo menjadi daerah Sidokare) menjadi muara 22 afvoer
industri, maka luas sawah menjadi penunjang. Apabila di afvour
berkurang sebab sebagian lahan sawah penunjang terjadi luapan air hujan,
dijadikan daerah pemukiman dan maka dapat dipastikan afvour utama
industri. Akan tetapi pembangunan sulit menampung debit banjir. Alasan
gedung-gedung dan jalan raya serta lain yang menyebabkan Kota Sidoarjo
bangunan fasilitas penunjang lainnya mengalami banjir dan genangan
tidak diimbangi dengan pembangunan adalah banyaknya tumpukan sampah
sarana dan prasarana drainase yang yang sering ditemui di beberapa
memadai. hal tersebut dapat saluran yang mengakibatkan saluran-
mengakibatkan respon kawasan saluran mengalami banyak
konservasi terhadap masukan air hujan pendangkalan dan hambatan aliran air
semakin rendah dan berpotensi (Jawa Pos, 19 Juni 2014).
terjadinya banjir atau genangan Sistem drainase yang berada di
(BBWS Brantas, 2011). Kota Sidoarjo diketahui berjumlah 4
Musim penghujan hampir menjadi (empat) yaitu Sistem Drainase
permasalahan di berbagai daerah. Kemambang, Sistem Drainase Pucang,
Berita tentang banjir selama musim Sistem Drainase Sidokare, dan Sistem
penghujan selalu menjadi topik di Drainase Sekardangan. Dan untuk
beberapa media sosial. Sebagai mengantisipasi perubahan iklim yang
contoh, di Kota Sidoarjo persoalan terjadi saat ini, maka konsep drainase
banjir selalu menjadi masalah perlu diubah dari konsep drainase
sepanjang tahun. Kota Sidoarjo konvensional menjadi konsep baru
terkena banjir dan genangan mulai yaitu drainase perkotaan yang
tahun 1993 sampai saat ini, dan banjir berwawasan lingkungan yang
yang terparah terjadi pada tahun 2014. berprinsip mengalirkan kelebihan air
Dimana pada tahun tersebut daerah dengan menampung dan meresapkan
yang terkena dampak banjir dan air hujan yang sebanyak-banyaknya
genangan dengan ketinggian lebih dari serta mengalirkan kelebihan air

1
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015

permukaan ke badan air. Dengan Metode yang digunakan adalah


adanya konsep baru saat ini maka Gumble dan Log Pearson Type III.
analisis aspek lingkungan sangat Uji kesesuaian Distribusi
diperlukan agar sistem drainase Pengujian ini bertujuan untuk
tersebut mempunyai tujuan TRAP mengetahui data jenis sebaran yang
(Tampung, Resapkan, Alirkan, dan dipilih dapat mewakili dari distribusi
Pelihara), sehingga konservasi air statistik sampel data yang dianlisis.
tanah tetap terjaga dan dapat Pengujian itu dengan 2 cara, yaitu:
berlangsung secara terus menerus serta 1) Uji Smirnov Kolmogorov
dimensi infrastruktur drainase menjadi Pengujian ini dilakukan dengan
lebih efisien. menggambarkan probabilitas
untuk setiap data distribusi teoritis
2. Metodologi dan empiris.
Langkah pertama dalam penelitian 2) Uji Chi Kuadrat
ini adalah pengumpulan data yaitu Pengujian ini digunakan untuk
data primer dan data sekunder. Data menguji distribusi pengamatan
primer meliputi data pengukuran dapat disamai dengan baik oleh
saluran. Data sekunder meliputi data distribusi teoritis.
Peta sistem drainase, Peta genangan, - Perhitungan Debit Rencana
Peta stasiun hujan, Peta lokasi, Data Perhitungan ini digunakan sebagai
curah hujan dan Peta Tata guna Lahan. acuan untuk merencanakan tingkat
Data yang sudah didapat, bahaya banjir pada suatu kawasan
kemudian dilakukan analisis penyebab dengan penerapan angka-angka
terjadinya banjir dan apa dampak dari kemungkinan terjadinya banjir.
terjadinya banjir tersebut. Analisis
yang dilakukan akan menghasilkan b. Analisis Hidrolika
rekomendasi berdasarkan oleh teori- Perhitungan kapasitas saluran.
teori dan studi literatur. Tujuannya untuk mengetahui
Sistematka penyelesaian masalah apakah saluran ekisting mampu
berdasarkan teori yang ada disusun menampung debit yang ada dengan
adalah: aman atau meluber.
a. Analisis Hidrologi Perbandingan Q eksisting dengan Q
Perhitungan curah hujan rata-rata rancangan
Perhitungan curah hujan rata-rata Tujuannya untuk mengetahui
dilakukan dengan mengolah data-data apakah kapasitas saluran eksisting
hujan yang sudah didapat dari masing- mampu mengalirkan debit banjir
masing stasiun penakar hujan. rancangan.
Menentukan curah hujan harian Normalisasi Saluran
maksimum rencana dari data curah Normalisasi saluran merupakan
hujan maksimum yang di ambil dari perencanaan ulang dari saluran
beberapa stasiun penakar hujan,

2
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015

drainase eksisting sehingga mampu 7,3-7,5LS, merupakan ibukota dari


mengalirkan debit banjir rencana. Kecamatan Sidoarjo yang terletak di
Perencanaan saluran porus dan kolam tepi Selat Madura dan termasuk dalam
konservasi wilayah administratif Kabupaten
Saluran drainase porus dan kolam Sidoarjo. Adapun batas wilayah Kota
konservasi merupakan alternatif yang Sidoarjo adalah sebagai berikut :
dapat digunakan jika kodisi lapangan Sebelah Utara : Kecamatan Sukodono
tidak memungkinkan dengan solusi dan Kecamatan Buduran; Sebelah
normalisasi. Alternatif tersebut Selatan : Kecamatan Candi; Sebelah
menggunakan konsep drainase Timur : Selat Madura.; Sebelah Barat:
berwawasan lingkungan. Kecamatan Wonoayu.

3. Gambaran Umum Wilayah


Wilayah administrasi Kabupaten
Sidoarjo terdiri dari wilayah daratan
dan wilayah lautan. Luas wilayah
daratan sekitar 714,245 km2
sedangkan luas wilayah lautan sekitar
201,687 km2. Batas administratif
Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai
Gambar 2 Peta Kota Sidoarjo
berikut :
(Sumber : PU, 2014 ).
Sebelah Utara : Kota Surabaya dan
Kabupaten Gresik; Sebelah Timur:
Sistem saluran drainase di Kota
Selat Madura; Sebelah Selatan :
Sidoarjo mempunyai luas sekitar
Kabupaten Pasuruan; Sebelah Barat:
9581,03 ha, dan masing-masing luas
Kabupaten Mojokerto.
sistem drainase adalah Sistem
Drainase Kemambang, dengan luas
1400,22 ha; Sistem Drainase Pucang,
dengan luas 4682,10 ha; Sistem
Drainase Sidokare, dengan luas
2950,29 ha; dan Sistem Drainase
Sekardangan, dengan luas 548,42 ha.

4. Hasil dan Pembahasan


Gambar 1 Peta Provinsi Jawa Timur Data curah hujan yang dipakai
(Sumber:http://www.google.com/gam untuk analisis adalah data curah hujan
bar peta provinsi jawa timur yang dari stasiun pengamatan curah hujan
diakses pada tanggal 2 Maret 2015, yang berpengaruh yaitu dari Stasiun
pukul 22.45 WIB ). Hujan Sidoarjo, Sumput, dan Banjar
Kemantren selama 15 tahun (1999
Secara geografis, Kota Sidoarjo 2013). Dari data hujan tersebut
terletak pada 112,5 - 112,9 BT dan dianalisis dengan metode chi kuadrat
3
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015

dan smirnov kolmogorov sehingga Analisis intensitas hujan


disimpulkan bahwa distribusi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor,
sesuai adalah Log Person Type III. diantaranya adalah waktu konsentrasi
Hasil dari curah harian rencana (Tc), waktu aliran air di permukaan
disajikan pada Tabel 1. (T0), waktu aliran di saluran (Ts),
panjang saluran (L), kemiringan dasar
Tabel 1. Curah Hujan Rencana
saluran (S), kecepatan aliran (v), curah
Uraian Nilai
hujan rancangan (Rc).
Dari hasil perhitungan di beberapa
Hujan Rerata= 1,8429
saluran, dapat diketahui bahwa
intensitas tertinggi berada di Sistem
Drainase Sidokare pada Saluran
Sekunder Karam Gayam 1 sebesar
17137,9790 mm/jam. Sedangkan
intensitas terendah berada di Sistem
Drainase Pucang pada Saluran Primer
0,1014 Pucang 1 sebesar 4,0358 mm/jam.

- Koefisien Pengaliran

Koefisien pengaliran dalam studi ini


berdasarkan pada kondisi pemanfaatan
lahan yang disesuaikan dengan metode
0,4877 rasional yang terlebih dahulu dihitung.
Koefisien pengaliran ini menentukan
besar debit banjir rancangan yang harus
dialirkan oleh saluran. Pada pembahasan
= -0,0954 sebelumnya telah diketahui bahwa sistem
= 0,8018 drainase Kota Sidoarjo meliputi Sistem
= 1,3268 Drainase Kemambang, Sistem Drainase
= 0,0525 Pucang, Sistem Drainase Sidokare, dan
= 2,3482 Sistem Drainase Sekardangan yang
= 2,7396 merupakan bagian dari DAS Kapetingan.
Sehingga besar koefisien pengaliran
= 68,1083 masing-masing sistem drainase ditentukan
= 83,9847 dengan mengambil rata-rata dari setiap
= 94,9511 tata guna lahan dengan menghitung bobot
masing-masing bagian yang sesuai
= 70,5018
dengan luas daerah.
= 120,5313
= 132,0687
- Analisis Debit Banjir Rancangan
(Sumber: Hasil Analisis) Analisis debit banjir rancangan di Kota
Sidoarjo untuk Metode Rasional dengan
Periode Ulang Hujan (PUH) 5 tahun
4
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015

untuk saluran drainase sekunder dan Sistem Drainase Kemambang


Periode Ulang Hujan (PUH) 10 tahun terdapat 29 saluran, dimana saluran
untuk saluran drainase primer diberikan yang luber berjumlah 2 untuk saluran
pada contoh perhitungan debit banjir drainase primer dan 2 untuk saluran
rancangan untuk Saluran Sekunder
drainase sekunder. Debit genangan
Sekardangan 1 adalah sebagai berikut :
yang terjadi sebesar 235,9756 m3/detik
- Koefisien pengaliran, C = 0,6821
- Koefisien penampungan,
dengan panjang saluran 57.129,5700
meter.
Cs = = 0,9397
Sistem Drainase Pucang terdapat 27
- Intensitas hujan, I = 89,9908 mm/jam saluran eksisting, dimana saluran yang
- Catchment Area, A = 0,3401 km2 luber berjumlah 20 untuk saluran
- Debit banjir rancangan,
drainase primer dan 2 untuk saluran
Qranc = 0,278 (0,6821) (0,9397)
drainase sekunder. Debit genangan
(89,9908 mm/jam) (0,3401 km2) =
yang terjadi sebesar 3.236,3646
0,4820 m3/detik.
m3/detik dengan panjang saluran
Jadi, debit banjir rancangan untuk 230.802,95 meter.
Saluran Sekunder Sekardangan 1 Sistem Drainase Sidokare terdapat
adalah 0,4820 m3/detik. 53 saluran eksisting, dimana saluran
yang luber berjumlah 11 untuk saluran
-Evaluasi Kapasitas Saluran
drainase sekunder. Debit genangan
Evaluasi kapasitas saluran drainase
yang terjadi sebesar 1.200,9907
eksisting merupakan suatu analisis
m3/detik dengan panjang saluran
kapasitas saluran drainase eksisting
378.376,9900 meter.
yang bertujuan untuk mengetahui
Sedangkan Sistem Drainase
suatu kemampuan saluran dalam
Sekardangan terdapat 22 saluran
menampung debit banjir rancangan.
eksisting, dimana saluran yang
Apabila saluran diketahui tidak
berjumlah 1 untuk saluran drainase
mampu menampung debit banjir
primer dan 2 untuk saluran drainase
rancangan, maka dapat terjadi
sekunder. Debit genangan yang terjadi
genangan. Dimana genangan yang
sebesar 128,3275 m3/detik dengan
terjadi merupakan selisih antara debit
panjang saluran 77392,5 meter.
banjir rancangan (Qranc) dengan
kapasitas saluran (Qsal). Apabila Qranc
< Qsal maka saluran dikatakan aman 5. Rekomendasi
terhadap genangan, dan sebaliknya - Normalisasi
apabila Qranc > Qsal maka saluran akan Normalisasi saluran dilakukan
mengalami genangan rancangan. Total hanya pada saluran yang tidak mampu
debit genangan yang terjadi di Kota menampung debit banjir. Hal tersebut
Sidoarjo sebesar 4.801,6584 m3/det dilakukan agar pada saat musim
dengan total panjang saluran adalah penghujan tiba, saluran yang
743.702,01 meter. dikatakan luber mampu menampung
debit air hujan.
5
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015

yang mempunyai debit serap


- Saluran Drainase Porus terkecil adalah Saluran Sekunder
Saluran drainase porus atau parit Pondok Jati sebesar 0,000261
resapan merupakan saluran drainase m3/detik dengan panjang saluran
yang berada di kiri dan kanan jalan 522,25 m.
yang dimodifikasi menjadi parit - Sistem Drainase Sidokare : Saluran
resapan air hujan dengan cara yang mempunyai debit serap
membuat dasar saluran tetap yang tertinggi adalah Saluran Primer
tidak dilapisi kedap air. Selain untuk Sidokare 28 sebesar 0,008058
mengalirkan air buangan, saluran m3/detik dengan panjang saluran
porus juga berfungsi sebagai resapan 16116,58 m. Sedangkan saluran
air ke dalam tanah. yang mempunyai debit serap
Penerapan saluran porus, harus terkecil adalah Saluran Sekunder
merehabilitasi saluran yang secara Sidokare Asri 1 sebesar 0,000183
kapasitas tidak mampu untuk m3/detik dengan panjang saluran
menampung debit banjir rencana serta 365,78 m.
dapat menimbulkan limpasan dan - Sistem Drainase Sekardangan :
genangan. Saluran yang mempunyai debit
Dari hasil analisis diatas, serap tertinggi adalah Saluran
penanggulangan genangan dapat Primer Sekardangan 14 sebesar
dilakukan dengan menerapkan saluran 0,0037302 m3/detik dengan panjang
drainase porus di Kota Sidoarjo saluran 7460,36 m. Sedangkan
terhadap 131 saluran dengan debit saluran yang mempunyai debit
serap tinggi dan rendah tiap saluran di serap terkecil adalah Saluran
sistem drainase sebesar : Sekunder Larangan sebesar
- Sistem Drainase Kemambang : 3
0,0002527 m /detik dengan panjang
Saluran yang mempunyai debit saluran 505,3 m.
serap tertinggi adalah Saluran
Sekunder Kemambang 14 sebesar 6. Kesimpulan
0,0033739 m3/detik dengan panjang Berdasarkan hasil analisis yang
saluran 6747,85 m. Sedangkan dilakukan terhadap penanggulangan
saluran yang mempunyai debit genangan di Kota Sidoarjo, maka dapat
serap terkecil adalah Saluran ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Sistem Drainase Kota Sidoarjo
Primer Kemambang 2 sebesar
memiliki luas 9581,03 ha yang
0,0002988 m3/detik dengan panjang
terbagi menjadi 4 (empat) sistem
saluran 597,55 m. drainase utama, yaitu : Sistem
- Sistem Drainase Pucang : Saluran Drainase Kemambang, dengan luas
yang mempunyai debit serap 1400,22 ha; Sistem Drainase Pucang,
tertinggi adalah Saluran Primer dengan luas 4682,10 ha; Sistem
Pucang 24 sebesar 0,007136 Drainase Sidokare, dengan luas
m3/detik dengan panjang saluran 2950,29 ha; dan Sistem Drainase
14271,13 m. Sedangkan saluran Sekardangan, dengan luas 548,42 ha.
6
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015

b. Beberapa hasil yang didapat dari dengan panjang total saluran


analisis aspek teknis adalah : 199.119,99 meter. Saluran
Dari 131 total saluran yang ada di Kota tersebut mampu meresapkan air
Sidoarjo, ada 40 saluran yang dinyatakan genangan sebesar 0,0996
3
luber dengan rincian : m /detik.
- Sistem Drainase Kemambang:
ada 2 saluran primer 7. Daftar Pustaka
3
(147,0416m /det) dan 2 saluran Balai Besar Wilayah Sungai Brantas,
sekunder (88,9340 m3/det) yang (2011), Lima Pilar BBWS
tidak mampu menampung debit Brantas, Surabaya, Indonesia.
air hujan rancangan dengan El Mahi, A., dan Meddi, M. (2013),
panjang total saluran 57129,57 Seasonal Dynamic of Total
meter.
Suspended Sediment In Wadi El
- Sistem Drainase Pucang: ada 20
Hammam Basin (Northern
saluran primer (3223,8719m3/det)
dan 2 saluran sekunder (12,4926
Algeria), Journal of
m3/det) yang tidak mampu Seventeenth Internasional Water
menampung debit air hujan Technology Conference,
rancangan dengan panjang total IWTC17, Vol. 159, No. 19, hal.
saluran 230802,95 meter. 199-215.
- Sistem Drainase Sidokare: ada 11 Harsoyo, Budi. (2010), Review
saluran sekunder (1200,9907 Modeling Hidrologi DAS di
m3/det) yang tidak mampu Indonesia, Jurnal Sains &
menampung debit air hujan Teknologi Modifikasi Cuaca,
rancangan dengan panjang total
Vol. 11, No. 1, hal. 41-47.
saluran 378376,99 meter.
Junaidi , E. dan Tarigan, D.S. (2012),
- Sistem Drainase Sekardangan:
ada 1saluran primer
Penggunaan Model Hidrologi
3
(37,1650m /det) dan 2 saluran SWAT (Soil And Water
sekunder (91,1625 m3/det) yang Assessment Tool) Dalam
tidak mampu menampung debit Pengelolaan DAS Cisadane,
air hujan rancangan dengan Jurnal Penelitian Hutan dan
panjang total saluran 77392,5 Konservasi Alam, Vol. 9, No. 3,
meter. hal. 221-237.
c. Genangan yang terjadi di wilayah Kota Karma, A. dan Sembiring, J. (2012),
Sidoarjo bervariasi antara 2 jam hingga Knowledge Management
8 jam lamanya dan terjadi selama
System Berbasis Model SECI,
musim hujan tiba.
Pusat Litbang Sumber Daya Air,
d. Hasil yang didapat dari analisis aspek
lingkungan adalah rekomendasi
Bandung.
penerapan sistem drainase yang Kementerian Pekerjaan Umum,
berwawasan lingkungan dalam (2014), DED Kabupaten
penanganan genangan : Sidoarjo, Surabaya.
- Penerapan sistem drainase porus
dengan merehabilitasi 40 saluran

7
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015

Kodoatie, J.R. dan Sugiyanto, (2001), Seminar Degradasi Lahan Dan


Banjir, 1st edition, Pustaka Hutan, Ed: Hidayat, S.Y. dkk.,
Pelajar, Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada dan
Kuntjoro, dan Saptarita, (2011), Kali Departemen Kehutanan, hal.
Brantas Hilir Dalam Tinjauan 188-214.
Data Debit Dekade Terakhir, Noguchi, S., Nik R.A., Yusop, Z.,
Seminar Nasional Aplikasi Tani, M., dan Sammori, T.
Teknologi Prasarana Wilayah, (1997), Rainfall-runoff
ISBN : 978-979-18342-3-0, hal. Responses and Roles of Soil
D.15-D.22. Moisture Variations to the
Menteri Lingkungan Hidup, (2010), Response in Tropical Rain
Peraturan Menteri Lingkungan Forest, Bukit Tarek, Peninsular
Hidup Nomor 01 Tahun 2010 Malaysia, Journal of Forest
Tentang Tata Laksana Research, Vol. 2, No. 3, hal.
Pengendalian Pencemaran Air, 125-132.
Jakarta, Indonesia.
Murtilaksono, K., dan Hidayat, Y.
(2004), Kerangka Logis
(Logframe) Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai, Prosiding

Anda mungkin juga menyukai