Anda di halaman 1dari 23

1

`BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Keluarga Berencana (KB) nasional telah diawali dan dirancangkan oleh
pemerintah pada tahun 1774. Tujuan dari pemerintah tersebut untuk mengurangi jumlah
penduduk dan juga mengurangi tingkat kematian pada ibu hamil dan bayi yang
dilahirkan. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan
yang diawali oleh wanita (Herti, 2008).
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun demikian tidak selalu diakui demikian.
Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status
kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan
yang tidak diinginkan, kerja sama pasangan dan norma budaya mengenai kemampuan
mempunyai anak (Maryani, 2008).
Secara umum keluarga berencana (KB) dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu,
bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian
sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan
keluarga yang matang, kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan
sehingga akan terhindar dari perubahan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi
(Suratum, 2008)
Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari kontrasepsi
suntik adalah terganggunya pola haid, terlambatnya kembali kesuburan setelah
penghentian pemakaian, peningkatan berat badan. (Saifuddin, 2006)
Penambahan berat badan merupakan salah satu efek samping yang sering dikeluhkan
oleh akseptor KB suntik. Efek samping suatu metode kontrasepsi merupakan suatu faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan keputusan terhadap kelangsungan
pemakaian metode kontrasepsi. Maka perlu di upayakan perlindungan dari efek samping
sekaligus kelestariannya. Efek samping kontrasepsi suntik yang paling tinggi frekuensi
nya yaitu peningkatan berat badan. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas.

1
2

Hipotesa para ahli merangsang pusat pengendali nafsu makan di hypothalamus, yang
menyebabkan akseptor makan lebih dari biasanya. (Hartanto, 2004).
World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa penggunaan kontrasepsi telah
meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di
Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern meningkat dari 54%
pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional ASIA, proporsi
pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern
telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. (WHO, 2014)
Metode kontrasepsi jenis injeksi merupakan kontrasepsi yang paling banyak
digunakan di Indonesia (Surbakti,2010). Di kota besar seperti Jakarta, para akseptor KB
aktif suntik sekitar 36,68%, sedangkan di kota besar seperti Jawa Barat pencapaian
tersebut didapatkan penggunaan suntik sekitar (52.54%) (BKKBN, 2017).
Berdasarkan data profil kesehatan tahun 2015 Provinsi Kalimantan Tengah jumlah
PUS 483.661, jumlah peserta akseptor KB suntik aktif 379.912 (77.95%), jumlah peserta
suntik KB baru sebanyak 62.583 (12,9%)
Dari profil Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya jumlah PUS pada tahun 2015
sebanyak 51.967 orang. Peserta akseptor KB aktif berjumlah 46.852 orang. Dari jumlah
PUS tersebut peserta akseptor KB suntik baru 6.331 orang dan orang dari jumlah PUS
tersebut yang menggunakan akseptor KB suntik sejumlah 19.613 orang.
Berdasarkan laporan tahunan dari Puskesmas Pahandut tahun 2016 jumlah PUS
1.998. Dari jumlah PUS tersebut pada tahun 2016 yang menggunakan kontrasepsi suntik
KB sebanyak 1201 di wilayah Puskesmas Pahandut.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang
Karakteristik Akseptor KB Suntik di Wilayah Puskesmas Pahandut Palangkaraya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik Akseptor KB suntik di wilayah Puskesmas Pahandut?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik akseptor kb suntik di wilayah puskesmas Pahandut
palangka raya.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui umur ibu yang memakai alat kontrasepsi suntik
b. Mengetahui paritas ibu yang memakai alat kontrasepsi suntik
c. Mengetahui pendidikan ibu yang memakai alat kontrasepsi suntik
d. Mengetahui pekerjaan ibu yang memakai alat kontrasepsi suntik
e. Mengetahui penghasilan ibu akseptor suntik KB suntik
3

f. Mengetahui dukungan suami pada ibu akseptor KB suntik

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Meningkatkan wawasan penulis tentang karakteristik ibu yang memakai
kontrasepsi suntik hingga mampu mengetahui permasalahan kesehatan dari
masyarakat.
4

2. Bagi wilayah Puskesmas Pahandut


Untuk mengatahui sejauh mana Akseptor KB mengenal dan
menggunakankontrasepsi suntik
3. Bagi Instansi Pendidikan
Tersedianya bukti bahwa peneliti telah menyelesaikan tugas akhir sebagai salah
satu syarat menyelesaikan pendidikan DIII Di Politeknik Kesehatan Palangkaraya
Jurusan Kebidanan dan dapat menjadi bahan bacaan untuk mahasiswa lain serta
sebagai contoh pembuatan karya tulis selanjutnya dan sebagai penambahan
pengetahuan bagi institusi kesehatan.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Kontrasepsi
Kontrasepsi asal kata kontraberarti mencegah atau melawan dan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Berarti kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk
mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat
pula bersifat permanen. Jadi, kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan dengan melalui suntikan hormonal (Vincentia, 2012)
Sejak pada jaman dahulu, di Indonesia pasangan usia subur sudah
menggunakan obat dan jamu yang maksudnya adalah untuk mencegah kehamilan.
Keluarga berencana modern ini di Indonesia sudah dikenal mulai sejak pada tahun
1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan, dan para tokoh
masyarakat yang telah mulai membantu masyarakat memecahkan masalah-
masalah dalam pertumbuhan penduduk, (Sarsanto, 2012).
Syarat-syarat kontrasepsi ideal menurut (Suratun, dkk, 2011) :
1. Dapat dipercaya
2. Tidak menimbulkan efek yang menggangu kesehatan
3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
5. Tidak memerlukan motivasi terus menerus
6. Mudah pelaksanaan nya
7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat
8. Dapat diterima penggunaan nya oleh pasangan yang bersangkutan
Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang
bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan
meningkatkan keluarga untuk memberikan perhatian dan pendidikan yang
maksimal pada anak. (Harnawatiajh, 2010).
Macam-macam metode kontrasepsi tersebut adalah intra uterine devices
(IUD), implant, suntik, kondom, metode operatif untuk wanita (tubektomi),
metode operatif untuk pria (vasektomi),
5 dan kontrasepsi pil (Mansjoer, 2009).
6

Semua metode kontrasepsi mempunyai efek samping (akibat pemakaian KB,


bukan gejala suatu penyakit), yang harus diketahui oleh pemakai (akseptor)
sebelum memakainya. Kontrasepsi suntikan di Indonesia merupakan salah
satu kontrasepsi yang paling popular. Kontrasepsi suntikan terdiri dari dua
jenis yaitu suntikan 1 bulan dengan suntikan 3 bulan (Prawirohardjo, 2013).
2. Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik diberikan pada daerah bokong tepatnya di 1/3 SIAS,
suntikan diberikan secara intramuscular (Johnson, 2014). Progestin atau
medroxyprogesterone di injeksikan oleh tenaga kesehatan setiap 3 bulan sekali
dan estradiol sipionat di injeksikan setiap 1 bulan sekali.
Progestin mengganggu siklus menstruasi, sekitar sepertiga wanita yang
menggunakan kontrasepsi ini tidak mengalami menstruasi selama 3 bulan setelah
injeksi pertama. Sedangkan sepertiga lainnya mengalami perdarahan tidak teratur
dan bercak selama lebih dari 11 hari setiap bulannya. Setelah kontrasepsi ini
digunakan selama beberapa waktu, perdarahan yang tidak teratur semakin jarang
terjadi. Setelah 2 tahun, sebanyak 70% wanita tidak akan mengalami perdarahan
sama sekali. Ketika injeksi dihentikan, menstruasi kembali teratur dalam waktu 6
bulan pada separuh wanita dan dalam waktu 1 tahun bagi tiga perempat wanita
lainnya. Kesuburan mungkin saja belum kembali seperti semula sampai 1 tahun
setelah injeksi dihentikan (Sarsanto, 2012).
Efek samping yang bias muncul meliputi penambahan berat badan, sakit
kepala, menstruasi tidak teratur atau tidak menstruasi dan menurunnya kepadatan
tulang untuk sementara waktu, amenore, menoragia dan spotting. Biasanya,
kepadatan tulang akan kembali seperti semula setelah injeksi dihentikan. Orang
yang mendapatkan suntikan kontrasepsi hormonal, terutama wanita muda harus
mengkonsumsi suplemen kalsium dan vitamin D setiap hari untuk membantu
memelihara kepadatan tulang (Hanifa, 2014).

3. Jenis KB Suntik
Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia
a. Menurut Saifuddin, (2010) suntikan 3 bulan :
Suntikan yang mengandung progestin yaitu Depo provera 150mg, depo
provera berisi progestin mengandung 150 mg DMPA (Depo Medroxy
7

Progesterone Asetat) dan Noriserat 200mg, noriserat berisi progesterone


mengandung 150mg norethidrone enanthate (Saifuddin, 2010)
b. Menurut Saifuddin, (2010) Suntikan 1 bulan : contoh cyclofem
Suntikan cyclofem adalah suntikan kombinasi 25mg MPA (medroxy
progesterone acetate) dan 5mg EC (Estradiol cypionate) dimana tiap ml
suspense dalam air mengandung medroxy progesterone acetate 50mg dan
Estradiol cypionate 10mg.

4. Cara Kerja Kontrasepsi Suntik


Cara kerja kontrasepsisuntikan menurut Hartanto (2014) :
a. Primer
Mencegah ovulasi
Kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH)
menurun serta tidak terjadi lonjakan LH. Pada pemakaian kontrasepsi suntik,
endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang
tidak aktif. Dengan pemakaian jangka lama endometrium bisa menjadi
semakin sedikit sehingga hampir tidak didapatkan jaringan bila dilakukan
biopsi, tetapi perubahan tersebut akan kembali normal dalam waktu 90 hari
setelah suntikan berakhir.
b. Sekunder
1) Lendir servik menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan
barier terhadap spermatozoa.
2) Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari
ovum yang telah dibuahi.
3) Mungkin mempengaruhi kecepatan transportasi ovum didalam
tuba falopi.

5. Efektivitas
Kontrasepsi suntikmemiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan
per100 perempuan dalam satu tahun pemakaian (BKKBN, 2013). Kegagalan
yang terjadi pada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan akseptor untuk
datang pada jadwal yang telah ditetapkan atau teknik penyuntikan yang salah,
injeksi harus benar-benar intragluteal (Baziad, 2012).

6. Keuntungan Kontrasepsi
Keuntungan kontrasepsi suntik menurut BKKBN (2013) :
a. Sangat efektif.
8

b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.


c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
d. Sedikit efek samping.
e. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
f. Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai
perimenopause.
g. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
h. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
i. Mencegah beberapa penyakit radang panggul.

7. Kerugian Kontrasepsi
Keterbatasan penggunaan suntik menurut BKKBN (2013) :
a. Sering ditemukan ganguan haid.
b. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
c. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan.
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
e. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B dan virus HIV.
f. Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan lipid serum.
9

g.
8. Indikasi
Indikasi pada pengguna suntik menurut BKKBN (2013) :
a. Wanita usia reproduktif.
b. Wanita yang telah memiliki anak.
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f. Setelah abortus dan keguguran.
g. Memiliki banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi.
h. Masalah gangguan pembekuan darah.
i. Menggunakan obat epilepsy dan tuberculosis.

9. Kontraindikasi
Menurut BKKBN (2013), kontra indikasi pada pengguna suntik yaitu :
a. Hamil atau dicurigai hamil.
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
d. Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara.
e. Penderita diabetes mellitus disertai komplikasi.

10. Efek Samping


Efek samping yang sering ditemukan menurut Baziad (2012) :
a. Mengalami gangguan haid seperti amenore.
b. Penambahan berat badan.
c. Perdarahan/perdarahan bercak (spotting)
d. Mual/pusing/muntah
10

11. Jenis Akseptor Keluarga Berencana


Akseptor KB baru adalah pasangan usia subur (PUS) yang pertama kali
menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan
keguguran atau kelahiran.
Akseptor KB lama adalah pasangan usia subur (PUS) yang melakukan
kunjungan ulang termasuk pasangan usia subur yang menggunakan alat
kontrasepi kemudian pindah atau ganti ke cara atau alat yang lain atau mereka
yang pindah klinik baik menggunakan cara yang sama atau cara (alat) yang
berbeda. (Handayani, 2014).

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Penggunaan Kontrasepsi Suntik


Antara Lain :
1. Umur

Usia adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan (Depdiknakes, 2015). Usia
yang dimaksud disini adalah usia akseptor KB. Usia mempengaruhi akseptor
dalam penggunaan alat kontrasepsi. Dari faktor-faktor usia dapat ditentukan fase-
fase. Usia kurang 20 tahun; fase menunda kehamilan, usia antara 20-35 tahun;
fase menjarangkan kehamilan. Usia antara 35 tahun lebih; fase mengakhiri
kehamilan (Hartanto, 2014). Umur atau usia merupakan faktor terpenting karena
fertilitas menurun setelah usia 31 tahun. Umur merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi status kesehatan reproduksi. Ibu yang masih muda relative belum
mengetahui apa manfaat kontrasepsi dan golongan yang lebih tua akan lebih
mudah mengalami komplikasi dalam penggunaan alat kontrasepsi. Dimana
seorang ibu yang berusia lebih dari 35 tahun sudah beresiko untuk menggunakan
alat kontrasepsi suntik (Saifuddin, 2012).

Periode umur wanita di atas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun sebaiknya


mengakhiri kehamilan setelah mempunyai 2 orang anak. Sehingga pilihan utama alat
kontrasepsinya adalah kontrasepsi mantap misalnya vasektomi atau tubektomi karena
kontrasepsi ini dapat dipakai untuk jangka panjang dan tidak menambah kelainan yang
sudah ada. Pada masa usia tua kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan
11

dan metabolik biasanya meningkat, oleh karena itu sebaiknya tidak diberikan cara
kontrasepsi yang menambah kelainan tersebut (Hartanto, 2013).

2. Paritas

Hubungan antara paritas dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang menunjukkan


tidak ada hubungan antara paritas dengan pemilihan jenis kontrasepsi. Hasil
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya oleh (Angoi, 2012) di
Semarang yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas
(jumlah anak) dengan pemilihan kontrasepsi (Handayani S,2010) dari kedua
penelitian tersebut tampak bahwa tidak selalu berhubungan antara faktor jumlah anak
dengan pemilihan kontrasepsi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik dan
jumlah responden dari tiap penelitian. Paritas atau jumlah anak harus di perhatikan
setiap keluarga karena semakin banyak anak semakin banyak pula tanggungan kepala
keluarga dalam mencukupi kebutuhan hidup, selain itu juga harus menjaga kesehatan
reproduksi karena semakin sering melahirkan semakin rentan terhadap kesehatan ibu
(Hartanto, 2013)

3. Pendidikan

Menurut Bouge dalam Lucas (1990) menyatakan bahwa pendidikan menunjukkan


pengaruh yang lebih kuat terhadap fertilitas daripada variabel lain. Pendidikan
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi
seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam
KB. Ini disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih luas
pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan tata cara kehidupan baru (BKKBN,
2012). Hubungan antara pendidikan dengan pola pikir, persepsi dan perilaku
masyarakat memang sangat signifikan, dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan.
Peningkatan tingkat pendidikan akan menghasilkan tingkat kelahiran yang rendah
karena pendidikan akan mempengaruhi persepsi negatif terhadap nilai anak dan akan
menekan adanya keluarga besar.
12

Dalam hubungan dengan pemakaian kontrasepsi pendidikan akseptor dapat


mempengaruhi dalam hal pemilihan jenis kontrasepsi yang secara tidak langsung
akan mempengaruhi kelangsungan pemakaiannya. Penelitian menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan yang dimiliki mempunyai pengaruh yang kuat pada perilaku
reproduksi dan penggunaan alat kontrasepsi. Berdasarkan SDKI 2002-2003,
pemakaian alat kontrasepsi meningkat sejalan dengan tingkat pendidikan. Sebesar 50-
45% wanita yang tidak sekolah menggunakan cara kontrasepsi modern, sedangkan
wanita berpendidikan menengah atau lebih tinggi yang menggunakan cara
kontrasepsi modern sebanyak 58%. Jadi, secara umum semakin tinggi tingkat
pendidikan wanita, semakin besar kemungkinannya memakai alat/cara KB modern.
(BKKBN, 2013).

4. Pekerjaan

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, begitu juga dengan
ibu rumah tangga, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap keluarga,
pekerjaan dari peserta KB dan suami akan mempengaruhi pendapatan dan status
ekonomi keluarga. Status pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam
KB karena adanya faktor pengaruh lingkungan pekerjaan mendorong seorang
menjadi akseptor KB, sehingga secara tidak langsung akan memengaruhi dalam
status pemakaian kontrasepsi (Wulandari, 2014).
13

5. Penghasilan

Pendapatan adalah merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor


produksi dalam jangka waktu tertentu.
Dengan penghasilan yang memadai masyarakat lebih cenderung untuk
memperhatikan penggunaan alat kontrasepsi yang lebih baik dan ekonomis. Dengan
demikian pendapatan merupakan faktor penting yang paling menentukan keberhasilan
program keluarga berencana.

6. Dukungan Suami

Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi
pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. Suami adalah pasangan
hidup istri (ayah dari anak-anak), suami mempunyai suatu tanggung jawab yang
penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting,
dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami
sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk
merencanakan keluarga (Chaniago, 2011).
Siegel dalam Referensi Kesehatan (2015) yang menyatakan bahwa dukungan
sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki
harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan
kewajiban bersama. Dari beberapa definisi, dapat ditarik kesimpulan bahwa
dukungan social merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan
kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu
tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan
anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama.
Sumber dari dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi
dengan individu sehingga individu tersebut dapat merasakankenyamanan secara fisik
dan psikologis. Orang lain ini terdiri dari pasanganhidup, orang tua, saudara, anak,
kerabat, teman, rekan kerja, staf medis sertaanggota dalam kelompok kemasyarakatan
(Referensi Kesehatan, 2008). Faktor yang berhubungan langsung dengan pemakaian
kontrasepsi lainnya adalah persepsi ibu. Persepsi ibu dan berbagai dukungan
14

terhadappemakaian alat kontrasepsi terutama suami ataupun masyarakat


akanberpengaruh terhadap klien.
Suami dihubungan dengan orang terdekatdengan pasangannya dan masyarakat
dihubungkan dengan norma yangdianut klien dalam hidup dimasyarakat. Penelitian
yang dilakukan dibeberapa negara akan peran suami dalam keluarga berencana antara
lain :
Duong dkk melakukan penelitian di Mexico akan pengaruh suami
dalampenggunaan alat kontrasepsi pada wanita. Penelitian ini menunjukan
bahwa33% wanita menolak memakai alat kontrasepsi setelah pasca
persalinandisebabkan tidak terdapat dukungan dari suami. Penelitian yang
dilakukanMistik dkk di negara Turki juga menyebutkan bahwa 27% suami,
tidakmenghendaki istri mereka menggunakan IUD dan 32% tidak setuju jikaistrinya
menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Berbeda dengan penelitianyang dilakukan
di Iran, yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan suamiadalah faktor yang paling
berpengaruh dalam menggunaan metodekontrasepsi. Dalam kenyataannya dengan
melibatkan suami pada saat konseling keluarga berencana akan membantu dalam
pengambilankeputusan dan mendorong istri mereka dalam pemakaian alat kontrasepsi
(Maryatun, 2012).

7. Efek Samping
a. Tidak mengalami haid (amenore)

Amenore dibedakan menjadi dua yaitu amenore primer merupakan masa


remaja kurang dari 16 tahun belum pernah mengalami mens atau belum
menampakkan tanda-tanda fisik seksual sekunder, sedangkan amenore sekunder
bila wanita sudah mengalami menstruasi namun kemudian tidak mengalami
menstruasi dalam waktu 3-6 bulan (Varney,2006).
15

b. Perdarahan berupa tetesan atau bercak-bercak(spotting)

Perdarahan bercak merupakan keluhan atau gejala yang akan menurun


dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2001).Perdarahan diluar siklus
haid (metrorarghia). Bila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur atau jika
terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi, istilah
metroragi digunakan untuk menggambarkan keadaan tersebut (Varney, 2006).

c. Perubahan Berat Badan


Kenaikan berat badan rata-rata untuk setiap tahun bervariasi antara 2,3-2,9
kg.Berat Badan berkurang/turun. Setiap tahun rata-rata penurunan berat badan
antara 1,6-1,9kg. Kenaikan berat badan, kemungkinan disebabkan karena hormon
progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak,
sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon progesteron juga
menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya
pemakaian suntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah.
16

C . Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi AKSEPTOR KB SUNTIK

Umur
Paritas
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Dukungan
Pengertian
suami
Efek samping Kontrasepsi
Pengertian
Kontrasepsi Suntik
Jenis KB suntik
Cara Kerja
Kontrasepsi suntik
Efektivitas
Keuntungan
Kontrasepsi
Kerugian
Kontrasepsi
TeoriIndikasi
Gambar 1. Kerangka
Kontraindikasi
Efek samping
Jenis Akseptor
Keluarga Berencana

C. Kerangka Konsep
UMUR
VARIABEL INDEPENDEN VARIABE DEPENDEN
PARITAS

PENDIDIKAN

PEKERJAAN

PENGHASILAN

DUKUNGAN SUAMI

EFEK SAMPING
17

AKSEPTOR KB SUNTIK

Gambar 2. Kerangka Konsep

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif. Penelitian
Deskritif adalah sebuah kegiatan yang menunjukkan untuk mengetahui kinerja
sebuah transformasi. Desain penelitian ini adalah penelitian Deskriptif (non
18

eksperimental), pengumpulan data pada tiap subjeck hanya dilakukan sekali saja
dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek.

B. Tempat dan Waktu


1. Tempat
Tempat penelitian di wilayah Puskesmas Pahandut Palangkaraya
2. Waktu
Waktu Penelitian direncanakan dimulai dari Agustus sampai September2017

C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variable secara operasional
berdasarkan karakteristik yang di amati yang memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena. (Hidayat, 2012).

18
19

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Cara Alat Hasil pengukuran Skala


mengukur ukur ukur
1 Akseptor Orang yang menerima Wawancara Format 1.akseptor KB 1 Nominal
suntik KB serta mengikuti dan isian bulan
melaksanakan program 2.akseptor KB 3
keluarga berencana bulan
2 Umur Lama waktu hidup Wawancara Format 1 . 20 thn Ordinal
(dalam tahun) sampai isian 2 . 20 35 thn
melahirkan yang tercatat 3 .> 35 thn
dalam rekam medik.
3 Paritas Jumlah atau seringnya Wawancara Format 1.Primipara Ordinal
ibu melahirkan anak, isian 2.Multipara
yang tercatat 3.Grandemulti
4. Pendidikan Jenjang pendidikan Wawancara Format 1.Tidak sekolah Ordinal
formal terakhir yang isian 2.Pendidikan Dasar
dicapai dan mendapat (SD)
ijasah 3.Pendidikan
menangah (SMP)
4.Pendidikan Atas
(SMA)
5.Pendidikan tinggi
5. Pekerjaan Kegiatan ibu untuk Wawancara Format 1.PNS Nominal
memperoleh isian 2.Swasta
penghasilan dalam 3.Wirausaha
membiayai kehidupan 4.IRT
sehari-hari
6. Penghasilan Penghasilan keluarga Wawancara Format 1.<Rp.2.300.000,- Ordinal
adalah penghasilan isian 2.Rp.2.300.000,-
dalam bentuk mata uang
20

rupiah yang di dapat


baik dalam perhari
maupun perbulan.
7. Dukungan Dukungan ini Wawancara Format 1.Mendukung, Ordinal
Suami merupakan bentuk isian 2.Tidak mendukung
partisipasi suami dan
keluarga dlm bentuk
dukungan supaya
menggunakan
alat kontrasepsi suntik
8. Efek Suatu dampak atau Wawancara Format 1.Ada Ordinal
Samping pengaruh yang isian 2.Tidak ada
merugikan dan tidak
diinginkan pada
penggunaan kontrasepsi

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut populasi atau studi sensus.
Populasi dalam penelitian ini adalah akseptor KB yang menggunakan kontrasepsi
suntik di wilayah Puskesmas Pahandut pada bulan September-oktober 2017.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan peneliti
sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.
Jumlah sampel pada penelitian ini dihitung dengan rumus Lemeshow dikarenakan
jumlah populasi yang belum diketahui (Sastroasmoro andIsmael 2014)

2
Z a . pq
n= 2
d
21

2
1,9 6 . 0,5.0,5
n= 2
0, 1

n = 96,04 di bulatkan menjadi 97

Keterangan :
= Tingkat kemaknaan ditetapkan sebesar 5%
Za = 1,96
p = proporsi variable yang diteliti
q = 1-p
d = presisi

Berdasarkan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel adalah 97 akseptor kb


suntik. Pengambilan sampel akan dilakukan dengan consecutive sampling yaitu
semua akseptor kb suntik yang dating melakukan suntik kb di wilayah Puskesmas
Pahandut yang memenuhi kriteria inklusi akan dijadikan sampel penelitian.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :


1. Akseptor KB lama yang melakukan suntik kb di wilayah Puskesmas
Pahandut

Kriteria Eksklusi adalah akseptor kb suntik yang tidak bersedia menjadi sampel
dalam penelitian.

E. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau terikat sering juga disebut variable criteria, respond an
output (hasil). Variabel dependen merupakan variable yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variable independent (bebas). Kontrasepsi suntik 3
bulan (Arikunto, 2013).
22

2. Variabel Independen
Variabel bebas atau independent sering disebut juga variable predictor, stimulus,
input, antecendent atau variable yang mempengaruhi. Variabel bebas merupakan
variable yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variable dependen (terikat).
Sehingga variable independent dapat dikatakan sebagai variable yang mempengaruhi
(Arikunto, 2013).
a. Umur
b. Pendidikan
c. Paritas
d. Penghasilan
e. Dukungan Suami
f. Efek Samping

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data primer, dengan wawancara
langsung terhadap responden yang menggunakan kontrasepsi suntik di wilayah
Puskesmas Pahandut Palangkaraya.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data menggunakan format isian yang di isi oleh peneliti dan
menanyakan pada responden.

G. Etika Penelitian
Untuk dapat melakukan penelitian ini diperlukan ijin dari pihak yang berwenang,
dimana ijin penelitian ini didapat dari Institusi Politeknik Kesehatan Palangka Raya,
Surat Pengantar dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah untuk mengeluarkan
surat izin penelitian kepada kepala Puskesmas Pahandut Palangkaraya.
Setelah mendapatkan persetujuan izin penelitian, maka peneliti mulai melakukan
penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi :
23

1. Anominity (tanpa nama)


Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama
2. Confidetiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi data dijamin hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan sebagai hasil penelitian.

H. Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pada penelitian ini, penulis merencanakan pengolahan data menggunakan metode
penelitian deskriptif. Setelah semua data terkumpul, data tersebut diolah secara
manual, dan dilakukan penyusunan data dengan memuaskan data yang diperlukan
sesuai variable yang diteliti. Kemudian data tersebut diklasifikasikan berdasarkan
tujuan penelitian.

2. Analisa Data
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat yaitu
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti
(Notoatmodjo, 2015). Data diolah dan dianalisis hanya secara univariat yang
dilakukan terhadap variabel hasil penelitian, data di sajikan dalam bentuk table yang
berisi frekuensi dan kemudian dihitung presentasenya.
Caranya yaitu dengan membuat frekuensi kejadian (f) dengan populasi (n) dan
dikali 100% dengan rumus sebagai berikut :

P=fx X 100
n

Keterangan :
f : Jumlah anak kejadian
n : Seluruh sampel yang akan disajikan
p : Persentase
Hasil perhitungan persentase ditampilkan dalam bentuk narasi, diagram batang,
diagram pie dan table distribusi frekuensi.

Anda mungkin juga menyukai