F3
Oleh :
Heidi Angelika Anggaria
030.09.109
ETIOLOGI
1. Faktor Biologi
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memiliki
perananyang penting dalam mengendalikan emosi kita. Dalam otak terdapat substansi
biokimiawi yaitu neurotransmitter yang berfungsi sebagai pembawa pesan komunikasi
antara neuron otak. Jika neurotransmiter ini berada pada tingkat yang normal otak akan
bekerja secara harmonis. Berdasarkan riset, kekurangan neurotransmiter serotonin,
norepinefrin dandopamin dapat menyebabkan depresi. Di satu sisi, jika neurotransmiter
ini berlebih dapat menjadi penyebab gangguan manik. Selain itu antidepresantrisiklik dapat
memicu mania.Serotonin adalah neurotransmiter aminergic yang paling sering dihubungkan
dengan depresi Penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi. Pada beberapa
pasien yang bunuh diri memiliki metabolit serotonin yang rendah di cairan
serebrospinalnya. Pada penggunaan antidepresan jangka panjang terjadi
penurunan jumlah tempat ambilan kembali serotonin. Dopamin juga diperkirakan
memiliki peranan dalam menyebabkandepresi. Data menunjukkan aktivitas dopamin yang
menurun pada depresidan meningkat pada mania. Obat yang menurunkan kadar dopamin
sepertiReserpinedan pada penyakit yang mengalami penurunan dopamin seperti parkinson
disertai juga dengan gejala depresi. Obat-obat yang meningkatkan kadar dopamin seperti
tyrosin, amphetamine, dopamin seperti parkinson disertai juga dengan gejala depresi.
Obat-obat yang meningkatkan kadar dopamin seperti tyrosine, amphetamine.
Disfungsi jalur dopamin mesolimbik dan hipoaktivitas reseptor dopamin tipe 1(D1) terjadi
pada depresi. Regulasi abnormal pada sumbu neuroendokrin mungkindikarenakan fungsi
abnormal neuron yang mengandung amine biogenik. dikarenakan fungsi abnormal
neuron yang mengandung amine biogenik. terlibat dalam gangguan mood. Pasien
dengan gangguan mood mengalami penurunan sekresi melantonin nokturnal, penurunan
pelepasan prolaktin, penurunan kadar FSH dan LH serta penurunan kadar testosteron pada
laki-laki. Dexamethasone adalah analog sintetik dari kortisol. Pada
DexamethasoneSuppression Test, 50% dari pasien yang menderita depresi memiliki respon
yang abnormal terhadap dexamethasone dosis tunggal. Banyak penelitian menemukan
bahwa hiperkortisolemia dapat merusak neuron pada hipokampus.
Gangguan tiroid seringkali disertai dengan gejala afektif. Penelitian telah
mengambarkan adanya regulasi tiroid yang abnormal pada pasien dengan gangguan mood.
Sepertiga dari pasien dengan gangguan depresif berat memiliki pelepasan tirotropin yang
tumpul. Penelitian terakhir melaporkan kira-kira 10% pasien dengan gangguan mood
khususnya gangguan bipolar I memiliki antibodi antitiroid yang dapat dideteksi.
Gangguan tidur adalah gejala yang sering ditemukan pada pasien depresi.
Menurunnya kebutuhan tidur adalah gejala klasik dari mania. Penelitian telah
mengungkapkan bahwa elektroensefalogram (EEG) saat tidur pada orang yang menderita
depresi menunjukkan kelainan. Kelainan tersebut antara lain perlambatan onset tidur,
pemendekan latensi rapid eye movement (REM), peningkatan panjang periode REM
pertama dan tidur delta yang abnormal. Pada depresi terjadi regulasi abnormal dari irama
sirkadian. Beberapa penelitian pada binatang menyatakan bahwa terapi antidepresan efektif
untuk mengubah jam biologis.
2. Faktor Genetika
Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam
perkembangan gangguan mood adalah genetika. Tetapi, pola penurunan genetika adalah
jelas melalui mekanisme yang kompleks; bukan saja tidak mungkin menyingkirkan efek
psikososial, tetapi faktor non genetik memungkinkan memainkan peranan kausatif dalam
perkembangan gangguan mood sekurangnya pada beberapa orang.
3. Faktor Psikososial
Satu pengamatan klinis lama yang telah direplikasi adalah bahwa peristiwa
kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode pertama gangguan
mood daripada episode selanjutnya. Satu teori yang diajukan untuk menjelaskan
pengamatan tersebut adalah bahwa stres yang menyertai episode pertama menyebabkan
perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat
menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmiter dan sistem pemberi
signal intraneuronal. Hasil akhirnya dari perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang
berada pada resiko yang lebih tinggi untuk menderita episode gangguan mood selanjutnya,
bahkan tanpa adanya stresor eksternal.
EPIDEMIOLOGI
Pada pengamatan universal, prevalensi gangguan depresif berat pada wanita dua kali
lebih besar dari pada laki-laki. Gangguan Bipolar I mempunyai prevalensi yang sama bagi
laki-laki dan wanita.2Lebih banyaknya wanita yang tercatat mengalami depresi bisa
disebabkan oleh pola komunikasi wanita yang ingin memberitahukan masalahnya kepada
orang lain dan harapan untuk mendapatkan bantuan atau dukungan sedangkan pada laki-laki
cenderung untuk memikirkan masalahnya sendiri dan jarang menunjukkan emosinya.
Berbagai penelitian mengungkapkan golongan usia muda yaitu remaja dan dewasa
awal lebih mudah terkena depresi. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap-
tahap serta tugas perkembangan yang penting yaitu peralihan dari masa anak-anak ke masa
remaja, remaja ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah dan bekerja serta masa pubertas ke
masa pernikahan. Survei telah melaporkan prevalensi yang tinggi dari depresi terjadi pada
usia 18-44 tahun. Beberapa data epidemiologis baru-baru ini menyatakan insidensi
gangguan depresif berat meningkat pada usia kurang dari 20 tahun.2 Penurunan
kecenderungan depresi pada usia dewasa diduga karena berkurangnya respon emosi
seseorang seiring bertambahnya usia, meningkatnya kontrol emosi dan kekebalan terhadap
pengalaman dan peristiwa hidup yang dapat memicu stress.
Onset gangguan bipolar I lebih awal dari daripada onset gangguan depresi. Onset
gangguan bipolar I dari usia 5 tahun sampai usia 50 tahun. Laporan kasus gangguan bipolar
I diatas usia 50 tahun sangat jarang.
Pada umumnya gangguan depresif berat paling sering terjadi pada seseorang yang
tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat, telah bercerai atau berpisah dengan
pasangan hidup. Gangguan bipolar I lebih sering terjadi pada orang yang bercerai dan hidup
sendiri daripada orang yang menikah.
Episode mood
Episode manik
Episode campuran
Episode hipomanik
Gangguan depresif
Gangguan distimik
Gangguan bipolar
Gangguan bipolar I
Gangguan bipolar II
Gangguan siklotimik
Menurut PPDGJ III, gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) dibagi menjadi:
FARMAKOTERAPI
ANTIDEPRESAN TRISIKLIK (TRICYCLIC ANTIDEPRESSANT; TCA)
TCA sudah digunakan hampir selama empat dekade. Antidepresan ini disebut trisiklik
karena memiliki nukleus dengan tiga cincin. Obat yang termasuk golongan ini adalah
imipramine, desipramine, clomipramine, trimipramine, amitriptyline, nortriptyline,
doxepine, protriptyline. Semua TCA memiliki efek terapi yang sama, pilihannya tergantung
dari toleransi terhadap efek sampingnya serta lama kerjanya.
Sediaan obat :
Amitriptyline (generik, Elvail)
Clomipramine (generik, Anafranil)
Desipramine (generik, Norpramin, Pertofrane)
HETEROSIKLIK
Antidepresan heterosiklik merupakan antidepresan turunan kedua dan ketiga. Potensi
obat heterosiklik tidak berbeda secara khusus dari agen-agen sebelumnya. Yang termasuk
antidepresan generasi kedua dalah amoxapine, maprotiline, trazodone dan bupiropion.
Generasi ketiga adalah mirtazapine, venlafaxine dan nefazodone. Pada tahun 1990
diperkenalkan agen venlafaxine yang banyak digunakan di Eropa.
Farmakokinetik, farmakodinamik dan efek samping obat ini hampir sama dengan TCA.
Trazodone dan venlafaxine memiliki waktu paruh yang pendek sehingga perlu mengatur
pembagian dosis pada awal pemberian terapi.
Sediaan obat:
Amoxapine (generik, Asendin)
Maprotiline (generik, Ludiomil)
Mitrazapine (Remeron)
PROGNOSIS
Banyak penelitian mengenai perjalanan penyakit dan prognosis gangguan suasana
perasaan (mood [afektif]) memberikan kesimpulan bahwa penyakit ini memiliki perjalanan
yang panjang dan pasien cenderung mengalami kekambuhan.
Prognosa baik apabila:
Episodenya ringan, tidak ada gejala psikotik
Perawatan di rumah sakit hanya singkat, tidak lebih dari sekali perawatan
Selama masa remaja memuliki riwayat persahabatan yang erat dan baik
pasien mempunyai hubungan psikososial yang baik dan kokoh
Fungsi keluarga yang stabil dan baik
Tidak ada gangguan psikiatri komorbid
Tidak ada gangguan kepribadian.