Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN

Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan WHO
tahun 2005, terdapat 17,5 juta kasus di dunia yang meninggal dikarenakan penyakit jantung dan
pembuluh darah. Setiap tahunnya angka kejadian terus meningkat, dan diprediksikan akan
mencapai angka dua puluh juta kasus pada tahun 2015. Salah satu penyebab kematian akibat
penyakit jantung adalah henti jantung atau cardiac arrest. Tiap tahunnya di Amerika terjadi
420.000 kasus henti jantung.Henti jantung sendiri adalah kondisi gawat darurat karena dapat
terjadi secara mendadak dan membutuhkan penanganan cepat. Jika tidak dilakukan bantuan hidup
dasar segera, korban dapat meninggal.
Selain henti jantung, tersedak merupakan kejadian gawat darurat yang menjadi salah satu
penyebab tertinggi kematian anak, terutama anak di bawah 3 tahun. Hal ini dapat terjadi karena
tersedak sering disebabkan oleh benda-benda yang tidak berbahaya seperti makanan, koin, dan
mainan.
Pengalaman kegawatdaruratan mendorong masyarakat awam untuk mengetahui hal apa
saja yang dapat ia lakukan selama menunggu pertolongan medis lanjut. Dengan mengetahui
macam-macam kasus kegawatdaruratan yang ada, diharapkan masyarakat dapat melakukan
pertolongan yang tepat terhadap kasus tersebut. Pada modul ini, akan dibahas mengenai bantuan
hidup dasar dan penanganan tersedak.

Referensi

1. World Health Organization. Global atlas on cardiovascular disease prevention and control.

Switzerland: WHO; 2011. 164p. ISBN 978 92 4 156437 3

2. AHA. About cardiac arrest [Internet]. 2014 [cited 24 June 2015]. Available from:

http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/More/CardiacArrest/About- Cardiac-

Arrest_UCM_307905_Article.jsp

3. Prevention of Choking Among Children. PEDIATRICS [Internet]. 2010 [cited 24 June


2015];125(3):601-607. Available from:

http://pediatrics.aappublications.org/content/125/3/601.full#sec-1
TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum:

Membentuk safe community dengan siswa SMA yang dapat melakukan Bantuan Hidup Dasar
(BHD) dan penanganan tersedak

Tujuan Pembelajaran Khusus:

Siswa mengetahui prinsip Bantuan Hidup Dasar

Siswa mengetahui indikasi perlakuan Bantuan Hidup Dasar


Siswa dapat melakukan Bantuan Hidup Dasar
Siswa mengetahui indikasi penanganan tersedak

Siswa dapat melakukan penanganan tersedak


LAMPIRAN

Materi: Bantuan Hidup Dasar

Keadaan henti jantung saat ini menjadi salah satu penyebab tertinggi kasus kematian di
berbagai belahan dunia. Henti jantung dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan disebabkan oleh
berbagai macam hal juga kondisi dan lingkungan yang beragam. Anak dan bayi pun dapat terkena
kejadian henti jantung ini. Oleh karena itu, dibutuhkan serangkaian tindakan guna mencegah
kematian yang diakibatkan oleh henti jantung. Untuk melakukan pertolongan terhadap kejadian
ini, diperlukan sebuah teknik untuk menolong nyawa saat henti jantung. Teknik ini dinamakan
dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD).
Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan sebuah fondasi utama yang dilakukan untuk
menyelamatkan seseorang yang mengalami henti jantung. BHD terdiri dari identifikasi henti
jantung dan aktivasi Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), Resusitasi Jantung Paru
(RJP) dini, dan kejut jantung menggunakan automated external defibrillator (AED) atau alat kejut
jantung otomatis. Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah serangkaian tindakan penyelamatan jiwa
untuk meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dari korban yang mengalami henti jantung.Inti
dari RJP yang optimal adalah bagaimana cara memberikan RJP sedini mungkin dan seefektif
mungkin, oleh karena itu pada bahasan ini akan dijelaskan mengenai bagaimana cara mengenali
korban henti jantung sedini mungkin hingga bagaimana cara menanganinya.

Keberhasilan dari resusitasi setelah henti jantung akan bergantung pada langkah-langkah
yang harus kita lakukan secara berurutan. Hal ini disebut juga Rantai Keselamatan (gambar 1)
yang mencakup:

1. Deteksi dini dari henti jantung dan aktivasi sistem pelayanan gawat darurat terpadu

(SPGDT)

2. Melakukan RJP secara dini dengan teknik penekanan yang tepat

3. Melakukan kejut jantung secara dini

4. Melakukan Bantuan Hidup Lanjut yang efektif


5. Melakukan resusitasi setelah henti jantung secara terintegrasi

Gambar 1. Rantai Keselamatan

Sesuai dengan Rantai Keselamatan, ketika pertama kali melihat korban, hal yang harus
dilakukan adalah memastikan/mengetahui apakah korban mengalami henti jantung atau tidak.
Setelah mengenali tanda-tanda, penolong secepatnya mengaktifkan SPGDT, dan meminta alat
kejut jantung otomatis (AED), dan segera lakukan RJP dengan awalnya berupa penekanan dada.
Lalu jika alat kejut jantung otomatis (AED) datang, segera pasangkan pada korban untuk
melakukan kejut jantung jika terdeteksi perlu kejut jantung. Untuk poin nomor 4 dan 5 dari Rantai
Keselamatan, yaitu Bantuan Hidup Lanjut dan resusitasi pasca henti jantung secara terintegrasi
dilakukan oleh tenaga medis lanjutan.
Berikut penjelasan lengkap mengenai masing-masing poin di atas pada

korban dewasa:

1. Identifikasi korban henti jantung dan Aktivasi SPGDT Segera


Sebelum melakukan tindakan, pertama penolong harus mengamankan lingkungan
sekitar dan diri sendiri serta memperkenalkan diri pada orang sekitar jika ada. Bersamaan
dengan itu, penolong juga perlu memeriksa pernapasan korban, jika korban tidak sadarkan
diri dan bernapas secara abnormal (terengah-engah), penolong harus mengasumsikan
korban mengalami henti jantung. Penolong harus dapat
memastikan korban tidak responsif dengan cara memanggil
korban dengan jelas, lalu menepuk-nepuk korban atau
menggoyangkan bahu korban.
Jika korban tidak memberikan respons maka
penolong harus segera mengaktifkan SPGDT dengan
menelepon Ambulans Gawat Darurat 118 Dinas Kesehatan
DKI Jakarta, atau nomor 021 65303118, atau ambulans rumah sakit terdekat. Ketika
mengaktifkan SPGDT,

Gambar 2. Memeriksa kesadaran korban

penolong harus siap dengan jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian yang sedang
terjadi, jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian tindakan tersebut dapat
dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi kejadian terdapat lebih dari satu penolong,
misalnya, penolong pertama memeriksa respons korban kemudian melanjutkan tindakan
BHD sedangkan penolong kedua mengaktifkan SPGDT dengan menelepon ambulans
terdekat dan mengambil alat kejut jantung otomatis (AED).

2. Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Resusitasi jantung paru terdiri dari penekanan dada dan bantuan napas dengan
perbandingan 30:2, berarti 30 kali penekanan dada kemudian dilanjutkan dengan
memberikan 2 kali bantuan napas. Bantuan napas diberikan jika penolong yakin
melakukannya.

enekanan dada yang efektif dilakukan dengan prinsip tekan kuat, tekan cepat,
mengembang sempurna, dan interupsi minimal. Untuk memaksimalkan efektivitas
penekanan dada, korban harus berada di tempat yang permukaannya rata. Penolong
berlutut di samping korban apabila lokasi kejadian di luar rumah sakit atau berdiri di
samping korban apabila di rumah sakit. Penolong meletakkan pangkal telapak tangan di
tengah dada korban dan meletakkan tangan yang lain di atas tangan yang pertama dengan
jari-jari saling mengunci dan lengan tetap lurus.

Gambar 3. Posisi badan serta tangan penolong pada dada korban


Penolong memberikan penekanan dada dengan kedalaman minimal 5cm (prinsip
tekan kuat) dengan kecepatan minimal 100 kali permenit (prinsip tekan cepat). Penolong
juga harus memberikan waktu bagi dada korban untuk

mengembang kembali untuk memungkinkan darah terisi terlebih dahulu pada


jantung (prinsip mengembang sempurna). Penolong juga harus meminimalisasi interupsi
saat melakukan penekanan (prinsip interupsi minimal).

Bantuan napas diberikan setelah membuka jalan napas korban dengan teknik
menengadahkan kepala dan mengangkat dagu (head tilt chin lift).

Gambar 4. Membuka jalan napas dengan menengadahkan kepala dan mengangkat dagu

Setelah itu cuping hidung korban dijepit menggunakan ibu jari dan telunjuk agar
tertutup kemudian diberikan napas bantuan sebanyak dua kali, masing-masing sekitar 1
detik, buang napas seperti biasa melalui mulut. Napas bantuan diberikan dari mulut ke
mulut atau menggunakan pelindung wajah yang diletakkan di wajah korban. Lihat dada
korban saat memberikan napas bantuan, apakah dadanya mengembang, kemudian tunggu
hingga kembali turun untuk memberikan napas bantuan berikutnya.
Gambar 5. Memberikan napas bantuan

Jika memungkinkan, RJP dilakukan bergantian setiap 2 menit (5 siklus RJP)


dengan penolong lain. Penolong melakukan penekanan dada sampai alat kejut jantung
otomatis (AED) datang dan siap untuk digunakan atau bantuan dari tenaga kesehatan telah
datang.
3. Melakukan kejut jantung dengan alat kejut jantung otomatis (AED)
Alat kejut jantung otomatis (AED) merupakan alat yang dapat memberikan kejutan
listrik pada korban. Pertama, pasang terlebih dahulu bantalan (pad) alat kejut jantung
otomatis pada dada korban sesuai instruksi yang ada pada alat. Setelah dinyalakan, ikuti
instruksi dari alat tersebut yaitu jangan menyentuh korban karena alat kejut jantung
otomatis akan menganalisis irama jantung korban. Jika alat mengidentifikasi irama jantung
yang abnormal dan membutuhkan kejut jantung (untuk mengembalikan irama kelistrikan
jantung menjadi normal), minta orang-orang agar tidak ada yang menyentuh korban, lalu
penolong menekan tombol kejut jantung pada alat. Lanjutkan penekanan dada segera
setelah alat memberikan kejutan listrik pada korban. Hal ini dilakukan untuk
mengembalikan kelistrikan jantung seperti semula.
Gambar 6. Memasang bantalan (pad) pada dada korban sesuai petunjuk

Gambar 7. Meminta orang-orang disekitar agar tidak menyentuh


korban jika akan melakukan kejut jantung

Gambar 8. Melakukan RJP setelah dilakukan kejut jantung otomatis

Posisi Pemulihan

Posisi ini dilakukan jika korban sudah bernapas dengan normal. Posisi ini dilakukan
untuk menjaga jalan napas tetap terbuka dan mengurangi risiko tersumbatnya jalan napas
dan tersedak. Tidak ada standard baku untuk melakukan posisi pemulihan, yang terpenting
adalah korban dimiringkan agar tidak ada tekanan pada dada korban yang bisa
mengganggu pernapasan. Namun rekomendasi posisi pemulihan adalah meletakkan tangan
kanan korban ke atas, tekuk kaki kiri korban, kemudian tarik korban sehingga korban
miring ke arah kanan dengan lengan di bawah kepala korban. Berikut gambar mengenai
posisi pemulihan:

Gambar 9. Cara melakukan posisi pemulihan


Secara umum, langkah-langkah pertolongan bantuan hidup dasar pada dewasa
dari identifikasi korban sampai pemasangan AED adalah sebagai berikut:

Gambar 10. Algoritma Bantuan Hidup Dasar korban dewasa


Selanjutnya adalah Bantuan Hidup Dasar pada anak. Berikut adalah Rantai
Keselamatan (gambar 11) pada anak:

Gambar 11. Rantai Keselamatan untuk Anak

1. Mencegah terjadinya cedera dan henti jantung


2. Melakukan RJP secara dini dengan teknik penekanan yang tepat
3. Aktivasi sistem pelayanan gawat darurat terpadu (SPGDT)
4. Melakukan Bantuan Hidup Lanjut yang efektif

5. Melakukan resusitasi pasca henti jantung secara terintegrasi

Berikut adalah langkah-langkah dalam BHD pada anak:

1. Pastikan Keselamatan Diri Sendiri dan Korban Selalu pastikan area penolong

dan korban aman untuk kedua belah pihak.

2. Pastikan Korban Membutuhkan RJP

Jika korban bernapas secara normal, tidak perlu melakukan RJP. Jika tidak
ada cedera, segera miringkan kepala korban atau baringkan dalam posisi
pemulihan untuk mematenkan jalan napas dan mencegah tersedak. Namun, jika
korban tidak sadarkan diri, tidak memberikan respons, dan tidak bernapas atau
napasnya terengah-engah, segera mulai lakukan RJP.

3. Mulai Penekanan Dada

Penekanan dada dilakukan secara cepat dengan kecepatan minimal 100 kali
per menit, lalu secara kuat, berikan penekanan dengan gaya tekan hingga
sedalam minimal 4 cm pada bayi dan minimal 5 cm pada anak. Lalu pastikan
dada mengembang kembali secara sempurna untuk memungkinkan darah
kembali terisi dahulu pada jantung, minimalisasi interupsi saat penekanan dada,
dan jangan berikan bantuan napas yang berlebihan. Lakukan penekanan pada

permukaan yang datar dan keras.

Untuk kasus bayi, penekanan dada dilakukan pada tulang dada dengan 2
jari, tempatkan jari dibawah garis antara puting bayi. Jangan sampai melakukan
penekanan pada ujung tulang dada dan tulang rusuk.

Gambar 12. Penekanan pada Bayi


Untuk anak, penekanan dada dilakukan pada bagian setengah bawah dari
tulang dada, dengan 1 atau 2 tangan, menggunakan bagian pangkal dari telapak
tangan.
Pada anak, akan lebih baik jika penolong tidak hanya melakukan
penekanan, tetapi juga memberikan napas bantuan. Akan tetapi, jika penolong tidak
terlatih untuk memberikan napas bantuan, maka tidak perlu dilakukan.

4. Buka Jalan Napas dan Beri Napas Bantuan


Pada anak yang tidak sadarkan diri, biasanya lidah menghalangi saluran
pernapasan, oleh karena itu penolong harus membuka jalan napas korban dengan
teknik menengadahkan kepala dan mengangkat dagu seperti pada dewasa.
Lakukan penekanan dada dan bantuan napas secara terkoordinasi. Untuk 1
orang penolong, rasio perbandingan dengan pemberian napas bantuan yang
dilakukan adalah 30:2, dimana setelah dilakukan 30 penekanan terlebih dahulu,
diikuti dengan 2 napas bantuan, sebanyak 5 siklus.Untuk korban anak dan bayi, jika
terdapat 2 penolong yang merupakan tenaga kesehatan yang sudah terlatih untuk
melakukan bantuan hidup dasar dilakukan bantuan dengan perbandingan
penekanan dada dan napas bantuan sebesar 15:2. Untuk bayi, lakukan pemberian
napas dengan teknik mulut penolong ke mulut dan hidung bayi, pastikan
seluruh mulut dan hidung korban tertutup. Untuk anak, lakukan dengan teknik
mulut ke mulut seperti pada orang dewasa. Setiap napas diberikan sekitar 1 detik,
pastikan terdapat kenaikan dada ketika diberikan napas bantuan.

5. Mengaktifkan SPGDT
Jika ada dua penolong, salah satu penolong harus segera mengaktifkan
SPGDT bersamaan dengan Bantuan Hidup Dasar yang dilakukan oleh penolong
yang satu. Pada anak, SPGDT dilakukan setelah melakukan siklus RJP selama 2
menit (5 siklus, di mana masing-masing siklus terdiri dari 30 penekanan dan 2
bantuan napas). Setelah itu, penolong harus kembali dan menggunakan alat kejut
jantung otomatis (AED) jika ada atau melanjutkan RJP. RJP dilakukan hingga
bantuan datang atau korban bernapas secara normal kembali.
Referensi

1. Travers AH, Rea TD, Bobrow BJ, Edelson DP, Berg RA, Sayre MR, et al. Part 4: CPR
Overview: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary

Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation 2010;122; S676-S684

2. Berg RA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF, et al. Part 5:
Adult Basic Life Support: 2010 American Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation

2010;122; S685-S705

3. Butterworth J, Mackey DC, Wasnick J. Morgan and Mikhails Clinical Anesthesiology,


th
5 ed. 2013. McGraw-Hill Medical

4. Berg MD, Schexnayder SM, Chameides L, Terry M, Dooghue A, Hickey RW, et al. Part
13: Pediatric Basic Life Support: 2010 American Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation
2010;122; S862-S875
5. Koster RW, Baubin MA, Bossaert LL, Caballero A, Cassan P, Castren M, et al. European
resuscitation council guidelines for resuscitation 2010 Section 2. Adult basic life support

and use of automated external defibrillator. Resuscitation 81 (2010) 1277 1292

Referensi gambar

1. Travers AH, Rea TD, Bobrow BJ, Edelson DP, Berg RA, Sayre MR, et al. Part 4: CPR
Overview: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary

Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation 2010;122; S676-S684

2. Koster RW, Baubin MA, Bossaert LL, Caballero A, Cassan P, Castren M, et al. European
resuscitation council guidelines for resuscitation 2010 Section 2. Adult basic life support

and use of automated external defibrillator. Resuscitation 81 (2010) 1277 1292


Daftar Tilik Bantuan Hidup Dasar Dewasa

No Proses yang Dilakukan ()

1 Amankan diri dan lokasi serta perkenalkan diri

2 Memakai perlengkapan perlindungan diri (sarung tangan, pelindung wajah)

Mengecek apakah korban bernapas terengah-engah atau tidak bernapas dan


3
kesadaran korban.

Jika tidak bernapas atau tidak sadar, lakukan RJP selama 2 menit (5 siklus)
yang terdiri atas 30 kali penekanan pada dada dan 2 kali bantuan
napas Penekanan dada
Penekanan dada pada anak-anak sama seperti orang dewasa atau
hanya menggunakan 1 tangan
Penekanan dada pada bayi menggunakan kedua ibu jari jika
menggunakan dua tangan atau jari telunjuk dan jari tengah jika
menggunakan satu tangan
Prinsip: Tekan kuat, tekan cepat, mengembang sempurna, dan
interupsi minimal Bantuan Napas
jalan napas korban dengan teknik menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu
korban anak, jepit hidung korban lalu berikan napas bantuan 2 kali
masing- masing sekitar 1 detik melalui mulut penolong ke mulut
korban
korban bayi, berikan napas bantuan 2 kali masing-masing sekitar 1
detik melalui mulut penolong ke mulut dan hidung korban
Lihat dada korban saat memberikan napas bantuan

4 Minta bantuan Aktifkan SPGDT

Memasang alat kejut jantung otomatis (AED) pada dada korban, lakukan
5
sesuai instruksi alat

6 Resusitasi jantung paru sesuai instruksi alat


7 Melakukan posisi pemulihan jika korban bernapas kembali

8 Seluruh langkah dilakukan secara berurutan

Materi: Tersedak

Tersedak atau tersumbatnya saluran napas dengan benda asing dapat menjadi
penyebab kematian. Biasanya saat seseorang mengalami tersedak, orang lain dapat
membantu saat korban masih sadar. Penanganan yang dilakukan biasanya berhasil dan
tingkat kelangsungan hidupdapat mencapai 95%.
Pada orang dewasa, tersedak paling sering terjadi ketika makanan tidak dikunyah
sempurna, serta makan sambil berbicara atau tertawa. Pada anak-anak, penyebab tersedak
adalah tidak dikunyahnya makanan dengan sempurna dan makan terlalu banyak pada satu
waktu. Selain itu, anak-anak juga sering memasukkan benda- benda padat kecil ke dalam
mulutnya.
Karena pengenalan tanda-tanda tersedak merupakan kunci dari keberhasilan
penanganan, penting bagi kita untuk dapat membedakan tersedak dengan pingsan,
serangan jantung, kejang, atau keadaan-keadaan lain yang juga dapat menyebabkan
kesulitan bernapas tiba-tiba, kebiruan, dan hilang kesadaran.
Benda asing dapat menyebabkan penyumbatan yang ringan atau berat. Penyelamat
harus segera melakukan penanganan jika korban tersedak menunjukkan tanda-tanda
penyumbatan yang berat yaitu tanda-tanda pertukaran udara yang buruk dan kesulitan
bernapas, antara lain batuk tanpa suara, kebiruan, dan ketidakmampuan untuk berbicara
atau bernapas. Korban dapat sambil memegang atau mencengkeram lehernya. Hal itu
merupakan tanda umum dari tersedak. Segera tanyakan, Apa anda tersedak? Jika korban
mengiyakan dengan bersuara dan masih dapat bernapas, ini dapat menunjukkan korban

mengalami sumbatan saluran napas yang ringan.

Jika korban mengiyakan dengan

menganggukkan kepalanya tanpa berbicara, ini

dapat menunjukkan korban mengalami


sumbatan saluran napas yang berat. Pada bayi yang tersedak, harus diperhatikan apakah

ada perubahan sikap bayi tersebut karena mereka belum bisa melakukan tanda umum

tersedak. Perubahan yang mungkin terlihat adalah kesulitan bernapas, batuk yang

lemah, dan suara tangisan lemah. Gambar 1. Tanda

umum tersedak
Ketika yang ditemukan adalah tanda-tanda penyumbatan ringan dan korban dapat
batuk, jangan menghalangi proses batuk dan usaha bernapas spontan dari korban. Jika
batuk pada korban menjadi tanpa suara, kesulitan bernapas meningkat, dan disertai suara
napas tidak biasa pada korban, atau jika korban menjadi tidak sadarkan diri yang
merupakan tanda-tanda penyumbatan berat, segera aktivasi SPGDT. Jika terdapat lebih
dari satu penyelamat, satu penyelamat mengaktivasi SPGDT dan satu penyelamat lagi
membantu korban.
Terdapat beberapa manuver yang terbukti efektif untuk menangani tersedak, antara
lain back blow (tepukan di punggung), abdominal thrust (hentakan pada perut) disebut juga
dengan manuver Heimlich, dan chest thrust (hentakan pada dada).
Tepukan di punggung (back blow) dilakukan dengan memberikan lima kali tepukan
di punggung korban. Berikut cara melakukan tepukan di punggung (back blow)
1. Berdiri di belakang korban den sedikit bergeser kesamping

2. Miringkan korban sedikit ke depan dan sangga dada korban dengan salah satu tangan

3. Berikan lima kali tepukan di punggung bagian atas di antara tulang belikat

menggunakan tangan bagian bawah

Namun, untuk mempermudah, jika menemukan orang tersedak disarankan untuk


langsung melakukan manuver hentakan pada perut sampai sumbatan hilang.Yang perlu
diingat adalah manuver hentakan pada perut hanya boleh dilakukan untuk anak berusia
diatas 1 tahun dan dewasa. Manuver hentakan pada perut dapat membuat korban batuk
yang diharapkan cukup kuat untuk menghilangkan sumbatan pada saluran napas.Manuver
hentakan pada perut membuat tekanan (penekanan) pada paru-paru dan memaksa udara
keluar. Udara yang dipaksa keluar juga akan memaksa keluar benda yang membuat korban
tersedak.
Berikut cara melakukan manuver hentakan pada perut:

1. Miringkan korban sedikit ke depan dan berdiri di


belakang korban dan letakkan salah satu kaki di sela

kedua kaki korban.

2. Buat kepalan pada satu tangan dengan tangan lain


menggenggam kepalan tangan tersebut. Lingkarka

tubuh korban dengan kedua lengan kita.

3. Letakkan kepalan tangan pada garis tengah tubuh


korban tepat di bawah tulang dada atau di ulu hati
4. Buat gerakan ke dalam dan ke atas secara cepat dan
kuat untuk membantu korban membatukkan benda
yang menyumbat saluran napasnya. Manuver ini terus
diulang hingga korban dapat kembali bernapas atau

hingga korban kehilangan kesadaran

Gambar 2. Manuver Hentakan pada perut (Heimlich)

Jika korban kehilangan kesadaran, baringkan korban secara perlahan sehingga posisinya
terlentang dan mulai lakukan RJP. Setiap saluran napas dibuka saat RJP, penyelamat harus
memeriksa apakah terdapat benda asing pada mulut korban dan mengambilnya apabila
menemukannya.
Apabila korban tersedak sedang hamil atau mengalami kegemukan, manuver hentakan
pada perut mungkin tidak efektif. Pada keadaaan-keadaan tersebut, dapat dilakukan manuver
hentakan pada dada.

1. Letakkan tangan di bawah ketiak korban


2. Lingkari dada korban dengan lengan kita
3. Letakkan bagian ibu jari pada kepalan di tengah-tengah tulang dada korban (sama
seperti tempat melakukan penekanan dada pada RJP)
4. Genggam kepalan tangan tersebut dengan tangan satunya dan hentakan ke dalam dan
ke atas.
Perlu diketahui bahwa manuver hentakan pada perut tidak direkomendasikan untuk bayi dengan
usia di bawah 1 tahun karena dapat menyebabkan cedera pada organ dalamnya sehingga untuk
mengatasi tersedak dilakukan manuver tepukan di punggung dan hentakan pada dada.

Berikut langkah-langkah manuver tepukan punggung dan hentakan dada pada bayi:
1. Posisikan bayi menelungkup seperti pada

gambar 3 dan lakukan tepukan di punggung

dengan menggunakan pangkal telapak tangan


sebanyak lima kali.
2. Kemudian, dari posisi menelungkup, telapak
tangan kita yang bebas menopang bagian
belakang kepala bayi sehingga bayi berada di
antara kedua tangan kita (tangan satu
menopang bagian belakang kepala bayi,
Gambar 3. Tepukan di punggung pada
dan satunya menopang mulut dan wajah anak dibawah 1 tahun
bayi).
3. Lalu, balikan bayi sehingga bayi berada
pada posisi menengadah dengan telapak
tangan yang berada di atas paha menopang
belakang kepala bayi dan tangan lainnya

bebas seperti pada gambar 4.

4. Lakukan manuver hentakan pada dada


sebanyak lima kali dengan menggunakan Gambar 4. Dorongan pada dada pada
anak dibawah 1 tahun
jari tengah dan telunjuk tangan yang bebas
di tempat yang sama dilakukan penekanan dada saat RJP pada bayi

5. ika korban menjadi tidak sadar, lakukan RJP Jika penyelamat tidak yakin dengan

apa yang harus dilakukan, segera aktivasi

SPGDT, jangan ditunda. Penyelamat mungkin dapat berhasil menghentikan korban


tersedak sebelum bantuan datang namun akan lebih baik jika korban ditangani oleh tenaga
medis. Jika masih terdapat benda asing pada saluran napas, tenaga medis yang datang dapat
melakukan penanganan segera dan membawa korban ke rumah sakit untuk penanganan
lebih lanjut.

Gambar 5. Algoritma pertolongan tersedak


Referensi:

1. Berg CRA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF,
Lerner EB, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care Science Part 5: Adult Basic Life Support. Circulation. 2010;122:S685- S705.

2. Cunha JP. Choking [Internet]. [updated 2014 May 23; cited 2015 Jun 26] Available

at: http://www.emedicinehealth.com/choking/page7_em.htm

3. ECC Guidelines. Part 3: Adult Basic Life Support. Circulation.

2000;102(Supplement 1):I-22-I-59.

4. ECC Guidelines. Part 9: Pediatric Basic Life Support. Circulation.

2000;102(Supplement 1):I-253-I-290.

Referensi Gambar:

1. AHA Guidelines. Part 3: Adult Basic Life Support. Circulation.

2000;102(Supplement 1):I-22-I-59.

2. Medline Plus. Choking [Internet]. [updated 2015 June 24; cited 2015 June 30];

Available at: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/choking.html

3. Berg CRA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF,
Lerner EB, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care Science Part 5: Adult Basic Life Support. Circulation. 2010;122:S685- S705.


Daftar Tilik Tersedak
No Proses yang Dilakukan ()

1 Amankan diri dan lokasi serta perkenalkan diri

2 Memakai perlengkapan perlindungan diri (sarung tangan, faceshield)

3 Periksa kondisinya : tanya: apakah anda tersedak / tercekik ?

Meminta korban untuk batuk


4
Korban dapat batuk dan sadar

Perhatikan apakah korban menjadi batuk tidak bersuara, suara napas


5
abnormal, kesulitan bernapas, dan tidak sadarkan diri

6 Mengaktifkan SPGDT

Melakukan tepukan di punggung (back blow)


Dengan bagian bawah telapak tangan
7
Sebanyak 5 kali
Arah tepukan benar (depan atas)

Melakukan manuver Hentakan pada perut


Korban dimiringkan kedepan
1 kaki di sela kedua kaki korban
8
Kedua lengan penolong merangkul korban dan posisi tangan benar
Arah hentakan benar (arah ke dalam ke atas) Sumbatan jalan napas
berat dan korban sadar

Melakukan Resusitasi jantung paru


9
Sumbatan jalan napas berat dan korban tidak sadarkan diri

Anda mungkin juga menyukai