Bab I-III Tawari Gilda
Bab I-III Tawari Gilda
`BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Keluarga Berencana (KB) nasional telah diawali dan dirancangkan oleh
pemerintah pada tahun 1774. Tujuan dari pemerintah tersebut untuk mengurangi jumlah
penduduk dan juga mengurangi tingkat kematian pada ibu hamil dan bayi yang
dilahirkan. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan
yang diawali oleh wanita (Herti, 2008).
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun demikian tidak selalu diakui demikian.
Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status
kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan
yang tidak diinginkan, kerja sama pasangan dan norma budaya mengenai kemampuan
mempunyai anak (Maryani, 2008).
Secara umum keluarga berencana (KB) dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu,
bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian
sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan
keluarga yang matang, kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan
sehingga akan terhindar dari perubahan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi
(Suratum, 2008)
Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari kontrasepsi
suntik adalah terganggunya pola haid, terlambatnya kembali kesuburan setelah
penghentian pemakaian, peningkatan berat badan. (Saifuddin, 2006)
Penambahan berat badan merupakan salah satu efek samping yang sering dikeluhkan
oleh akseptor KB suntik. Efek samping suatu metode kontrasepsi merupakan suatu faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan keputusan terhadap kelangsungan
pemakaian metode kontrasepsi. Maka perlu di upayakan perlindungan dari efek samping
sekaligus kelestariannya. Efek samping kontrasepsi suntik yang paling tinggi frekuensi
nya yaitu peningkatan berat badan. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas.
1
2
Hipotesa para ahli merangsang pusat pengendali nafsu makan di hypothalamus, yang
menyebabkan akseptor makan lebih dari biasanya. (Hartanto, 2004).
World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa penggunaan kontrasepsi telah
meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di
Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern meningkat dari 54%
pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional ASIA, proporsi
pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern
telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. (WHO, 2014)
Metode kontrasepsi jenis injeksi merupakan kontrasepsi yang paling banyak
digunakan di Indonesia (Surbakti,2010). Di kota besar seperti Jakarta, para akseptor KB
aktif suntik sekitar 36,68%, sedangkan di kota besar seperti Jawa Barat pencapaian
tersebut didapatkan penggunaan suntik sekitar (52.54%) (BKKBN, 2017).
Berdasarkan data profil kesehatan tahun 2015 Provinsi Kalimantan Tengah jumlah
PUS 483.661, jumlah peserta akseptor KB suntik aktif 379.912 (77.95%), jumlah peserta
suntik KB baru sebanyak 62.583 (12,9%)
Dari profil Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya jumlah PUS pada tahun 2015
sebanyak 51.967 orang. Peserta akseptor KB aktif berjumlah 46.852 orang. Dari jumlah
PUS tersebut peserta akseptor KB suntik baru 6.331 orang dan orang dari jumlah PUS
tersebut yang menggunakan akseptor KB suntik sejumlah 19.613 orang.
Berdasarkan laporan tahunan dari Puskesmas Pahandut tahun 2016 jumlah PUS
1.998. Dari jumlah PUS tersebut pada tahun 2016 yang menggunakan kontrasepsi suntik
KB sebanyak 1201 di wilayah Puskesmas Pahandut.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang
Karakteristik Akseptor KB Suntik di Wilayah Puskesmas Pahandut Palangkaraya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik Akseptor KB suntik di wilayah Puskesmas Pahandut?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik akseptor kb suntik di wilayah puskesmas Pahandut
palangka raya.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui umur ibu yang memakai alat kontrasepsi suntik
b. Mengetahui paritas ibu yang memakai alat kontrasepsi suntik
c. Mengetahui pendidikan ibu yang memakai alat kontrasepsi suntik
d. Mengetahui pekerjaan ibu yang memakai alat kontrasepsi suntik
e. Mengetahui penghasilan ibu akseptor suntik KB suntik
3
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Meningkatkan wawasan penulis tentang karakteristik ibu yang memakai
kontrasepsi suntik hingga mampu mengetahui permasalahan kesehatan dari
masyarakat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Kontrasepsi
Kontrasepsi asal kata kontraberarti mencegah atau melawan dan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Berarti kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk
mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat
pula bersifat permanen. Jadi, kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan dengan melalui suntikan hormonal (Vincentia, 2012)
Sejak pada jaman dahulu, di Indonesia pasangan usia subur sudah
menggunakan obat dan jamu yang maksudnya adalah untuk mencegah kehamilan.
Keluarga berencana modern ini di Indonesia sudah dikenal mulai sejak pada tahun
1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan, dan para tokoh
masyarakat yang telah mulai membantu masyarakat memecahkan masalah-
masalah dalam pertumbuhan penduduk, (Sarsanto, 2012).
Syarat-syarat kontrasepsi ideal menurut (Suratun, dkk, 2011) :
1. Dapat dipercaya
2. Tidak menimbulkan efek yang menggangu kesehatan
3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
5. Tidak memerlukan motivasi terus menerus
6. Mudah pelaksanaan nya
7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat
8. Dapat diterima penggunaan nya oleh pasangan yang bersangkutan
Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang
bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan
meningkatkan keluarga untuk memberikan perhatian dan pendidikan yang
maksimal pada anak. (Harnawatiajh, 2010).
Macam-macam metode kontrasepsi tersebut adalah intra uterine devices
(IUD), implant, suntik, kondom, metode operatif untuk wanita (tubektomi),
metode operatif untuk pria (vasektomi),
5 dan kontrasepsi pil (Mansjoer, 2009).
6
3. Jenis KB Suntik
Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia
a. Menurut Saifuddin, (2010) suntikan 3 bulan :
Suntikan yang mengandung progestin yaitu Depo provera 150mg, depo
provera berisi progestin mengandung 150 mg DMPA (Depo Medroxy
7
5. Efektivitas
Kontrasepsi suntikmemiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan
per100 perempuan dalam satu tahun pemakaian (BKKBN, 2013). Kegagalan
yang terjadi pada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan akseptor untuk
datang pada jadwal yang telah ditetapkan atau teknik penyuntikan yang salah,
injeksi harus benar-benar intragluteal (Baziad, 2012).
6. Keuntungan Kontrasepsi
Keuntungan kontrasepsi suntik menurut BKKBN (2013) :
a. Sangat efektif.
8
7. Kerugian Kontrasepsi
Keterbatasan penggunaan suntik menurut BKKBN (2013) :
a. Sering ditemukan ganguan haid.
b. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
c. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan.
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
e. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B dan virus HIV.
f. Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan lipid serum.
9
g.
8. Indikasi
Indikasi pada pengguna suntik menurut BKKBN (2013) :
a. Wanita usia reproduktif.
b. Wanita yang telah memiliki anak.
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f. Setelah abortus dan keguguran.
g. Memiliki banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi.
h. Masalah gangguan pembekuan darah.
i. Menggunakan obat epilepsy dan tuberculosis.
9. Kontraindikasi
Menurut BKKBN (2013), kontra indikasi pada pengguna suntik yaitu :
a. Hamil atau dicurigai hamil.
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
d. Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara.
e. Penderita diabetes mellitus disertai komplikasi.
Usia adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan (Depdiknakes, 2015). Usia
yang dimaksud disini adalah usia akseptor KB. Usia mempengaruhi akseptor
dalam penggunaan alat kontrasepsi. Dari faktor-faktor usia dapat ditentukan fase-
fase. Usia kurang 20 tahun; fase menunda kehamilan, usia antara 20-35 tahun;
fase menjarangkan kehamilan. Usia antara 35 tahun lebih; fase mengakhiri
kehamilan (Hartanto, 2014). Umur atau usia merupakan faktor terpenting karena
fertilitas menurun setelah usia 31 tahun. Umur merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi status kesehatan reproduksi. Ibu yang masih muda relative belum
mengetahui apa manfaat kontrasepsi dan golongan yang lebih tua akan lebih
mudah mengalami komplikasi dalam penggunaan alat kontrasepsi. Dimana
seorang ibu yang berusia lebih dari 35 tahun sudah beresiko untuk menggunakan
alat kontrasepsi suntik (Saifuddin, 2012).
dan metabolik biasanya meningkat, oleh karena itu sebaiknya tidak diberikan cara
kontrasepsi yang menambah kelainan tersebut (Hartanto, 2013).
2. Paritas
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, begitu juga dengan
ibu rumah tangga, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap keluarga,
pekerjaan dari peserta KB dan suami akan mempengaruhi pendapatan dan status
ekonomi keluarga. Status pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam
KB karena adanya faktor pengaruh lingkungan pekerjaan mendorong seorang
menjadi akseptor KB, sehingga secara tidak langsung akan memengaruhi dalam
status pemakaian kontrasepsi (Wulandari, 2014).
13
5. Penghasilan
6. Dukungan Suami
Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi
pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. Suami adalah pasangan
hidup istri (ayah dari anak-anak), suami mempunyai suatu tanggung jawab yang
penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting,
dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami
sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk
merencanakan keluarga (Chaniago, 2011).
Siegel dalam Referensi Kesehatan (2015) yang menyatakan bahwa dukungan
sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki
harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan
kewajiban bersama. Dari beberapa definisi, dapat ditarik kesimpulan bahwa
dukungan social merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan
kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu
tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan
anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama.
Sumber dari dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi
dengan individu sehingga individu tersebut dapat merasakankenyamanan secara fisik
dan psikologis. Orang lain ini terdiri dari pasanganhidup, orang tua, saudara, anak,
kerabat, teman, rekan kerja, staf medis sertaanggota dalam kelompok kemasyarakatan
(Referensi Kesehatan, 2008). Faktor yang berhubungan langsung dengan pemakaian
kontrasepsi lainnya adalah persepsi ibu. Persepsi ibu dan berbagai dukungan
14
7. Efek Samping
a. Tidak mengalami haid (amenore)
C . Kerangka Teori
Umur
Paritas
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Dukungan
Pengertian
suami
Efek samping Kontrasepsi
Pengertian
Kontrasepsi Suntik
Jenis KB suntik
Cara Kerja
Kontrasepsi suntik
Efektivitas
Keuntungan
Kontrasepsi
Kerugian
Kontrasepsi
TeoriIndikasi
Gambar 1. Kerangka
Kontraindikasi
Efek samping
Jenis Akseptor
Keluarga Berencana
C. Kerangka Konsep
UMUR
VARIABEL INDEPENDEN VARIABE DEPENDEN
PARITAS
PENDIDIKAN
PEKERJAAN
PENGHASILAN
DUKUNGAN SUAMI
EFEK SAMPING
17
AKSEPTOR KB SUNTIK
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif. Penelitian
Deskritif adalah sebuah kegiatan yang menunjukkan untuk mengetahui kinerja
sebuah transformasi. Desain penelitian ini adalah penelitian Deskriptif (non
18
eksperimental), pengumpulan data pada tiap subjeck hanya dilakukan sekali saja
dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variable secara operasional
berdasarkan karakteristik yang di amati yang memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena. (Hidayat, 2012).
18
19
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan peneliti
sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.
Jumlah sampel pada penelitian ini dihitung dengan rumus Lemeshow dikarenakan
jumlah populasi yang belum diketahui (Sastroasmoro andIsmael 2014)
2
Z a . pq
n= 2
d
21
2
1,9 6 . 0,5.0,5
n= 2
0, 1
Keterangan :
= Tingkat kemaknaan ditetapkan sebesar 5%
Za = 1,96
p = proporsi variable yang diteliti
q = 1-p
d = presisi
Kriteria Eksklusi adalah akseptor kb suntik yang tidak bersedia menjadi sampel
dalam penelitian.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau terikat sering juga disebut variable criteria, respond an
output (hasil). Variabel dependen merupakan variable yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variable independent (bebas). Kontrasepsi suntik 3
bulan (Arikunto, 2013).
22
2. Variabel Independen
Variabel bebas atau independent sering disebut juga variable predictor, stimulus,
input, antecendent atau variable yang mempengaruhi. Variabel bebas merupakan
variable yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variable dependen (terikat).
Sehingga variable independent dapat dikatakan sebagai variable yang mempengaruhi
(Arikunto, 2013).
a. Umur
b. Pendidikan
c. Paritas
d. Penghasilan
e. Dukungan Suami
f. Efek Samping
G. Etika Penelitian
Untuk dapat melakukan penelitian ini diperlukan ijin dari pihak yang berwenang,
dimana ijin penelitian ini didapat dari Institusi Politeknik Kesehatan Palangka Raya,
Surat Pengantar dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah untuk mengeluarkan
surat izin penelitian kepada kepala Puskesmas Pahandut Palangkaraya.
Setelah mendapatkan persetujuan izin penelitian, maka peneliti mulai melakukan
penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi :
23
H. Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pada penelitian ini, penulis merencanakan pengolahan data menggunakan metode
penelitian deskriptif. Setelah semua data terkumpul, data tersebut diolah secara
manual, dan dilakukan penyusunan data dengan memuaskan data yang diperlukan
sesuai variable yang diteliti. Kemudian data tersebut diklasifikasikan berdasarkan
tujuan penelitian.
2. Analisa Data
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat yaitu
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti
(Notoatmodjo, 2015). Data diolah dan dianalisis hanya secara univariat yang
dilakukan terhadap variabel hasil penelitian, data di sajikan dalam bentuk table yang
berisi frekuensi dan kemudian dihitung presentasenya.
Caranya yaitu dengan membuat frekuensi kejadian (f) dengan populasi (n) dan
dikali 100% dengan rumus sebagai berikut :
P=fx X 100
n
Keterangan :
f : Jumlah anak kejadian
n : Seluruh sampel yang akan disajikan
p : Persentase
Hasil perhitungan persentase ditampilkan dalam bentuk narasi, diagram batang,
diagram pie dan table distribusi frekuensi.