Menurut asal katanya helminth berasal dari kata Yunani yang berarti cacing. Cacing merupakan hewan
yang terdiri dari banyak sel yang membangun suatu jaringan tubuh dan organ yang kompleks [1,2].
B. Penyebab Kecacingan
Penyakit infeksi cacingan atau bisa pula disebut dengan penyakit cacingan sangat berkaitan erat dengan
masalah hygiene dan sanitasi lingkungan. Di Indonesia masih banyak tumbuh subur penyakit cacing
penyebabnya adalah hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan penyakit
cacing ditularkan melalui tangan yang kotor. Kuku jemari tangan yang kotor dan panjang sering terselipi
telur cacing karena kebiasaan anak bermain ditanah. Orang dewasa bekerja di kebun, dan disawah.[3]
perilaku anak BAB tidak dijamban atau di sembarang tempat menyebabkan pencemaran tanah dan
lingkungan oleh tinja yang berisi telur cacing. Penyebaran infeksi kecacingan tergantung dari lingkungan
yang tercemar tinja yang mengandung telur cacing. Infeksi pada anak sering terjadi karena menelan tanah
yang tercemar telur cacing atau melalui tangan yang terkontaminasi telur cacing. Penularan melalui air
sungai juga dapat terjadi, karena air sungai sering digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari,
Perilaku anak jajan di sembarang tempat yang kebersihannya tidak dapat dikontrol oleh orangtua dan
tidak terlindung dan dapat tercemar oleh debu dan kotoran yang mengandung telur cacing, hal ini dapat
menjadi sumber penularan infeksi kecacingan pada anak. Selain melalui tangan, transmisi telur cacing
juga dapat melalui makanan dan minuman, terutama makanan jajanan yang tidak dikemas dan tidak
tertutup rapat. Telur cacing yang ada di tanah/debu akan sampai pada makanan tersebut jika diterbangkan
oleh angin atau dapat juga melalui lalat yang sebelumnya hinggap di tanah/selokan, sehingga kaki-
kakinya membawa telur cacing tersebut, terutama pada jajanan yang tidak tertutup.[3]
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang kumuh sangat mendukung dalam penyebaran penyakit kecacingan. Lingkungan yang
tidak higiene dapat memperrmudah perkembangbiakkan telur cacing menjadi infektif, tanah yang gembur
serta lingkungan yang tidak tertata dengan rapi dapat memperbesar peluang penyebaran cacing.
Faktor sanitasi lingkungan dan higiene perorangan dapat memepermudah penularan infeksi cacing usus.
Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Cara penularan
Cara penularan askariasis dapat terjadi melalui beberapa hal yaitu, masuknya telur yang infektif kedalam
mulut bersama makanan dan minuman yang tercemar, atau telur tertelan melalui tangan yang kotor. Hal
ini juga bisa terjadi apabila telur berada didebu dan terhirup oleh nafas sehingga telur tersebut masuk
kedalam rongga hidung dan menembus pembuluh darah serta memasuki aliran darah.[2]
Cara penularan
Penularan cacing tambang melalui tinja orang sakit yang di keluarkan di sembarang tempat. Pada hari ke
lima setelah berada di luar, maka telur tersebut akan berubah menjadi larva yang siap menembus kulit
manusia, kemudian akan masuk dalam aliran darah seterusnya ke paru-paru bergerak menuju tenggorokan
dan akan tertelan menuju usus dan menjadi cacing dewasa.[4]
Cara penularan
Penularan dapat terjadi melalui beberapa jalan yaitu masuknya telur yang infektif kedalam mulut bersama
makanan dan minuman yang tercemar, atau telur tertelan melalui tangan yang kotor misalnya pada anak-
anak maupun telur yang terhirup bersama debu udara.[4]
Penyebaran cacing pita pada tubuh manusia, banyak ditemukan pada negara-negara yang
beriklim tropis seperti Indonesia. Di provinsi Papua telah ditemukan sebesar 66% atau 106 dari
160 responden positif menderita teaniasis solium yang berasal dari daging babi. Pada kasus
tersebut dapat disimpulkan bahwa proses penularan cacing pita pada manusia disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya5 :
1. Makanan, minuman serta lingkungan yang tidak bersih sehingga memungkinkaN tercemar oleh
telur cacing pita.
2. Penularan melalui daging hewan yang dikonsumsi sehari-hari seperti daging babi, sapi dan
kerbau. Ketiga hewan tersebut memang terbukti mengandung larva cacing pita atau sistesekus.
3. Penularan dari penderita lainnya yang berasal dari tinja seseorang yangmengandung telur cacing
pita atau segmen tubuh prolgtotid.
Setelah mengetahui cara penularannya, para ahli menganjurkan agar orang-orang yang
belum tertular melakukan pengendalian agar tidak terlalu banyak tersebar pada diri manusia.
Cara pengendaliannya dapat dilakukan dengan memutuskan siklus hidupnya dengan
mengkonsumsi beberapa obat yang telah direkomendasikan oleh dokter seperti librax,
niclosomide, atau atabrin. Sedangkan untuk pencegahan dari hewan itu sendiri harus dilakukan
vaksinasi ternak secara teratur terutama pada babi. Selain itu, penting juga untuk tetap menjaga
kebersihan lingkungan karena lingkungan yang kotor merupakan tempat penyebaran terbesar dan
tercepat melalui hewan kepada manusia.5
CARA PENULARAN CACING KREMI
Sebagian besar jenis cacing parasit termasuk cacing kremi merupakan soil transmited
infection yang penularannya harus diperantarai oleh tanah. Telur cacing parasit baru akan
menjadi bentuk infektif (bisa menginfeksi) jika sudah berada di tanah, kemudian masuk lewat
saluran pencernaan. Penularan cacing harus melalui tanah, terutama tanah liat. Bahkan tinja
sekalipun kalau langsung dijilat tidak akan menularkan cacing. Telur cacing yang terbang ke
udara juga hanya akan menular jika hinggap di makanan, jadi tidak menular lewat pernapasan
Penyakit ini sama seperti penyakit kulit yang bisa menular. Penularan cacing kremi terjadi
autoinfeksi . karena telurnya bisa nempel dimana aja, di pakaian, sprei or debu , sehingga akibat
tidak hygienisnya tangan / kuku sehingga bersama makanan masuk ke mulut dari tangannya
yang penuh telur/debu. 6
Penyakit kremian ini sering pula disebut penyakit enterobiasis /oksiuriasis penyakit yang
sangat sering ditemukan terutama pada anak-anak. Infeksi ini dapat terjadi akibat tertelannya
telur cacing enterobius vermicularis (oxyuris vermicularis). Setelah telur cacing tertelan,
larvanya akan menetas di usus duabelas jari (duodenum) dan tumbuh menjadi bentuk dewasa di
usus besar. Cacing betina yang hamil (dapat mengandung 11.000-15.000 telur) akan berpindah
ke daerah sekitar anus (perianal) untuk mengeluarkan telur-telurnya disekitar anus. Proses
berpindahnya cacing ini akan menimbulkan sensasi gatal pada daerah sekitar anus penderita.
Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari sehingga penderita sering terganggu tidurnya
dan menjadi lemah. Selain gatal-gatal Gejala lain yang dapat dirasakan oleh penderita infeksi
cacing kremi adalah : Kurang nafsu makan, Berat badan menurun, Aktivitas meningkat, Sering
mengompol, Cepat marah, Sulit tidur, dll. 11 Penularan cacing kremi dapat terjadi pada satu
keluarga atau kelompokkelompok yang hidup di lingkungan yang sama, seperti asrama, rumah
piatu, dll. Proses penularannya dapat terjadi melalui : 1. Penularan dari tangan ke mulut sesudah
menggaruk darerah sekitar anus . Penularan dari tangan dapat menyebarkan telur kepada orang
lain karena memegang benda-benda lain yang terkontaminasi telur cacing ini 3. Telur cacing
dapat ditemukan di debu ruangan sekolah, asrama, kavetaria, dan lainnya. Telur cacing di debu
ini akan mudah diterbangkan oleh angin dan dapat tertelan 4. Telur yang telah menetas di sekitar
anus dapat berjalan kembali ke usus besar melalui anus. Penularan dapat dipengaruhi oleh : 1.
Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal (autoinfeksi) atau tangan
dapat menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-
benda maupun pakaian yang terkontaminasi. 2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena
mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur melalui debu dapat tertelan. 3. Retrofeksi melalui
anus : larva dari telur yang menetas di sekitar anus kembali masuk ke usus. Anjing dan kucing
bukan mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber infeksi oleh karena telur dapat
menempel pada bulunya.6
Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih banyak ditemukan pada
golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih tinggi darpada orang negro.
Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan. Kuku hendaknya selain dipotong pendek,
tangan dicuci sebelum makan. Anak yang mengandung cacing kremi sebaiknya memakai celana
panjang jika hendak tidur supaya alat kasur tidak terkontaminasi dan tangan tidak menggaruk
daerah perianal. Makanan hendaknya dihindarkan dari debu dan tangan yang mengandung
parasit. Pakaian dan als kasur hendaknya dicuci bersih dan diganti setiap hari.6
Daftar Pustaka
1. Manalu SM, Biran S.I, Infeksi Cacing Tambang, Cermin Dunia Kedokteran Vol. 19 No.4, Oktober-
Desember 2006
4. Manalu SM, Biran S.I, Infeksi Cacing Tambang, Cermin Dunia Kedokteran Vol. 19 No.4, Oktober-
Desember 200
5. Julian W, Rahwati CS. Cara penularan cacing pita pada manusia. Kudus: Lembaga Penerbit
Fakultas Biologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta; 2008.
6.Chrisitanto N. Infeksi dan gejala penyakit dari cacing kremi (Enterobius).Majalah Intisari 29
Juli 2013, halaman 4 kolom 2.